• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapita Provinsi Aceh Tahun 2023-2024

N/A
N/A
JOHNY ISKANDAR ARSYAD NASUTION ALFAREZHI

Academic year: 2025

Membagikan "Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapita Provinsi Aceh Tahun 2023-2024"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Adapun laju pertumbuhan domestik regional bruto per kapita atas dasar harga konstan Provinsi Aceh menurut Kabupaten/Kota (Persen) Tahun 2023-2024 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Aceh Menurut Kabupaten/Kota (Persen) Tahun 2023- 2024

No Kabupaten/Kota Tahun Rangking

2023 2024 2023 2024

1 Simeulue 7,686 8,106 23 23

2 Aceh Singkil 9,374 9,862 15 14

3 Aceh Selatan 8,712 9,190 20 19

4 Aceh Tenggara 8,566 8,876 21 21

5 Aceh Timur 9,436 8,889 13 20

6 Aceh Tengah 11,323 11,805 6 6

7 Aceh Barat 10,085 10,548 11 11

8 Aceh Besar 10,309 10,810 10 10

9 Pidie 10,584 11,187 8 8

10 Bieureun 9,578 10,150 12 12

11 Aceh Utara 8,970 9,374 19 18

12 Aceh Barat Daya 9,043 9,559 18 15

13 Gayo Lues 9,407 9,967 14 13

14 Aceh Tamiang 9,050 9,529 17 16

15 Nagan Raya 9,062 9,523 16 17

16 Aceh Jaya 10,461 11,007 9 9

17 Bener Meriah 11,855 12,360 5 5

18 Pidie Jaya 10,755 11,274 7 7

19 Banda Aceh 17,521 18,100 1 1

20 Sabang 12,137 12,625 3 4

21 Langsa 13,133 13,743 2 2

22 Lhoksumawe 12,125 12,694 4 3

23 Subulussalam 8,065 8,491 22 22

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat 2025)

Berdasarkan pada Tabel 1.1 menunjukan bahwa pertumbuhan produk domestik regional bruto Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2023 mencapai 10,085% dan berada pada urutan ke-11 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Sedangkan pada tahun 2024 pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Barat meningkat menjadi 10,548% akan tetapi Kabupaten Aceh Barat masih tetap berada pada posisi ke-11 diantara 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.

Daerah ini memiliki kondisi topografi yang sangat bervariasi, mulai dari dataran rendah, wilayah bergelombang, perbukitan, hingga pegunungan dengan kemiringan yang curam dan terjal. Kondisi

(2)

geografis ini menyebabkan pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas antar wilayah menjadi tantangan tersendiri, terutama di sektor transportasi dan pelayanan publik. Sebagai daerah yang sedang berkembang, Kabupaten Aceh Barat menghadapi berbagai tantangan dimana dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya.

Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di suatu wilayah.

Boediono, (2023), menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merujuk pada peningkatan produksi per kapita dalam periode waktu yang lama. Kesehatan memiliki dampak besar terhadap kondisi masyarakat. Jika penyakit menjangkit banyak orang maka hal ini dapat merusak efektivitas kerja, efisiensi, bahkan menghambat motivasi dan partisipasi social para pekerja (Arifin, 2023). Kesehatan dianggap sebagai kebutuhan dasar bagi semua individu sebab tanpa kesehatan, masyarakat tidak mampu berkontribusi secara produktif terhadap kemajuan daerah. Kelancaran aktivitas ekonomi suatu daerah dapat terjamin apabila semua warganya memperoleh perlindungan kesehatan, yang memungkinkan untuk tetap produktif dan berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi tanpa terganggu oleh masalah kesehatan yang tidak teratasi (Rasnino, 2022).

Manusia (IPM) sebagai indikator untuk memulai kualitas sumber daya manusia.

Manusia bukan hanya merupakan objek pembangunan tetapi diharapkan menjadi subyek, sehingga dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kemajuan suatu wilayah yang secara makro menjadi kemajuan suatu negara.

(3)

Konsep IPM pertama kali dipublikasikan UNDP melalui Human Development Report, yang kemudian berlanjut setiap tahun. Dalam publikasi ini pembangunan manusia didefinisikan sebagai “a process of enlarging people’s choices” atau proses yang meningkatkan aspek kehidupan masyarakat. Aspek terpenting kehidupan ini dilihat dari usia yang panjang dan hidup sehat, tingkat pendidikan yang memadai, dan standar hidup yang layak. Secara spesifik UNDP menetapkan empat elemen utama dalam pembangunan manusia, yaitu produktivitas (productivity), pemerataan (equity), keberlanjutan (sustainability), dan pemberdayaan (empowerment).

