• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Hukum dan Peraturan

N/A
N/A
Wita Dinarti

Academic year: 2025

Membagikan " Landasan Hukum dan Peraturan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

 

makalah tentang

imbal beli dalam perdagangan internasional

landasan hukum dan peraturan yang berhubungan dengan imbal beli perjanjian perjanjian pokok dalam imbal beli proses perjanjian imbal beli hambatan hambatan dalam imbal beli sanksi hukum dalam imbal

beli

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH : WITA DINARTI

21410020

PEMINATAN K3 & KESLING

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "imbal beli dalam perdagangan internasional” ini dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester dengan topik penyakit DBD, yang hingga saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan serius, khususnya di negara tropis seperti Indonesia.

Dalam makalah ini, penulis membahas berbagai aspek terkait DBD, mulai dari penyebab, gejala, tahapan penyakit, hingga upaya pencegahan dan pengobatan. Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembaca dalam memahami pentingnya pencegahan DBD serta kontribusi masyarakat dalam mengendalikan penyebaran penyakit ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini di masa mendatang.

Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 10 November 2024 Penulis

Wita Dinarti

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan...3

BAB II TINJAUAN TEORI...4

2.1 Epidemiologi Penyakit Berbasis Lingkungan...4

2.2 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)...5

2.3 Frekuensi angka kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue...6

2.4 Faktor Host Penyakit Demam Berdarah Dengue...7

2.5 Faktor Agent Penyakit Demam Berdarah Dengue...9

2.6 Faktor Environment Penyakit Demam Berdarah Dengue...12

2.7 Enam Komponen Rantai Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue...14

2.8 Konsep Promotif dan Preventif Penyakit Demam Berdarah...15

2.9 Faktor Risiko Lingkungan yang Mempengaruhi Kejadian DBD...17

BAB III PENUTUP...20

3.1 Kesimpulan... 20

DAFTAR PUSTAKA...21

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan internasional merupakan interaksi antar negara dalam bentuk jual beli atas dasar kesepakatan antar pihak yang terlibat. Ketika satu negara mengalami keterbatasan sumber daya sedangkan permintaan atau kebutuhan sumber daya di negara tersebut sangat tinggi maka kebutuhan itu dapat dipenuhi dari negara yang memiliki kelebihan sumber daya. Kedua aspek inilah yang mendasari terjadinya perdagangan internasional. Kebutuhan yang dimaksud disini bukan hanya berupa barang, tapi juga ilmu pengetahuan,teknologi dan jasa para ahli.

Perdagangan internasional merupakan motor penggerak perekonomian global.

Salah satu mekanisme unik dalam perdagangan internasional adalah imbal beli (countertrade), di mana transaksi dilakukan dengan cara menukar barang atau jasa antar pihak tanpa melibatkan pembayaran tunai. Dalam perdagangan internasional, pembayaran konvensional seringkali menghadapi kendala seperti keterbatasan devisa, fluktuasi nilai tukar, dan hambatan akses pasar. Untuk mengatasi masalah ini, banyak negara memanfaatkan mekanisme imbal beli. Dalam mekanisme ini, pihak yang terlibat sepakat untuk menukar barang atau jasa dalam nilai yang setara tanpa melibatkan uang tunai secara langsung.

Imbal beli memiliki manfaat strategis, terutama bagi negara-negara yang ingin memperkuat hubungan dagang, mengatasi kendala devisa, atau membuka peluang pasar baru. Namun, implementasi mekanisme ini memerlukan landasan hukum yang kuat, perencanaan detail, dan pengelolaan risiko yang cermat. Oleh karena itu, pembahasan tentang imbal beli meliputi aspek hukum, teknis, dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaannya.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja landasan hukum dan peraturan yang melandasi imbal beli?

2. Apa perjanjian – perjanjian pokok dalam imbal beli?

3. Bagaimana proses perjanjian imbal beli?

4. Apa hambatan dalam imbal beli?

5. Apa sanksi hukum dalam imbal beli?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui landasan hukum dan peraturan yang melandasi imbal beli?

2. Mengetahui perjanjian – perjanjian pokok dalam imbal beli?

3. Mengetahui proses perjanjian imbal beli?

4. Mengetahui hambatan dalam imbal beli?

5. Mengetahui sanksi hukum dalam imbal beli?

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perdagangan Internasional

2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah kegiatan ekonomi yang melibatkan pertukaran barang, jasa, atau modal lintas batas negara. Proses ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh satu negara secara mandiri akibat perbedaan sumber daya, teknologi, atau faktor lainnya. Perdagangan internasional merupakan salah satu komponen utama dalam ekonomi global karena memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya yang lebih efisien, peningkatan produksi, serta diversifikasi ekonomi. Berikut ada beberapa definisi perdagangan internasional menurut para ahli antara lain:

1. Adam Smith

Dalam teorinya tentang absolute advantage, Adam Smith mendefinisikan perdagangan internasional sebagai aktivitas di mana negara-negara melakukan perdagangan berdasarkan keunggulan absolut masing-masing, yaitu kemampuan memproduksi barang tertentu dengan biaya lebih rendah dibanding negara lain.

