• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Farmakodinamik

N/A
N/A
annisa salma nur fauziyah

Academic year: 2025

Membagikan " Klasifikasi Farmakodinamik"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

OBAT-OBAT SISTEM SARAF

PUSAT

(2)

Obat-obat SSP Berdasarkan

Farmakodinamikanya dibagi 2 gol.

Besar :

1.

Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak

langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta

syarafnya.

2.

Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak

langsung memblokir  proses tertentu

pada aktivitas otak, sumsum tulang

belakang dan saraf- sarafnya

(3)

Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu:

1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika);Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia.

2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan penyakitParkinson.

3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal

4. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).

Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja transmitter)

(4)

Golongan Obat sistem Saraf Pusat

1. Analgetik

2. Anti Inflamasi Non Steroid

3. Hipnotik-Sedatif

4. Anastesi Umum dan Lokal

5. Psikotropik

(5)

ANALGETIKA

(6)

ANALGETIK

Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalau rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anastetika umum)

Berdasarkan efek farmakologinya Analgetik dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Analgetik Narkotik

2. Analgetik Perifer ( Non-narkotik)

(7)

Apa itu Nyeri ?

Sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh

kita yang disebabkan baik oleh gangguan Fisik ataupun kimia. Nyeri dapat terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan.

Nosisepsi adalah mekanisme dimana stimuli

perifer yg dianggap berbahaya ditransmisikan ke sistem saraf pusat.

Nociceptors polimodal (PMN) adalah tipe neuron sensorik perifer utama yang merespon terhadap rangsangan berbahaya. Sebagian besar adalah Serat-serat yang menanggapi rangsangan termal, mekanik dan kimia.

(8)

Cedera Jaringan

Pelepasan mediator kimia Hist, Kinin, PG

Vasokostrik si

(sementara vasodilat )

asi

permeabilita

s kapiler ↑

nyeri dema m

eritema (kongesti

darah)

edema (penimbuna

n car&sel)

nyeri (uj.

Syaraf &

bengkak)

panas

(vasodila tasi)

hilangnya

fungsi

(9)

Mekanisme Umum Penghambatan Nyeri

Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan analgetik perifer

Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris, misal dengan

anastetik lokal

Blokade pusat nyeri di susunan saraf

pusat dengan analgetik sentral (narkotik) atau dengan anastetik umum

(10)

1. Analgetik Opioid/Narkotik

Disebut juga OPIOIDA (=mirip opiat) adalah zat yang bekerja terrhadap reseptor opioid khas di susunan saraf pusat (SSP) hingga

persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi).

Tubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat endorfin (adalah kelompok polipeptida endogen yang terdapat di cairan cerebrospinal (CCS) dan dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin).

(11)

Berdasarkan Kerjanya dapat digolongkan :

Agonis Opiat

Alkaloid candu : morfin, kodein, heroin, nicomorfin

Zat sintesis : metadon dan derivat-derivatnya (propoksifen), petidin dan derivatnya serta tramadol

Cara kerja obat ini sama dengan morfin, hanya berbeda mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping serta resiko habituasi dan adiksi.

Antagonis Opiat : Nalokson, nalorfin, pentazosin

Bila digunakan sebagai analgetik, obat ini dapat menduduki reseptor

Kombinasi

Zat ini juga dapat mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan

sempurna

(12)

Reseptor Opioid

μ-reseptor yang dianggap bertanggung jawab untuk sebagian besar efek analgesik opioid, dan untuk beberapa efek yang tidak diinginkan yang besar (misalnya depresi pernafasan, euforia,

sedasi dan ketergantungan). Sebagian besar opioid analgesik adalah agonis reseptor μ-.

δ-reseptor berperan pada saraf perifer, tetapi dapat menyebabkan analgesia.

κ-reseptor berkontribusi terhadap analgesia pada tingkat spinal, dan dapat menimbulkan sedasi dan dysphoria, tapi menghasilkan sedikit efek yang

tidak diinginkan, dan tidak berkontribusi terhadap ketergantungan.

(13)

Semua reseptor opioid dihubungkan melalui G-protein dan melakukan

penghambatan adenilat siklase . Mereka juga memfasilitasi pembukaan kanal K + (menyebabkan Hyperpolarisation ) , dan menghambat pembukaan chanel Ca2 + ( menghambat pelepasan transmitter ) .

(14)

Morphine

Efek terhadap SSP

Analgesia : Meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit. Oleh karena itu,

membantu pasien untuk menghilangkan dysphoria, kecemasan. Tetapi tidak

menghilangkan kesadaran.

Depresi pernapasan dan penekanan batuk: mengurangi respon dari pusat pernafasan di batang otak dan

menghambat kadar karbon dioksida langsung pd pusat pernapasan.

(15)

Farmakokinetik Morphine

Baik diserap pd saluran pencernaan.

Namun, efek analgesik yang lebih besar pd pemberian secara I.M atau I.V.

Morfin dimetabolisme menjadi morfin-6- glukuronida, yang lebih kuat sebagai

analgesik.

Sembilan puluh persen dari dosis yang diberikan diekskresikan dalam urin; 10%

sisanya diekskresikan dalam feses

(16)

Codein

Efek farmakologis yang diberikan oleh codein mirip dg Morphine.

