• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Internasional

N/A
N/A
Widya Lestari

Academic year: 2024

Membagikan "Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Internasional"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH EKONOMI INTERNASIONAL

“Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Internasional”

Dosen Pengampuh: Dr. Sri Astuty,S.E.,M.Si

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

1. Widya Lestari 210906501016

2. Rahma Rauf 210906502065

3. Ismi Amalia 210906501024

4. Siti mardyanah 210906502024

5. Muh. Adam 210906502069

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Internasional” ini dapat disusun hingga selesai. Juga tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Astuty,S.E.,M.Si sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Ekonomi Internasional

Penyusunan dokumen ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Ekonomi Internasional. Selanjutnya penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman baik bagi penulis maupun pembaca.

Dalam pembuatan makalah ini, jauh dari kata sempurna. Serta masih banyak kekurangan, maka kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah kami.

Makassar, 1 Maret 2024

Kelompok 6

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Pertumbuhan Faktor Produksi ... 3

1. Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Akumulasi Modal dari Waktu ke Waktu 3 2. Teorema Rybczynski ... 6

B. Kemajuan Teknis ... 8

1. Kemajuan Teknis yang Bersifat Netral, Penghematan Tenaga Kerja, dan Penghematan Modal ... 8

2. Kemajuan Teknis dan Batas Produksi Suatu Negara... 9

C. Pertumbuhan dan perdagangan : khusus negara kecil... 11

1. Pengaruh Pertumbuhan terhadap Perdagangan ... 12

2. Ilustrasi Pertumbuhan Faktor Produksi, Perdagangan, dan Kesejahteraan 13 3. Kemajuan Teknis, Perdagangan, dan Kesejahteraan ... 16

Studi Kasus 7.3 Pertumbuhan Output per Tenaga Kerja dari Penambahan Modal, Perubahan Teknologi, dan Peningkatan Efisiensi ... 17

D. Pertumbuhan dan Perdagangan: Kasus Negara Besar ... 18

1. Pertumbuhan serta Nilai Tukar dan Kesejahteraan Suatu Negara ... 18

2. Pertumbuhan Immiserizing ... 21

(4)

iii

3. Ilustrasi Pertumbuhan Bermanfaat dan Perdagangan ... 22

E. Pertumbuhan, Perubahan Selera, dan Perdagangan di Kedua Negara ... 25

Studi Kasus 7-4, Pertumbuhan, dan Raksasa-Raksasa Ekonomi di Masa Depan ... 25

1. Pertumbuhan dan Perdagangan Kedua Negara ... 27

2. Perubahan Selera dan Perdagangan di Kedua Negara ... 29

Studi Kasus 7-5 Perubahan dalam Keunggulan Komparatif Terungkap dari Berbagai Negara dan Region ... 30

Studi Kasus 7-6 Pertmbuhan, Perdagangan, dan Kesejahteraan di Negara- Negara Industri Termuka ... 32

BAB III PENUTUP ... 34

A. Kesimpulan ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang selama ini ingin dicapai oleh pemerintah. Dalam hal apapun pemerintah akan mengusahakan supaya pertumbuhan ekonomi ini dapat terwujud, salah satunya adalah dengan melakukan perdagangan internasional ke berbagai negara. Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang dialami dunia semenjak dua abad belakangan ini. Dalam periode tersebut dunia telah menglami perubahan yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Perdagangan Internasional sendiri adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa yang dilakukan antara individu dengan individu, individu dengan pemerintah, atau pemerintah dengan pemerintah dari suatu bangsa yang lain dipasar dunia atau global dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keuntungan. Makalah ini akan membahas secara luas model perdagangan agar mencakup perubahan- perubahan ini. Makalah ini akan memperlihatkan bagaimana perubahan faktor produksi bawaan dan/atau perkembangan teknologi memengaruhi batas produksi suatu negara. Perubahan-perubahan ini, bersamaan dengan kemungkinan perubahan selera, membawa pengaruh terhadap kurva penawaran ekspor suatu negara, volume perdagangan, nilai tukar, dan keuntungan yang didapatkan dari perdagangan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan faktor produksi bawaan suatu negara memengaruhi pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, volume perdagangan, dan kesejahteraan

?