2. David Ricardo

Melalui teori comparative advantage, Ricardo menjelaskan bahwa perdagangan internasional terjadi karena perbedaan keunggulan komparatif antar negara, di mana negara akan mengekspor barang yang dapat mereka produksi secara lebih efisien dan mengimpor barang yang lebih mahal untuk diproduksi sendiri.

3. Paul Krugman

Dalam teorinya tentang new trade theory, Krugman menekankan bahwa perdagangan internasional tidak hanya didorong oleh perbedaan sumber daya, tetapi juga oleh skala ekonomi dan diversifikasi produk, di mana perusahaan besar dapat memproduksi barang dengan biaya lebih rendah dan menjualnya ke pasar internasional.

(7)

2.1.2 Tujuan Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional memiliki beberapa tujuan, antara lain:

1. Memenuhi kebutuhan yang tidak tersedia secara local

Beberapa negara tidak memiliki akses terhadap sumber daya tertentu, seperti minyak bumi atau teknologi canggih, sehingga perdagangan memungkinkan pemenuhan kebutuhan tersebut.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Dengan membuka pasar internasional, negara dapat meningkatkan ekspor, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan nasional.

3. Diversifikasi produk

Perdagangan memungkinkan masyarakat memiliki akses terhadap berbagai produk dari berbagai negara, meningkatkan pilihan konsumen dan mendorong inovasi.

4. Memperkuat hubungan diplomatic

Perdagangan sering menjadi alat untuk membangun hubungan baik antar negara, sehingga menciptakan stabilitas politik dan ekonomi global.

2.1.3 Manfaat Perdagangan Internasional 1. Efisiensi ekonomi

Negara dapat fokus pada produksi barang atau jasa yang memiliki keunggulan komparatif, sehingga mengurangi pemborosan sumber daya.

2. Pertumbuhan teknologi dan pengetahuan

Interaksi lintas negara melalui perdagangan dapat memicu transfer teknologi dan pengetahuan, membantu negara berkembang untuk meningkatkan kemampuan produksinya.

3. Stabilitas harga

Perdagangan memungkinkan suplai barang menjadi lebih merata, sehingga dapat membantu menstabilkan harga di pasar global.

4. Peningkatan standar hidup

Akses terhadap barang berkualitas tinggi dari berbagai negara dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

(8)

2.1.4 Faktor yang Mendorong Perdagangan Internasional 1. Perbedaan Sumber Daya Alam

Beberapa negara memiliki sumber daya alam tertentu yang tidak dimiliki negara lain, seperti minyak di Timur Tengah atau hasil pertanian tropis di Asia Tenggara.

2. Kemajuan Teknologi dan Transportasi

Perkembangan teknologi informasi, logistik, dan transportasi mempermudah akses ke pasar internasional.

3. Kebijakan Perdagangan

Perjanjian perdagangan bebas seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau European Union (EU) mendorong aktivitas perdagangan lintas negara dengan mengurangi tarif dan hambatan non-tarif.

4. Globalisasi Ekonomi

Tren globalisasi telah meningkatkan saling ketergantungan antar negara, sehingga mempercepat pertumbuhan perdagangan internasional.

2.2 Imbal Beli

2.2.1 Pengertian Imbal Beli

Imbal beli pada hakikatnya merupakan perjanjian. Perjanjian ini menimbulkan akibat hukum bagi yang menandatanganinya, sehingga timbul kewajiban untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah disepakati dalam perjanjian itu. Dalam imbal beli, rekanan asing yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan penalti. Akan tetapi, selama lebih dari tiga tahun pelaksanaan imbal beli, penalti belum pernah dikenakan terhadap rekanan asing yang melalaikan kewajibannya.

Imbal beli telah diterapkan lebih dari tiga tahun. Walaupun begitu, kebijaksanaan ini belum diketahui secara luas. Istilah imbal beli dapat disamakan dengan istilah counterpurchase. Counterpurchase merupakan salah satu teknik countertrade. Dalam counterpurchase diperlukan dua perjanjian, sebagaimana dikemukakan oleh Hsung Bee Hwa menyatakan bahwa: “It differs from barter in that instead of a single contract, two contracts are involved and each is paid in money.” Dalam perjanjian pertama satu pihak berjanji untuk menjual barang dan peralatan kepada pihak kedua, dan dalam perjanjian kedua pihak pertama

(9)

menyatakan pula bahwa ia berkeinginan untuk membeli barang dan peralatan dari pihak kedua atau mengusahakan agar peralatan tersebut dapat diekspor dari negara pihak kedua.

Hal ini dinyatakan imbal beli dalam “Counterpurchase transaction entails an agreement by one party to sell goods and service to a second party, coupled with a commitment by the first party, to purchase goods and services from the second party’s country.” Dalam hal ini pihak pertama menerima pembayaran untuk peralatan dan barang-barang yang dijualnya, sedangkan dari pembelian yang akan dilakukannya adalah dari jumlah tertentu (pada umumnya dalam persentase) dari nilai ekspor peralat an yang dijualnya.

Seperti disebutkan di bawah ini, pihak pertama dapat pula melimpahkan keinginannya untuk membeli peralatan tersebut kepada pihak ketiga: “In counterpurchase the exporter receives payment for goods supplied to his import partner. However, the exporter commits himself in a parallel contract to purchase goods for a certain percentage value of his export contract from the importer’s country. He can fulfill this commitment himself or, if he has approved a ‘third party clause’ in his contract, he can transfer this commitment to another partner.”

Di Indonesia sendiri istilah imbal beli mirip dengan istilah counterpurchase yang dikemukakan oleh Herta Seidman. Imbal beli memiliki ciri-ciri yang khusus.

Seperti dikemukakan di atas, kebijaksanaan imbal beli ini merupakan usaha peningkatan ekspor nonmigas dengan cara pemanfaatan kemampuan daya beli pemerintah terhadap barang modal dan bahan baku penolong. Jadi, di dalam imbal beli di Indonesia, di satu pihak pemerintah melakukan pembelian barang-barang, termasuk pemborongan pekerjaan konstruksi, dari supplier atau kontraktor asing melalui impor. Di lain pihak, supplier atau kontraktor asing tersebut mempunyai kewajiban untuk melakukan pembelian komoditas ekspor nonmigas Indonesia.

Sesuai dengan surat menteri tersebut di atas, pembelian pemerintah di sini mempunyai pengertian sebagai pembelian/pengadaan barang yang dilaksanakan oleh Departemen/Lembaga Pemerintah Non-Departemen dan Badan Usaha Milik Ne gara (BUMN). Pembiayaan pembelian tersebut bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau kredit ekspor. Imbal beli

(10)

dikenakan terhadap pembelian barang yang komponen impornya bernilai di atas 500 juta rupiah. Salah satu unsur penting dalam perjanjian counterpurchase ialah adanya klausula penalti. Klausula ini ditetapkan bila salah satu pihak melakukan kelalaian dalam melaksanakan kewajiban melakukan pembelian dari pihak lawan.

Pada umumnya penalti berupa denda dan berkisar di antara 10% sampai 15% dari nilai pembelian yang dilakukan.

2.3 Landasan Hukum dan Peraturan Imbal Beli

Landasan hukum dan peraturan yang berhubungan dengan imbal beli adalah Surat Menteri/Sekretaris Negara Nomor R-079/TPPBPP/1/1982, tanggal 21 Januari 1962, tentang “Pokok-Pokok Ketentuan Pengaitan Pembelian Pemerintah dan Impor dengan Ekspor Indonesia di Luar Minyak dan Gas Bumi”. Selain itu terdapat landasan hukum nasional dan internasional, antara lain:

a. Landasan Hukum Nasional

Setiap negara memiliki kerangka hukum untuk mengatur perdagangan internasional, termasuk imbal beli. Di Indonesia, beberapa peraturan yang relevan adalah:

1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014

Tentang perdagangan mengatur prinsip dan tata cara perdagangan, termasuk mekanisme pertukaran barang dan jasa.

2) Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2014

Tentang Kebijakan Industri Nasional menyebutkan pentingnya mendorong perdagangan berbasis imbal beli untuk mendukung kemandirian industri nasional.

3) Peraturan Menteri Perdagangan

Beberapa peraturan teknis tentang tata cara dan persyaratan imbal beli di sektor tertentu, misalnya untuk alat berat, teknologi tinggi, atau pertahanan.

b. Landasan Hukum Internasional

Di tingkat internasional, aturan imbal beli sering kali merujuk pada:

1) Konvensi PBB tentang Kontrak Jual Beli Barang Internasional (CISG) Memberikan panduan hukum yang dapat diterapkan pada transaksi imbal beli.

(11)

2) Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)

Walaupun WTO mendukung perdagangan bebas, beberapa pengecualian memungkinkan imbal beli untuk tujuan tertentu seperti pembangunan ekonomi atau pengadaan barang strategis.

3) Kerangka Perdagangan Regional

Dalam kerja sama ekonomi kawasan, seperti ASEAN, imbal beli dapat menjadi instrumen untuk memperkuat kerja sama perdagangan antar anggota.

Sedangkan peraturan yang berhubungan dengan imbal beli di sini maksudnya adalah peraturan sebagai berikut:

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1980 tentang Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah, yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1983 tentang Penyempurnaan Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 1980 tentang Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah.

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 14A Tahun 1900 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1981 tentang Penyempurnaan Keputusan Presiden Nomor 14A Tahun 1900 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1980 tentang Tata Cara Penyediaan Dana dan Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran dalam Rangka Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1962 tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor, dan Lalu Lintas Devisa.

2.4 Perjanjian - Perjanjian dalam Imbal Beli a. Perjanjian Pokok (Master Agreement)

Perjanjian pokok atau master agreement merupakan dokumen kerangka utama yang menjadi dasar pelaksanaan imbal beli. Dokumen ini bersifat menyeluruh, mencakup garis besar kerja sama, tanggung jawab, dan ketentuan yang mengatur hubungan antara pihak-pihak yang terlibat. Master Agreement adalah fondasi

(12)

utama untuk mencegah perselisihan di kemudian hari, karena memberikan acuan menyeluruh untuk semua perjanjian berikutnya. Elemen kunci dalam Master Agreement meliputi:

 Ketentuan Umum: Memuat pengertian, cakupan kerja sama, tujuan perjanjian, dan ruang lingkup imbal beli.

