• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerukunan antara Umat Beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa (Studi atas Hubungan Masyarakat Penganut Islam dan Kristen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Kerukunan antara Umat Beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa (Studi atas Hubungan Masyarakat Penganut Islam dan Kristen)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

1

KERUKUNAN ANTARA UMAT BERAGAMA DI KELURAHAN MALINO KECAMATAN TINGGIMONCONG

KABUPATEN GOWA

(Studi atas Hubungan Masyarakat Penganut Islam dan Kristen)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama Jurusan Studi Agama-Agama (S.Ag)

pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar

Oleh

RESKIYANI NIM: 30500117028

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR 2022

(2)

ii

Nim : 30500117028

Tempat/ Tanggal Lahir : Bontosunggu, 07 Oktober 1998

Jurusan : Studi Agama Agama

Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat

Alamat : Jonjo

Judul Skripsi : Kerukunan Antara Umat Beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa (Studi atas Hubungan Masyarakat Penganut Islam dan Kristen).

menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri tanpa campur tangan orang lain. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 07 November 2021 Penyusun,

Reskiyani

NIM: 3050117028

(3)

iii

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR مْيِحَرلا ِهمْحَرلا ِالله ِمْسِب

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan nikmat yang begitu besar terutama nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salam serta shalawat penulis hanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw., yang diutus oleh Allah swt ke bumi ini sebagai suri tauladan yang patut dicontoh dan menjadi rahmat bagi semesta alam.

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, pertama-tama penulis patut menyampaikan terima kasih kepada kedua orangtua, ayahanda tercinta Muh. Said dan ibunda tercinta Kasmawati atas segala jerih payahnya yang telah membesarkan, mencurahkan kasih sayangnya, memberikan do‟a, dukungan, motivasi dan membiayai pendidikan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada kelima saudara/i saya yaitu Rismawati, Muh. Rafli, Ardhan, Abrian, Adnan serta keluarga yang selalu memberikan do‟a dan dukungannya. Penulis juga tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Hamdan Juhannis, M.A. Ph.D.,selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Bapak Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag.,selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Bapak Dr. Wahyuddin, M. Hum., selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Perencanaan Keuangan, Bapak Prof. Dr.

Darussalam, M. Ag., selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan

(5)

v

v

Alumni, dan Bapak Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag.,selaku Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama, yang telah menyediakan fasilitas belajar sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan dengan baik.

2. Bapak Dr. Muhsin, M. Th.I., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Ibu Dr. Hj. Rahmi Damis, M.Ag., selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr.

Hj. Darmawati Hanafi, M.Hi., selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Dr.

Abdullah, M.Ag., selaku Wakil Dekan III, yang telah memberikan fasilitas terbaik di Fakultas selama proses perkuliahan.

3. Ibu Sitti Syakira Abu Nawas, M. Th.I. dan Bapak Syamsul Arif Galib, MA., selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Studi Agama Agama yang telah menjadi orang tua di akademik selama kuliah, terima kasih telah memberikan nasehat dan dukungannya untuk meningkatkan prestasi dan kemajuan dari pribadi penulis.

4. Ibu Dr. Indo Santalia, M.Ag. dan Bapak Dr. H. Ibrahim, M.Pd., sebagai pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan, masukan, motivasi, dan kritikan selama dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Hj. Andi Nirwana, M.Hi. dan Ibu Dr. Dewi Anggaraini, S. Sos , M.Si., sebagai penguji I dan penguji II yang telah menguji dengan penuh kesungguhan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen dan para staf akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, terkhusus pada

(6)

vi

Prodi Studi agama agama yang telah mengajarkan kepada penulis berbagai disiplin ilmu pengetahuan selama menjalani proses perkuliahan.

7. Pemerintah, para tokoh agama Islam dan Kristen, serta masyarakat setempat di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa yang telah memberikan data kepada penulis sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan khususnya Indira utami, Aas kurnia, Hartika, Muammar serta teman-teman seperjuangan di jurusan studi agama-agama angkatan 2017, seluruh senior alumni junior-junior studi agama-agama.

9. Terima kasih kepada Bangtan Sonyeondan (BTS) Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, dan Jeon Jungkook. Lewat karya-karyanya dapat memberikan inspirasi, semangat serta kebahagiaan bagi penulis di dalam mengerjakan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah swt jualah penulis serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu mendapat pahala di sisi Allah swt., serta semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penulis sendiri.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Samata-Gowa, 07 November 2021 Penulis,

Reskiyani

NIM: 30500117028

(7)

vii

vii DAFTAR ISI

JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... x

ABSTRAK ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1-12 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 12-24 A. TeoriTentang Kerukunan ... 12

B. Kerukunan Antara Umat Beragama ... 16

C. Kerukunan Beragama dalam Agama Islam dan Kristen ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25-31 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 25

B. Pendekatan Penelitian ... 25

(8)

viii

C. Sumber Data ... 26

D. Metode Pengumpulan Data ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32

B. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa ... 42

C. Bentuk Kerukunan Umat Beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa ... 62

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi Penelitian ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 74 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(9)

ix

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batas Wilayah Desa ... 35

Tabel 2. Kondisi Geografis ... 36

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Kelurahan Malino ... 37

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 38

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 39

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Agama/Aliran Kepercayaan... 40

Tabel 7. Jumlah Tempat Ibadah ... 41

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kabupaten Gowa ... 32

Gambar 2. Peta Kecamatan Tinggimoncong ... 34

Gambar 3. Pertemuan Silaturahmi di Mesjid Nurul Yakin yang di Hadiri Agama Lain ... 47

Gambar 4. Masyarakat Melakukan Kerja Bakti Gotong Royong di Sekitar Kantor Kelurahan Malino... 49

Gambar 5.Masyarakat Melakukan Kerja Bakti Perbaikan Jalan. ... 50

Gambar 6. Umat Islam Membantu Umat Kristiani Melakukan Kerja Bakti. ... 51

Gambar 7. Musyawarah Bersama Untuk Menentukan Jadwal Vaksinasi. ... 52

(11)

xi

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

A. Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Transliterasi merupakan pengalih haruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi arab-latin dalam pedoman ini adalah penyalinan huruf-huruf latin serta segala perangkatnya. Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب ba B Be

ت ta T Te

ث tsa ṡ es (dengan titik di atas)

ج jim J Je

ح ha ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ kha Kh ka dan ha

د dal D De

ذ zal żﹷﹷ zet (dengan titik di atas)

ر ra R Er

ز za Z Zet

س sin S Es

ش syin Sy es dan ye

ص shad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض dhad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط tha ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ dza ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع „ain „ apostrof terbaik

(12)

xii

غ gain G Ge

ف fa F Ef

ق qaf Q Qi

ك kaf K Ka

ل lam L Ei

م mim M Em

ن nun N En

و wau W We

ه ha H Ha

أ hamzah „ Apostrof

ي ya‟ Y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda („).