2. Bagaiman perubahan teknologi memengaruhi pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan kesejahteraan ?

3. Bagaimana perubahan selera memengaruhi perdagangan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan ?

(6)

2 C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan bagaimana perubahan faktor produksi bawaan suatu negara memengaruhi pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, volume perdagangan, dan kesejahteraan

2. Untuk menjelaskan bagaiman perubahan teknologi memengaruhi pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan kesejahteraan

3. Untuk memahami bagaimana perubahan selera memengaruhi perdagangan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan

(7)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Faktor Produksi

Seiring berjalannya waktu, populasi suatu negara biasanya akan berkembang.

Bersamaan dengan itu, berkembang pula ukuran angkatan kerjanya. Begitu pula, dengan memanfaatkan sebagian dari sumber dayanya untuk menghasilkan peralatan modal, negara meningkatkan persediaan modal. Modal merujuk kepada peralatan buatan manusia yang digunakan dalam produksi, seperti mesin, pabrik, bangunan perkantoran, transportasi, dan komunikasi, demikian pula dengan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja, semuanya yang dapat meningkatkan kemampuan suatu negara dalam memproduksi barang dan jasa.

Meski terdapat berbagai tipe tenaga kerja dan modal yang berbeda-beda, untuk mudahnya, kita akan mengasumsikan semua unit tenaga kerja dan modal bersifat homogen (yaitu identik) seperti yang kita lakukan dalam bab-bab sebelumnya. Cara ini akan menyisakan dua faktor produksi saja-tenaga kerja (L) dan modal (K)- sehingga kita lebih mudah dalam menggunakan analisis geometris sederhana.

Dalam dunia nyata, tentu saja, juga terdapat sumber daya alam, dan sumber daya alam tersebut bisa habis (misalnya mineral) atau bertambah jenisnya melalui penemuan- penemuan ataupun aplikasi baru. Kita juga akan mengasumsikan bahwa negara mengalami pertumbuhan dalam dua macam komoditas (komoditas X, yang padat L, dan komoditas Y yang padat K) dalam kondisi skala hasil konstan.

1. Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Akumulasi Modal dari Waktu ke Waktu

Peningkatan kontribusi tenaga kerja dan modal dari waktu ke waktu menyebabkan batas produksi negara bergeser. Jenis dan tingkat pergeseran tergantung pada tingkat pertumbuhan L dan K. Jika L dan K tumbuh pada tingkat yang sama, batas produksi negara akan bergeser secara merata ke segala arah dengan laju sebesar laju pertumbuhan faktor produksi. Akibatnya, kemiringan batas produksi lama dan baru (sebelum dan sesudah pertumbuhan faktor produksi) akan sama pada setiap titik di mana mereka dipotong oleh garis dari titik asal. Ini adalah kasus pertumbuhan yang seimbang (balanced growth).

(8)

4

Jika hanya bawaan L yang tumbuh, output dari kedua komoditas tumbuh karena L digunakan dalam produksi kedua komoditas dan L dapat digantikan K sampai batas tertentu dalam produksi kedua komoditas. Namun, output dari komoditas X (komoditas padat L) tumbuh lebih cepat dari output komoditas Y (komoditas padat K). Sebaliknya, akan terjadi hanya jika bawaan K yang tumbuh. Jika L dan K tumbuh pada tingkat yang berbeda, pergeseran garis batas produksi negara dapat ditentukan dengan cara yang sama.

Gambar 7.1 memperlihatkan berbagai jenis pertumbuhan faktor produksi hipotetis Negara 1. (Pertumbuhan faktor produksi dan bawaan faktor produksi dilebih-lebihkan untuk membuat ilustrasi lebih jelas.) Penyajiannya juga sejalan untuk Negara 2 dan akan dibahas lagi di bagian akhir bab.

Panel kiri Gambar 7.1 memperlihatkan kasus pertumbuhan yang seimbang dengan asumsi bahwa jumlah L dan K yang tersedia untuk Negara 1 berlipat ganda. Dengan skala hasil konstan, jumlah maksimum setiap komoditas yang dapat dihasilkan Negara 1 juga berlipat ganda, dari 140X menjadi 280X atau dari 70Y menjadi 140Y. Perhatikan bahwa bentuk garis batas produksi diperluas identik dengan bentuk garis batas produksi sebelum pertumbuhan, sehingga kemiringan dua garis batas produksi, atau P₁/P,, adalah sama pada titik-titik B dan B, di mana mereka dipotong oleh garis dari titik asal.