Adapun indeks pembangunan manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh 2023-2024 dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2023-2024

No Kabupaten/Kota Tahun Rangking

2023 2024 2023 2024

1 Simeulue 69,98 70,95 22 22

2 Aceh Singkil 71,14 71,76 18 18

3 Aceh Selatan 71,14 71,82 17 17

4 Aceh Tenggara 72,93 73,59 13 13

5 Aceh Timur 70,73 71,29 20 20

6 Aceh Tengah 76,45 77,27 5 5

7 Aceh Barat 74,62 75,45 9 9

8 Aceh Besar 75,98 76,57 8 7

9 Pidie 72,95 73,60 12 12

10 Bieureun 74,56 75,39 10 10

11 Aceh Utara 72,03 73,35 16 15

12 Aceh Barat Daya 70,11 71,15 21 21

13 Gayo Lues 70,82 71,75 19 19

14 Aceh Tamiang 73,02 74,03 11 11

15 Nagan Raya 72,15 73,10 15 16

16 Aceh Jaya 72,24 73,40 14 14

17 Bener Meriah 76,06 76,58 6 6

18 Pidie Jaya 76,04 76,39 7 8

19 Banda Aceh 88,22 88,85 1 1

20 Sabang 78,70 79,50 4 4

21 Langsa 80,62 80,96 3 2

22 Lhoksumawe 80,66 80,89 2 3

23 Subulussalam 68,66 70,64 23 23

(4)

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat 2025)

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas menunjukan bahwa indeks pembangunan manusia menurut Kabupaten/Kota di provinsi Aceh tahun 2023-2024, jika melihat angka IPM Kabupaten Aceh Barat dan dibandingkan dengan Kabupaten/kota lainnya, maka Kabupaten Aceh Barat berada pada rangking ke 9 dari 23 Kabupaten/kota di tahun 2023, sedangkan pada tahun 2024 angka IPM Kabupaten Aceh Barat meningkat 0,81% menjadi 75,43% akan tetapi posisi rangking tidak bergeser dari kabupaten lainnya, tetap pada rangking ke 9 dari 23 Kabupaten/Kota di provinsi Aceh. Hal tersebut menujukan bahwa kecenderungan IPM Kabupaten Aceh Barat mengalami pertumbuhan selama tahun 2023-2024 akan tetapi tidak bergeser posisi rangkingnya dari 23 kabupaten/kota lainnya. Sedangkan pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Barat juga cenderung mengalami kenaikan selama tahun 2023-2024, dengan kata lain, bahwa kecenderungan konstannya IPM Kabupaten Aceh Barat selama tahun 2023- 2024 sejalan dengan kecenderungan naiknya pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Barat pada periode yang sama.

Pentingnya pembangunan sumber daya manusia didasarkan pada pemikiran bahwa faktor manusia memiliki sumbangan yang sangat penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Setiap faktor tersebut memiliki sumbangan yang berbeda-beda terhadap keseluruhan hasil pembangunan, tergantung dari kualitas yang dimiliki oleh faktor manusianya. Dalam mengukur pembangunan manusia disuatu wilayah digunakan suatu indeks yang disebut indeks pembangunan manusia (IPM), dimana salah satu tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilihat dari angka pendidikan dan

(5)

kesehatan, serta juga perekonomian yang diukur dalam tingkat pengeluaran per kapita suatu daerah yang semakin membaik.

Menurut Syahputra (2015), salah satu permasalahan utama yang dihadapi Kabupaten Aceh Barat adalah keterbatasan kualitas sumber daya manusia. Kondisi ini tercermin dari masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) jika dibandingkan dengan rata-rata provinsi atau nasional. IPM yang rendah menjadi tantangan serius karena berkaitan langsung dengan kapasitas masyarakat dalam berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif.

Pendidikan yang belum merata, layanan kesehatan yang belum optimal, serta tingkat pengeluaran per kapita yang masih rendah menunjukkan bahwa pembangunan manusia di daerah ini belum merata. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian strategis untuk mengidentifikasi bagaimana penguatan IPM dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi.

Potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Barat sejatinya cukup besar apabila dikelola dengan tepat dan berbasis pada penguatan kualitas sumber daya manusia. Kajian mengenai hubungan antara IPM dan pertumbuhan ekonomi menjadi penting untuk mengungkap sejauh mana pembangunan manusia berperan dalam menggerakkan ekonomi lokal. Dengan adanya analisis yang komprehensif, pemerintah daerah dapat merumuskan strategi pembangunan yang lebih terarah, seperti meningkatkan investasi di sektor pendidikan

(6)

dan kesehatan, serta memperluas akses pelatihan keterampilan bagi angkatan kerja muda.

Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dari sektor-sektor unggulan lokal.

Kabupaten Aceh Barat memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, namun belum sepenuhnya mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata. Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini mengalami fluktuasi yang signifikan. Di sisi lain, pembangunan manusia di Aceh Barat masih menghadapi berbagai tantangan seperti akses pendidikan yang belum merata dan kualitas layanan kesehatan yang bervariasi.

IPM merupakan ukuran komposit yang mencerminkan keberhasilan pembangunan manusia dalam suatu wilayah. Tiga komponen utama IPM, yaitu umur harapan hidup, rata- rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita, menjadi cerminan dari kesejahteraan masyarakat. Ketika kualitas pendidikan dan kesehatan meningkat, maka produktivitas tenaga kerja juga meningkat. Akibatnya, aktivitas ekonomi menjadi lebih efisien dan kompetitif.

Dengan kata lain, investasi pada pembangunan manusia dapat menjadi motor penggerak

(7)

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Namun, di banyak daerah, termasuk Aceh Barat, hubungan antara IPM dan pertumbuhan ekonomi masih belum tergambar secara jelas.

Beberapa tahun menunjukkan peningkatan IPM tanpa diiringi oleh pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian empiris untuk mengidentifikasi hubungan kausal antara kedua variabel tersebut.

Paragraf 4

Di tingkat nasional, pemerintah Indonesia telah menempatkan IPM sebagai salah satu indikator utama dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Hal ini menunjukkan pentingnya pembangunan manusia sebagai pilar utama pembangunan nasional. Namun, implementasinya di tingkat daerah tidak selalu sejalan dengan kebijakan nasional. Di Aceh Barat, perencanaan pembangunan masih sering lebih fokus pada proyek fisik ketimbang pembangunan manusia. Ketidakseimbangan ini dapat menghambat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, studi ini diharapkan dapat mengungkap potensi kontribusi IPM terhadap pertumbuhan ekonomi di tingkat kabupaten. Jika terbukti signifikan, maka pemerintah daerah perlu merevisi arah kebijakan pembangunannya. Penelitian ini sekaligus menjadi bentuk evaluasi terhadap efektivitas strategi pembangunan yang selama ini diterapkan.

Paragraf 5 Paragraf 6

Selain itu, penting untuk menilai bagaimana masing-masing dimensi IPM memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya, peningkatan rata-rata lama sekolah dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas sektor-sektor ekonomi. Demikian pula, perbaikan di sektor kesehatan dapat

(8)

meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban biaya kesehatan dalam jangka panjang.

Namun, tidak semua dimensi IPM memberikan dampak yang sama besar terhadap ekonomi.

Oleh karena itu, penelitian ini juga akan menganalisis kontribusi relatif dari masing-masing komponen IPM. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi komponen mana yang paling efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Informasi ini akan sangat berguna bagi perencana pembangunan di daerah. Dengan demikian, arah kebijakan pembangunan bisa lebih terfokus dan terukur.

Paragraf 7

Aceh Barat memiliki karakteristik demografis dan geografis yang unik, yang turut memengaruhi proses pembangunan manusia dan ekonomi. Letak geografis yang relatif terpencil dapat memengaruhi akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.

Di sisi lain, adanya konflik masa lalu juga turut meninggalkan dampak terhadap struktur sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan manusia di Aceh Barat memerlukan pendekatan yang berbeda dari daerah lain. Dalam konteks ini, penelitian mengenai pengaruh IPM terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi semakin relevan.

Diperlukan pemahaman yang mendalam tentang kondisi lokal agar kebijakan yang diterapkan dapat tepat sasaran. Penelitian ini akan mencoba mengaitkan kondisi lokal tersebut dengan dinamika IPM dan pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.

Paragraf 8

Selain memberikan kontribusi akademis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi pemangku kebijakan di Aceh Barat. Dengan mengetahui bagaimana IPM memengaruhi pertumbuhan ekonomi, maka alokasi anggaran daerah dapat lebih diarahkan pada sektor-sektor strategis. Kebijakan pembangunan yang berbasis bukti

(9)

akan lebih efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi kabupaten lain yang memiliki kondisi serupa. Dalam jangka panjang, pendekatan ini dapat mendorong pembangunan daerah yang lebih berkelanjutan dan merata.

