Metode ini melibatkan pertunjukan dan pembagian kelompok yang lebih besar menjadi kelompok yang lebih kecil dengan membentuk kelompok-kelompok kecil. Menurut Slavin, Belajar Bersama adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang heterogen untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu. Menurut Nurochmah (2014) Belajar Bersama merupakan model pembelajaran yang diyakini cocok untuk situasi siswa yang cenderung belajar lebih efisien dalam kelompok atau belajar bersama.
Menurut Miftahul Huda (2012), model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together bermanfaat dalam memudahkan pembagian kerja dan memudahkan siswa dalam melaksanakan tanggung jawab individu sebagai anggota kelompok, sehingga dapat diterapkan dalam semua pembelajaran. . tingkat gelar. Pembelajaran kolaboratif merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang heterogen untuk menyelesaikan tugas tertentu. Melalui model Pembelajaran Kolaboratif, siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran karena siswa harus bekerja sama dalam kelompok dan mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Dengan belajar bersama, masing-masing kelompok diharapkan mampu membangun dan menilai kinerja kelompoknya sendiri. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Learning Together menurut Cooper, Jhonson and Jhonson, dan Wilderson (1980) dalam Wulandari (2017): Kelebihan model pembelajaran Learning Together adalah. Kelompok Leer Saam bukan sekedar sekelompok orang, melainkan kelompok yang saling berinteraksi, mempunyai tujuan, struktur dan hubungan kelompok.
Diskusi Belajar Bersama bertujuan untuk memecahkan masalah bersama, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta mengambil keputusan.
Pembelajaran heterogen dengan latar belakang pemikiran yang berbeda-beda untuk membantu siswa lain yang membutuhkan bantuan dan diterapkan bimbingan teman sejawat yaitu siswa yang pintar bertanggung jawab terhadap siswa yang kurang pintar, selain itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Sehingga siswa yang pintar mampu mengembangkan kemampuannya sedangkan siswa yang kurang pintar mampu menyelesaikan permasalahannya. Menurut Isnawati (2010), syarat seorang anggota masyarakat dapat diangkat menjadi kader adalah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
Selain itu juga tugas kader dalam melaksanakan desa siaga khususnya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil di masyarakat. Menurut Chaplin, kemampuan (ability, skill, dexterity, talent, ability) adalah daya (power) untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Thoha (2000), dalam Puput (2018) dikatakan bahwa kompetensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan unsur kematangan yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan pengetahuan.
Misalnya tingkat pendidikan dan jenis pendidikan, tingkat pelaksanaan tugas sesuai aturan dan sasaran waktu yang ditetapkan, tingkat pelaksanaan kerja. Merupakan kemampuan bekerja dalam suasana kelompok dimana organisasi merasa aman dan leluasa dalam mengemukakan permasalahan, misalnya tingkat kerjasama dengan orang lain, tingkat membangun suasana kerja, tingkat melaksanakan pekerjaan dengan inisiatif. Merupakan kemampuan melihat gambaran kasar untuk mengenali unsur-unsur penting dalam suatu situasi untuk memahami antar unsur-unsur tersebut.
Misalnya tingkat kejelasan keputusan terkait bidang pekerjaan, tingkat penggunaan skala prioritas dalam penyelesaian pekerjaan. Mengetahui diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, kegiatan yang termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Pemahaman berarti kemampuan menjelaskan dengan benar tentang objek yang dikenal dan apa yang dapat ditafsirkan dengan benar.
Orang yang memahami materi dapat menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan, dan meramalkan objek yang dipelajari. Tingkat penerapan ini diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari dalam kondisi dunia nyata. Pada tingkatan ini, kemampuan dianggap berkaitan dengan menghubungkan atau menghubungkan bagian-bagian menjadi suatu kesatuan yang baru.
Sikap tertinggi adalah mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang dipilih dengan segala resikonya. Keterampilan motorik (motor skill) berkaitan dengan serangkaian gerakan fisik dalam urutan tertentu dengan mengkoordinasikan gerakan antar bagian tubuh secara terpadu.
Konsep Deteksi Resiko Kehamilan .1 Faktor Resiko Kehamilan
Seorang ibu hamil dapat mempunyai satu atau beberapa faktor risiko yang bersifat sinergis dan kumulatif (Rochjati. Ibu hamil diatas 35 tahun, bila terjadi masa perubahan pada jaringan alat reproduksi, baik di dalam rahim maupun di jalan lahir. , yang sudah tidak fleksibel lagi Wanita hamil untuk kedua kalinya, dengan riwayat kehamilan cukup bulan sebelumnya, namun bayinya hanya bertahan hidup 7 hari atau kurang.
Wanita hamil dengan kehamilan gagal/keguguran, persalinan prematur atau kelahiran prematur, kelahiran hidup namun bayi tidak bertahan lebih dari 7 hari, kehamilan dengan janin mati. Anemia akan berdampak pada kehamilan yaitu menurunkan daya tahan ibu hamil sehingga ibu mudah sakit, menghambat pertumbuhan janin sehingga menghambat pertumbuhan janin, dan janin lahir dengan berat badan rendah dan akan mengakibatkan pada kelahiran prematur. Seorang ibu hamil diduga menderita penyakit diabetes melitus apabila ibu pernah mengalami kelahiran bayi besar kembar dengan berat lahir lebih dari 4000 gram, pernah mengalami kematian janin dalam kandungan pada minggu-minggu terakhir kehamilannya, dan ditemukan glukosa dalam urin. (glukosa urin).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang banyak menimbulkan gangguan kesehatan, terutama pada ibu hamil. Bahaya yang ditimbulkan oleh HIV adalah rusaknya daya tahan tubuh ibu hamil sehingga ibu mudah tertular. Jika ibu hamil mengidap HIV atau masih dicurigai mengidap HIV, sebaiknya dilakukan skrining.
Saat ini terdapat program pemerintah bagi setiap ibu hamil yang dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan darah lengkap yang meliputi HIV, HBsAg dan Sifilis. Oleh karena itu, pemeriksaan kehamilan secara rutin sangat penting dilakukan oleh seluruh ibu hamil sebagai deteksi dini terjadinya preeklampsia dan eklampsia (Rukiyah dan Yuliati. Tujuan pemeriksaan prenatal adalah untuk mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan, permasalahan yang ada pada ibu hamil dan untuk menemukan faktor risiko kehamilan (Rochjati, Poedji.
Apabila telah dilakukan skrining, diharapkan seluruh ibu hamil dapat mengidentifikasi faktor risiko kehamilan sehingga dapat menentukan pelayanan kebidanan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas kepada seluruh ibu hamil. Kiri depan adalah hasil penilaian faktor risiko kehamilan, sedangkan kanan depan berisi hasil penilaian ibu hamil dan ibu serta bayi baru lahir. Menurut Poedja Rohjati dalam Harman (2018), terdapat tahapan untuk melengkapi penilaian total pada masing-masing bidang, penilaian awal pada ibu hamil dan penilaian faktor risiko yang ada pada bidang yang sama.
Segera masukkan skor awal (skor 2) ibu hamil pada kolom 1,2,3,4 mengingat semua ibu hamil mempunyai skor awal. Berdasarkan hasil tersebut, ibu hamil dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok risiko dengan kode warna sebagai berikut.
Kerangka Konsep
Hipotesis