• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DI SD AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH 01 PURWOKERTO

N/A
N/A
Ilma Almaida Fasa

Academic year: 2024

Membagikan " TERHADAP KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DI SD AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH 01 PURWOKERTO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ASESMEN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA

(2)

TERHADAP KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DI SD AL-IRSYAD AL- ISLAMIYYAH 01 PURWOKERTO

PENDAHULUAN

Pendidikan berperan penting dalam mewujudkan sebuah negara. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan saat ini, dan pendidikan berkualitas akan terlihat ketika pendidikan di sekolah juga berkualitas. Sebuah pendidikan mempunyai tiga komponen utama yaitu guru, siswa, dan kurikulum.

Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan oleh komponen-komponen tersebut berada di lingkungan sekolah agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang di inginkan (Nugraha, 2019). Melalui pendidikan manusia berusaha meningkatkan dan mengembangkan serta memperbaiki nilai-nilai, hati nuraninya, perasaannya, pengetahuannya dan keterampilannya. Salah satu proses pendidikan dapat dilalui dengan mengikuti pembelajaran di sekolah (Pobela et al., 2023). Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Widiana, 2016). Guru dan peserta didik merupakan suatu penentu yang sangat dominan dalam proses pembelajaran umumnya, karena guru dan peserta didik sangat penting dalam proses pembelajaran.

Pendidik dalam proses pembelajaran membutuhkan informasi mendalam tentang siswa, berkaitan dengan aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor (Nur Budiono & Hatip, 2023). Ranah aspek kognitif merupakan salah satu fokus utama dalam evaluasi pembelajaran. Aspek ini mencakup kemampuan siswa dalam memahami konsep, menerapkan pengetahuan, berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Evaluasi pembelajaran dalam aspek kognitif pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman (Pramita et al., 2023). Aspek afektif ialah ranah berfikir yang meliputi watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu matapelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal (Syafi’i et al., 2018). Keterampilan proses (psikomotor), menurut Bloom dalam mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuanmental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu. Dalam melatih keterampilan proses secara bersamaan dikembangkan pula sikap-sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan (Ulfah & Arifudin, 2021).

Kurikulum merdeka berfokus pada optimalisasi hasil belajar sesuai dengan kapasitas murid. Oleh karena itu, perlunya desain pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Penilaian ini dapat dilakukan di awal pembelajaran ataupun di akhir pembelajaran. Kebutuhan peserta didik ini dalam kurikulum merdeka didesain melalui asesmen awal pembelajaran. Secara substantif terdapat beberapa jenis asesmen yang dipraktikkan dalam kurikulum merdeka. Penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk

(3)

mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.(Nur Budiono & Hatip, 2023). Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengatur bahwa guru adalah pendidik profesional yang tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, dan membimbing peserta didik pada PAUD melalui jalur pendidikan. Pelatihan, evaluasi dan evaluasi. Pendidikan formal, dasar dan menengah. Sementara itu, Pasal 20 mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas profesional, guru harus merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta mengevaluasi dan mengevaluasi hasil pembelajaran (Nugroho et al., 2021).

PEMBAHASAN

Asesmen diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar dari siswa guna mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.

Hasil asesmen berfungsi untuk mengetahui hal-hal apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajarannya dalam rangka pencapaian hasil belajar yang telah di tentukan (Nur Budiono & Hatip, 2023). Beberapa karakteristik asesmen dalam pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut: (1) Asesmen dimulai dengan pengumpulan berbagai informasi tentang siswa dalam pembelajaran; (2) Dalam kegiatan asesmen dilakukan analisis dan interpretasi terhadap data dan informasi yang berhasil dikumpulkan; (3) Interpretasi menghasilkan keputusan-keputusan tentang pembelajaran; (4) Terdapat tindak lanjut terhadap keputusan yang dihasilkan; (5) Asesmen dilakukan secara berkelanjutan (Kusairi, 2013). Sistem penilaian jika dilaksanakan dengan baik akan mendapatkan hasil belajar sesuai dengan kompetensi masing-masing siswa. Evaluasi merupakan alat ukur atau proses untuk mengetahui tingkat pencapaian keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa atas materi yang telah disampaikan, sehingga dengan adanya evaluasi maka tujuan pembelajaran akan terlihat secara akurat dan meyakinkan (Putri Sayekti & Al-Hamidiyah Jakarta, 2022).

Asesmen memberikan umpan balik mengenai kemajuan belajar siswa untuk orangtua, guru dan siswa itu sendiri. Asesmen juga membantu guru untuk membuat keutusan- keputusan mengenai kebutuhan siswa, dan pedoman perencanaan, pelaksanaan dalam pembelajaran.

Jenis asesmen berdasarkan fungsinya terbagi menjadi tiga yakni :assessment as learning, assessment for learning, dan assessment of learning. Assessment as learning (asesmen “sebagai” proses pembelajaran) digunakan untuk melakukan refleksi pada proses pembelajaran. Asessmen ini berfungsi sebagai asesmen formatif.

Contoh dari pelaksanaan asesmen formatif adalah asesmen diri (self assessment) dan asesmen antar teman (peers assessment). Adapun assessment for learning (asesmen

“untuk” proses pembelajaran) merupakan asesmen yang digunakan untuk perbaikan pembelajaran. Asesmen ini juga berfungsi sebagai asesmen formatif. Dari hasil asesmen formatif, pendidik mendapatkan informasi tentang kebutuhan untuk peningkatan pembelajaran pada hari berikutnya dengan mendisain pembelajaran yang positif, suportif dan bermakna. Adapun asesmen yang terakhir adalah assessment of learning(asesmen “pada akhir” pembelajaran). Asesmen ini digunakan untuk evaluasi pembelajaran. Pelaksanaanya biasanya pada akhir pembelajaran. Adapun fungsi Assessment of learning adalah sebagai asesmen sumatif. Asesmen sumatif dapat

(4)

dilaksanakan pada akhir lingkup materi atau dilaksanakan pada akhir semester.

Tujuan dari asesmen sumatif ini adalah untuk mengukur ketercapaian hasil belajar peserta didik pada periode tertentu didasarkan pada kriteria capaian yang ditetapkan oleh pendidik. Selain itu, jenis asesmen lainnya itu asesmen diagnostik. Asesmen diagnostik diartikan sebagai asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan dan kelemahan peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik.

Asesmen diagnostik terbagi menjadi dua yakni asesmen kognitif dan non kognitif.

asesmen dianostik kognitif bermaksud untuk mendapatkan gambaran yang utuh terkait kondisi kesiapan belajar siswa pada aspek kogntif. Sehingga pendidik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan karakteristik peserta didik dan dapat menerapkan berbagai adaptasi yang diperlukan. Sedangkan asesmen diagnostik non kognitif bertujuan : (1). Mengetahui kesejahteraan psikologis dan sosial emosi siswa, (2). Mengetahui aktivitas selama belajar di rumah, (3).

Mengetahui kondisi keluarga siswa, (4). Mengetahui latar belakang pergaulan siswa, (5). Mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa.

Implementasi bentuk-bentuk asesmen yang dilakukan pada saat siklus 1 hari rabu tanggal 15 November 2023 di kelas 5G SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah 01 Purwokerto yang berjumlah 23 peserta didik dengan materi IPAS mengenai perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah di daerah Aceh, Sumatera Timur dan Sumatera Barat. Strategi pembelajaran yang digunakan yaitu PJBL (Project Based Learning). Tujuan penggunaan modelProject Based Learningadalah mengajarkan siswa untuk dapat bekerja secara kolaboratif dalam memecahkan masalah serta menghasilkan suatu proyek dalam proses pembelajaran (Nurul’Azizah, 2019). Media pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran ini yaitu media powerpoint, video dan media pembelajaran konkrit bernama Kilat (Kincir Perlawanan Rakyat) yang dapat dimainkan peserta didik. Selain itu, metode yang digunakan pada siklus ini yaitu diskusi. Kelompok diskusi ditentukan berdasarkan gaya belajar peserta didik yaitu gaya belajar visual, gaya belajar kinestetik dan gaya belajar auditori. Sebelum pembelajaran dimulai, guru menggunakan asesmen diagnostik non kognitif yang berguna untuk mengetahui gaya belajar setiap peserta didik agar pembelajaran dapat sesuai dengan kemampuan peserta didik. Setelah asesmen diagnostik diberikan, hasilnya terdapat 8 orang siswa kelompok gaya belajar auditori, 7 siswa kelompok gaya belajar visual dan 8 siswa kelompok gaya belajar kinestetik. Pada saat pembelajaran, setiap kelompok diberikan asesmen formatif berupa LKPD mengerjakan sebuah projek sesuai dengan gaya belajar masing-masing kelompok.

Kelompok gaya belajar auditori diberikan tugas untuk membuat lagu mengenai perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah di daerah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Kemudian kelompok visual diberikan tugas untuk membuat mind map atau peta konsep mengenai perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah di daerah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Selain itu, kelompok kinestetik diberikan tugas untuk memotong, menyusun dan menempelkan berisi gambar pahlawan dan keterangan mengenai perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah di Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara dengan benar. Setelah masing-masing kelompok berdiskusi, perwakilan kelompok akan mempresentasikan hasil produk di depan teman-teman yang lain. Setelah pembelajaran, setiap peserta didik diberikan soal evaluasi sebagai bentuk asesmen sumatif untuk mengukur ketercapaian

(5)

pemahaman setiap peserta didik. Soal evaluasi berisi 10 soal berbentuk pilihan ganda.

Selain itu setelah mengerjakan soal evaluasi, siswa dan guru secara bersama-sama melakukan refleksi agar terciptanya umpan balik demi terwujudnya pembelajaran yang berkelanjutan yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.

KESIMPULAN

Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan saat ini, dan pendidikan berkualitas akan terlihat ketika pendidikan di sekolah juga berkualitas.

Salah satu proses pendidikan dapat dilalui dengan mengikuti pembelajaran di sekolah.

Sebuah pendidikan mempunyai tiga komponen utama yaitu guru, siswa, dan kurikulum. Kurikulum merdeka berfokus pada optimalisasi hasil belajar sesuai dengan kapasitas murid. Asesmen diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar dari siswa guna mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Jenis asesmen terbagi menjadi 3 yaitu asesmen kemampuan awal atau diagnostik, asesmen formatif dan asesmen sumatif. Asesmen diagnostic diberikan sebelum pembelajaran dimulai untuk mengetahui kemampuan awal setiap peserta didik. Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran dan asesmen sumatif dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengukur pemahaman setiap peserta didik.

Implementasi bentuk-bentuk asesmen yang dilakukan pada saat siklus 1 hari rabu tanggal 15 November 2023 di kelas 5G SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah 01 Purwokerto yang berjumlah 23 peserta didik dengan materi IPAS mengenai perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah di daerah Aceh, Sumatera Timur dan Sumatera Barat.

Sebelum pembelajaran dimulai, guru menggunakan asesmen diagnostik non kognitif yang berguna untuk mengetahui gaya belajar setiap peserta didik agar pembelajaran dapat sesuai dengan kemampuan peserta didik. Setelah asesmen diagnostik diberikan, hasilnya terdapat 8 orang siswa kelompok gaya belajar auditori, 7 siswa kelompok gaya belajar visual dan 8 siswa kelompok gaya belajar kinestetik. Pada saat pembelajaran, setiap kelompok diberikan asesmen formatif berupa LKPD mengerjakan sebuah projek sesuai dengan gaya belajar masing-masing kelompok.

Kelompok gaya belajar auditori diberikan tugas untuk membuat lagu mengenai perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah di daerah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Kemudian kelompok visual diberikan tugas untuk membuat mind map atau peta konsep mengenai perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah di daerah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Selain itu, kelompok kinestetik diberikan tugas untuk memotong, menyusun dan menempelkan berisi gambar pahlawan dan keterangan mengenai perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah di Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara dengan benar. Setelah pembelajaran selesai, siswa dan guru secara bersama-sama melakukan refleksi untuk mengetahui umpan balik agar terjadinya pembelajaran yang berkelanjutan.

DAFTAR ISI

Kusairi, S. (2013). Analisis Asesmen Formatif Fisika Sma Berbantuan Komputer.

Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 16(3), 68–87.

https://doi.org/10.21831/pep.v16i0.1106

Nugraha, A. (2019). Pentingnya Pendidikan Berkelanjutan Di Era Revolusi Indutri 4.0.

Majalah Ilmiah Pelita Ilmu,2(1), 26–37. https://doi.org/10.37849/mipi.v2i1.118

(6)

Nugroho, W. A., Yudha, R. P., Sundari, S., & Praja, H. N. (2021). Analisis Instrumen Asesmen Unjuk Kerja pada Pembelajaran PJOK di Sekolah Dasar Kota Cirebon.

Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga (JPJO),4(2), 126–141. https://doi.org/10.31539/jpjo.v4i2.1795

Nur Budiono, A., & Hatip, M. (2023). Asesmen Pembelajaran Pada Kurikulum Merdeka.Jurnal Axioma : Jurnal Matematika Dan Pembelajaran,8(1), 109–123.

https://doi.org/10.56013/axi.v8i1.2044

Nurul’Azizah, A. (2019). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Project Based Learning Siswa Kelas V SD.Jartika,2(1), 194–204.

Pobela, F., Rawis, J. A. M., & Sumilat, J. M. (2023). Assessment Pembelajaran Berbasis Proyek pada Siswa Kelas IV SD. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(2), 1174–1183. https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i2.4985

Pramita, K. N., Kognitif, A., Dasar, P., & Evaluasi, M. (2023). EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM RANAH ASPEK KOGNITIF PADA JENJANG PENDIDIKAN DASARPADA MI ASSALAFIYAH TIMBANGREJA. Jurnal ReviewPendidikan Dan Pengajaran, 6(2), 403–411.

https://doi.org/https://doi.org/10.31004/jrpp.v6i2.18247

Putri Sayekti, S., & Al-Hamidiyah Jakarta, S. (2022). “Menyongsong Kurikulum Merdeka Dalam Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila” Systematic Literature Review: Pengembangan Asesmen Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar Tingkat Sekolah Dasar Systematic Literatur Review: Development Of Learning Asessment For In.Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar,2, 23–28.

Syafi’i, A., Marfiyanto, T., & Rodiyah, S. K. (2018). Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa Dalam Berbagai Aspek Dan Faktor Yang Mempengaruhi. Jurnal Komunikasi Pendidikan,2(2), 115. https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.114

Ulfah, U., & Arifudin, O. (2021). Pengaruh Aspek Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Al-Amar: Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, Agama Islam, Manajemen Dan Pendidikan, 2(1), 1–9.

http://ojs-steialamar.org/index.php/JAA/article/view/88

Widiana, I. W. (2016). Pengembangan Asesmen Proyek Dalam Pembelajaran Ipa Di Sekolah Dasar. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia), 5(2), 147.

https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v5i2.8154

Referensi

Dokumen terkait

Matematis Peserta didik yang Menggunakan Model Pembelajaran Bentang Pangajen Berbasis Konflik Kognitif, Model Pembelajaran Bentang Pangajen, dan.. Model

Dalam pembelajaran yang terjadi ada beberapa kegiatan yang dapat membangun pemahaman peserta didik tidak terlaksana seperti konflik kognitif pada pembelajaran ke-1dan

demikian dapat disimpulkan bahwa jika masing-masing kelompok mempunyai gaya kognitif FI maka nilai rata-rata kemampuan penalaran matematis peserta didik yang

Kemampuan Self Control Peserta Didik dalam Berinteraksi Sosial Dilihat dari Aspek Kognitif Control Berdasarkan hasil penelitian tentang kemampuan self control peserta didik dalam

Proses atau mekanisme pendampingan peserta didik : • Assesment diagnostik • Observasi semua guru mapel • RPP berdiferensiasi; melayani anak sesuai kebutuhan/karakter anak

Umpan Balik Asesmen diagnostik non kognitif yang telah dilakukan sangat di perlukan agar dapat menyesuaikan matode pembelajaran dengan karakter siswa Hasnimar, S.Pd.I Dengan

Menggunakan kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran KKTP asesmen dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan

Karena melalui asesmen guru akan lebih mengetahui kebutuhan peserta didik Meydi Mulya, S.Pd Rencana tindak lanjut yang dilakukan sudah sesuai dengan hasil asesmen diagnostik dan