2. Vokal

Vokal bahasa arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal dalam bahasa Arab memiliki lambang berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fatha ɑ A

Kasrah I I

ḍammah U U

Vokal rangkap bahasa arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf yaitu:

(13)

xiii

xiii

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ْ ىَـ

fatha dan ya Ai A dan i

وََ

fatha dan wau Au A dan u

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut:

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan Tanda

Nama

ى َْ...ْ|ْا َْ... fatha dan alif atau

ya

A a dan garis di atas

ىــــِـ Kasrah dan ya I i dan garis di atas

وــُـ Dammah dan wau U u dan garis di atas

4. Tamarbutah

Transliterasi untuk tamarbutah ada dua yaitu: tamarbutah yang hidup atau mendapat harakat fatha, kasrah dan dammah, yang transliterasinya adalah [t].

Sedangkan ta’marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah [n]. Jika pada kata yang berakhir dengan tamarbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tamarbutah itu ditransliterasikan dengan ha [h].

(14)

xiv 5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid(ﹷ), dalam transliterasinya dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Jika huruf (ي), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (i).

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan huruf ﻵ(alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi, kata sandang ditransliterasikan seperti biasa, al- baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop (') hanya berlaku bagi hamzah yang terletak ditengah dan diakhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia dilambangkan, karena dalam tulisan arab ia berupa alif.

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasikan adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, Isitalah dan Kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa indonesia, dan tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas.

(15)

xv

xv

Misalnya kata al-qur’an (dari al-qur’an), sunnah, khusus dan ur. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasikan secara utuh.

9. Lafzal al-jalalah (الله)

Kata “Allah” yang di dahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudafilaih (frase nominal), ditransliterasikan tanpa huruf hamzahadapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al- jalalah, ditrasliterasikan dengan huruf [t].

10. Huruf Kapital

Walau sistem penulisan Arab mengenal huruf kapital (all caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital misalnya digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks.

maupun dalam catatan rujukan contoh:

Wa mā Muhammadun illā rasūl

Inna awwala baitin wudi’a linnāsi lallazi bi Bakkata mubarākan Syahru Ramadā al-lazi unzila fih al-Qur’ān

(16)

xvi Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subhanahu wa ta‟ala saw. = sallahu a‟laihi wa sallam a.s. = a‟laihi al-salām

MTQ = Musabaqah Tilawatil Qur‟an H = Hijrah

Q.S. = Qur‟an Surah SM = Sebelum Masehi UUD = Undang- Undang Dasar HR = Hadis Riwayat

Kab. = Kabupaten Kec. = Kecamatan Cet = Cetakan

H = Halaman

(17)

1 ABSTRAK Nama : Reskiyani

NIM : 30500117028

Judul : Kerukunan Antara Umat Beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa (Studi atas Hubungan Masyarakat Penganut Islam dan Kristen).

Penelitian ini berfokus pada dua rumusan masalah: 1). Bagaimana kehidupan sosial keagamaan masyarakat di Kelurahan Malino 2). Bagaimana bentuk kerukunan umat beragama di Kelurahan Malino. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kehidupan sosial keagamaan dan mendeskripsikan bentuk kerukunan antara umat beragama di Kelurahan Malino.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologis dan teologis. Sumber data penelitian ini adalah tokoh pemerintahan, tokoh agama dan masyarakat. Terkait dengan metode pengumpulan data peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi dan berbagai literatur serta menggunakan analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehidupan sosial keagamaan masyarakat di Kelurahan Malino masih terjalin dengan sangat baik dan harmonis baik dari segi kehidupan sosial maupun dari segi kehidupan keagamannya. Hal ini dapat terwujud karena adanya sikap saling menghargai, saling menghormati satu sama lain dan adanya kerja sama yang baik antarumat beragama. Bentuk Kerukunan umat beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa jika dilihat dari konsep kerukunan lebih mengarah ke konsep agree and disagreement, karena di Kelurahan Malino masyarakatnya saling menerima dan menghormati satu sama lain walaupun ada perbedaan keyakinan yang membatasi mereka, tetapi mereka tidak pernah mempermasalahkan adanya perbedaan tersebut. Bahkan, mereka sangat antusias untuk saling membantu satu sama lain dalam melakukan kegiatan sosial maupun kegiatan keagamaan.

Implikasi penelitian ini merekomendasi kepada pemerintah, tokoh masyarakat agar senangtiasa tetap menjaga dan memelihara kerukunan antarumat beragama. Memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat tentang pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama dan menjunjung tinggi makna sikap toleransi serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta kerukunan yang sudah terjalin haruslah dijaga dengan baik agar bisa selalu hidup berdampingan dan harmonis.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu bangsa yang memiliki banyak komposisi etnis yang beragam. Secara terperinci, bangsa Indonesia memiliki banyak suku, ras dan bahasa yang berbeda-beda. Setiap tingkatan sosial masing-masing memiliki budaya internal sendiri berbeda dengan kecenderungan budaya internal sosial yang lain. Apabila dipetakan, bangsa Indonesia dari segi kultural maupun struktural memiliki keberagaman yang sangat tinggi.1

Warga negara Indonesia termasuk masyarakat yang majemuk (plural society), karena ada banyak macam suku bangsa, agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dari segi bahasa dan corak sosial budaya ada berbagai perbedaan antara yang satu dengan yang lain.2 Dari sisi agama, penduduk Indonesia hidup dalam berbagai agama besar di dunia yaitu Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Jika dilihat dari sudut agama yang dianut, mayoritas masyarakat yang ada di Indonesia memeluk agama Islam. Masyarakat yang memeluk agama Islam tercatat sekitar 87.2% atau 207.2 juta orang, pemeluk agama Katolik 2.9% atau 6.9 juta orang, pemeluk agama Protestan 6.9% atau 16.5 juta orang, pemeluk agama Hindu 1.7% atau 1.7 juta orang, sedangkan pemeluk agama Buddha Kong

1M. Imadadun Rahmat, Islam Pribumi Mendialogkan Agama(Jakarta: Erlangga, 2003), h. 187.

2Muhiddinur Kamal, “Pendidikan Multikultural Bagi Masyarakat Indonesia yang Majemuk”, Jurnal Al- Ta’lim, Vol. 1, No. 6 (2013): h. 451.