Oleh karena itu, urgensi penelitian ini tidak hanya terletak pada sisi teoritis, tetapi juga pada aplikasinya dalam konteks pembangunan daerah. Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan data sekunder yang valid.

Paragraf 9

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini akan mencakup regresi linier untuk mengetahui pengaruh IPM terhadap pertumbuhan ekonomi. Data IPM dan pertumbuhan ekonomi akan diambil dari laporan resmi BPS Kabupaten Aceh Barat. Selain itu, juga akan dilakukan analisis deskriptif untuk memahami tren dan pola perkembangan IPM dan ekonomi daerah. Dengan metode ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang utuh mengenai hubungan antara variabel yang diteliti. Validitas data dan ketepatan analisis akan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan penelitian ini. Setiap hasil yang diperoleh akan dianalisis secara kritis dan dikaitkan dengan konteks lokal. Penelitian ini juga akan mempertimbangkan kemungkinan adanya variabel lain yang turut memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, hasil penelitian dapat memiliki tingkat akurasi dan relevansi yang tinggi.

Paragraf 10

Dengan latar belakang tersebut, maka penelitian mengenai pengaruh IPM terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Penelitian ini tidak hanya akan mengisi kekosongan dalam literatur akademik, tetapi juga memberikan rekomendasi praktis bagi pembuat kebijakan. Di era pembangunan

(10)

berkelanjutan, pemahaman mengenai keterkaitan antara kualitas manusia dan pertumbuhan ekonomi sangat vital. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan di daerah. Dengan fokus pada penguatan IPM, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara lebih inklusif dan merata. Penelitian ini menjadi langkah awal untuk mendorong transformasi pembangunan yang berorientasi pada manusia. Kabupaten Aceh Barat berpotensi menjadi contoh sukses pembangunan berbasis manusia jika kebijakan yang tepat diterapkan. Maka dari itu, penelitian ini memiliki nilai strategis baik secara lokal maupun nasional.

Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Selatan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berada di pesisir selatan dan memiliki kondisi topografi yang sangat bervariasi, yang terdiri dari dataran rendah, bergelombang, berbukit, hingga pegunungan dengan tingkat kemiringan yang sangat curam atau terjal.

Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari 18 kecamatan yang melintang dari selatan hingga utara.

Pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan terletak di Kecamatan Tapaktuan. Sebelum berdiri sendiri sebagai kabupaten otonom, calon wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah bagian dari Kabupaten Aceh Barat. Sebagai daerah yang dalam daerah berkembang dan terus membangun kabupaten aceh barat juga mengandalkan sumber hasil alam sebagai bagian sumber pendapatan daerah, minimnya sumber daya manusia yang terampil, terbatasnya modal dan beragamnya potensi sumber daya yang memiliki adalah kendala yang menjadi hambatan dalam pembangunan pertumbuhan ekonomi kabupaten aceh barat, maka diperlukan suatu kajian agar potensi dan keunggulan yang dimiliki mampu dikembangkan dan menjadi sumber kesejahteraan daerah Kabupaten Aceh Barat ( Syahputra, 2015).

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa IPM Kabupaten Aceh Barat mengalami tren kenaikan dalam satu dekade terakhir. Namun demikian, peningkatan tersebut tidak selalu diikuti oleh peningkatan signifikan dalam Produk Domestik Regional

(11)

Bruto (PDRB) per kapita. Ketidaksesuaian antara peningkatan IPM dan pertumbuhan ekonomi ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas pembangunan manusia dalam mendorong ekonomi daerah. Apakah benar bahwa peningkatan IPM berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi, ataukah terdapat faktor-faktor lain yang lebih dominan? Penelitian ini akan berupaya menjawab pertanyaan tersebut melalui pendekatan kuantitatif. Analisis regresi akan digunakan untuk melihat pengaruh IPM secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran empiris yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan.

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan di Provinsi Bali Tahun 1993-2013 (persen).. Sektor pertanian Bali dengan bertumpu pada kekuatan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji pengaruh pertumbuhan Pendapatan Daerah (PAD), pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pertumbuhan Belanja

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji pengaruh pertumbuhan Pendapatan Daerah (PAD), pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pertumbuhan Belanja

Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II

Kinerja perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

a) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kesempatan kerja di Provinsi Aceh, dengan nilai koefisien sebesar 0.002780

Kondisi ekonomi makro Kabupaten Bireuen dengan berdasar indikator seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB per kapita,

Kinerja perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan