PENINGKATAN KESELAMATAN JALAN PADA DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI RUAS JALAN KOTA AGUNG –
BALIMBING SEGMEN 6 KABUPATEN TANGGAMUS KERTAS KERJA WAJIB
Diajukan Oleh :
DITHA AULIA SYAHARANI NOTAR : 21.02.110
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD PROGRAM STUDI DIPLOMA III
MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN BEKASI
2024
PENINGKATAN KESELAMATAN JALAN PADA DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI RUAS JALAN KOTA AGUNG –
BALIMBING SEGMEN 6 KABUPATEN TANGGAMUS
KERTAS KERJA WAJIB
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Program Studi Diploma III
Guna Memperoleh Sebutan Ahli Madya
Diajukan Oleh :
DITHA AULIA SYAHARANI NOTAR : 21.02.110
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD PROGRAM STUDI DIPLOMA III
MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN BEKASI
2024
ABSTRAK
Ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 merupakan ruas jalan dengan status jalan nasional dan fungsi jalan arteri dimana kendaraan yang melintas dengan kecepatan yang cukup tinggi dan volume kendaraan yang cukup tinggi.
Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus menempati urutan ketiga dalam perangkingan ruas jalan rawan kecelakaan.Total kejadian kecelakaan di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 yaitu sebanyak 42 kejadian, dengan rincian korban 23 orang meninggal dunia, 29 orang luka berat, dan 49 orang mengalami luka ringan. Serta kerugian material mencapai Rp.
1.926.000.000.Pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 dikatakan dalam kondisi yang kurang baik. Terlihat dari permukaan jalan dengan perkerasan jalan yang kurang baik, sehingga membuat jalan tidak rata, beberapa marka ada yang sudah pudar, banyak rambu yang sudah pudar warnanya sehingga kurang layak, serta bentuk jalan yang lurus dan menurun namun tidak adanya rambu peringatan yang ada pada ruas jalan ini.
Metode pengumpulan data primer yaitu diperoleh dari survei kecepatan sesaat, survei inspeksi keselamatan jalan dengan metode HIRARC, dan survei hazard. Data sekunder diperoleh dari data kecelakaan lalu lintas Kabupaten Tanggamus, dan data yang diperoleh dari data analisis PKL Kabupaten Tanggamus. Sehingga diketahui karakteristik kecelakaan lalu lintas, faktor penyebab kecelakaan lalu lintas serta upaya peningkatan, dan gambar rekomendasi untuk diterapkan pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus. Pada Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 perlu dilakukan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus. Seperti melakukan perbaikan pada perkerasan jalan yang kurang baik, pemeliharaan terhadap marka dan rambu-rambu yang sudah pudar warnanya, serta pengadaan rambu-rambu yang sesuai dengan kebutuhan ruas jalan.
Kata Kunci: Keselamatan Jalan, Kecelakaan Lalu Lintas, HIRARC, Fasilitas Perlengkapan Jalan
ABSTRACT
The Kota Agung – Balimbing Segment 6 road section is a road section with national road status and the function of an arterial road where vehicles pass at quite high speeds and the volume of vehicles is quite high. The Jalan Kota Agung - Balimbing Segment 6, Tanggamus Regency is in third place in the ranking of accident-prone road sections. The total number of accidents on the Jalan Kota Agung - Balimbing Segment 6 was 42 incidents, with details of 23 people dead, 29 people seriously injured, and 49 people suffered minor injuries. And material losses reached Rp. 1,926,000,000. The Jalan Kota Agung – Balimbing Segment 6 is said to be in poor condition. It can be seen from the road surface that the pavement is not good, which makes the road uneven, some of the markings are faded, many of the signs have faded in color so they are not suitable, and the shape of the road is straight and downhill but there are no warning signs on the sections. this way.
Primary data collection methods are obtained from instantaneous speed surveys, road safety inspection surveys using the HIRARC method, and hazard surveys. Secondary data was obtained from traffic accident data from Tanggamus Regency, and data obtained from PKL analysis data from Tanggamus Regency. So that we know the characteristics of traffic accidents, the factors that cause traffic accidents and efforts to improve them, and draw recommendations to be implemented on Jalan Kota Agung – Balimbing Segment 6, Tanggamus Regency.
On the Jalan Kota Agung – Balimbing Segment 6, it is necessary to procure and maintain road equipment facilities on the Jalan Kota Agung – Balimbing Segment 6, Tanggamus Regency. Such as carrying out repairs on poor road pavement, maintaining faded markings and signs, as well as providing signs that suit the needs of road sections.
Keywords: Road Safety, Traffic Accidents, HIRARC, Road Equipment Facilities
x
KATA PENGANTAR
Segala puji Syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta nikmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Kerja Wajib yang berjudul “PENINGKATAN KESELAMATAN JALAN PADA DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI RUAS JALAN KOTA AGUNG – BALIMBING SEGMEN 6 KABUPATEN TANGGAMUS” pada waktu yang telah ditetapkan.
Adapun penulisan Kertas Kerja Wajib ini diajukan dalam rangka penyelesaian pendidikan pada Program Studi Diploma III Manajemen Transportasi Jalan di Politeknik Transportasi Darat Indonesia – STTD guna memenuhi syarat kelulusan dan mendapatkan sebutan Ahli Madya Transportasi.
Penulis menyadari dengan keterbatasan yang penulis miliki, tentunya penulisan Kertas Kerja Wajib ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis sampaikan Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan ridho dan selalu memberikan jalan untuk kelancaran dalam penyusunan Kertas Kerja Wajib ini;
2. Kedua Orang Tua tercinta, kedua adik penulis, serta keluarga lainnya yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungannya kepada penulis;
3. Bapak Avi Mukti Amin, S.Si.T., M.T selaku Direktur Politeknik Transportasi Darat Indonesia – STTD;
4. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tanggamus beserta staff;
xi 5. Ibu Anisa Mahadita Candrarahayu, S.S.T., M.MTr selaku Ketua Jurusan
Program Studi Diploma III Manajemen Transportasi Jalan;
6. Bapak/Ibu dosen Politeknik Transportasi Darat Indonesia STTD yang telah memberikan ilmu Pendidikan selama ini;
7. Bapak William Seno, S.Kom., M.Si. dan Bapak Mohammad Sugiarto, A.Ma.
PKB., S.T., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis guna menyelesaikan Kertas Kerja Wajib ini dengan baik;
8. Rekan Taruna/i Politeknik Transportasi Darat Indonesia – STTD Angkatan XLIII;
9. Teman – teman penulis yang saling mendoakan dan memberikan semangat satu sama lain;
10. Semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyusunan Kertas Kerja Wajib ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya;
Penulis menyadari bahwa Kertas Kerja Wajib ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Kertas Kerja Wajib ini. Akhir kata, penulis berharap Kertas Kerja Wajib ini dapat memenuhi fungsinya sebagai salah satu persyaratan wajib dan sekaligus bermanfaat bagi pembaca khususnya di bidang Transportasi Darat.