(19)

3

hu cu 0.05% atau setara dengan 0.1 juta orang. Masing-masing ajaran agama yang dianut oleh penduduk Indonesia seperti yang terdapat di dalam Kitab Suci dimana semua isi didalamnya mengajarkan tentang betapa pentingnya sebuah kedamaian dan kerukunan bagi kehidupan umat manusia. Dalam agama Islam, memberikan penekanan khusus mengenai ajaran keselamatan sementara Kristen Protestan dan Katolik mengajarkan ajaran tentangkasih atas sesama. Sehingga masyarakat Indonesia dapat dikatakan sebagai masyarakat yang agamais.3

Kerukunanumat beragama juga diartikan sebagai keadaan hubungan yang dilandasi dengan rasa toleransi, saling pengertian dan saling menghormati antara umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri, masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan yang ada. Masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lain misalnya dalam hal beribadah, pemeluk agama yang satu tidak mengganggu pemeluk agama yang lainnya pada saat melakukan peribadatan.4

Kerukunan umat beragama merupakan bagian penting di dalam setiap masyarakat yang ada di Indonesia, apabila mengabaikan persoalan ini maka akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia harus menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman penganut agama yang ada di Indonesia. Karena dengan hidup rukun maka sudah pasti akan menjaga nama baik bangsa dan negara sebagai masyarakat muslim, maka harus tetap saling menjaga sikapdan saling membantu satu sama lain terhadap penganut agama lain begitupun sebaliknya

3Samiang Katu, Manajemen Kerukunan Umat Beragama di Indonesia (Cet. II; Samata Gowa: Gunadarma Ilmu, 2018), h. 1.

4Wahyuddin, dkk., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h. 32.

(20)

penganut non-muslim harus menjaga sikap terhadap penganut agama Islam. Maka dengan hal sederhana seperti inilah yang akan menciptakan kerukunan antara umat beragama agar tetap harmonis dan utuh.

Keberagaman suku yang tersebar di berbagai pulau yang ada di Indonesia, mengakibatkan penganut agamatersebar di berbagai pulau misalnya mayoritas penganut agama Islam berada di pulau Jawa, Sumatera, Madura, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, Sumbawa, dan Maluku Utara. Mayoritas agama Kristen berada di pulau Irian (Irian Jaya) dan Katolik berada di pulau Flores,Hindu berada di pulau Bali.

Keanekaragaman suku, bahasa, adat istiadat dan agama tersebut merupakan suatu kenyataan yang harus disyukuri sebagai salah satu kekayaan bangsa. Keanekaragaman seperti ini disebut dengan pluralisme, dan pluralisme tidak dapat dipahami dengan mengatakan bahwa masyarakat majemuk beranekaragam yang terdiri dari berbagai suku dan agama yang justru menggambarkan fragmentasi.5 Dalam hal ini, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. al- Hujurat/49:13 yang berbunyi:





Terjemahnya :

13. Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang

5Budhy Munawar Rachman, Islam Pluralisme (Cet.I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 39.

(21)

5

paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.

Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.6

Ayat ini mengandung pengantar untuk menegaskan bahwa semua manusiaderajat kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara satu suku dan yang lain. Perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Karena itu, berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar menjadi yang termulia di sisi Allah.7

Sikap yang baik adalah refleksi dari agama, karena banyaknya agama yang ada di Indonesia, tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan yang signifikan pada penganutnya. Hal yang sering terjadi diantaranya kekacauan antara setiap suku, itu semua hanya karena kepentingan politik semata bukan karena unsur agama. Agama yang paling banyak dianut adalah agama Islam dan agama Kristen, kedua agama inilah yang selalu muncul di publik karena keduanya sering terlibat konflik bahkan telah memakan korban puluhan ribu orang.8 Salah satu konflik besar antara agama yang pernah terjadi di Indonesia adalah konflik Poso pada tahun 2001, konflik Maluku pada tahun 2002, konflik Sampang pada tahun 2004, perselisihan agama di Aceh pada tahun 2015, konflik Tanjung Badai pada tahun 2016, dan konflik di Papua. 9

6Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (t.c; Bandung: Al- Qur‟an Al- Qosbah, 2020), h. 517.

7M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Qur’an (Cet I;

Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 616.

8Hasbullah Mursyid, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007), h. 10.

9Firdaus M. Yunus, “Konflik Agama di Indonesia”, http://substantiajurnal.org, Vol. XVI, No. 2 (2014): h. 6.

(22)

Secara historis, pada tahun 1946 Malino pernah dijadikan sebagai tempat konferensi pembentukan NIT (Negara Indonesia Timur) dan tempat perundingan damai antara konflik Poso dan konflik Maluku yang dipimpin langsung oleh mantan Wakil Presiden Republik Indonesia bapak H. M Jusuf Kalla, dan hasil dari perundingan damai tersebut berhasil mempersatukan keduanya.Selain dikenal dengan nama kota bunga, Malino juga terkenal dengan berbagai tempat wisatanya karena tempatnya yang sejuk dan berada di daerah pegunungan. Salah satu keunikan dari kota Malino adalah banyaknya penduduk yang berbeda agama, suku, ras dan budaya akan tetapi sampai saat ini tidak pernah terjadi konflik atau gesekan-gesekan yang berlatar sentimen agama.10

Di dalam agama Islam maupun agama Kristen memiliki sebuah misi yaitu mengajarkan tentang kebebasan dalam beragama, tentang cinta kasih agama, cinta damai dan itulah yang diaplikasikan oleh para penganutnya sehingga terjadi kerukunanantara umat beragama. Setiap manusia, apapun agama dan kepercayaannya, warna kulit ataupun asal usulnya, semuanya sangat merindukan kebahagiaan dan menjauhi derita dalam segala bentuknya. Hampir 100% orang Indonesia cukup taat menjalankan ritual agama dalam berbagai bentuk sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya.11 Hal tersebut dapat dihayati dalam Firman Allah swt pada Q.S Al- Kafirun/109: 6 yang berbunyi:











10M. Rijal, dkk, Malino: Kota Perdamaian dan Kawasan di Kabupaten Gowa (1946- 2002), Jurnal Malino, h. 1-3.

11Hamka Haq, Damai Ajaran Semua Agama Makassar, h. 47.

(23)

7

Terjemahannya:

6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt menekankan masalah toleransi antarumat beragama. Hal ini dilakukan dalam bentuk pelaksanaan ibadah sesuai dengan ketentuan masing-masing tanpa mencampuradukkan urusan agama keduanya.

Berdasarkan dari latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kerukunan antara umat beragama. Jika dilihat dari kondisi objektif kerukunan antara umat beragama yang ada di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa dapat dikatakan kondusif, karena selama ini tidak ada konflik yang ditimbulkan yang berlatar sentimen agama.

Secara khusus, umat beragama yang ada di Kelurahan Malino dapat dikatakan hidup rukun dan berdampingan. Hal ini bisa dilihat dari dekatnya letak rumah penduduk yang mayoritas beragama Islam dengan beberapa gereja yang merupakan tempat ibadah dari penganut agama Kristen.Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti tentang Kerukunan Antara Umat Beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa (Studi atas Hubungan Masyarakat Penganut Islam dan Kristen).

