Cedera jaringan lunak dan fraktur dentoalveolar
Drg. Andries Pascawinata, MDSc, SpBM
Cedera Jaringan Lunak
• Cedera jaringan lunak dapat terjadi berbeda pada setiap kondisi yang disebabkan oleh trauma pada daerah oral dan maksilofasial
• Cedera yang terjadi pada daerah oral dan maksilofasial dapat terjadi hanya pada jaringan lunak saja ataupun lebih kompleks dengan keterlibatan jaringan keras
• Dokter gigi dapat terlibat dalam berbagai perawatan cedera jaringan lunak yang ringan pada daerah oral dan maksilofasial
Cedera Jaringan Lunak
Jenis cedera jaringan lunak yang umumnya terjadi:
• Abrasi
• Kontusio
• laserasi
abrasi
• Disebabkan gesekan yang terjadi antara suatu objek dan jaringan lunak
• Luka jenis ini biasanya terdapat pada permukaan /superfisial dapat membuka epitel dan dapat juga melibatkan jaringan yang lebih dalam
• Melibatkan ujung serabut saraf sehingga
menimbulkan rasa sakit dan juga melibatkan pembuluh darah kapiler sehingga
menimbulkan pendarahan ringan
kontusio
• Umumnya disebut sebagai ‘bruise’atau memar. Terjadi
kerusakan jaringan dan menghasilkan pendarahan subkutan atau submucosal tanpa kerusakan permukaan jaringan lunak.
• Luka jenis ini biasanya disebabkan trauma benda tumpul
• Perawatan umumnya tidak memerlukan pembedahan khusus
• Apabila dijumpai pada saat awal dapat dilakukan kompres es
• Apabila hematom meluas diperlukan eksplorasi secara bedah dan ligase arteri yang rusak.
laserasi
• Merupakan sobekan pada epitel dan subepitel.
• Luka jenis ini merupakan yang paling sering terjadi
• Biasanya disebabkan trauma benda tajam
• Kedalaman dapat bervariasi dan dapat merusak epitel, mukosa, otot, pembuluh darah dan saraf .
• Perawatan dapat dilakukan melalui 4 tahap: pembersihan, debridement, hemostasis dan penutupan.
• Pembersihan dilakukan menggunakan sabun bedah dan irigasi larutan salin
• Debridement merupakan pembuangan jaringan yang terpotong dan nekrosis
• Hemostasis merupakan penghentian darah pada area luka
• Penutupan dengan melakukan penjahitan
FRAKTUR DENTOALVEOLAR
PEMERIKSAAN KLINIS:
1. LUKA EKSTRAORAL 2. LUKA INTRAORAL
3. FRAKTUR RAHANG DAN ALVEOLAR 4. MAHKOTA GIGI DAN PULPA TERBUKA 5. PERPINDAHAN GIGI
6. MOBILITI GIGI
7. PERKUSI GIGI (JARINGAN PERIODONTAL) 8. TES VITALITAS PULPA GIGI
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI 1. FRAKTUR AKAR
2. DERAJAT EKSTRUSI DAN INTRUSI 3. KETERLIBATAN LESI PERIAPIKAL 4. BENTUK AKAR
5. UKURAN KAMAR PULPA DAN SALURAN AKAR 6. KEBERADAAN FRAKTUR RAHANG
7. FRAGMEN GIGI YANG PATAH DAN BENDA
ASING
KLASIFIKASI FRAKTUR DENTOALVEOLAR
CROWN CRACKS
HORIZONTAL CROWN FRACTURE
CROWN – ROOT FRACTURE
HORIZONTAL ROOT FRACTURE
TOOTH DISPLACMENT
PERAWATAN SALURAN AKAR DAN RESTORASI
KASUS 1
KASUS 2: REPOSISI-FIKSASI DAN IMMOBILISASI
fiksasi dental
Tindakan pemasangan alat yang digunakan untuk menstabilkan satu gigi atau lebih
mengikat atau menggabungkan gigi goyah
atau berubah letak kegigi sebelahnya yang
masih kokoh melalui kawat, band atau splin
dari logam cor, plastik atau acrylik
macam teknik
1.Interdental wiring fixation: fiksasi pengikatan kawat interdental.
contoh:metode Essig, Eyelet (Ivy).
2.Arch bar wiring: pengikatan kawat dengan arch bar.
3.Resin komposit splin
4.Alat Orthodontik bracket: kasus ekstrusi dan avulsi.
5.Metal cast splint: splin dengan menggunakan logam cor.
6.Sectional acrylic splint: splin dengan menggunakan bahan dari akrilik.
7.Titanium trauma Splint
fiksasi kawat essig
Fiksasi dentoalveolar
Metode Essig
Metode Ivy/eyelet
1 3 2
4
5
Metode Risdon
Metode Stout
Metode Gilmer
Mandibulomaxilary fixation
MMF dengan fiksasi kawat
MMF dengan karet elastis
Arch Bar
IMMOBILISASI
• Pencegahan pergerakan selama periode
fiksasi untuk memfasilitasi penyembuhan
tulang pada dearah yang di fiksasi
Penatalaksanaan replantasi gigi avulsi
1. Rendam gigi yang avulsi dalam saliva pasien/ larutan susu/ nacl fisiolgis (salin steril)
2. Bersihkan akar gigi yang avulsi dengan mengalirkan larutan nacl fisiologis pada akar gigi tanpa menyentuh bagian akar utk menjaga vitalitas sel ligament periodontal yang masih melekat
3. Lakukan asepsis pada daerah operasi 4. Lakukan anestesi local
5. Lakukan pembersihan, debridement dan hemostasis pada socket gigi dengan membuang bekuan darah secara perlahan dan irigasi 6. Apabila masih dalam ‘golden period’ , 20 menit setelah kejadian,
maka gigi dapat dimasukkan ke dalam socketnya (reimplantasi) dan sesuaikan dengan lengkung rahang dan oklusal gigi secara
anatomis
7. Lakukan fiksasi dental wiring pada gigi dengan melibatkan gigi yang masih sehat sebagai penyangga
catatan
• Apabila golden period telah terlewati maka dilakukan perawatan saluran akar pada gigi yang avulsi
• Pemegangan gigi yang avulsi menggunakan tang ekstraksi pada bagian mahkota gigi
• Dilakukan control berkala untuk menentukan vitalitas gigi post reimplantasi
• Fiksasi dipertahankan selama periode
immobilisasi hingga terjadi penyembuhan
tulang
TERIMAKASIH