Bekasi, Mei 2024
Penulis
DITHA AULIA SYAHARANI NOTAR: 21.02.110
xii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR RUMUS ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Rumusan Masalah ... 3
1.4 Maksud dan Tujuan ... 4
1.5 Batasan Masalah ... 4
BAB II GAMBARAN UMUM ... 5
2.1 Kondisi Transportasi ... 5
2.2 Kondisi Wilayah Kajian ... 7
BAB III KAJIAN PUSTAKA ... 15
3.1 Keselamatan ... 15
3.2 Jalan ... 15
xiii
3.3 Kecelakaan Lalu Lintas ... 16
3.4 Diagram Tabrakan (Collision Diagram) ... 17
3.5 Daerah Rawan Kecelakaan ... 18
3.6 Inspeksi Keselamatan Jalan ... 18
3.7 Geometrik Jalan ... 19
3.8 Perlengkapan Jalan ... 19
3.9 Kecepatan Rencana ... 23
3.10 Jarak Pandang Henti (JPH) ... 24
3.11 Jarak Pandang Menyiap ... 25
3.12 Analisa Kecepatan Sesaat (Spot Speed) ... 26
3.13 Faktor Penyebab Kecelakaan ... 27
3.14 HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control) ... 28
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 31
4.1 Alur Pikir... 31
4.2 Bagan Alir Penelitian ... 32
4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 34
4.4 Teknik Analisis Data ... 36
4.5 Jadwal Penelitian ... 42
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMECAHAN MASALAH ... 43
5.1. Analisis Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas ... 43
xiv
5.2. Analisis Faktor Penyebab ... 59
5.3. Inspeksi Keselamatan dan Analisis HIRARC ... 65
5.4. Upaya Pemecahan Masalah ... 73
5.5. Gambar Rekomendasi ... 76
BAB VI PENUTUP ... 83
6.1. Kesimpulan ... 83
6.2. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
LAMPIRAN ... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Peta Jaringan Jalan Berdasarkan Fungsi Kabupaten Tanggamus .. 6
Gambar II. 2 Kondisi Wilayah Studi ... 8
Gambar II. 3 Tampak Atas Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 8
Gambar II. 4 Inventarisasi Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 9
Gambar II. 5 Gambar Penampang Melintang Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus ... 9
Gambar II. 6 Kondisi Rambu di Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 11
Gambar II. 7 Kondisi Marka di Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 12
Gambar II. 8 Kondisi Lampu Penerangan di jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 13
Gambar II. 9 Kondisi Parkir di Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 14
Gambar II. 10 Kondisi Parkir di Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 14
Gambar V. 1 Grafik Berdasarkan Bulan Kejadian Kecelakaan ... 44
Gambar V. 2 Grafik Berdasarkan Hari Kejadian Kecelakaan ... 45
Gambar V. 3 Grafik Berdasarkan Waktu Kejadian Kecelakaan ... 46
Gambar V. 4 Grafik Berdasarkan Usia Korban Kecelakaan ... 47
Gambar V. 5 Grafik Berdasarkan Profesi Korban Kecelakaan ... 48
Gambar V. 6 Grafik Berdasarkan Jenis Kendaraan Terlibat ... 49
Gambar V. 7 Grafik Berdasarkan Tipe Tabrakan ... 49
Gambar V. 8 Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus... 50
Gambar V. 9 Diagram Collision Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 51 Gambar V. 10 Contoh Pengguna Jalan yang Melanggar Aturan ... 60
xvi
Gambar V. 11 Kondisi Perkerasan Jalan ... 61
Gambar V. 12 Kondisi Rambu Jalan ... 62
Gambar V. 13 Kondisi Penerangan Jalan ... 62
Gambar V. 14 Kondisi Marka ... 63
Gambar V. 15 Grafik Faktor Penyebab Kecelakaan ... 65
Gambar V. 16 Perkerasan Jalan Yang Rusak dan Tidak Rata ... 69
Gambar V. 17 Parkir On Street Yang Tidak Tertata dan Mengganggu Pengendara yang Sedang Berlalu Lintas... 69
Gambar V. 18 Rambu yang Sudah Pudar ... 70
Gambar V. 19 PJU Yang Mati dan Jarak Antar JPU Tidak Sesuai ... 70
Gambar V. 20 PJU Yang Mati dan Jarak Antar JPU Tidak Sesuai ... 71
Gambar V. 21 Tidak Ada Rambu Peringatan Pertigaan ... 71
Gambar V. 22 Hasil Analisis Risk level hazard ... 73
Gambar V. 23 Gambar Usulan Perbaikan di Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 77
Gambar V. 24 Usulan Rekomendasi Penambahan Rambu Batas Kecepatan .... 78
Gambar V. 25 Usulan Rekomendasi Penambahan Rambu Dilarang Mendahului ... 78
Gambar V. 26 Usulan Rekomendasi Penambahan Rambu Dilarang Berhenti ... 79
Gambar V. 27 Usulan Rekomendasi Penambahan Rambu Dilarang Parkir ... 79
Gambar V. 28 Usulan Rekomendasi Perbaikan Rambu Daerah Rawan Kecelakaan ... 80
Gambar V. 29 Usulan Rekomendasi Penambahan Rambu Adanya Pertigaan ... 80
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenisnya Di Kabupaten Tanggamus
Tahun 2019 – 2023 ... 6
Tabel II. 2 Perangkingan Daerah Rawan Kecelakaan ... 10
Tabel III. 1 Ukuran Daun Rambu Lalu Lintas ... 21
Tabel III. 2 Tabel Kecepatan Rencana ... 24
Tabel III. 3 Ketetapan jarak henti minimum ... 25
Tabel III. 4 Ketetapan jarak pandang mendahului ... 26
Tabel IV. 1 Kriteria Tingkat Kemungkinan Terjadinya Risiko ... 40
Tabel IV. 2 Kriteria Tingkatan Terjadinya Risiko ... 40
Tabel IV. 3 Matriks Kriteria Tingkat Kemungkinan Terjadinya Risiko ... 41
Tabel IV. 4 Jadwal Penelitian ... 42
Tabel V. 1 Data Kecelakaan pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 43
Tabel V. 2 Jumlah Kejadian Kecelakaan Perbulan ... 44
Tabel V. 3 Jumlah kejadian kecelakaan perhari ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 45
Tabel V. 4 Jumlah kejadian berdasarkan waktu pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 46
Tabel V. 5 Data kecelakaan lalu lintas berdasarkan usia ... 47
Tabel V. 6 Data kecelakaan lalu lintas berdasarkan profesi ... 47
Tabel V. 7 Data kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kendaraan ... 48
Tabel V. 8 Tipe kecelakaan ... 49
xviii Tabel V. 9 Tabel kronologi kecelakaan ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen
6 ... 52
Tabel V. 10 Rekap Data Kecepatan Sesaat Arah Masuk Pada Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 54
Tabel V. 11 Rekap Data Kecepatan Sesaat Kendaraan Arah Keluar di Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ... 54
Tabel V. 12 Jarak Pandang Henti Arah Masuk dan Keluar ... 56
Tabel V. 13 Jarak Pandang Menyiap Arah Masuk ... 59
Tabel V. 14 Jarak Pandang Menyiap Arah Keluar ... 59
Tabel V. 15 Perbandingan pada fasilitas kelengkapan jalan ... 63
Tabel V. 16 Analisis Faktor Penyebab Kecelakaan... 65
Tabel V. 17 Hasil Inspeksi Keselamatan ... 66
Tabel V. 18 Tabel Titik Koordinat Identifikasi Masalah ... 68
Tabel V. 19 Tingkat Risiko ... 72
Tabel V. 20 Usulan Pemecahan Masalah ... 75
Tabel V. 21 Usulan Pemecahan Masalah ... 81
xix
DAFTAR RUMUS
Rumus I. 1 Jarak Pandang Henti ... 25 Rumus I. 2 Jarak Pandang Menyiap ... 25 Rumus I. 3 Persentil 85 ... 26
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir Survei Inspeksi Keselamatan Jalan ... 89
Lampiran 2 Formulir Survei Spot Speed ... 90
Lampiran 3 Data Kronologi Kecelakaan Tahun 2019 ... 91
Lampiran 4 Data Kronologi Kecelakaan Tahun 2020 ... 94
Lampiran 5 Data Kronologi Kecelakaan Tahun 2021 ... 95
Lampiran 6 Data Kronologi Kecelakaan Tahun 2022 ... 97
Lampiran 7 Data Kronologi Kecelakaan Tahun 2023 ... 99
Lampiran 8 Dokumentasi Survei ... 100
Lampiran 9 Lembar Asistensi KKW ... 103
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, transportasi adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Transportasi juga merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam masyarakat setiap hari. Masyarakat selalu menggunakan transportasi dalam menunjang kegiatan sehari-hari.
Semakin banyak kegiatan perpindahan, maka semakin besar peran transportasi yang diperlukan. Untuk itu, dalam melakukan perpindahan menggunakan transportasi tentunya tidak terlepas dari risiko yang dapat menyebabkan peristiwa kecelakaan lalu lintas.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan, seperti faktor manusia, faktor sarana dari kendaraan yang digunakan, faktor prasarana dari jalan dan perlengkapannya, serta faktor lingkungan baik itu cuaca maupun situasi disekitar jalan. Namun sering dianggap bahwa faktor penyebab kecelakaan dikarenakan kesalahan manusia sendiri, padahal tanpa disadari penyebab kesalahan manusia yang dilakukan dijalan tidak terlepas dari kurang baiknya kondisi prasarana dan infrastruktur jalan.
Kecelakaan lalu lintas sangat erat kaitannya dengan keselamatan.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan. Maka dari itu, diperlukan peninjauan kembali mengenai prasarana penunjang untuk menjamin keselamatan pengguna jalan.6
2 Berdasarkan data Laporan Umum oleh Tim PKL Kabupaten Tanggamus, ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus menempati urutan ketiga dalam perangkingan ruas jalan rawan kecelakaan.Total kejadian kecelakaan di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 yaitu sebanyak 42 kejadian, dengan rincian korban 23 orang meninggal dunia, 29 orang luka berat, dan 49 orang mengalami luka ringan. Serta kerugian material mencapai Rp. 1.926.000.000.
Pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ini memiliki volume lalu lintas yang padat dan dilalui oleh semua jenis kendaraan. Dari segi status, ruas jalan ini termasuk Jalan Nasional, sementara menurut fungsinya ruas jalan ini merupakan jalan arteri. Pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 dikatakan dalam kondisi yang kurang baik. Terlihat dari permukaan jalan dengan perkerasan jalan yang kurang baik, sehingga membuat jalan tidak rata, beberapa marka ada yang sudah pudar, banyak rambu yang sudah pudar warnanya sehingga kurang layak, serta bentuk jalan yang lurus dan menurun namun tidak adanya rambu peringatan yang ada pada ruas jalan ini.
Oleh sebab itu, dalam rangka menciptakan jalan yang berkeselamatan pada ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus harus dilakukan inspeksi keselamatan jalan dengan menerapkan metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control). Dengan metode tersebut, dapat mengetahui dan mengidentifikasi bahaya lainnya yang terdapat di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus. Sehingga berdasarkan masalah tersebut, penulis mengajukan Kertas Kerja Wajib dengan judul “PENINGKATAN KESELAMATAN JALAN PADA DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI RUAS JALAN KOTA AGUNG - BALIMBING SEGMEN 6 KABUPATEN TANGGAMUS”.
3 1.2 Identifikasi Masalah
1. Ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus merupakan ruas jalan yang termasuk kedalam daerah rawan kecelakaan urutan ke-3 tertinggi di Kabupaten Tanggamus.
2. Kondisi jalan serta prasarana ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 belum sesuai dengan standar menurut UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Terlihat dari kondisi permukaan jalan yang kurang baik, marka jalan yang sudah memudar, tidak adanya rambu peringatan, dan banyak kondisi rambu-rambu yang rusak.
3. Belum pernah dilakukan inspeksi keselamatan jalan dengan metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control) di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus.
4. Kurangnya fasilitas kelengkapan keselamatan prasarana jalan sehingga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas di beberapa ruas jalan, seperti rambu larangan, rambu peringatan, rambu petunjuk dan penerangan jalan serta kurangnya perawatan sehingga banyak rambu yang terlihat tidak layak.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6?
2. Apa saja faktor penyebab yang mempengaruhi kecelakaan di ruas Jalan Kota Agung - Balimbing Segmen 6?
3. Bagaimana pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control)?
4. Bagaimana rekomendasi penanganan faktor kecelakaan guna meningkatkan keselamatan lalu lintas yang dapat diterapkan di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6?
4 1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keselamatan pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus.
Tujuan dari pembuatan penelitian ini yaitu:
1. Mengidentifikasi karakteristik kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus.
2. Mengidentifikasi faktor penyebab kecelakaan di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus.
3. Melakukan inspeksi keselamatan jalan dan menerapkan metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control).
4. Menyusun rekomendasi peningkatan keselamatan lalu lintas untuk mengatasi permasalahan kecelakaan lalu lintas.
1.5 Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini tidak menyimpang dari judul yang diangkat serta untuk memaksimalkan hasil yang diperoleh, maka pembatasan ruang lingkup diuraikan sebagai berikut:
1. Lokasi studi yang diambil yaitu pada Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus, berdasarkan dengan rangking urutan ke-3 dalam perangkingan ruas jalan rawan kecelakaan.
2. Data kecelakaan yang diambil berdasarkan data 5 tahun terakhir.
3. Inspeksi keselamatan jalan dilakukan pada ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus dan analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control).
4. Usulan Rekomendasi penanganan hanya berlaku di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Kondisi Transportasi 2.1.1 Kondisi Lalu Lintas
Kabupaten Tanggamus merupakan kabupaten yang terletak di Provinsi Lampung, dengan luas wilayah 4654.96 km2, yang terdiri dari jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Jumlah penduduk di Kabupaten Tanggamus berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus tahun 2023 sebanyak 633.921, untuk itu dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya serta kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat bertambah menyebabkan peningkatan pengguna jalan dan volume kendaraan sehingga perlu penanganan terhadap kondisi lalu lintas di Kabupaten Tanggamus. Karena jika tidak ditangani akan meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas jika tidak diiringi dengan perawatan prasarana jalan. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, Panjang jalan Kabupaten Tanggamus pada tahun 2024 adalah 790.028 m. Terdiri dari jalan nasional sepanjang 79.428 m, jalan provinsi sepanjang 317.430 m, dan jalan kabupaten sepanjang 316.580 m.
6
Sumber: Analisis Tim PKL Kabupaten Tanggamus
Gambar II. 1 Peta Jaringan Jalan Berdasarkan Fungsi Kabupaten Tanggamus 2.1.2 Jumlah dan Jenis Kendaraan
Jumlah penduduk yang semakin meningkat, mempengaruhi juga jumlah kendaraan yang ada di Kabupaten Tanggamus, pada tahun 2023 mencapai sebanyak 154.803 unit kendaraan bermotor. Berikut merupakan jenis kendaraan yang terdapat di Kabupaten Tanggamus beserta jumlahnya:
Tabel II. 1 Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenisnya Di Kabupaten Tanggamus Tahun 2019 – 2023
Sumber: BAPPERIDA Kabupaten Tanggamus 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 NO
JUMLAH
JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR KABUPATEN TANGGAMUS MENURUT JENIS DAN FUNGSINYA
3211 3195 154.803
101 167091 165509 157786 163182 168891
2754 3142 149.779
83
794 705 764 183 15 5120 2507
2789 145.285
64
806 720 703 186 13 4996 2446
2706 153.466
75
854 807 731 127 10 4612 884
815 812 143 13 4149 13
4572 2470 2612 154.230
87 TRUK RINGAN
TRUK SEPEDA MOTOR SEPEDA MOTOR R3
916 1012
976 203 MOBIL SEDAN
MOBIL JEEP MINI BUS MICROBUS
BUS MOBIL BAK TERBUKA JENIS KENDARAAN BERMOTOR
2019 2020 2021 2022 2023
7 2.2 Kondisi Wilayah Kajian
2.2.1 Kondisi Permukaan Jalan
Ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 merupakan ruas jalan dengan status jalan nasional dan fungsi jalan arteri dimana kendaraan yang melintas dengan kecepatan yang cukup tinggi dan volume kendaraan yang cukup tinggi. Sehingga dapat menimbulkan potensi terjadinya kecelakaan jika sarana dan prasarana tidak diperhatikan dengan baik. Jalan ini memiliki arus lalu lintas yang cukup tinggi. Ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 ini memiliki Panjang 900 m, tidak memiliki bahu jalan. Lebar jalan efektif 6 m dengan tipe jalan 2/2 TT. Kondisi permukaan jalan dengan perkerasan aspal dalam kondisi kurang baik, pada beberapa titik dimana jalan tersebut rusak, jalan terlihat tidak rata atau bergelombang, terdapat rambu yang terhalang oleh pohon, rambu yang sudah rusak, lampu penerangan jalan umum yang mati, terdapat kondisi marka yang sudah pudar, serta banyak warga sekitar yang parkir melebihi bahu jalan. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam berkendara sehingga perlu banyak perbaikan yang harus dilakukan. Karakteristik dari pengguna jalan yang tidak mengikuti aturan seperti mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, tidak memakai helm, tidak displin saat berkendara juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingginya angka kecelakaan lalu lintas.
8 Sumber : Google Earth
Gambar II. 2 Kondisi Wilayah Studi
Sumber: Analisis, 2024
Gambar II. 3 Tampak Atas Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6
9 Sumber: Analisis, 2024
Gambar II. 4 Inventarisasi Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6
Sumber: Analisis, 2024
Gambar II. 5 Gambar Penampang Melintang Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus
NAMA RUAS JALAN
Status Fungsi
(m) (m)
Lebar Jalur Efektif (dua arah) (m) (m) (m)
Kiri (m)
Kanan (m)
Kiri (m)
Kanan (m)
Kiri (m)
Kanan (m)
(m2) Jumlah
(m) Jumlah Kesesuaian Kondisi Kondisi
Parkir on Street Tinggi
Marka Buruk
Luas Kerusakan -
Jumlah Lampu Penerangan Jalan 19
50 Rambu
4 Tidak Sesuai
Buruk
Bahu Jalan - Visualisasi Jalan
-
Drainase 1 m
1 m
Kondisi Jalan Kurang Baik
Jenis Perkerasan Aspal
Hambatan Samping Sangat Tinggi
Tipe Daerah Komersial, Pemukiman
6 m
Lebar per Lajur 3 m
Median -
Lebar Jalan (total) 6 m
Jumlah Lajur 2
Jalur 2
GEOMETRIK JALAN Gambar Penampang Melintang
JL. KOTA AGUNG - BALIMBING (SEGMEN 6)
Klasifikasi Jalan Nasional
Arteri
Tipe Jalan 2/2 TT
Model Arus (arah)
Trotoar -
- Dua Arah
Panjang Jalan 900
FORMULIR SURVEY INVENTARISASI RUAS JALAN POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD
TIM PKL KABUPATEN TANGGAMUS 2024 DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN
10 Berikut merupakan perangkingan daerah rawan kecelakaan yang diambil 5 ruas jalan yang memiliki jumlah kejadian kecelakaan terbanyak:
Tabel II. 2 Perangkingan Daerah Rawan Kecelakaan
Sumber: Analisis Tim PKL Kabupaten Tanggamus 2024
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 memiliki kejadian kecelakaan sebanyak 42 kejadian, dengan rincian korban 23 orang meninggal dunia, 29 orang luka berat, dan 49 orang mengalami luka ringan. Serta kerugian material mencapai Rp.
1.926.000.000.
2.2.1.1. Kondisi Rambu
Kondisi rambu lalu lintas di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 terlihat tidak lengkap dan tidak terawat. Pada ruas jalan ini tidak terdapat rambu batas kecepatan. Selain itu, rambu tidak terawat seperti cat yang sudah pudar, dan tertutupi oleh daun pohon yang ada dipinggir jalan.
MD LB LR
1 JALAN KOTA AGUNG-BENGKUNAT (SEGMEN 1) 51 28 33 59 NASIONAL ARTERI Rp. 2.296.000.000 1
2 JALAN KOTA AGUNG-BALIMBING (SEGMEN 5) 46 27 29 47 NASIONAL ARTERI Rp. 2.118.000.000 2
3 JALAN KOTA AGUNG-BALIMBING (SEGMEN 6) 42 23 29 49 NASIONAL ARTERI Rp. 1.926.000.000 3
4 JALAN KOTA AGUNG-BALIMBING (SEGMEN 2 ) 38 22 24 54 NASIONAL ARTERI Rp. 1.796.000.000 4
5 JALAN KOTA AGUNG-BENGKUNAT (SEGMEN 2) 37 20 26 48 NASIONAL ARTERI Rp. 1.712.000.000 5
FUNGSI JALAN KERUGIAN MATERIAL RANK
NO LOKASI KEJADIAN JUMLAH KEJADIAN Korban
STATUS JALAN
11 Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar II. 6 Kondisi Rambu di Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6
2.2.1.2. Kondisi Marka
Kondisi marka pada ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 terlihat ada yang sudah pudar.
12 Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar II. 7 Kondisi Marka di Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6
2.2.1.3. Kondisi Penerangan Jalan
Pada ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 terdapat 7 lampu penerangan jalan dengan jarak antar lampu 50 m. Pada ruas jalan ini banyak lampu penerangan yang mati, dan juga jarak antar lampu yang tidak sesuai dengan peraturan.
13 Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar II. 8 Kondisi Lampu Penerangan di jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6
2.2.1.4. Kondisi Parkir
Di sepanjang ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 menerapkan parkir on street, akan tetapi banyak pengguna jalan yang memarkirkan kendaraannya hingga ke badan jalan, sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas jika ruas jalan sedang ramai.
Khususnya di Pasar Gisting yang ada pada ruas jalan ini, banyak pengguna jalan yang memakirkan kendaraannya hingga ke badan jalan.
14 Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar II. 9 Kondisi Parkir di Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6
2.2.1.5. Perilaku Pengendara Tidak Disiplin
Rata – rata pengguna jalan di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 banyak yang tidak disiplin saat berkendara, contohnya yaitu banyak masyarakat yang tidak menggunakan helm saat berkendaara.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar II. 10 Kondisi Parkir di Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6
15
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Keselamatan
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan.
Keelamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi, namun disebabkan pula oleh banyak faktor lain. Faktor-faktor tersebut dapat meliputi kelengkapan jalan, seperti rambu dan marka, penerangan jalan, dan kondisi geometrik jalan.
Sujanto (2010) menyatakan bahwa keselamatan jalan salah satunya ditentukan oleh perlengkapan jalan. Identifikasi perlengkapan yaitu kegiatan pemeriksaan perlengkapan jalan meliputi rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat penerangan jalan, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat pengawas dan pengamanan jalan. Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, penyandang cacat, dan fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas lainnya.
3.2 Jalan
Menurut Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah, dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.(Indonesia Pemerintah Pusat, 2009)
Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum, wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan. Menurut Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 perlengkapan jalan itu berupa:
a. Rambu Lalu Lintas
16 b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. Alat Penerangan Jalan;
e. Alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
f. Alat Pengawasan dan Pengamanan Jalan;
g. Fasilitas untuk Sepeda, Pejalan Kaki, dan Penyandang Cacat;
h. Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada di Jalan dan diluar badan jalan.
Untuk mewujudkan ruas jalan yang berkeselamatan menurut RUNK LLAJ terdapat 5 (lima) pilar keselamatan yang meliputi:
a. Pilar 1 (satu) yaitu sistem yang berkeselamatan;
b. Pilar 2 (dua) yaitu jalan yang berkeselamatan;
c. Pilar 3 (tiga) yaitu kendaraan yang berkeselamatan;
d. Pilar 4 (empat) yaitu pengguna jalan yang berkeselamatan; dan e. Pilar 5 (lima) yaitu penanganan korban kecelakaan.
3.3 Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan menjadi:
a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan;
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau c. Kecelakaan Lalu Lintas berat,
Menurut Austroads, (2002) kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh faktor manusia, kendaraan, dan lingkungan jalan, serta interaksi dan kombinasi dua atau lebih faktor tersebut.
17 3.4 Diagram Tabrakan (Collision Diagram)
Menurut (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2007), diagram tabrakan atau sering disebut dengan Diagram Collision menampilkan detail kecelakaan Lalu Lintas di suatu lokasi sehingga tipe tabrakan utama atau faktor bagian jalan atau area jaringan dapat teridentifikasi . Karakteristik kecelakaan menurut jumlah kendaraan yang terlibat tabrakan dapat digolongkan menjadi:
a. Kecelakaan Tunggal, adalah kecelakaan yang hanya melibatkan satu kendaraan bermotor dan tidak melibatkan pengguna jalan lain. Contoh menabrak pohon, tergelincir, dan terguling akibat ban pecah.
b. Kecelakaan ganda, adalah kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu kendaraan atau kendaraan dengan pejalan kaki yang mengalami kecelakaan diwaktu dan tempat yang bersamaan. Karakteristik kecelakaan menurut jenis tabrakan yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Tabrak depan-depan (Head-on Collision)
Merupakan jenis tabrakan yang terjadi antara 2 kendaraan dari arah yang berlawanan. Kecelakaan ini terjadi karena kendaraan yang mau menyalip gagal Kembali ke jalurnya atau karena jarak pandang yang tidak mencukupi di daerah tikungan.
2. Tabrak samping-samping (Run off Road Collision)
Jenis Tabrakan yang terjadi hanya pada satu tabrakan, dimana tabrakan terjadi hanya pada satu kendaraan yang keluar dari jalan dan menabrak sesuatu.
3. Tabrak depan-belakang (Rear-end Collision)
Tabrakan terjadi dari dua atau lebih kendaraan dimana kendaraan menabrak kendaraan didepannya, biasanya disebabkan karena kendaraan di depan berhenti tiba-tiba.
4. Tabrak depan-samping (Side Collision)
Terjadi antara dua kendaraan secara bersampingan dengan arah yang sama.
5. Terguling (Rollover)
18 Jenis tabrakan dimana kendaraan terjungkir balik, biasanya terjadi pada kendaraan seperti truk.
3.5 Daerah Rawan Kecelakaan
Daerah Rawan Kecelakaan (blackspot) adalah daerah yang mempunyai jumlah kecelakaan lalu lintas tinggi, resiko dan kecelakaan tinggi pada ruas jalan. Blackspot adalah suatu titik atau area yang menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan daerah rawan kecelakaan yang dapat dilihat dari data kecelakaan dalam satu tahun.
Penentuan lokasi blackspot dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kecelakaan yang mempertimbangkan panjang dan ruas jalan yang ditinjau.
Suatu lokasi dinyatakan sebagai lokasi rawan kecelakaan lalu lintas apabila:
a. Memiliki angka kecelakaan yang tinggi;
b. Lokasi kejadian kecelakaan relatif menumpuk;
c. Lokasi kecelakaan berupa persimpangan atau segmen ruas jalan sepanjang 100 – 300 m untuk jalan perkotaan, ruas jalan sepanjang 1 km untuk jalan antar kota;
d. Kecelakaan terjadi dalam ruang dan rentang waktu yang relative sama;
dan
e. Memiliki penyebab kecelakaan dengan faktor yang spesifik.
3.6 Inspeksi Keselamatan Jalan
Inspeksi keselamatan jalan merupakan pemeriksaan sistematis dari jalan atau segmen jalan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan, dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Bahaya-bahaya atau kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang dimaksud adalah potensi-potensi penyebab kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh penurunan (defisiensi) kondisi fisik jalan dan atau pelengkapnya, kesalahan dalam penerapan
19 bangunan pelengkapnya, serta penurunan kondisi lingkungan jalan disekitarnya.
Inspeksi terhadap kondisi jalan beserta infrastrukturnya dan lingkungan sekitarnya sangat berpengaruh terhadap keselamatan pengguna jalan, yang diperkirakan memiliki kontribusi cukup besar terhadap terjadinya kecelakaan. Inspeksi keselamatan jalan hanya dilakukan pada jalan yang telah beroperasi (jalan eksisting), untuk itu diperlukan data-data primer guna mendukung dalam penentuan wilayah studi kasus seperti daerah yang paling sering mengalami kecelakaan lalu lintas beserta korban dan besarnya kerugia yang ditimbulkan untuk menghindari biaya perbaikan jalan akibat kecelakaan yang relatif besar.
3.7 Geometrik Jalan
Geometrik jalan merupakan perencanaan dalam bentuk fisik yang berfokus pada pengecekan sehingga dapat memenuhi standar keselamatan geometric jalan (Sukirman, 2004). Geometrik jalan memiliki standarisasi perencanaan yang dipergunakan dalam perkerasan jalan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan yang terdiri dari beberapa lajur kendaraan.
3.8 Perlengkapan Jalan
Perlengkapan jalan adalah semua yang mencakup bagian jalan dan terdapat beberapa kriteria sebagai pertimbangan untuk mengoptimalkan keselamatan pengguna jalan termasuk rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat penerangan jalan, alat pengendali dan pengaman jalan. Berikut merupakan fasilitas perlengkapan jalan:
3.8.1 Rambu Lalu Lintas
Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan. Posisi penempatan rambu harus tepat, ukuran huruf, angka,
20 maupun bentuk rambu harus sesuai karena pengemudi atau pengendara harus dapat melihat rambu tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas, Ketentuan tinggi rambu adalah sebagai berikut:
1. Ketinggian penempatan rambu pada sisi jalan minimum 175 (seratus tujuh puluh lima) sentimeter dan maksimum 265 (dua ratus enam puluh lima) sentimeter diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah, atau papan tambahan bagian bawah apabila rambu dilengkapi dengan papan tambahan.
2. Ketinggian penempatan rambu di lokasi fasilitas pejalan kaki minimum 175 (seratus tujuh puluh lima) sentimeter dan maksimum 265 (dua ratus enam puluh lima) sentimeter diukur dari permukaan fasilitas pejalan kaki sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah atau papan tambahan bagian bawah, apabila rambu dilengkapi dengan papan tambahan.
3. Khusus untuk rambu peringatan pengarah tikungan ke kiri dan rambu peringatan pengarah tikungan ke kanan ditempatkan dengan ketinggian 120 (seratus dua puluh) sentimeter diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi rambu bagian bawah.
4. Ketinggian penempatan rambu di atas daerah manfaat jalan adalah minimum 500 (lima ratus) sentimeter diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah.
5. Penempatan rambu ditempatkan pada jarak tertentu paling sedikit 60 (enam puluh) sentimeter diukur dari tepi bagian terluar daun rambu ke tepi paling luar bahu jalan, dan dapat ditempatkan dengan jarak paling sedikit 30 (tiga puluh) sentimeter diukur dari bagian terluar daun rambu ke tepi paling luar kiri dan kanan dari pemisah jalan, dengan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki.
Ukuran daun rambu lalu lintas ditetapkan berdasarkan kecepatan rencana jalan, yaitu:
21 Tabel III. 1 Ukuran Daun Rambu Lalu Lintas
NO Ukuran
Daun Rambu Kecepatan Rencana Jalan
1 Kecil ≤ 30
2 Sedang 31 – 60
3 Besar 61 – 80
4 Sangat Besar >80
Sumber: PM No. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014 tentang rambu lalu lintas di jalan diperlukan:
1) Rambu pembatas kecepatan dilakukan dengan cara menempatkan rambu pembatas kecepatan pada awal ketika memasuki ruas jalan kecelakaan.
2) Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin pada awal bagian jalan dimulainya rambu larangan.
3) Rambu perintah wajib ditempatkan sedekat mungkin dengan titik kewajiban dimulai.
4) Rambu petunjuk ditempatkan pada sisi jalan, pemisah jalan atau diatas daerah manfaat jalan sebelum tempat, daerah atau lokasi yang ditunjuk.
5) Rambu peringatan ditempatkan pada sisi jalan sebelum tempat atau bagian jalan yang berbahaya.
3.8.2 Marka Jalan
Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
3.8.3 Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi
22 untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.
3.8.4 Alat Penerangan Jalan
Alat Penerangan Jalan adalah lampu penerangan jalan yang berfungsi untuk memberi penerangan pada ruang lalu lintas. Alat penerangan jalan harus dalam kondisi baik dan memadai agar dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan bagi pengendara saat melintasi ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6.Pemasangan penerangan jalanan umum ini memiliki interval dari satu tiang ke tiang yaitu minimal sejauh 30 meter dengan tinggi antara 11 – 15 meter sesuai dengan Badan Standarisasi Nasional tahun 2008.
3.8.5 Pita Penggaduh
Pita Penggaduh merupakan kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membuat pengemudi lebih meningkatkan kewaspadaan pada saat mengendarai kendaraan dijalan. Berfungsi untuk mengurangi kecepatan kendaraan, mengingatkan pengemudi tentang objek di depan yang harus di waspadai, melindungi penyebrang jalan, dan mengingatkan pengemudi akan titik lokasi rawan kecelakaan.
Pita penggaduh adalah bagian jalan yang sengaja dibuat tidak rata dengan menempatkan pita-pita setebal 10-40 mm melintang jalan pada jarak yang berdekatan, sehingga ketika kendaraan melintas akan terjadi suatu getaran dan suara yang ditimbulkan oleh ban kendaraan.
Jenis – jenis pita penggaduh:
1. Rumble strip berbahan marka jalan;
2. Shouder rumble berbahan aspal atau termoplastik dengan profile seperti marka jalan;
3. Rumble area berbahan aspal atau termoplastik dengan profile seperti marka jalan.
Bentuk, ukuran, warna, dan tata cara penempatan:
a. Pita penggaduh warna putih bersifat refleksi (memantulkan cahaya).
b. Pita penggaduh dapat berupa suatu marka jalan atau bahan lain yang dipasang melintang jalur lalu lintas dengan ketebalan maksimum 4 cm.
23 c. Lebar pita penggaduh minimal 25 cm dan maksimal 50 cm.
d. Jumlah pita penggaduh minimal 4 buah.
e. Jarak pita penggaduh minimal 50 cm dan maksimal 500 cm.
3.9 Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana (VR) adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 111 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penetapan Batas Kecepatan:
1. Jika jalur cepat dan jalur lambat tidak dipisahkan median maka batas kecepatan paling tinggi ditentukan berdasarkan:
a. Jika jalur cepat dan jalur lambat tidak dipisahkan median maka batas kecepatan paling tinggi ditentukan berdasarkan:
1) Tipe penggunaan lahan, dibagi menjadi 4 (empat) bagian:
a) Kawasan pusat kegiatan maka kecepatan paling tinggi 40 (empat puluh) kilometer per jam.
b) Di luar jam kerja Karyawan maka kecepatan paling tinggu 80 (delapan puluh) kilometer per jam untuk kendaraan bermotor (roda empat atau lebih) dan untuk sepeda motor 60 (enam puluh) kilometer per jam.
2) Kawasan permukiman ditentukan kecepatan paling tinggi 40 (empat puluh) kilometer per jam.
3) Kawasan sekolah, dibagi menjadi:
a) Pada jam masuk atau pulang sekolah batas kecepatan paling tinggi untuk semua kendaraan adalah 30 (tiga puluh) kilometer per jam;
b) Di luar jam masuk atau pulang sekolah batas kecepatan paling tinggi untuk semua kendaraan adalah 80 (delapan puluh) kilometer per jam untuk sepeda motor.
24 b. Penetapan batas kecepatan maksimal untuk jalan arteri yang tidak
ada lajur khusus sepeda motor dibedakan menjadi:
1) Jalur lalu lintas tanpa median dengan batas kecepatan maksimal 60 (enam puluh) kilometer per jam;
2) Jalur lalu lintas dengan jumlah lajur ≥ 2 lajur per arah dengan batas kecepatan maksimal untuk kendaraan bermotor 80 (delapan puluh) kilometer per jam dan untuk sepeda motor 60 (enam puluh) kilometer per jam;
3) Jalur lalu lintas dengan jumlah lajur 1 (satu) batas kecepatan maksimal sebesar 60 (enam puluh) kilometer per jam.
Tabel III. 2 Tabel Kecepatan Rencana Fungsi Kecepatan Rencana Vr km/jam
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70 – 120 60 – 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90 50 – 60 30 – 50
Lokal 40 - 70 30 - 50 20 – 30
3.10 Jarak Pandang Henti (JPH)
Jarak pandang henti adalah jarak dimana pengemudi menghentikan laju kendaraan yang dikendarainya. Pada setiap panjang ruas jalan harus dilengkapi paling sedikit jarak pandangan sepanjang jarak pandangan henti minimum. Jarak pandang henti minimum merupakan jarak pandang yang dibutuhkan pegemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur jalan yang dilintasinya, ditambah jarak untuk dilakukannya pengereman. Jarak pandang henti minimum adalah penjumlahan dari dua bagian jarak, yaitu:
a. Jarak Tanggap, yaitu jarak yang di tempuh oleh pengemudi kendaraan pada saat pengemudi menyadari adanya rintangan sampai dia mengambil sebuah keputusan untuk melakukan pengereman.
b. Jarak Pengereman, yaitu jarak yang ditempuh oleh pengemudi kendaraan dimulainya dari dilakukannya pengereman yaitu menginjak pedal rem sampai kendaraan itu berhenti.
25 Rumus dari JPH adalah:
Sumber: Dasar – Dasar Perencanaan Geometrik Jalan
Rumus I. 1 Jarak Pandang Henti Keterangan:
d = Jarak Pandang Henti Minimum (m) t = Waktu tanggap (ditetapkan 2,5 detik)
fm = Koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal V = Kecepatan kendaraan (Km/jam)
Tabel III. 3 Ketetapan jarak henti minimum Kecepatan Rencana
(km/jam) Jarak Pandang Henti Minimum (m)
20 16
30 27
40 40
50 55
60 75
80 120
100 175
120 250
Sumber: Bina Marga 1997
3.11 Jarak Pandang Menyiap
JPM yaitu panjang jalan di depan pengemudi yang terlihat dan cukup panjang untuk tindakan mendahului kendaraan yang ada di depannya dengan aman. Ketentuan teknis untuk JPM adalah bahwa JPM harus dipenuhi hanya pada jalan dua lajur dua arah tanpa median (2/2-TT) di jalan Antarkota dan porsi pemenuhannya paling sedikit 20% dari seluruh panjang ruas yang didesain.
Sumber: Bina Marga 1997
Rumus I. 2 Jarak Pandang Menyiap Keterangan:
26 d1 : Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap
d2 : Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan Kembali ke lajur semula
d3 : Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului dilakukan jarak bebas antara 30-100 m
d4 : Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan
Tabel III. 4 Ketetapan jarak pandang mendahului
Kecepatan Rencana (km/jam) Jarak Pandang Mendahului (m)
20 100
30 150
40 200
50 250
60 350
80 550
100 670
120 800
Sumber: Bina Marga 1997
3.12 Analisa Kecepatan Sesaat (Spot Speed)
Untuk menganalisis data kecepatan yang didapat dari survei spot speed digunakan analisis persentil 85, ini digunakan untuk mengetahui batas kecepatan yang ditempuh oleh 85% kendaraan hasil survei menggunakan rumus berikut:
Rumus I. 3 Persentil 85 Keterangan :
Bb : Batas bawah nyata dari kelas persentil N : Banyaknya Data
27
∑f : Jumlah frekuensi seluruh kelas sampai dengan batas kelas Persentil
C : Panjang interval kelas
3.13 Faktor Penyebab Kecelakaan
Menurut Austroad (2002), Warpani (1999) dan Pignatoro (1973) dalam Indriastuti, A.K dkk (2008), secara umum faktor utama yang paling berkontribusi dalam kecelakaan lalu lintas antara lain faktor manusia (pengemudi dan pejalan kaki), kendaraan, jalan dan lingkungan jalan.
1. Faktor Pengemudi
Faktor manusia adalah faktor yang paling berpengaruh dalam kecelakaan. Penyebabnya adalah pengemudi dalam kondisi tidak baik, lengah, mengantuk, tidak terampil dalam mengendalikan kendaraan, kondisi mabuk, berkendara dengan kecepatan tinggi, tidak menjaga jarak dengan pengemudi lain, kesalahan dari pejalan, dan dapat karena gangguan Binatang.
2. Faktor Sarana
Faktor sarana merupakan salah satu faktor kedua penyebab kejadian kecelakaan, sehingga pengguna jalan harus memperhatikan kondisi kendaraannya dengan baik, terutama sebelum melakukan perjalanan alangkah baiknya untuk di cek terlebih dahulu. Kecelakaan yang terjadi yang disebabkan oleh faktor kendaraan yaitu kendaraan dalam keadaan kerusakan sistem rem, ban pecah, kerusakan sistem kemudi, sistem lampu tidak berfungsi menyebabkan kecelakaan karena pengemudi tidak dapat melihat dengan baik jalan yang ada di depannya.
3. Faktor Prasarana
Faktor prasarana merupakan salah satu faktor penyebab ketiga penyumbang terjadinya kecelakaan. Permukaan jalan yang tidak rata dan berlubang, tidak ada rambu batas kecepatan, lebar perkerasan jalan yang tidak memenuhi syarat. Hal-hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
28 4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu pada saat hujan lebat yang menyebabkan gangguan penglihatan pengendara menurun dan pada saat hujan jalan cenderung licin. Begitu pula pada saat kondisi lingkungan atau cuaca sedang gelap, kabut, dan asap.
3.14 HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control)
Metode HIRARC merupakan elemen pokok dalam sistem manajemen keselamatan yang berkaitan langsung dengan Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. HIRARC merupakan metode identifikasi bahaya, risk assessment dan risk control yang biasa digunakan dan dianggap lebih tepat dan lebih teliti dimana bahaya yang timbul dijelaskan dari setiap aktivitas kegiatan.
Metode HIRARC dimulai dari menentukan jenis kegiatan yang kemudian diidentifikasi bahayanya sehingga diketahui risikonya.
Kemudian akan dilakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko untu mengurangi paparan bahaya. Manajemen risiko merupakan suatu proses yang logis dan sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi, dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi atau proses dengan tujuan mampu meminimalisasi kerugian dan memaksimumkan kesempatan. Metode hazard identification merupakan metode pencarian bahaya sebelum bahaya tersebut terjadi atau mencari potensi bahaya.
Terdapat teknik identifikasi bahaya pada metode proaktif yang akan dipakai untuk mengidentifikasi bahaya yaitu sebagai berikut :
1. Severity
Merupakan tingkat keparahan yang diperkirakan dapat terjadi.
2. Likelihood
Adalah kemungkinan terjadinya konsekuensi dengan system pengamanan yang ada.
29 3. Risk
Merupakan kombinasi likelihood dan severity. Metode HIRARC terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
1. Identifikasi Bahaya ( Hazard Identification)
Langkah awal dalam mengembangkan manajemen resiko keselamatan adalah dengan mengidentifikasi bahaya. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya bahaya dalam suatu lokasi atau aktivitas. Salah satu cara sederhananya adalah dengan melakukan pengamatan. Bahaya ( Hazard ) dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Point Hazard
Yaitu suatu objek permanen yang ada di permukaan jalan dengan Panjang terbatas yang dapat menjadi potensi terjadinya kecelakaan yaitu ditabrak oleh kendaraan yang keluar dari badan jalan dan tidak dapat dikendalikan oleh pengemudi, yaitu pohon berdiameter lebih 100 mm, kemudian rambu tak lepas, peletakkan tiang rambu yang tidak tepat, dinding parit yang membahayakan.
2) Continuous Hazard
Continuous Hazard memiliki objek yang dianggap bahaya dengan panjangnya melebihi dari point hazard. Oleh karena itu, umumnya sulit untuk memindahkan atau merelokasinya. Pada hazard ini objek yang terletak pada ruang bebas jalan maupun diluar ruang bebas jalan tetap memiliki potensi menimbulkan bahaya terhadap pengguna jalan. Seperti hutan dan pepohonan, deretan pohon besar, saluran drainase.
2. Penilaian Risiko ( Risk Assessment )
Pada penilaian risiko terdapat evaluasi risiko dan analisis risiko.Analisis risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap jalan dan risiko yang ringan atau
30 dapat diabaikan. Hasil analisis risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan atau standar dan normal yang berlaku untuk menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.
3. Pengendalian Risiko ( Risk Control )
Proses yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan semua kemungkinan bahaya ditempat kerja serta melakukan peninjauan ulang secara terus menerus untuk memastikan bahwa pekerjaan telah aman. Untuk mendapatkan tingkat risiko harus dapat mendefinisikan kriteria kemungkinan penyebab (likelihood ) dan risiko apabila akan terjadi (cosequences ). Untuk mendapatkan nilai likelihood didapatkan dari frekuensi perhitungan berdasarkan data dilapangan, sedangkan cosequences didapatkan dari risiko apabila terjadi dan didefinisikan secara kuantitatif.
31
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Alur Pikir
Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing
Segmen 6
Rumusan Permasala
han
karakteristik kecelakaan yang terjadi pada ruas jalan Kota Agung – Balimbing
Segmen 6
Faktor penyebab yang mempengaruhi kecelakaan di ruas jalan Kota Agung –
Balimbing Segmen 6
Pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan di ruas Jalan Kota Agung – Balimbing
Segmen 6
Maksud dan Tujuan
Rekomendasi penanganan faktor kecelakaan
Mengidentifikasi karakteristik kecelakaan lalu lintas yang terjadi
Mengidentifikasi faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang terjadi
Melakukan inspeksi keselamatan jalan dan menerapkan metode HIRARC
Menyusun rekomendasi peningkatan keselamatan lalu lintas
Metode yang dilakukan
Analisis Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas
Analisis faktor penyebab kecelakaan
Inspeksi Keselamatan dan analisis HIRARC
Usulan Peningkatan dan
Rekomendasi
32 4.2 Bagan Alir Penelitian
Untuk mempermudah dalam proses penelitian, maka dibuat suatu bagan alir tahapan penelitian yang berisi kerangka berupa tahapan-tahapan yang dilakukan selama penelitian, Secara umum urutan tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar
33 MULAI
IDENTIFIKASI MASALAH
PENGUMPULAN DATA
DATA SEKUNDER 1. Data
Kecelakaan Lalu Lintas
2. Data Analisis PKL Kabupaten Tanggamus
DATA PRIMER 1. Data Inspeksi
Jalan 2. Data Hazard 3. Data Spot speed
PENGOLAHAN DATA
ANALISIS DATA
Analisis Karakteristik Kecelakaan Lalu
Lintas
Inspeksi Keselamatan dan
Analisis HIRARC Analisis Faktor
Penyebab Kecelakaan
UPAYA PENINGKATAN DAN REKOMENDASI
SELESAI
MAKSUD DAN TUJUAN
34 4.3 Teknik Pengumpulan Data
4.3.1. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari instansi-instansi yang terkait dengan masalah penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian. Berikut merupakan data sekunder:
1. Data Kecelakaan
Yaitu data kecelakaan pada 5 tahun terakhir dan data lokasi rawan kecelakaan yang diperoleh dari unit satuan Polres Kabupaten Tanggamus, data kronologi kecelakaan. Kemudian dari data tersebut dilakukan pengolahan data sehingga menghasilkan Daerah Rawan Kecelakaan (DRK), serta titik blackspot nya.
2. Data analisis Tim PKL Kabupaten Tanggamus a. Data Survei Inventarisasi Jalan
Survei ini merupakan suatu kegiatan pendataan kondisi sarana, prasarana serta lingkungan sekitar segmen ruas jalan sehingga diketahui bagaimana keadaan sesungguhnya dilapangan.
1) Peralatan survey yang dibutuhkan, yaitu:
a. Walking Measure;
b. Roll Meter;
c. Clip Board;
d. Alat Tulis.
2) Pelaksanaan Survei
Dilakukan dengan cara mengamati, mengukur semua titik survei yang telah ditentukan dan mencata data ke dalam formulir survei sesuai dengan target data uang akan diambil terhadap semua perlengkapan jalan yang terdapat pada ruas segmen jalan.
3) Target Data
Survei inventarisasi ini dilakukan untuk mencatat dan mengetahui kondisi jalan, berupa Panjang dan lebar jalan serta perlengkapan jalan yang terdapat di wilayah studi. Lebar median, lebar trotoar, lebar bahu jalan, lebar lajur efektif,
35 fungsi dan status jalan, jenis jalan dan perlengkapan lainnya merupakan target data yang harus diperoleh.
4.3.2. Data Primer
Data ini didapatkan dari hasil pengamatan langsung di daerah kajian (survei). Adapun survei - survei yang dilakukan adalah:
1. Survei Inspeksi Keselamatan Jalan
Survei inspeksi keselamatan jalan pada ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 hanya menitik beratkan bagian fasilitas perlengkapan jalan dan bagian – bagian jalan.
a. Peralatan Survei 1. Walking Measure;
2. Roll Meter;
3. Clip Board;
4. Alat Tulis
b. Pelaksanaan Survei
- Melakukan pemeriksaan sesuai dengan formulir inspeksi keselamatan jalan;
- Melaksanakan inspeksi keselamatan jalan;
- Mencatat hasil pemeriksaan pada formulir inspeksi keselamatan jalan;
- Melakukan analisis dan evaluasi berdasarkan hasil inspeksi keselamatan jalan di lapangan.
c. Target Data
Target data dari survei inspeksi keselamatan jalan ini adalah memeriksa ruas jalan atau persimpangan jalan, khususnya untuk menemukan defisiensi dari aspek keselamatan jalan anatara lain:
a. Geometrik jalan;
b. Kondisi fisik permukaan jalan;
c. Bangunan pelengkap jalan;
d. Drainase jalan;
e. Marka jalan;
f. Perambuan jalan;
36 g. Fungsi penerangan jalan.
2. Survei Kecepatan Sesaat (Spot Speed)
Survei Spot Speed dilakukan untuk mengetahui kecepatan kendaraan pada saat melintasi suatu ruas jalan. Data yang didapat digunakan untuk menganalisis faktor penyebab kecelakaan. Apakah kecelakaan pada ruas jalan tersebut disebabkan oleh kecepatan pengendara yang tinggi atau rendah. Alat yang digunakan adalah alat speedgun dengan menekan tombol yang ada pada alat tersebut kemudian mengarahkan pada kendaraan yang lewat, sehingga mengetahui kecepatan sesaat kendaraan tersebut.
3. Survei Data Hazard
Data hazard pada ruas jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 dilihat dari aspek yang ada disekitar badan jalan dan tepi jalan yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi pengendara dan pengguna jalan yang melewati ruas jalan tersebut berdasarkan kondisi jalan yang ada.
4.4 Teknik Analisis Data
4.4.1. Analisis Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas
Data kecelakaan yang didapatkan dari Polres Kabupaten Tanggamus yang diperoleh dari data sekunder untuk mendapatkan informasi awal tentang daerah rawan kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Tanggamus sesuai dengan data periode tahun yang diperoleh.
Data analisis secara makro, yaitu:
1. Data Kecelakaan Pada Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus.
2. Analisis Waktu Kejadian.
3. Analisis Korban Kecelakaan.
4. Peta Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus.
Data analisis secara mikro, yaitu:
1. Kondisi Ruas Jalan Kota Agung – Balimbing Segmen 6 Kabupaten Tanggamus.