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul kerukunan antara umat beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa (studi atas hubungan

(24)

masyarakat penganut Islam dan Kristen). Penelitian ini berfokus untuk mengetahui bagaimanakehidupan sosial keagamaan masyarakat dan bentuk kerukunan antara umat beragamadi Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

2. Deskripsi Fokus

Agar terhindar dari terjadinya kekeliruan dalam memahami pembahasan judul penelitian ini, sehingga perlu terlebih dahulu penulis menjelaskan atau mendeskripsikan beberapa variabel yang terkandung di dalam judul penelitian ini.

a. Kerukunan umat beragama adalahhubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dan saling bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kerukunan umat beragama yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu kerukunan umat Islam dan Kristen yang disebabkan oleh upaya yang dilakukan masyarakat penganut Islam dan Kristen dalam merawat kerukunan umat beragama sehingga masyarakatnya dapat dikatakan hidup rukun dan berdampingandi Kelurahan Malino.

b. Kehidupan sosial keagamaan adalah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan dan berhubungan dengan masyarakat dengan tujuan agar tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sosial keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kehidupan keagamaanIslam dan Kristen mulai dari tingkah laku seseorang yang kesehariannya tidak lepas dari aktivitas dalam bersosial maupun beragama.

(25)

9

c. Bentuk kerukunan yang dimaksud dalam penelitian iniadalah jenis jenis kerukunan bermasyarakat yang dapat dilihat melalui intensitas interaksi antara masyarakat penganut Islam dan Kristen di Kelurahan Malino.

C. Rumusan Masalah

Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang akan menjadi rumusan masalah dan akan dibahas selanjutnya yaitu:

1. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan masyarakat di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana bentuk kerukunan umat beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa?

D. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis mencantumkan beberapa sumber atau referensi baik berupa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan kajian terlebih dahulu dan sumber rujukan penulis. Berdasarkan studi penelitian terdahulu terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pokok masalah yang akan penulis kaji.

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Daula Ifatun L. S dari Jurusan Studi Agama-Agama pada tahun 2019 dengan judul “Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi tentang Interaksi Sosial Islam dan Kristen di Desa Randuagung Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Desa Randuagung sendiri pemahaman tentang kerukunan antara umat

(26)

beragama masih sangat perlu diadakan pembinaan khususnya oleh para tokoh- tokoh agama.12 Persamaan penelitian yang dilakukan Daula Ifatun L. S dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang kerukunan antara umat beragama. Namun penelitian Daula Ifatun L. S lebih memfokuskan pada interaksi sosial sebagai salah satu cara membangun pemahaman mengenai kerukunan antara umat beragama, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada bagaimanakehidupan sosial keagamaan dan bentuk kerukunan antara umat beragama yang adadi Kelurahan Malino.

Kedua, sebuah tesis yang ditulis oleh Nailudurroh Tsunaya yang berjudul

“Kerukunan antar Umat Beragama (Studi Terhadap Relasi Islam, Katolik, dan Hindu di Dusun Kalipang Desa Kalipang Kecamatan Grogol, Kediri).Dalam tesis tersebut penulis menawarkan contoh kerukunan antara lintas pemeluk agama yang elok dan dibangun oleh masyarakat bawah. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang kerukunan antara umat beragama. Namun penelitian yang dilakukan Nailudurroh Tsunaya lebih memfokuskan pada kerukunan antara lintas pemeluk agama, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada bagaimana kehidupan sosial keagamaan dan bentuk kerukunan antara umat beragama di Kelurahan Malino.13

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Mas Ula dengan judul “Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Interaksi Sosial Umat Islam dan Kristen di

12Daula Ifatun, Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi tentang Interaksi Sosial Islam dan Kristen di Desa Randuagung Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang). Skripsi (Surabaya: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel, 2019), h. 61.

13Nailudurroh Tsunaya, Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Terhadap Relasi Islam, Katolik, dan Hindu di Dusun Kalipang Desa Kalipang Kecamatan Grogol, Kediri), Tesis (Program Magister Studi Ilmu Agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017), h. 65.

(27)

11

Donokerto Surabaya)”.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Donokerto mempunyai solidaritas yang tinggi, baik dari segi sosial kemasyarakatan maupun keagamaan. Persamaan dari penelitian ini adalah sama- sama membahas tentang kerukunan antara umat beragama. Namun penelitian yang dilakukan Mas Ula lebih memfokuskan pada studi interaksi sosial antara umat beragama,14 sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis lebih memfokuskan pada bagaimanakehidupan sosial keagamaan dan bentuk kerukunan antara umat beragama di Kelurahan Malino.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan sosial keagamaan masyarakat di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

b. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kerukunan antara umat beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

2. Manfaat Penelitian a. ManfaatTeoritis

14Mas Ula, “Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Interaksi Sosial Umat Islam dan Kristen di Donokerto Surabaya)”.Skripsi (Surabaya: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel, 2018), h. 44.

(28)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif untuk menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca tentang kerukunan antar umat beragama.Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi ilmiah dalam upaya memperkaya kepustakaan sebagai bahan untuk memperluas wawasan bagi setiap mahasiswa khususnya di Jurusan Studi Agama-Agama di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan cakrawala berfikir tentang kerukunan antara umat beragama.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk tetapmenjaga dan menumbuhkan rasa toleransi antar umat beragama.

3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan untuk penelitian- penelitian selanjutnya.

(29)

12 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Teori Tentang Kerukunan 1. Konsep kerukunan

Konsep kerukunan merupakan hasil pemikiran dari Mukti Ali yang merupakan penggagas dari model kerukunan antara umat beragama di Indonesia pada saat menjabat sebagai Menteri agama. Dalam konsep kerukunan yang di gagas oleh Mukti Ali, hal yang paling menonjol adalah konsep tentang agree and disagreement mempunyai makna setuju dalam ketidaksetujuan atau setuju dalam perbedaan. Konsep ini pertama kali dikemukakan di dalam forum symposiumdi Geothe Institut Jakarta kemudian dikembangkan menjadi konsep “kerukunan antara umat beragama di Indonesia”.15

Mukti Ali juga merumuskan beberapa konsep kerukunan dalam lima bagian yaitu:

a. Sinkretisme, adalah sebuah paham yang berkeyakinan bahwa pada dasarnya semua agama itu sama.

b. Reconception, adalah meninjau agama sendiri dalam konfrontasi terhadap agama-agama lain.

c. Sintesis (campuran), adalah upaya untuk menciptakan agama-agama baru yang elemennya bersumber dari berbagai agama agar dengan demikian pemeluk

15Rafiqa Noviyani, “Mengenang Kembali Sosok Mukti Ali dan Relevansi PemikirannyaTerhadap Pendidikan Indonesia Era Milenial”, Jurnal Ushuluddin,Vol. XXI, no.1 (2014): h. 10.

(30)

masing-masing agama bisa merasakan bahwa sebagian ajaran agamanya telah diambil.

d. Penggantian, adalah adanya pengakuan terhadap agama sendiri bahwa agama yang dianutnya merupakan agama yang paling benar dan berusaha agar agama yang lain masuk dalam agamanya.

e. Agree and disagreement (setuju dalam perbedaan),adalah mempercayai bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang paling baik begitu pula dengan agama yang dianut oleh orang lain adalah agama yang baik pula. Artinya, seseorang meyakini bahwa setiap agama itu baik menurut panganutnya masing-masing dan setiap agama memiliki persamaan dan perbedaan.16

2. Konsep Interaksi Sosial

Konsep interaksi sosial merupakan pemikiran dari seorang ahli sosiologi yaitu Soerjoeno Soekanto. Soerjoeno Soekanto mengatakan bahwa:

Interaksi sosial merupakan sebuah proses sosial yang berkaitan dengan komunikasi antar individu terhadap individu maupun kelompok.17Soerjoeno soekanto membagi proses interaksi sosial dalam dua bagian yaitu pola hubungan asosiatif yang mencakup kerjasama dan akomodasi kemudian pola hubungan disasosiatif yaitu persaingan dalam interaksi sosial.

Soerjoeno Soekanto juga mengatakan bahwa interaksi sosial dapat terjadi apabila terpenuhi dua syarat, yaitu: 1.Terjadinya kontak sosial saling menjalin hubungan baik antar individu maupun kelompok. 2.Terjadinya komunikasi hal ini merupakan hal yang paling penting dalam melakukan interaksi sosial, karena tanpa komunikasi maka tidak mungkin pula akan terjadi interaksi sosial.

16Khairah Husin, “Peran Mukti Ali dalam Pengembangan Toleransi Antar Umat Agama di Indonesia”.Jurnal Ushuluddin, Vol. I, (Januari 2014): h. 109.

17Soerjoeno Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Cet. XV; Jakarta: Rajawali, 1992), h. 78.

(31)

14

3. Model Kerukunan Antara Umat Bearagama

Menurut Horton, kata model digunakan pada hal-hal yang dapat dideskripsikan. Jika kata “Model” disangkutpautkan dengan kata “Kerukunan”

maka dapat diartikan sebagai sebuah cara untuk mendeskripsikan pola hubungan yang dilakukan oleh manusia. Adapun model kerukunan umat beragama terbagi atas empat yaitu:

a. Kerukunan Generik adalah model kerukunan yang mendapat respon positif dari pihak pemerintah melalui kerjasama dalam penerapan peraturan baik peraturan kerukunan maupun peraturan pemerintah yang telah dibuat.

b. Kerukunan Retorik adalah sebuah proses yang dilakukan dalam penerjemahan terhadap hubungan masyarakat beragama. Model kerukunan ini membandingkan fakta regulasi dengan fakta kehidupan beragama dalam lingkungan masyarakat.18

c. Kerukunan Eksotik adalah model kerukunan yang mempunyai titik fokus pada kerukunan yang sifatnya simbolik terhadap praktik-praktiknya dan memiliki nuansa hidup yang rukun.

d. Kerukunan Genetik adalah kerukunan yang diwariskan keluarga secara turun temurun. Model kerukunan ini dapat ditemui pada keluarga beda agama.

Penerapan kerukunan antar umat beragama diterapkan dengan baik dalam keluarga sehingga tidak terjadi perselisihan diantara mereka namun keluarga harmonislah yang tercipta.19

18Sulaiman, “Persepsi Minoritas Terhadap Model Kerukunan Dalam Mambangun Harmoni Sosial”. Jurnal Humaniora: An-Nas (2018): h. 164.

19Sulaman, “Persepsi Minoritas Muslim Terhadap Model Kerukunan Dalam Membangun Harmoni Sosial”, h. 166.

(32)

4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kerukunan a. Faktor Pendukung

Terwujudnya kerukunan antar umat beragama didorong oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:

1) Adanya sikap masyarakat yang menjunjung tinggi sikap toleransi.

2) Tidak mudahnya terjadi konflik beragama yang disebabkan oleh isu-isu hoax yang bertebaran tanpa mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya.

3) Terjalinnya harmonisasi sosial dan persatuan nasional sehingga mendorong dan mengarahkan masyarakat untuk hidup dalam bingkai kerukunan.

4) Menanamkan nilai-nilai spiritual sehingga tidak mudah terjadi penyimpangan- penyimpangan nilai sosial dan agama.

5) Melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kerukunan antara umat beragama.

b. Faktor Penghambat

Adapun faktor yang menjadi penghambat terwujudnya kerukunan antar umat beragama yaitu:

1) Terjadinya perbedaan penafsiran dari masing-masing pihak kelompok umat beragama dalam mempertahankan tafsirannya terhadap kitab suci masing- masing.

2) Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kerukunan antara umat beragama.20

20Sudjangi, Profil Kerukunan Hidup Umat Bearagama (Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Hidup Umat Beragama), h. 117.

(33)

16

3) Terjadinya pernikahan beda agama yang menyebabkan anak keturunannya kesulitan untuk memilih agama yang akan dianutnya.

4) Menyebarkan isu-isu buruk tentang agama orang lain adalah hal yang paling tidak dibenarkan karena dapat mendoktrin orang lain untuk berpikiran negatif terhadap agama tersebut.

B. Kerukunan Antara Umat Beragama

Kata rukun secara etimologis berasal dari bahasa Arab Ruknun (rukun) yang memiliki arti sebagai tiang, dasar dan sila. Kemudian berkembang dalam bahasa Indonesia sebagai kata sifat yang berarti cocok, selaras, sehati, dan tidak berselisih. Sedangkan dalam bahasa Inggris disepadankan dengan harmonius atau cancord. Dengan demikian, kerukunan adalah kondisi sosial yang ditandai dengan adanya keselarasan, kecocokan, atau ketidak-berselisihan (harmony, cocordance).

Dalam literatur ilmu sosial, kerukunan diartikan dengan istilah integrasi yang berarti “the creation and maintenance of diversified patterns of interactions among autonomous units”. Kerukunan juga mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima, mempercayai, menghargai, menghormati, dan saling memaknai kebersamaan.21

Menurut Sai Agil Husin Al- Munawwar dalam bukunya Fiqih Hubungan Antar Agama mengatakan bahwa:

Kata rukun pada awalnya menjadi terminologi agama yang memiliki arti

“sendi” atau “tiang penyangga”. Kemudian kata rukun menjadi khazanah kekayaan bahasa Indonesia. Kata rukun dimaksudkan untuk menerangkan

21Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama: Merajut Kerukunan, Kesetaraan Gender, dan Demokratisasi dalam Masyarakat Multikultural (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama 2005), h. 7.

(34)

bentuk kehidupan masyarakat yang memiliki keseimbangan khususnya antara hak dan kewajiban. Dengan demikian, kerukunan memiliki arti suatu kondisi sosial yang ditandai oleh adanya keselarasan, kecocokan, dan tidak ada perseteruan.