Digunakan untuk pengobatan batuk dan nyeri ringan

Efek samping yg ditimbulkan sedasi, depresi pernafasan, efek terhadap GI, kecanduan. (walaupun tidak sebesar morphine)

(17)

Petidin

Efek mirip dg morphine, bekerja pd agonis μ-reseptor

Digunakan untuk terapi : analgesik, asma jantung, sedasi (mengurangi dosis

anestesi) dan hibernasi buatan.

Efek samping: menyebabkan depresi pernapasan dan kecanduan.

(18)

Metadon

digunakan untuk mengobati kecanduan morfin dan diamorfin karena kecanduan kronis dan signifikan nya

(19)

Antagonis Opioid

Antagonis murni termasuk nalokson (short- acting) dan naltrexone (long-acting).

Mereka memblokir μ-, reseptor κ-dan-δ .

Nalokson tidak mempengaruhi ambang

nyeri, tapi memblok stres akibat analgesia, dan dapat memperburuk nyeri klinis.

digunakan untuk mengobati overdosis opioid atau untuk meningkatkan

pernapasan pada bayi baru lahir yg

dipengaruhi oleh efek opioid yang diberikan kepada ibu.

(20)

2. Obat Analgesik Perifer (Non Narkotik)

Parasetamol

Salisilat : Asetosal, salisilamid, dan benorilat

Penghambat prostaglandin (NSAID’S) ; ibupropen

Derivat-derivat Pirazolinon : aminofenazon

Derivat-derivat antranilat : mefenaminat

Lainnya : benzidamin

(21)

Penggunaan

Efek Analgetik

Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi susunan saraf pusat atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan (intensitas nyeri ringan sampai sedang)

Efek antipiretik

Obat-obat ini akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Daya antipiretiknya berdasarkan

rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dan

bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluar keringat yang banyak.

Efek anti radang atau anti inflamasi

Analgetik juga memiliki daya anti radang, khususnya kelompok NSAID’S (Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs) termasuk asetosal

Zat-zat ini digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan

(22)

Efek Samping

Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung-usus (salisilat,

penghambat prostaglandin=NSAID’S, derivat-derivat pirazolinon), kerusakan darah (parasetamol, salisilat, derivat antranilat, derivat pirazolinon),

kerusakan hati dan ginjal (parasetamol, penghambat prostaglandin), dan juga reaksi alergi pada kulit.

Efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis

tinggi.

(23)

ANALGETIK ANTI RADANG (NSAID’S)

NSAID’S (Non Steroid Anti InflamasiDrugs) berkhasiat analgetik, antipiretik dan anti

radang dan sering digunakan untuk menghalau gejala penyakit rema, seperti arthritis

rheumatica, artrosis.

Obat ini juga efektif untuk peradangan lain akkibat trauma (pukulan, benturan,

kecelakaan). Juga pada setelah pembedahan atau memar akibat olah raga. Intinya obat ini mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam dosis yang cukup tinggi.

(24)

Stim ulus

Gangguan pd m em bran sel

Phospholipids

Phospolipase Arachidonic acid

Lipoxygenase Cyclo-oxygenase

Leukotrienes

LTC4/ D4 / E4 Prostaglandins Throm boxane Prostacyclin

Phagocyte attraction, activation

LTB4

Inflam asi

Alteration of vascular perm eability, bronchial constriction, increased

secretion

Bronchospasm , congestion, m ucus plugging

Leukocyte m odulation

Inflam asi

NSAID. ASA Phospholipase inhibitors

Corcoticosteroids

Fatty acid substitution (diet)

Lipoxygenase inhibitors

Receptor level antagonists

Colchicine

(25)

Penggolongan

Salisilat : asetosal, benorilat dan diflunisal Dosis anti radang 2-3 kali lebih tinggi dari pada dosis analgetik. Tetapi karena resiko efek samping sehingga jarang digunakan dalam obat rematik.

Asetat : diklofenak, alklofenak, indometasin, sulindac

Alklofenak jarang digunakan lagi karena menimbulkan reaksi kulit.

Indometasin termasuk obat yang terkuat

daya anti radangnya. Tetapi lebih sering

menyebabkan keluhan lambung.

(26)

Propionat: Ibupropen, ketopropen, naproksen

Oxicam : piroksikam, tenoxicam, meloxicam

Antranilat: mefenaminat, nifluminat dan meclofenamic acid

Pirazolon : (oxy) fenilbutazon, azapropazon

Lainnya : Nabumeton, benzidamin kream 3%, bufexamac kream 5%

Benzidamin berkhasiat anti radang tetapi kurang efektif pada gangguan rematik

(27)

Mekanisme Kerja

Cara kerja NSAID’S sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa

prostaglandin dimana kedua jenis ciklo- oksigenase diblokir

NSAID’S idealnya hanya menghambat ciklo- oksigenase II/COX-II (peradangan) dan tidak COX-I (perlindungan mukosa lambung)

(28)

Efek Samping secara Umum

Efek ulcerogan : mual, muntah, nyeri lambung, gastritis

Obat yang banyak menimbulkan keluhan

lambung serius adalah indometasin, piroksikam.

Gangguan fungsi ginjal: insufisiensi, kelainan pada regulasi elektrolit dan air (udem,

hiperkalemia). Prostaglandin (PG) memelihara volume darah yang mengalir melalui ginjal

(perfusi) karena terhambatnya sintesa PG maka perfusi dan laju filtrasi glomeruler berkurang

dengan efek-efek tersebut.

Agregasi trombosit dikurangi, sehingga masa perdarahan dapat diperpanjang. Efek ini

reversible kecuali asetosal.

Reaksi kulit : ruam dan urtikaria (diklofenak dan sulindac)

Lain-lain : bronkokontriksi, efek sentral, gangguan fungsi hati (diklofenak)

(29)

Enzim Siklo- Oksigenase

Siklo – oksigenase 1 (COX-1) : Lambung , Usus, Ginjal, Platelet

Siklo – oksigenase 2 (COX-2) : inflamasi

(30)

 Nonselective COX Inhibitors

Salicylic acid derivates : aspirin, sodium

salicylates, salsalate, diflunisal, sulfasalazine, olsalazine

Para-aminophenol derivatives : acetaminophen

Indole & indene acetic acids : indomethacin, sulindac

Heteroaryl acetic acids : tolmetin, diclofenac, ketorolac

Arylpropionic acids : ibuprofen, naproxen, flurbiprofen, ketoprofen, fenoprofen,

oxaprozin

Anthranilic acids (fenamates) : mefenamic acid, meclofenamic acid

Enolic acids : oxicams (piroxicam, meloxicam)

Alkanones : nabumetone

(31)

 Selective COX-2 Inhibitors

Diaryl-substituted furanones : rofecoxib

Diaryl-substituted pyrazoles : celecoxib

Indole acetic acids : etodolac

Sulfonanilides : nimesulide

(32)

ASPIRIN

 Asam Asetil Salisilat = Asetosal

 Batang pohon willow (Leroux;

1829)

 Antipiretik

 Prototipe dari NSAID

 Penghambat non-selektif

COX-1 & COX-2

(33)

Farmakodinamik

Efek Analgesik :

menghambat sintesis PGE&PGI

Efek Antipiretik :

memperbaiki fungsi termostat di hypothalamus, hambatan sintesis Prostaglandin E2

Meningkatkan pengeluaran keringat, vasodilatasi perifer

Efek Antiinflamasi :

hambatan sintesis Prostaglandin E2 &

Prostasiklin

tidak menghambat migrasi sel

(34)

 Efek pada darah :

waktu perdarahan meningkat

hipoprotrombinemia

platelet disfungsi  menghambat agregasi

 Efek pada metabolisme :

dosis >  hiperglikemia 

glukosuria

(35)

 Efek pada kelenjar endokrin :

dosis berlebih  hiperglikemia

rangsangan hypothalamus  steroid bebas darah berlebih

 Efek pada SSP :

dosis >  intoksikasi

salisilismus  pusing, bingung,

tinitus, vertigo

(36)

 Efek anti Gout :

dosis > (5 gr)  hambt reabs  urikosurik

dosis < (1-2gr)  hambt sekresi  eks <

 Efek pada G.I. tract :

iritasi lokal: difusi kembali asam lambung ke mukosa  kerusakan jaringan

sistemik: hambatan sints PGE 2 & PGI 2 (hambatan sekresi asm lambung &

merangsang sekresi mukus bersifat

sitoprotektif)

(37)

 Efek pada pernapasan :

dosis  respirasi alkalosis terkompensasi

dosis > → depresi pernafasan

 Efek pd hepar & ginjal :

hambatan PGE2  gangguan hemostasis ginjal

SGOT & SGPT ↑  hepatomegali, ikterus

(38)

Farmakokinetik

 Topikal : Asam salisilat; Metil salisilat

 Distribusi :

Seluruh jaringan tubuh & cairan transelular

Cairan sinovial, spinal, peritoneal, liur, ASI

Menembus sawar otak & uri

 Metabolisme : di hepar

 Ekskresi :

- Urine >>>> - Keringat > - Empedu >

(39)

 Efek samping :

Iritasi lambung

Allergi

Kemungkinan peningkatan perdarahan

 Penggunaan klinis :

Analgesik - Antipiretik

Demam reumatik akut

Reumatoid artritis

Mencegah trombus

 Kontra Indikasi :

Ulkus peptikum

Haemophylia

Allergi

(40)

PARA AMINO FENOL

Fenasetin; Asetaminofen; Asetanilid

Parasetamol

Digunakan pertama tahun 1893

Menghambat sintesis PG di sentral

Efek analgesik & antipiretik serupa Aspirin

Antiinflamasi <<<

(41)

Parasetamol vs Aspirin

Tidak  antiinflamasi

Tidak  anti gout

Tidak  iritasi lambung

Tidak  gangguan pernafasan

Tidak  gangguan keseimbangan asam basa

Tidak  efek metabolisme karbohidrat

Hambatan sintesis PG  peroksid ↓

(42)

Efek Samping

Jarang terjadi alergi

Anemia hemolitik , Methemoglobinemia

Nefropati

Hepatotoksik

(43)

PIRAZOLON

Fenilbutazon; Dipiron ; Antipirin & Aminopirin

Fenilbutazon &

Oksifenbutazon

Efek analgesik <

Efek antiinflamasi, efek urikosurik

Retensi Na, Cl & air  edema  payah jantung

Iritasi lambung >>, alergi

(44)

Dipiron

Analgesik-antipiretik

Antiinflamasi lemah

Penggunaan klinis :

menurunkan demam  penyakit hodgkin

(45)

ASAM MEFENAMAT

Analgesik

Antiinflamasi <

ESO: iritasi lambung, diare pada px tua, hipersensitivitas, gangguan fungsi ginjal

 jangan > 7 hari

KI: bumil, < 14 tahun

(46)

AS. PROPIONAT

Ibuprofen, Naproksen  kurang toksik

Ketoprofen, As. Tiaprofenat

Analgesik, Anti inflamasi <<

Gangguan fngs ginjal: diuresis & natridiuresis <  Furosemid & Tiazid; mengurangi efek antihipertensi

KI: bumil, busu

Ketoprofen: antiinflamasi sedang

(47)

INDOMETASIN

Analgesik-Antipiretik & antiinflamasi

Hambatan migrasi leukosit (=kolkisin)

ESO: gangguan GIT, agranulositosis, aplastik anemia, trombositopenia, alergi

Gangguan funsi ginjal:

hiperkalemia

diuresis & natridiuresis < Furosemid & Tiazid;

mengurangi efek antihipertensi

KI: bumil, busu, < 14 tahun

(48)

DIKLOFENAK

Derivat asam fenil asetat

KI: Bumil

Penggunaan Klinis :

Reumatoid Artritis

Osteoartritis

(49)

PIROKSIKAM

NSAID unsur baru  Oksikam

T 1/2 > 45 jm  1/hari

Penggunaan klinis

reumatoid artritis

osteo artritis

spondilitis ankilosa

KI: bumil

(50)

NABUMETON

Pro-drug  metabolitnya aktif hambat enzim COX

Tidak bersifat asam

Tidak menghambat prostasiklin yang bersifat sitoprotektif

ESO relatif lebih rendah

Penggunaan klinis:

Reumatoid Artritis

Osteoartritis

(51)

MELOXICAM (MOVI - COX)

Selektif menghambat COX-2

Efek saluran cerna & ginjal (-)

Penggunaan Klinis:

Reumatoid Artritis

Osteoartritis

(52)

CELECOXIB (CELEBREX)

Hambat PG terutama COX-2

Antiinflamasi, analgesik & antipiretik

Pengaruh agregasi platelet; edema (-)

Penggunaan klinis:

Reumatoid Artritis, Osteoartritis

Hati–hati: asma, hipertensi, gangguan jantung

& ginjal, bumil, busu, < 18 tahun

(53)

NIMESULIDE

Golongan Sulfonanilide

Antiinflamasi, analgesik & antipiretik

Hambat PG terutama COX-2

Iritasi lambung <

(54)

FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI, HIPNOTIK-SEDATIVE

& PSIKOTROPIK Kuliah Farmakologi

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

(55)

SISTEM SYARAF

PUSAT

(56)

SISTEM SARAF PUSAT

1.

Sistem Motorik

(Otot,sendi,rangka): untuk

melaksanakan aktifitas ubudiah dan amaliah.

2.

Sistem Sensorik (Alat Indera) : untuk menerima masukan dari

lingkungan.

3.

Sistem Penunjang (Sistem

Resp.,Cardiovasc., Digestivus, Reproduksi, Excretoria dsb) :

untuk menjaga kelangsungan hidup.

4.

Sistem Kontrol (Sistem Syaraf Pusat) : untuk pengaturan dan

kontrol

(57)

Pembagian Sistem Syaraf

1. Sistem Syaraf Tepi a. Nervi craniales

b. Nervi spinales

2. Sistem Syaraf Pusat a. Medulla Spinalis

b. Cerebrum :

- Truncus Cerebri

(Medulla Oblongata,

Pons,Mesenecephalon, Diencephalon)

- Telencephalon (

Cortex cerebri, Rhinence- phalon, Ganglia

basalis

)

c. Cerebellum

(58)

ORGANISASI SISTEM SYARAF PUSAT

Unit terkecil yg menyusun SSP adalah sel syaraf atau neuron

Kumpulan neuron di dlm SSP disebut nucleus. Pada SS Tepi disebut

ganglion.

Nucleus satu dengan yg lain

dihubungkan oleh serabut syaraf yg disebut fibra, tractus, fasciculus,

atau lemniscus tergantung dari bentuk

dan ukurannya.

(59)

ORGANISASI SISTEM SYARAF PUSAT (lanjutan)

Berdasarkan faalnya, neuron

digolongkan dalam; neuron motorik, sensorik dan interneuron.

Neuron motorik mengirim impuls

motorik ke perifer (otot atau kelenjar).

Neuron sensorik mengirim impuls sensorik dari alat indera ke pusat sensorik di Medula spinalis dan Cerebrum

Interneuron menghubungkan neuron sensoris dan motoris, berfungsi

koordinasi dan integrasi.

(60)

ORGANISASI SISTEM SYARAF PUSAT (lanjutan)

Sistem syaraf pusat tersusun dalam bentuk jaringan (network) yang

sangat kompleks dari inti-inti syaraf (nuclei, pusat. area) yang

dihubungkan oleh serabut syaraf

(fibra,tractus, fasciculus, lemniscus).

Masing-masing inti dapat berfungsi koordinasi, integrasi, atau asosiatif

Secara faaliah, impuls yg dihasilkan

oleh inti tsb dapat berisifat fasilitasi

atau inhibisi.

(61)

ANESTESI

(62)

ANASTESI

KEADAAN DIMANA HILANGNYA SENSASI RASA NYERI DISERTAI HILANGNYA

KESADARAN (ANASTESI UMUM) ATAUPUN TIDAK (ANASTESI LOKAL)

OBAT ANASTESI DIGOLONGKAN MENJADI 2

ANATESI

:

UMUM ANATESI

LOKAL

(63)

Dalam anestesi terdapat taraf-taraf narkosa

tertentu yaitu penekanan sistrem saraf sentral secara bertingkat.

Taraf-taraf narkose

Anestesi umum dapat menekan susunan saraf sentral secara berurutan, yaitu :

1. Taraf analgesia, yaitu kesadaran dan rasas nyeri berkurang

ANESTESI

UMUM

(64)

2.

Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi kegelisahan

Kedua taraf ini disebut taraf induksi

3.

Taraf anestesia, yaitu reflek mata hilang, nafas otomatis dan

teraturseperti tidur dan otot-otot melemas (relaksasi)

4.

Taraf pelumpuhan sumsum tulang,

yaitu kerja jantung dan pernafasan

terhenti

(65)

Tujuan narkose adalah untuk mencapai taraf anestesia dengan sedikit mungkin kerja ikutan atau efek samping, oleh

karena itu taraf pertama sampai ketiga adalah yang paling penting sedangkan taraf keempat harus dihindari. Pada

proses recovery (sadar kembali) terjadi

dengan urutan taraf terbalik dari taraf

ketiga sampai kesatu.

(66)

Persyaratan anestesi umum

Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu

anestesi umum adalah :

1.

Berbau enak dan tidak merangsag selaput lendir

2.

Mula kerja cepat tanpa efek samping

3.

Sadar kembalinya tanpa kejang

4.

Berkhasiat analgesik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya

5.

Tidak menambah perdarahan kapiler

selama waktu pembedahan

(67)

Guna mencapai narkosa umum yang cukup dalam dan lama digunakan suatu anestetika dengan penambahan suatu obat pembantu , yang bertujuan untuk menghindarkan atau memperkecil kerja ikutan dan memperkuat salah satu khasiat anestetiknya, seperti :

Sebelum narkose (premedikasi) diberikan obat- obat sedatif (klorpromazin, morphin dan

petidin) guna meniadakan kegelisahan dan obat-obat parasimpatolitik (atropin) guna menekan sekresi ludah yang berlebihan.

Selama narkose, diberikan obat-obat relaksasi otot (tubokurarin, galamin)

Setelah narkose(post medikasi) diberikan obat- obat analgesik (methampiron) dll, sedativa

(luminal) dan anti emetika (klorpromazin HCl)

(68)

Efek Samping

Hampir semua anestesi inhalasi

mengakibatkan sejumlah efek samping yang terpenting diantaranya adalah :

Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretilen

Mengurangi kontraksi jantung,

terutama halotan dan metoksi fluran, yang paling ringan pada eter

Merusak hati oleh karena sudah tak digunakan lagi seperti senyawa

kloroform

Merusak ginjal khususnya

metoksifluran

(69)

Penggolongan

Menurut penggunaannya anestesi umum dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Anestesi injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting (tiopental dan heksobarbital)

2. Anestesi inhalasi, diberikan sabagai uap melalui saluran pernafasan, contohnya eter

(70)

Teknik Pemberian

Pemberian anestesi inhalasi dibagi menjadi 3 cara yaitu :

1. Sistem terbuka yaitu dengan penetesan langsung keatas kain kasa yang menutupi mulut atau hidung penderita, contohnya eter dan trikloretilen

2. Sistem tertutup yaitu dengan menggunakan alat khusus yang menyalurkan campuran gas dengan oksigen dimana sejumlah CO2 yang dikeluarkan dimasukkan kembali (bertujuan memperdalam

pernapasan dan mencegah berhentinya pernapasan atau apnea yang dapat terjadi bila diberikan dengan sistem terbuka. Karena pengawasan penggunaan anestetika lebih teliti maka cara ini lebih disukai, contohnya siklopropan, N2O dan halotan

3. Insuflasi gas, yaitu uap atau gas ditiupkan kedalam mulut, batang tenggorokan atau trachea dengan memakai alat khusus seperti pada operasi amandel

(71)

Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Dinitrogen Monoksida (N2O, gas gelak/gas tertawa)

Indikasi :

Kontra indikasi : -

Efek samping : -

Sediaan : -

2. Enfluran

Indikasi :

Kontra indikasi : -

Efek samping :

Sediaan : -

3. Halotan

Indikasi :

Kontra indikasi : -

Efek samping :

Sediaan : -

(72)

4. Dropridol

Indikasi :

Kontra indikasi : -

Efek samping : -

Sediaan : -

5. Eter

Indikasi :

Kontra indikasi : -

Efek samping :

Sediaan : -

6. Ketamin Hidrolorida

Indikasi :

Kontra indikasi : -

Efek samping :

Sediaan : -

7. Tiopental

Indikasi :

Kontra indikasi :

Efek samping :

Sediaan : -

(73)

Obat anestesi lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh dari

Erythroxylon coca yang dapat memberi rasa nyaman dan mempertinggi daya tahan tubuh.

Pd thn 1892 dikembangkan anestesi lokal

sintesis seperti prokain dan benzokain beserta derivatnya. Kemudian pd tahun 1940 keatas dikenalkan anestesi modern yaitu lidokain, prilokain dan bupivakain.

ANESTESI

LOKAL

(74)

Anestesi lokal dikatakan ideal bila memiliki beberapa persyaratan

sebagai berikut :

Tidak merangsang jaringan

Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral

Toksisitas sistemis rendah

Efektif pada penyuntikan dan penggunaan lokal pd selaput lendir

Mula kerja sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu cukup lama

Larut dalam air dengan menghasilkan larutan stabil dan tahan pemanasan (proses

sterilisasi)

(75)

KHASIAT DAN MEKANISME KERJA

ANASTESI LOKAL MENGAKIBATKAN KEHILANGAN RASA DGN CARA :

MENGHINDARKAN UNTUK SEMENTARA PEMBENTUKAN DAN TRANSMISI IMPULS MELALUI SEL-SEL SARAF DAN UJUNGNYA

MENGHAMBAT PENERUSAN IMPULS DGN JALAN MENURUNKAN PERMIABELITAS

MEMBRAN SEL SARAF UNTUK ION

NATRIUM, YG DIBUTUHKAN OLEH SEL SARAF YG LAYAK.

(76)

EFEK LAIN

1.

MENEKAN SSP, BS MENYEBABKAN DEPRESI DAN TERHAMBATNYA

PERNAPASAN SAMPAI AKHIRNYA KEMATIAN.TP ANASTESI LOKAL SINTETIK TDK TERLALU BERAT

MENEKAN SSP DIBANDING KOKAIN.

2.

MENEKAN SISTEM KARDIOVASKULAR

PENURUNAN KEPEKAAN UNTUK RANGSANGAN LISTRIK

PENURUNAN KECEPATAN PENERUSAN IMPULS DAN DAYA KONTRAKSI JANTUNG

EFEK INI DIGUNAKAN SEBAGAI OBAT ANTI ARITMIA SPT : PROKAIN DAN

PROKAINAMIDA

(77)

3. VASODILATASI, PD DOSIS YANG AGAK BESAR YANG BISA MENCAPAI PEREDARAN DARAH ( KECUALI KOKAIN YANG BEREFEK VASOKONSTRIKSI)

(78)

Efek Samping

Efek samping penggunaan anestesi lokal terjadi akibat khasiat EFEK

DEPRESI THD SSP DAN EFEK kardio depresifnya (menekan fungsi

jantung) DGN GEJALA

PENGHAMBATAN PERNAPASAN DAN

SIRKULASI DARAH, SERTA EFEK LAIN

DAPAT mengakibatkan hipersensitasi

berupa dermatitis alergi.

(79)

Penggunaan

Anestesi lokal umumnya digunakan secara parenteral, misalnya pembedahan kecil dimana pemakaian anestesi umum tidak

dibutuhkan. Berdasarkan cara pemakaiannya Anestesi lokal dibagi menjadi 6 jenis :

Anestesi LOKAL, digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes mata

untuk mengukur tekanan intraokuler mata atau mengeluarkan benda asing di mata, juga

sebagai salep untuk gatal dan nyeri luka bakar dan dlm bentuk supp. Untuk anti wasir

Anestesi infiltrasi, yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi (pencabutan gigi)

(80)

Anestesi konduksi (penyaluran

saraf), injeksi di tulang belakang, yaitu dengan penyuntikan di suatu tempat

dimana banyak saraf terkumpul,

sehingga mencapai anestesia dr suatu daerah yang luas , misal pada

pergelangan tangan atau kaki, jg unt mengurangi nyeri yg hebat

Anestesi spinal (intratechal)/injeksi punggung, dicapai pembiusan dr kaki sampai tulang dada hny dalam

beberapa menit. Kesadaran penderita

tdk dihilangkan dan selesai pembedahan

tdk terasa mual.

(81)

Anestesi epidural, termasuk injeksi punggung. Obat disuntikan diruang epidural. Tergantung pd efek yg

dikehendaki, injeksi diberikan dilokasi yg berbeda : secara lumbal (unt Sectio

caesarea), obstreti dan pembedahan perut bag. Bawah, scr servical

mencapai hilang rasa ditengkuk; scr thoracal untuk pemotongan di paru- paru dan perut bag. atas

Anestesi permukaan, sebagai suntikan banyak digunakan sbg

penghilang rasa oleh dokter gigi unk mencabut geraham dan untuk

pembedahan kecil, spt menjahit luka pd kulit, jg digunakan untk bronkoskopi,

gastroskopi, dan sitoskopi.

(82)

Penggolongan

Secara kimiawi anestesi lokal dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

a.Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain dan oksibuprokain

b.Senyawa amida, contohnya lidokain,

prilokain, mepivakain, bupivikain, cinchokain

c.Serba-serbi, contohnya jokain dan benzilalkohol

(83)

Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1.

Bupivikain

Indikasi : Anestesi lokal

Kontra indikasi : -

Efek samping : -

Sediaan : - 2.

Etil klorida

Indikasi : Anestesi lokal

Kontra indikasi : -

Efek samping : menekan pernafasan, mual dan gelisah

(84)

3.

Lidokain

Anestesi infiltrasi dan permukaan, antiaritmia Kontra indikasi : -

Efek samping : mengantuk Sediaan : -

4.

Benzokain

Anestesi permukaan dan menghilangkan rasa

nyeri dan gatal

Kontra indikasi : - Efek samping : - Sediaan : -

5.

Prokain

Indikasi : Anestesi infiltrasi dan permukaan Kontra indikasi : -

Efek samping : hipersensitasi dan kematian

(85)

6. Tetrakain

Indikasi : Anestesi infiltrasi, lokal

Kontra indikasi : -

Efek samping : -

Sediaan : obat tetes mata dan tablet hisap 7. Benzilalkohol

Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan cabut gigi

Kontra indikasi : insufisiensi sirkulasi jantung dan hipertensi

Efek samping : menekan pernafasan

Sediaan : -

(86)

HIPNOTIK-SEDATIVE

(87)

Sedatif adalah substansi yang memiliki

aktifitas moderate yang memberikan efek menenangkan

hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta

mempertahankan tidur

(88)

Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat

(SSP). Efeknya bergantung dosis, mulai dari ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga berat yaitu kehilangan kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati.

Obat ini digunakan berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana

nyeri akut dan kronik, tindakan

anesthesia, penatalaksanaan kejang serta

insomnia

(89)

Klasifikasi Obat Hipnotik- Sedative

Benzodiazepin

Barbiturat

Golongan obat nonbarbiturat- nonbenzodiazepin

(90)

BENZODIAZEPIN

Benzodiazepin adalah obat yang

memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yakni anxiolisis, sedasi, anti konvulsi,

relaksasi otot melalui medulla spinalis, dan amnesia retrograde.

Keunggulan benzodiazepin dari

barbiturat yaitu rendahnya tingkat

toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom di hati

(91)

Mekanisme Kerja

Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-

aminobutyric acid (GABA) sebagai

neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi

hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak dapat dieksitasi

(92)

Lanjutan...

Efek sedative timbul dari aktivasi reseptor GABAA sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari reseptor GABA di otak (korteks serebral, korteks sereblum, thalamus).

Sementara efek ansiolitik timbul dari

aktifasi GABA sub unit alpha 2 (Hipokampus dan amigdala)

(93)

Chemical structures of

benzodiazepines

(94)
(95)

Efek Samping

Kelelahan dan mengantuk adalah efek samping yang biasa pada pengunaan lama benzodiazepin

Penggunaan yang lama benzodiazepine tidak akan mengganggu tekanan darah, denyut jantung, ritme jantung dan

ventilasi.

(96)

Barbiturat

 Secara kimia, barbiturate merupakan derivate asam barbiturate. Asam

barbiturate (2,4,4-

trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara ureum dengan asam malonat.

(97)

Mekanisme Kerja

Golongan barbiturate bekerja pada

neurotransmitter penghambat GABA pada sistem saraf pusat. Aktifasi reseptor ini

meningkatkan konduktase klorida transmembran, sehingga terjadi

hiperpolarisasi membrane sel post sinaps

 Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik.

(98)

Chemical structures of barbiturates

and other sedative-hypnotics

(99)
(100)

Efek Samping

Golongan barbiturat mempunyai rentang dosis aman sempit

Dapat menimbulkan koma

Barbiturate tidak boleh diberikan pada

penderita alergi barbiturate, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson.

Barbiturate juga tidak boleh diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu, karena

dapat menambah kebingungan di malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut

(101)

Golongan obat nonbarbiturat- nonbenzodiazepin

 Propofol

 Ketamin

 Dekstrometorphan

 dll

(102)

Propofol

Propofol adalah substitusi isopropylphenol yang digunakan secara intravena sebagai 1% larutan pada zat aktif yang terlarut, serta mengandung 10% minyak kedele, 2,25% gliserol dan 1,2% purified egg

phosphatide. Obat ini secara struktur kimia berbeda dari sedative-hipnotik yang

digunakan secara intravena lainny

(103)

Mekanisme Kerja

Propol relative selektif dalam mengatur reseptor GABA dan tampaknya tidak

mengatur ligand-gate ion channel lainnya.

Propofol dianggap memiliki efek sedative hipnotik melalui interaksinya dengan

reseptor GABA

(104)

KETAMINE

Ketamin adalah derivate phencyclidine yang meyebabkan disosiative anesthesia yang ditandai dengan disosiasi EEG pada talamokortikal dan sistem limbik.

ketamine larut dalam air dan dapat menyebabkan analgesic pada dosis subanestetik

(105)

Mekanisme Kerja

Ketamin bersifat non-kompetitif

phenycyclidine di reseptor N-Methyl D

Aspartat (NMDA). Ketamin juga memiliki efek pada reseptor lain termasuk reseptor opioid, reseptor muskarinik, reseptor

monoaminergik, kanal kalsium tipe L dan natrium sensitive voltase. Tidak seperti

propofol dan etomide, katamin memiliki efek lemah pada reseptor GABA.

(106)

Dekstromethorpan

Dekstromethorphan adalah NMDA

antagonis dengan afinitas ringan yang paling sering digunakan sebagai

penghambat respon batuk di sentral. Obat ini memiliki efek yang seimbang dengan kodein sebagai antitusif tetapi tidak

memiliki efek analgesic. Tidak seperti kodein, obat ini tidak menimbulkan efek sedasi atau gangguan sistem

gastrointestinal. DMP memiliki efek euphoria sehingga sering disalahkan.

(107)

Tanda dan gejala penggunaan berlebihan DMP adalah hipertensi sistemik, takikardia, somnolen, agitasi, ataxia, diaphoresis, kaku otot, kejang, koma, penurunan suhu tubuh

(108)

PSIKOTROPIK

(109)

Pasikotropika adalah zat-zat kimia yang menekan kerja susunan saraf pusat dan

memberikan efek mengkhayal (halusinasi), gangguan cara berpikir, perubahan

emosi/perasaan, dan juga memberikan efek stimulasi (merangsang).

(110)

Obat Psikotropik biasanya menimbulkan :

1.

Keadaan ketergantungan

2.

Depresi dan stimulan susunan saraf pusat (SSP)

3.

Menyebabkan halusinasi

4.

Menyebabkan gangguan fungsi motorik

atau persepsi

(111)

Penggolongan Berdasarkan Farmakologi

Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu di SSP

Obat-obat yang menstimulir (merangsang) fungsi-fungsi tertentu di SSP

Obat-obat yang mengacaukan mental tertentu

(112)

Obat-obat yang menekan fungsi- fungsi psikis tertentu di SSP

  Obat Golongan Neuroleptika

obat yang menekan fungsi psikis tertentu, tanpa menekan fungsi-fungsi umum

seperti berpikir dan berkelakuan normal.

Obat-obatab ini dapat meredakan emosi dan agresi yang pada umumnya diderita oleh psikosis, yaitu penderita penyakit jiwa seperti schizophrenia.

(113)

Obat Transquillizer

Adalah obat-obat penenang yang berkhasiat selektif terutama pada bagian obat yang

menguasai emosi-emosi kita, yakni system limbis dan menekan SSP. Bedanya dengan neuroptika adalah bukan merupakan

antipsikotika

(114)

Obat-obat yang menstimulir (merangsang) fungsi-fungsi tertentu di SSP

 Obat golongan anti depressive Adalah obat yang dipergunakan untuk menghilangkan,

memperbaiki dan meringankan gejala-gejala suasana jiwa

seperti murung dan lain

sebagainya.

(115)

Obat golongan Psikostimulansia

Obat ini memiliki kemampuan untuk

mempertinggi inisiatif, kewaspadaan serta prestasi fisik dan mental, rasa letih dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.

Termasuk dalam golongan ini adalah

amfetamin-amfetamin serta doping yang lain

(116)

Obat-obat yang mengacaukan mental tertentu

Obat ini justru kebalikan dari golongan

neuroptika yang berguna meredakan emosi serta khayalan, obat ini justru

menimbulkan halusinasi, pikiran-pikiran, dan impian-impian khayalan. Obat ini

termasuk golongan psikodisleptika. Contoh obat golongan ini adalah (LSD (Lysergic

Acid Dicthylamide).

(117)

Penggolongan Berdasarkan Perpu

Psikotropika golongan I : yaitu

psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi

ketergantungan yang sangat kuat

Psikotropika golongan II : yaitu

psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan ketergantungan.

.

(118)

Psikotropika golongan III : yaitu psikotropika dengan efek

ketergantungannya sedang dari kelompok hipnotik sedatif.

Psikotropika golongan IV : yaitu psikotropika yang efek

ketergantungannya ringan

(119)

TUGAS

Contoh obat Psikotropika Golongan I, II, III dan IV

Lengkapi : Indikasi, Kontra indikasi ,

Efek Samping dan Sediaan dari obat-

obat Psikotropika

(120)

terimakasih

Referensi

Dokumen terkait

itu efek mekanik dari traksi-translasi akan menghasilkan gerakan osilasi akan merangsang sistem saraf pada sendi terutama tipe II dan III untuk menginhibisi kerja saraf

• Interaksi pada sistem fisiologik yang sama tetapi pada reseptor yg berlainan à 2 obat punya efek. berlawanan à meniadakan satu sama

•Obat diabetes oral : Merangsang sekresi insulin Efek samping : Hipoglikemi -&gt; Vertigo.. •Biguanid : Bekerja di perifer untuk meningkatkan ambilan glukosa Efek samping :

kolinergik pada sistem saraf parasimpatis sama efek farmakodinamiknya dengan. obat-obat golongan antagonis kolinergik

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,

Obat-obatan penghambat ACE (ACE inhibitor) adalah segolongan obat yang menghambat kinerja angiotensin-converting enzyme (ACE), yakni enzim yang berperan dalam sistem

proses neuron yang berkembang dalam sel otak seorag adalah sangat menarik untuk dipelajari , selain obat obatan juga harus belajar cara mengaktivasi gelombang dalam otak untuk bekerja dan sel membelah diri

Teks tersebut membahas tentang pengertian komunikasi kelompok dan klasifikasi kelompok primer dan