 Hak dan Kewajiban: Menyatakan kewajiban pihak-pihak yang terlibat, seperti kewajiban penyediaan barang, pembayaran, dan pemenuhan tanggung jawab lainnya.

 Ketentuan Hukum yang Berlaku: Menetapkan yurisdiksi dan hukum yang menjadi acuan dalam melaksanakan dan menyelesaikan perjanjian. Hal ini penting untuk mengantisipasi perbedaan hukum antar negara.

b. Perjanjian Khusus (Specific Trade Agreement)

Perjanjian khusus dirancang untuk mengatur aspek teknis dan spesifik dari transaksi imbal beli. Isi dari perjanjian ini mencakup rincian yang lebih operasional dibandingkan Master Agreement. Specific trade agreement memberikan panduan detail untuk memastikan bahwa transaksi dapat dilakukan secara efisien dan sesuai dengan harapan semua pihak. Beberapa aspek utama yang diatur meliputi:

Jenis Barang atau Jasa: Menyebutkan secara spesifik jenis barang atau jasa yang menjadi objek pertukaran, termasuk deskripsi teknis dan spesifikasinya.

Kuantitas dan Kualitas: Menetapkan jumlah barang atau jasa yang harus disediakan, serta standar kualitas yang harus dipenuhi.

Waktu dan Mekanisme Pengiriman: Mengatur jadwal pengiriman, metode transportasi, dan prosedur logistik, termasuk syarat pembayaran (jika ada).

c. Perjanjian Penyelesaian Sengketa

Bagian ini penting untuk mengantisipasi dan menangani potensi perselisihan yang mungkin muncul selama pelaksanaan imbal beli. Perjanjian ini mencakup mekanisme penyelesaian yang disepakati bersama, seperti:

 Arbitrase Internasional: Sebuah metode penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang melibatkan pihak ketiga sebagai mediator netral. Arbitrase

(13)

sering digunakan dalam perdagangan internasional karena prosesnya cepat, fleksibel, dan lebih privat.

 Pengadilan Dagang: Sebagai alternatif, pihak-pihak dapat menentukan yurisdiksi pengadilan dagang tertentu untuk menangani sengketa berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. Pengadilan ini menggunakan hukum yang disepakati dalam Master Agreement.

2.5 Faktor Agent Penyakit Demam Berdarah Dengue

Dalam epidemiologi penyakit infeksi seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), agent adalah salah satu dari tiga komponen utama dalam triad epidemiologi, bersama dengan host (inang) dan environment (lingkungan). Faktor agent mengacu pada karakteristik biologis dari patogen yang menyebabkan penyakit, yang dalam kasus DBD adalah virus dengue. Virus ini merupakan flavivirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

1. Karakteristik Virus Dengue

Virus dengue termasuk dalam famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus ini memiliki genom RNA untai tunggal positif, yang berarti RNA virus berfungsi sebagai mRNA yang dapat langsung diterjemahkan menjadi protein di dalam sel inang. Virus dengue memiliki empat serotipe berbeda yang diketahui, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Meskipun serotipe-serotipe ini memiliki struktur antigen yang mirip, infeksi oleh satu serotipe tidak memberikan kekebalan silang yang lengkap terhadap serotipe lainnya .

DENV-1 hingga DENV-4: Setiap serotipe virus dengue dapat menyebabkan spektrum penyakit yang sama, mulai dari dengue fever (DF) ringan hingga bentuk yang lebih parah seperti dengue hemorrhagic fever (DHF) dan dengue shock syndrome (DSS). Infeksi primer dengan salah satu serotipe akan membentuk kekebalan jangka panjang terhadap serotipe tersebut, namun hanya memberikan kekebalan sementara terhadap serotipe lainnya. Hal ini meningkatkan risiko infeksi sekunder yang lebih parah karena fenomena antibody-dependent enhancement (ADE).

2. Mekanisme Infeksi dan Patogenesis

(14)

Mekanisme infeksi dan patogenesis virus dengue melibatkan beberapa tahap penting:

a. Transmisi oleh Nyamuk Vektor

Virus dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang telah terinfeksi. Nyamuk menjadi infektif setelah menggigit seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, yang kemudian berkembang biak di dalam tubuh nyamuk selama periode inkubasi eksternal (sekitar 8-12 hari). Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menularkan virus kepada manusia melalui gigitan selanjutnya . b. Replikasi Virus dalam Sel Inang

Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, virus akan menargetkan sel-sel sistem imun, seperti makrofag, sel dendritik, dan sel endotel. Virus dengue memasuki sel inang melalui reseptor spesifik di permukaan sel dan mengalami proses endositosis. Di dalam sel, virus melepaskan genom RNA-nya yang kemudian diterjemahkan menjadi protein virus oleh ribosom sel inang .

c. Respons Imun dan Patogenesis

Infeksi virus dengue menginduksi respons imun tubuh, baik melalui imunitas bawaan (innate immunity) maupun imunitas adaptif. Namun, dalam kasus infeksi sekunder dengan serotipe yang berbeda, respons imun adaptif yang melibatkan antibodi dapat berperan dalam meningkatkan infeksi melalui mekanisme antibody-dependent enhancement (ADE). Fenomena ADE terjadi ketika antibodi non-netralisasi dari infeksi sebelumnya memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel melalui reseptor Fcγ, yang meningkatkan replikasi virus dan memicu respons inflamasi yang lebih besar. Hal ini dapat menyebabkan gejala yang lebih parah, seperti kebocoran plasma, perdarahan, dan syok .

3. Variabilitas Genetik dan Virulensi

Variabilitas genetik di antara serotipe virus dengue dan bahkan di antara strain dalam serotipe yang sama dapat memengaruhi tingkat virulensi atau kemampuan virus untuk menyebabkan penyakit yang parah. Strain-strain tertentu dari DENV-2 dan DENV-3 dilaporkan lebih sering dikaitkan dengan kasus DBD

(15)

yang parah dibandingkan dengan strain lainnya. Perubahan kecil pada sekuens genom virus dapat memengaruhi karakteristik antigenik, potensi replikasi, dan kemampuan virus untuk menghindari respons imun inang .

Mutasi pada gen yang mengkode protein virus, seperti protein amplop (E protein) dan protein non-struktural 1 (NS1), dapat meningkatkan virulensi virus dan memengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi dan mereplikasi dalam sel manusia. Perbedaan genetik ini juga dapat mempengaruhi efektivitas vaksin dengue yang sedang dikembangkan, karena vaksin perlu memberikan perlindungan terhadap semua serotipe dan strain yang beredar.

4. Stabilitas Virus di Lingkungan

Stabilitas virus dengue di lingkungan dipengaruhi oleh faktor fisik seperti suhu, kelembapan, dan paparan sinar ultraviolet. Virus ini tidak dapat bertahan lama di lingkungan terbuka tanpa inang karena terdegradasi oleh faktor lingkungan.

Oleh karena itu, virus dengue sangat bergantung pada vektor nyamuk Aedes untuk bertahan hidup dan menyebar dari satu inang ke inang lainnya.

Kondisi lingkungan yang hangat dan lembap, seperti di wilayah tropis dan subtropis, sangat mendukung siklus hidup nyamuk vektor serta stabilitas virus dalam tubuh nyamuk. Musim hujan, yang menciptakan banyak genangan air sebagai tempat berkembang biak nyamuk, juga meningkatkan risiko penularan virus dengue .

5. Antigenik dan Target Vaksin

Virus dengue memiliki beberapa protein struktural dan non-struktural yang penting dalam proses infeksi dan sebagai target respons imun. Protein utama yang menjadi target dalam pengembangan vaksin meliputi:

a. Protein Amplop (E Protein)

Merupakan protein utama yang berperan dalam proses masuknya virus ke dalam sel inang. Protein ini juga merupakan antigen utama yang dikenali oleh sistem kekebalan tubuh manusia.

b. Protein Non-Struktural 1 (NS1)

Berperan dalam patogenesis infeksi dan juga memicu respons imun inang.

Antibodi terhadap NS1 diyakini dapat berperan dalam mencegah perkembangan penyakit parah dengan mengurangi kebocoran vaskular.

(16)

Vaksin dengue yang ada saat ini, seperti Dengvaxia (CYD-TDV), menargetkan keempat serotipe untuk memberikan perlindungan yang lebih luas. Namun, efektivitas vaksin dapat bervariasi tergantung pada status imunitas individu terhadap serotipe virus tertentu .

2.6 Faktor Environment Penyakit Demam Berdarah Dengue

Dalam epidemiologi penyakit menular seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), faktor environment (lingkungan) merupakan salah satu dari tiga elemen utama dalam triad epidemiologi, bersama dengan agent (virus dengue) dan host (inang manusia).

Faktor lingkungan mengacu pada kondisi fisik, biologis, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi transmisi virus dengue melalui nyamuk vektor Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Lingkungan yang mendukung berkembang biaknya nyamuk Aedes sangat berperan dalam penyebaran dan peningkatan insidensi DBD.

1. Iklim dan Cuaca a. Suhu

Suhu lingkungan memainkan peran penting dalam siklus hidup nyamuk Aedes dan virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Suhu yang hangat (sekitar 25-30°C) mempercepat perkembangan telur, larva, dan pupa nyamuk menjadi dewasa.

Suhu yang lebih tinggi juga mempercepat periode inkubasi ekstrinsik virus dengue di dalam tubuh nyamuk, yaitu waktu yang diperlukan virus untuk bereplikasi hingga dapat ditularkan kepada manusia melalui gigitan. Ketika suhu meningkat, siklus hidup nyamuk menjadi lebih singkat, sehingga populasi nyamuk meningkat dan risiko penularan virus menjadi lebih tinggi.

b. Curah Hujan

Curah hujan yang tinggi menciptakan genangan air, yang merupakan habitat utama untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes. Setelah hujan, air yang tergenang di tempat-tempat seperti wadah bekas, ban, talang air, dan pot tanaman menjadi lokasi ideal bagi nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak. Di wilayah tropis dan subtropis, insidensi DBD sering kali meningkat selama musim hujan karena populasi nyamuk yang bertambah akibat ketersediaan tempat perindukan.

c. Kelembapan

(17)

Kelembapan tinggi juga mendukung aktivitas nyamuk Aedes, karena nyamuk lebih aktif dan agresif dalam mencari inang untuk digigit pada kelembapan di atas 70%. Selain itu, nyamuk memiliki daya tahan yang lebih lama pada kondisi kelembapan tinggi, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya transmisi virus dengue.

2. Urbanisasi dan Kepadatan Penduduk

Proses urbanisasi yang cepat dan tidak terencana sering kali menciptakan lingkungan yang kondusif untuk penyebaran DBD. Urbanisasi meningkatkan kepadatan penduduk di wilayah perkotaan, sehingga memperbesar peluang interaksi antara manusia dan nyamuk vektor. Faktor-faktor yang terkait dengan urbanisasi meliputi:

a. Kondisi Sanitasi dan Lingkungan b. Praktik Penyimpanan Air

c. Urban Heat Island (Pulau Panas Perkotaan 3. Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim global, yang ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata bumi dan perubahan pola cuaca, memiliki dampak besar terhadap epidemiologi DBD.

Kondisi berikut ini berperan dalam peningkatan risiko penularan DBD:

a. Peningkatan Suhu Global b. Perubahan Pola Curah Hujan c. Peningkatan Kelembapan 4. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi sangat mempengaruhi risiko penyebaran DBD, terutama di negara berkembang dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Beberapa faktor yang berkontribusi meliputi:

a. Kondisi Perumahan b. Mobilitas Populasi

c. Akses terhadap Layanan Kesehatan

Akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan dapat mengakibatkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan DBD. Hal ini meningkatkan risiko penyebaran penyakit karena individu yang terinfeksi tidak segera mendapatkan

(18)

penanganan yang tepat dan dapat menjadi sumber penularan virus melalui nyamuk vektor .

2.7 Enam Komponen Rantai Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Enam komponen rantai penularan dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mencakup elemen-elemen penting dalam proses penyebaran infeksi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen antara lain:

1. Agen Penyebab (Agent)

Virus dengue adalah agen penyebab penyakit DBD. Virus ini terdiri dari empat serotipe yang berbeda, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Infeksi dengan salah satu serotipe memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut, tetapi tidak terhadap yang lain. Infeksi berulang dengan serotipe yang berbeda dapat menyebabkan kondisi yang lebih parah seperti Demam Berdarah Dengue (DHF) atau Dengue Shock Syndrome (DSS).

2. Reservoir

Reservoir adalah tempat di mana agen penyebab hidup dan berkembang biak.

Pada DBD, manusia adalah reservoir utama tempat virus berkembang biak sebelum ditularkan kembali ke nyamuk. Saat seseorang terinfeksi virus dengue, virus beredar di dalam darah mereka (viremia), memungkinkan nyamuk yang menggigit untuk terinfeksi.

3. Port d'Exit (Pintu Keluar)

Pintu keluar virus dari tubuh manusia terjadi saat nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus menggigit orang yang terinfeksi. Saat nyamuk menghisap darah, mereka mengambil virus dengue yang beredar dalam darah pasien.

4. Mode of Transmission (Cara Penularan)

Penularan terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes yang telah terinfeksi virus dengue. Nyamuk ini menghisap darah manusia yang mengandung virus, dan setelah periode inkubasi (biasanya 8-12 hari), nyamuk tersebut dapat menularkan virus saat menggigit manusia lain. Virus tidak dapat ditularkan melalui kontak langsung antar manusia, sehingga peran nyamuk sebagai vektor sangat penting dalam siklus penularan.

5. Port d'Entry (Pintu Masuk)

(19)

Pintu masuk virus ke dalam tubuh manusia adalah melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi. Virus dengue masuk ke aliran darah manusia melalui air liur nyamuk saat menggigit. Dari sini, virus menyebar ke seluruh tubuh dan mulai menginfeksi sel-sel target seperti sel darah putih dan sel endotel.

6. Host yang Rentan (Susceptible Host)

Host yang rentan adalah individu yang belum memiliki kekebalan terhadap virus dengue. Siapapun dapat terinfeksi, tetapi faktor-faktor seperti usia muda, kondisi imun yang lemah, serta adanya infeksi serotipe lain sebelumnya dapat meningkatkan risiko penyakit yang lebih parah. Anak-anak, lansia, serta orang dengan penyakit penyerta seperti diabetes atau hipertensi lebih rentan terhadap komplikasi yang parah.

2.8 Konsep Promotif dan Preventif Penyakit Demam Berdarah

Konsep promotif dan preventif dalam penanganan penyakit demam berdarah dengue (DBD) bertujuan untuk mengurangi risiko penyebaran virus dengue serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan. Berikut penjelasan mengenai kedua konsep ini:

1. Konsep Promotif

Promotif adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan masyarakat dalam menjaga kesehatan, termasuk mencegah penyakit seperti DBD. Tujuan upaya promotif adalah untuk memperkuat pola hidup sehat dan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pencegahan penyakit, antara lain sebagai berikut:

a. Edukasi dan Penyuluhan Masyarakat

Memberikan informasi tentang gejala DBD, cara penularan, dan pencegahan melalui berbagai media seperti seminar, brosur, media sosial, dan kampanye kesehatan di sekolah maupun lingkungan masyarakat.

b. Kampanye 3M Plus

Mengajak masyarakat untuk melakukan 3M Plus, yaitu:

 Menguras: Membersihkan tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi, drum, atau wadah air.

(20)

 Menutup: Menutup rapat tempat-tempat penampungan air agar nyamuk tidak bertelur.

 Mengubur: Mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air.

 Plus: Menggunakan kelambu, obat nyamuk, memasang kawat nyamuk di jendela, serta menghindari gigitan nyamuk dengan mengenakan pakaian yang tertutup.

c. Kampanye Lingkungan Sehat

Mendorong gerakan gotong royong di masyarakat untuk membersihkan lingkungan dari genangan air dan barang-barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

2. Konsep Preventif

Preventif yaitu tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit atau mencegah penyebaran penyakit. Pada penyakit DBD, upaya preventif difokuskan pada pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti sebagai langkah utama dalam mencegah infeksi, antara lain sebagai berikut:

a. Pengendalian Vektor Nyamuk

 Melakukan penyemprotan insektisida atau fogging di daerah-daerah yang ditemukan kasus DBD untuk membunuh nyamuk dewasa.

 Menaburkan larvasida (obat pembunuh jentik nyamuk) pada tempat- tempat penampungan air yang sulit dikuras untuk membunuh larva nyamuk.

 Penggunaan Kelambu dan Obat Anti Nyamuk

 Pemantauan Jentik Berkala b. Vaksinasi Dengue

Di beberapa negara, sudah tersedia vaksin dengue (Dengvaxia) untuk individu yang pernah terinfeksi dengue sebelumnya. Vaksin ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya infeksi dengue berulang dan memperparah gejala.

2.9 Faktor Risiko Lingkungan yang Mempengaruhi Kejadian DBD

Faktor risiko lingkungan yang memengaruhi penyakit demam berdarah dengue (DBD) sangat penting untuk dipahami karena penyakit ini erat kaitannya dengan

(21)

kondisi habitat nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang merupakan vektor utama virus dengue. Berikut ini adalah beberapa konsep utama faktor risiko lingkungan yang memengaruhi penyebaran DBD antara lain:

1. Kondisi Iklim a. Suhu

Nyamuk Aedes lebih aktif pada suhu antara 25-30°C. Suhu yang tinggi mempercepat siklus hidup nyamuk, mulai dari telur, larva, hingga dewasa, serta meningkatkan kecepatan replikasi virus dengue di dalam nyamuk.

b. Curah Hujan

Curah hujan yang tinggi meningkatkan ketersediaan tempat penampungan air yang menjadi habitat perkembangbiakan larva nyamuk. Namun, curah hujan yang terlalu tinggi dapat membanjiri tempat berkembang biak, sehingga mengurangi populasi nyamuk.

c. Kelembaban

Kelembaban tinggi mendukung kelangsungan hidup nyamuk dewasa. Di daerah dengan kelembaban tinggi, nyamuk dapat hidup lebih lama, sehingga peluang mereka untuk menularkan virus juga meningkat.

2. Kepadatan Penduduk dan Urbanisasi a. Kepadatan Penduduk

Tingginya kepadatan penduduk di daerah perkotaan meningkatkan risiko penularan DBD karena nyamuk Aedes aegypti memiliki perilaku menggigit yang agresif dan cenderung menggigit beberapa orang dalam satu siklus makan darah.

b. Urbanisasi

Urbanisasi sering kali meningkatkan faktor risiko karena menciptakan lingkungan yang ideal untuk perkembangbiakan nyamuk. Misalnya, permukiman padat, banyaknya tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, dan pot tanaman yang dibiarkan tergenang.

3. Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Manusia a. Pengelolaan Sampah

(22)

Penumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Wadah yang terbuang seperti botol plastik, kaleng, atau ban bekas dapat menampung air hujan dan menjadi habitat larva nyamuk.

b. Perilaku Manusia

Kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga kebersihan lingkungan, tidak menutup penampungan air, atau membiarkan genangan air di sekitar rumah dapat meningkatkan populasi nyamuk dan risiko penularan DBD.

4. Perubahan Lingkungan

a. Perubahan Penggunaan Lahan

Pembangunan perumahan, industri, dan penggundulan hutan dapat mengubah habitat alami dan memaksa nyamuk beradaptasi di lingkungan manusia, meningkatkan interaksi antara vektor dan manusia.

b. Pemanasan Global

Perubahan iklim global menyebabkan perubahan pola suhu dan curah hujan, yang berdampak pada peningkatan area distribusi nyamuk Aedes. Wilayah yang sebelumnya tidak memiliki kasus DBD mulai mengalami kasus-kasus baru seiring dengan pergeseran habitat nyamuk ke wilayah yang lebih dingin atau tinggi.

5. Faktor Sosio-Ekonomi

a. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Akses yang terbatas ke fasilitas kesehatan mempengaruhi deteksi dini dan penanganan kasus DBD, yang dapat memperburuk tingkat keparahan dan penyebaran penyakit.

b. Kesadaran dan Edukasi Masyarakat

Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pencegahan dan pengendalian DBD, seperti penggunaan kelambu, pengasapan (fogging), dan eliminasi tempat perkembangbiakan nyamuk, sangat memengaruhi risiko penyebaran penyakit.

6. Perubahan Pola Hidup

Peningkatan mobilitas manusia baik antar wilayah dalam satu negara maupun antarnegara dapat menyebarkan virus dengue ke area baru yang sebelumnya tidak terdampak, memperluas daerah endemik.

(23)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan angka kejadian yang tinggi di wilayah tropis dan subtropis, terutama pada musim hujan. Secara epidemiologi, frekuensi dan distribusi penyakit ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti iklim, kepadatan penduduk, urbanisasi, serta pola migrasi manusia yang meningkatkan risiko penularan. Terdapat beberapa komponen utama dalam penularan DBD, yaitu agent (virus dengue), reservoir (manusia), dan lingkungan yang mendukung berkembangbiaknya nyamuk sebagai vektor.

Faktor risiko pada host meliputi usia, status imun, dan kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan penyakit, sementara faktor agent mencakup variasi serotipe virus dengue (DENV-1 hingga DENV-4) yang memicu risiko infeksi berulang dan komplikasi. Lingkungan yang mendukung, seperti suhu tinggi,

(24)

kelembaban, dan adanya genangan air, berperan penting dalam siklus hidup nyamuk, mempercepat penularan virus ke host yang rentan.

Pencegahan DBD memerlukan pendekatan promotif dan preventif yang melibatkan edukasi masyarakat, eliminasi tempat berkembangbiaknya nyamuk, serta penggunaan tindakan seperti fogging dan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang). Selain itu, strategi pengendalian berbasis lingkungan sangat penting untuk meminimalkan risiko penularan, dengan mengatasi faktor lingkungan seperti sanitasi yang buruk dan genangan air yang sering menjadi sarang nyamuk. Dengan demikian, penanganan DBD memerlukan integrasi berbagai upaya yang mencakup pengendalian faktor host, agent, dan lingkungan, serta penerapan langkah promotif dan preventif yang berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

Shinta Sunaryati, Septi. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang Dan Sangat Mematikan. Jakarta:FlashBooks

Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi 2.Surabaya: Airlangga University Press

Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:

CV.Sagung Seto

World Health Organization. (2020). Dengue and severe dengue. Retrieved from WHO website

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Situasi Demam Berdarah Dengue di Indonesia Tahun 2020.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Dengue: Symptoms and Treatment. Retrieved from CDC website

Badan Kesehatan Dunia. Panduan Pengendalian Penyakit DBD.

World Health Organization. (2022). Global Strategy on Health, Environment and Climate Change.

(25)

Last, J. M. (2001). A Dictionary of Epidemiology. Oxford University Press.

World Health Organization. (2022). Dengue and severe dengue. WHO.

Putri, N.W. and Huvaid, S.U. (2018) ‘Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengendalian Vektor DBD’, in. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah

Budianto, R. and Budiarti, N. (2019) ‘Dengue Hemorrhagic Fever: Past, Present, and Future’, Berkala Kedokteran, 15(1), p. 45. https://doi.org/10.20527/jbk.v15i1.6122.

Tansil, M.G., Rampengan, N.H. and Wilar, R. (2021) ‘Faktor Risiko Terjadinya Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Anak’, Jurnal Biomedik:JBM, 13(1), p. 90.

https://doi.org/10.35790/jbm.13.1.2021.31760.

Tim Kemenkes RI (2023) ‘Membuka Lembaran Baru: Laporan Tahunan 2022 Demam Berdarah Dengue’. Kementerian Kesehatan RI.

https://p2p.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2023/06/FINAL_6072023_Layout_DBD- 1.pdf.

Referensi

Dokumen terkait

20 menit menyepakati kontrak perkuliahan 2 Mengetahui halangan- halangan dalma perdagangan internasional, teori-teori yang menjelaskan tentang perdagangan internasional

Pengaruh inflasi terhadap perdagangan adalah menurunnya daya beli masyarakat akan barang kebutuhan, jika hal tersebut dikaitkan dengan perdagangan internasional maka

a) Melayani kebutuhan perdagangan internasional dari daerah dimanapun pelabuhan tersebut berada. b) Membantu agar berjalannya roda perdagangan dan pengembangan

karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah mengenai Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ini dengan lancar.. Penulis

Dalam kesepakatan yang ditandatangani 10 Agustus 2017, kedua negara menunjuk Rostec dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebagai pelaksana teknis imbal beli antara

Teori lain yang menjelaskan hubungan antara volume perdagangan dan volatilitas imbal hasil ialah Sequential Information Arrivel Hypotehesis yang dikembangkan oleh Copeland

Makalah ini membahas dampak globalisasi terhadap perdagangan internasional dan implikasinya bagi perekonomian

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahamat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesikan tugas makalah dengan judul JUAL BELI CHIP HIGSS DOMINO