Kerukunan juga merupakan proses terwujudnya dan terpeliharanya pola interaksi yang beragam antara unit, unsur, sub sistem yang otonom. Misalnya, keselarasan berinteraksi antara kelompok keagamaan yang berbeda. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal-balik yang memiliki ciri saling menerima, saling menghargai satu sama lain, dan memiliki sikap toleransi yang tinggi.22

Dalam buku yang berjudul “Memaknai Toleransi Kita” mengatakan bahwa:

Dalam konteks kemajemukan yang telah menjadi jati diri dari bangsa Indonesia, maka terminologi kerukunan adalah kata kunci yang sangat penting yang kendalanya sudah teruji dari zaman ke zaman. Masyarakat mengenal kata rukun warga, rukun tetangga, rukun kampung, sebagai perangkat-perangkat yang ada dalam birokrasi pemerintahan pada ruang lingkup desa dan kota. Para orang terdahulu di suatu kelompok masyarakat, akan memberi kesempatan kepada pasangan baru agar mereka dapat membina dan mewujudkan hidup yang rukun sebagai sepasang suami istri.23

Berbicara tentang kerukunan, maka tidak akan terlepas dari pembicaraan konflik. Karena dimana ada kerukunan maka tentu adanya konflik. Kerukunan dapat mereduksi konflik, disamping itu secara fungsional dan struktural berfungsi untuk membangun keseimbangan masyarakat (social equilibirium). Kerukunan juga berfungsi untuk mengontrol, memelihara, menguatkan dan membangun ikatan sosial struktur masyarakat. Kerukunan mengontrol suatu unsur untuk saling mengikat dan memelihara sebuah keutuhan bersama agar tetap eksis dan

22Said Agil Husin Al- Munawwar, Fiqih Hubungan Antar Agama(Cet. III; Jakarta:

Ciputat Press, 2005), h. 60.

23Depertemen Agama, Memaknai Toleransi Kita (Majalah Al-Marhamah, no 118, Mei, Makassar: 2007), h. 20.

(35)

18

survived.24 Oleh karena itu, jika suatu masyarakat mendambakan kerukunan di dalam lingkungannya maka konflik dalam hal apapun harus dihindari.

Kata rukun dan konflik selalu berjalan beriringan karena kedua hal tersebut sering terjadi dalam suatu masyarakat, baik masyarakat banyak maupun sedikit. Rukun dan konflik salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu kelompok masyarakat, namun kerukunan selalu ada untuk mendamaikan kelompok masyarakat. Mursyid Ali mengatakan bahwa:

Konflik seringkali dimaknakan sebagai suasana interaksi sosial yang ditandai adanya perseteruan,perselisihan, permusuhan, kecurigaan, ketidakharmonisan,serta perbedaan kepentingan. Konflik dapat terjadi antar individu maupun kelompok kepentingan seperti kepentingan politik, etnik, organisasi sosial, dan konflik antara kelompok buruh dengan kelompok majikannya.25

Kerukunan juga tidak lepas kaitannya dengan toleransi karena, tanpa adanya penerapan nilai-nilai toleransi dalam diri seseorang maka kerukunan mustahil untuk terwujud. Dalam bahasa Indonesia toleransi memiliki arti kelapangan dada (dalam) arti suka rukun kepada siapa pun dan memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk mengutarakan pendapat sehingga tidak memaksakan keyakinan dan cara berpikir orang lain.26 Toleransi memiliki tujuan utama yaitu mewujudkan kerukunan dalam kehidupan masyarakat yang menganut keyakinan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak salah jika toleransi biasanya disebut sebagai pilar utama yang menjadi faktor terwujudnya kerukunan antara umat beragama.

24Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama: Merajut Kerukunan, Kesetaraan Gender, dan Demokratisasi dalam Masyarakat Multikultural. h. 7.

25Mursyid Ali, Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia (Cet. I; Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009), h. 302.

26Samiang Katu, Manajemen Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. h. 97.

(36)

Kerukunan antara umat beragama bukan berarti merelatifir agama-agama yang ada dengan melebur kepada satu totalitas (sinkretisme agama). Melainkan menjadikan agama-agama yang ada sebagai sebuah madzhab dari agama totalitas itu sebagai salah satu cara atau sarana untuk mempertemukan, mengatur hubungan luar antara orang yang tidak seagama atau antara golongan umat beragama di dalam setiap proses kehidupan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, kerukunan yang dimaksudkan ini agar bisa terbina dan terpelihara hubungan baik antara masyarakat yang berbeda agama dalam hal pergaulan.

Urgensi sebuah kerukunan adalah untuk mewujudkan kesatuan pandangan yang membutuhkan kesatuan sikap, guna untuk memelihara suatu kesatuan, perbuatan dan tindakan. Sedangkan kesatuan perbuatan dan tindakan dapat menanamkan rasa tanggungjawab bersama umat beragama, sehingga tidak ada pihak yang melepaskan diri dari tanggungjawab atau bahkan menyalahkan orang lain. Dengan adanya kerukunan umat beragama, masyarakat bisa menyadari bahwa negara adalah umat yang beragam dan beragama. Karena itu, kerukunan umat beragama bukanlah kerukunan yang bersifat sementara bukan pula kerukunan yang politis. Tapi kerukunan hakiki yang dilandasi dan dijiwai oleh agama masing-masing.27

Ada beberapa pedoman yang diterapkan untuk tetap menjalin kerukunan antar umat beragama dengan baik diantaranya: Saling menghormati satu sama lain artinya setiap umat beragama senangtiasa menanamkan sikap saling menghormati baik menghormati dalam hal sosial maupun agama. Kebebasan dalam beragama

27Said Agil Al-Munawwar, Fikih Hubungan Antar Agama (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 5.

(37)

20

artinya setiap manusia mempunyai kebebasan dalam memilih agama yang akan dianutnya tanpa ada paksaan dari siapa pun. Menerima setiap orang dengan apa adanya tanpa melihat dari sisi mana pun artinya menerima orang lain tanpa melihat kekurangan dan kelebihannya. Selalu berpikir positif artinya setiap orang perlu menanamkan dalam dirinya pikiran yang positif agar tidak selalu berpikiran negatif pada orang lain.28

Kerukunan umat beragama merupakan hasil dialog yang dilakukan antara pemeluk agama. Selain dialog, interaksi yang baik juga merupakan sumber pendukung terciptanya kerukunan antar umat beragama. Salah satu contoh dialog antara umat beragama yaitu pada tanggal 9-16 September 1974 di Kairo, disana diadakan pertemuan antara delegasi dari Vatikan dan Majelis Tertinggi untuk kepentingan-kepentingan Islam. Utusan dari Vatikan yaitu Kardinal Sergio Pignedoli dan lima orang imam sebagai anggota dari kebangsaan Arab.

Sedangkan delegasi dari pihak Islam adalah ulama dan tokoh Islam yang dipimpin oleh Muhammad Tewfik Oweida. Kedua belah pihak ini kemudian membicarakan tentang ari “Imam Ketuhanan pada masa depan, dan bagaimana menyampaikan dakwah pada remaja”. Dari pertemuan ini terjalinlah persahabatan antara Islam dan Kristen.29

C. Kerukunan Beragama dalam Agama Islam dan Kristen

Kerukunan umat beragama dalam Islam yakni ukhuwah islamiyah.

Pengertian ukhuwah islamiyah adalah gambaran tentang hubungan antara orang-

28Hamzah Tuolehaleka Zn, Sosiologi Agama (Surabaya: IAIN SA Press, 2016), h. 156.

29Samiang Katu, Manajemen Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, h. 98.

(38)

orang Islam sebagai satu persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lain seakan-akan berada di dalam satu ikatan. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam Q.S Al-Imran/3: 103 yang berbunyi:







Terjemahanya:

103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.30

Ayat ini menjelaskan bahwa berpegang teguhlah kamu, yakni upayakanuntuk saling menguatkan antara satu dengan yang lain melalui tuntunan Allah. Jika diantara kalian tergelincir, bantulah mereka agar semua dapat bergantung kepada tali agama Allah. Karena itu bersatu padulah dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah nikmat Allah kepadamu. Karena sesungguhnya persudaraan antara sesama mukmin terjalin bukan saja oleh persamaan iman tetapi juga bagaikan atas dasar persaudaraan seketurunan.31

Dikatakan juga bahwa umat Islam bagaikan satu bangunan yang saling menunjang satu sama lain. Pelaksanaan Ukhuwah Islamiyah dapat menjadi aktual

30Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya(t.c; Bandung: Al- Qur‟an Al- Qosbah, 2020), h. 63.

31M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an (Cet. I;

Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 205-208.

(39)

22

bila dihubungkan dengan masalah solidaritas sosial. Sedangkan bagi umat islam ukhuwah islamiyah adalah sesuatu yang masyru’ artinya diperintahkan oleh agama. Kata persatuan, kesatuan, dan solidaritas akan terasa lebih tinggi bobotnya bila disebut dengan ukhuwah. Jadi, apabila kata ukhuwah dirangkaikan dengan kata islamiyah, maka ia akan menggambarkan satu bentuk dasar persaudaraan islam yang merupakan suatu potensi yang objektif.32

Ada beberapa ajaran islam yang mengungkapkan hidup damai, rukun dan toleran diantaranya yaitu:

1. Manusia adalah mahluk sosial yang diciptakan berbeda-beda.

2. Perbedaan keyakinan tidak dapat dipungkiri.

3. Tidak ada paksaan dalam beragama.

4. Mengikuti keteladanan Rasulullah.

Kerukunan di lingkungan umat Kristen Katolik dan Kristen Protestan selama lebih dari dasawarsa tidak mengalami permasalahan yang berarti dan menunjukkan semangat keberagaman yang menggembirakan. Mengenai nilai-nilai kerukunan yang terdapat di dalam umat Kristen yang perlu di ingat yaitu tercapainya kesatuan pelayanan bersama yang berpusat pada kasih kristus. Di depan mata ada kebhinekaan masyarakat, pluralisme agama, kemiskinan maupun kekayaan yang dapat mengganggu iman dan kepercayaan seseorang. Dengan adanya banyak krisis isu perlu disadari bahwa sudah banyak masalah yang dapat diselesaikan meskipun hasilnya belum memuaskan. Begitu pula dengan situasi ke Kristenan yang memprihatinkan karena berkaitan dengan pertumbuhan, baik yang

32Hamawati. Op. Cit, h. 19.

(40)

bersifat kuantitas maupun kualitas. Perlu lebih krisis dalam menilai pertumbuhan yang bersifat ke dalam artinya yang berkaitan dengan gereja-gereja, agar tidak terlalu gegabah dalam mengatakan sudah banyak yang diperbuat untuk kesatuan pelayanan.

Di samping itu masyarakat dituntut bersama atas misi yang sama terhadap pelayanan untuk menjadi berkat bagi setiap orang. Kesatuan pelayanan itu didasarkan atas ketaatan dan kesetiaan kepada misi yang dipercayakan sebagai umat dan menerima tugas yang satu dari kristus untuk dunia.33 Oleh karena itu untuk mencapai suatu kebenaran, manusia perlu menyadari batasan-batasan maupun kemampuan-kemampuannya untuk bisa mengatasinya. Seseorang tidak memiliki kebenaran secara sempurna dan utuh, akan tetapi seseorang bisa bersama-sama menuju pada kebenaran itu.

Selain bersatu, kekristenan juga dituntut bukan sekadar menjadi bagian dari penduduk atau tempat tinggal saja namun juga diminta untuk mengusahakan kesejahteraan dalam membangun kebersamaan serta mengupayakan kerukunan.

Sebab, kerukunan antarumat beragama tidak mungkin lahir begitu saja tanpa dari semua umat mengusahakan. Bahkan, kerukunan tidak dapat terealisasikan jika mempertahankan sikap ekslusif dan fanatisme buta yang didasari dari sikap fundamentalisme yang tidak berdasar dan bar-bar. Keperdulian terhadap keyakinan umat beragama lain dan perasaan orang lain dalam membangun silaturahmi sebagai pemicu kebaikan dalam meningkatkan kebersamaan adalah cara yang tepat dalam menjalin komunikasi dan mempererat kasih.

33Firdaus Ahmad, “Komunikasi Lintas Budaya dan Agama, Upaya Membangun Paradigma Dialog Bebas Konflik, Potret Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”. (Puslitbang, Kehidupan Beragama Badan Litbang dan Diklat Keagamaan Jakarta: 2005), h. 95.

(41)

24

Dalam agama Katolik maupun agama lainnya selalu diajarkan untuk berbuat kasih terutama dalam bersikap rukun antarsesama. Kitab Mazmur 133:1-3 merupakan nyanyian Daud, nyanyian tersebut dilantunkan ketika orang-orang israel mendaki bukit zion untuk bersyukur kepada Allah atas kelimpahan rahmat yang telah mereka alami. Dalam ayat tersebut sebagai umat Kristiani ada hikmahnya yaitu bisa membangun kerukunan antarumat beragama dengan memandang penganut agama lainnya sebagai saudara yang bergerak menuju wujud tertinggi yang sama yakni Allah.34 Kitab Mazmur ini dapat dikatakan sebagai kitab semua pengungkapan, karena semuanya ada dalam rangkuman kitab Mazmur ini, terutama dalam membahas mengenai kerukunan dalam persaudaraan yang terdapat dalam Mazmur 133:1-3 yang berisi:

“nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Zion. Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama- lamanya.”

Dari ayat di atas, terutama pada ayat yang pertama dikatakan dengan jelas bahwa perintah Tuhan kepada umatnya yaitu supaya hidup rukun. Dengan melaksanakan kehidupan yang rukun akan mendatangkan berkat dari Tuhan ke dalam kehidupan manusia, sampai-sampai bisa menjadi berkat pula bagi sesama.

Hal ini digambarkan di dalam ayat 2-3. Melalui ayat tersebut telah dijelaskan

34Yonatan Alex Arifianto, “Kerukunan Umat Beragama dalam Bingkai Iman Kristen di Era Disrupsi”. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat (2021): h. 5.

(42)

bahwa kebersamaan merupakan salah satu pintu menuju berkat ilahi. Tuhan tidak hanya memerintah umat manusia untuk beribadah saja, tetapi juga beribadah dalam kebersamaan dan kesatuan. Ibadah yang benar memang hanya untuk Tuhan, tetapi bukan berarti hanya tertuju kepada Tuhan. Relasi antarsesama juga harus diperhatikan, supaya keharmonisan ada dalam diri setiap manusia.35

Agama apapun yang di anut oleh masyarakat, terutama agama Islam dan Kristen kerukunan, kedamaian dan ketentraman umat beragama harus tetap tampil dengan citra ibadah yang kokoh, serta akhlak yang baik agar di dalam menegakkan agama menunjukkan tingkat kerukunan yang dapat dikatakan cukup tinggi.

Al-kitab berasal dari bahasa Yunani yaitu bliblia yang artinya buku yang berasal dari roh kudus awal mula perbedaan al-kitab Katolik dan Protestan pada jaman gereja perdana, orang-orang Yahudi dan para rasul memiliki kitab yang berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan kitab-kita masih berpencar seperti kitab Markus yang hanya dipegang oleh Markus, kitab Yohanes dipegang oleh Yohanes, dan kitab lainnya. Ketidakteraturan ini dianggap dapat mengakibatkan generasi-generasi Kristen selanjutnya merasa kesulitan dalam memahami ajaran dan menafsirkan isi dari kitab-kitab tersebut. Maka dari itu, dibentuk suatu upaya untuk mengumpulan dan menyusun semua kitab menjadi satu yang disebut kononisasi yaitu menentukan kitab yang akan masuk ke dalam al-kitab.

Pada penyusunan al-kitab terdapat sumber yang mengatakan bahwa setelah reformasi gereja, Martin Luther membuang tujuh kitab yang dianggap

35Lembaga Alkitab Indonesia, “Alkitab Deuterokanonika”. (Jakarta: LAI), h. 5.

(43)

26

sebagai kitab aproika, yaitu kitab yang tidak dikenal sehingga al-kitab protestan saat ini menjadi 66 kitab. Sedangkan dalam ajaran Katolik ke tujuh kitab ini dinamakan kitab Deuterokaninika kemudian gereja Katolik kembali menetapkan kitab tersebut sebagai kitab suci. Kitab Deuterokaninika ini terdiri dari kitab Yudith, kitab Tobit, kitab Makabe I, Makabe II, kitab kebijaksanaan, kitab putera Sirakh, dan kitab Baruch. Kitab-kitab inilah yang akhirnya menjadi perbedaan antara al-kitab Katolik dan Protestan.

Dalam ajaran agama Kristen Katolik juga terdapat konsep kerukunan, sebagaimana tercantum dalam Mukadimah Deklarasi yaitu: “Dalam zaman kita ini dimana bangsa manusia makin hari makin erat bersatu, hubungan antara bangsa menjadi kokoh, gereja lebih seksama mempertimbangkan bagaimana hubungannya dengan agama-agama Kristen yang lain. Karena tugasnya memilihara persatuan dan perdamaian di antara manusia dan juga di antara para bangsa, maka di dalam deklarasi ini gereja mempertimbangkan secara istimewa apakah kesamaan manusia dan apa yang menarik mereka untuk hidup berkawan”.36 Isi dari deklarasi ini menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia itu memiliki hak yang sama, tidak boleh membeda-bedakan meskipun berbeda agama. Dengan demikian sikap saling menghargai sangat dianjurkan agar kehidupan menjadi rukun.

Sebagaimana halnya agama Islam dan Kristen Katolik, dalam agama Protestan juga menganjurkan umatnya agar senantiasa hidup dalam kerukunan dan harmonis. Dalam agama Protestan aspek kerukunan umat beragama dapat tercipta

36Jirhanuddin, Perbandingan Agama: Pengantar Studi Memahami Agama-Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 205.

(44)

melalui Hukum Kasih yang merupakan bagian dari norma dan pedoman hidup yang terdapat dalam al-Kitab. Hukum tersebut ialah mangasihi Allah dan mengasihi sesama manusia, dimana dalam agama Protestan Kasih adalah hukum utama yang dalam kehidupan orang Kristen.

(45)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research),yang bersifat kualitatif deskriftif yaitu penelitian lapangan yang mengharuskan peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian sehingga data yang disajikan berisi fakta-fakta yang terjadi dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kerukunan antara umat beragama di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa (Studi atas Hubungan Masyarakat Penganut Islam dan Kristen).

2. Lokasi Penelitian

Berdasarkan judul dari penelitian ini, maka lokasi penelitian dilakukandi Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa, karena jika dilihat dari letak geografisnya lokasi penelitian ini tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti berinisiatif untuk menjadikan Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa sebagai lokasi penelitian.

B. Pendekatan Penelitian (Sosiologis dan Teologis)

Adapun pendekatan penelitian yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data ialah:

a. Peneliti menggunakan pendekatan sosiologi suntuk melihat fakta-fakta yang terjadi di masyarakat dalam melakukan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

(46)

kehidupan sosial yang terjadi di lokasi penelitian. Pendekatan sosiologis ini bertujuan untuk memudahkan peneliti untuk menjelaskan fenomena sosial yang terjadi di lokasi penelitian.

b. Pendekatan Teologis merupakan suatu pendekatan yang normative-subyektif terhadap agama. Pada umumnya pendekatan ini dilakukan dari dan oleh penganut suatu agama dalam usahanya menyelidiki agama lain.37 Pendekatan penelitian yang didasarkan pada agama dan ketuhanan sehingga peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mendekati masalah-masalah yang ada dengan menganalisis secara teologis mengenai kerukunan umat beragama antara masyarakat penganut Islam dan Kristen di Kelurahan Malino.

C. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data.38 Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data pertama atau informan di lokasi penelitian.39 Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan informan yang dianggap relavan dan menjadikannya sebagai narasumber agar bisa memberikan keterangan terkait penelitian yang akan dilakukan.diantaranya yaitu:

37Indo Santalia, Ilmu Perbandingan Agama (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 32.

38Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif R&d (Cet. VII; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 137.

39Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h. 129.

Gambar

Tabel 1  Batas Wilayah Desa
Tabel 2  Kondisi Geografis
Gambar  di  atas di  ambil  pada saat  melakukan perbaikan jalan di  Jl.  Andi  Mangerangi  Malino,  masyarakat  setempat  bekerja  sama  dalam  melakukan  perbaikan  jalan  yang  berlubang-lubang  agar  para  pengguna  jalan  terhindar  dari  kecelakaan
Foto bersama setelah wawancara bersama bapak Pendeta Yusuf Taneo  (Tokoh Agama Kristen Protestan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

13 Wawancara dengan Untung Pujiono (aktivis kegiatan keagamaan)... Sedangkan bentuk pelaksanaan kegiatan sosial kebudayaan di kompleks perumahan Djarum Singocandi ini sangat

“bagaimana pandangan minoritas Kristen di daerah mayoritas Islam terhadap kerukunan umat beragama”, dengan merinci rumusan masalah sebagai berikut:.. Bagaimana kehidupan

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan informan yaitu Kepala Kelurahan, Kepala Dusun, Imam Kelurahan, Imam Dusun, RT, RW, dan 4 Kepala