GAMBAR 7.1. Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Modal dari Waktu ke Waktu. Panel kiri menunjukkan kasus pertumbuhan yang seimbang dengan

(9)

5

penggandaan L dan K berdasarkan skala hasil konstan. Kedua garis batas produksi memiliki bentuk identik dan kemiringan yang sama, atau Px/Py, di sepanjang setiap garis dari titik asal. Panel kanan menunjukkan kasus ketika hanya L atau K saja yang berlipat ganda. Ketika hanya L yang berlipat ganda, output komoditas X (komoditas padat L) tumbuh secara proporsional lebih dari output Y (tetapi kurang dari lipat dua). Demikian pula, ketika hanya K yang berlipat ganda, output dari Y tumbuh secara proporsional lebih dari X, tetapi kurang dari lipat dua (lihat garis putus-putus batas produksi).

Panel kanan menunjukkan Negara 1 mengulangi batas produksi sebelum pertumbuhan (dengan nilai perpotongan 140X dan 70Y) dan menunjukkan dua garis batas produksi tambahan-satu dengan penggandaan L (garis solid) dan yang lainnya dengan penggandaan K (garis putus-putus). Ketika hanya L yang berlipat ganda, batas produksi bergeser sepanjang sumbu X, mengukur komoditas padat L. Jika yang berlipat ganda K saja, batas produksi bergeser sepanjang sumbu Y, mengukur komoditas padat K. Perhatikan bahwa ketika hanya I yang berlipat ganda, output maksimum komoditas X tidak berlipat ganda (yakni hanya naik dari 140X sampai 275X). Agar X menjadi berlipat ganda, baik L maupun K harus berlipat ganda. Demikian pula, ketika hanya K berlipat ganda, output maksimum komoditas Y kurang dari lipat dua (dari 70Y hingga 130Y).

Ketika kedua L dan K tumbuh pada tingkat yang sama dan memiliki skala hasil konstan dalam produksi kedua komoditas, produktivitas, dan karenanya tingkat pengembalian L dan K. tetap sama setelah pertumbuhan seperti sebelumnya sebelum pertumbuhan berlangsung. Jika tingkat ketergantungan (yaitu rasio tanggungan terhadap total penduduk) juga tetap tidak berubah, pendapatan riil per kapita dan kesejahteraan negara cenderung tetap tidak berubah. Jika L hanya tumbuh (atau 2 tumbuh secara proporsional lebih dari K), K/L akan jatuh dan begitu juga produktivitas L, output L, dan pendapatan per kapita riil. Jika, di sisi lain, hanya bawaan K yang tumbuh (atau K tumbuh secara proporsional lebih dari L), K/L akan meningkat dan begitu juga produktivitas L, output L, dan pendapatan per kapita riil.

(10)

6 2. Teorema Rybczynski

Teorema Rybczynski mendalilkan bahwa pada harga komoditas konstan, peningkatan kemampuarı dari salah satu faktor akan meningkatkan output dari komoditas yang padat dalam faktor itu dengan proporsi yang lebih besar dan akan mengurangi output dari komoditas lainnya. Misalnya, jika hanya L yang tumbuh di Negara 1, output komoditas X (komoditas padat L) berkembang lebih dari proporsional, sedangkan output komoditas Y (komoditas padat K) menurun di PX, dan PY, konstan.

Gambar 7.2 menunjukkan batas produksi Negara 1 sebelum dan setelah L saja yang berlipat ganda (seperti dalam panel kanan Gambar 7.1). Dengan perdagangan tetapi sebelum pertumbuhan, Negara 1 memproduksi di titik B (yaitu 130X dan 20Y) pada PX/PY, P= 1, seperti dalam bab-bab sebelumnya.

Setelah hanya L yang berlipat ganda dan dengan PX/PY, tetap pada P₁ = 1, Negara 1 akan berproduksi pada titik M di batas produksi baru. Pada titik M, Negara 1 menghasilkan 270X,

GAMBAR 7.2. Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Teorema Rybczynski.

Dengan adanya perdagangan tapi sebelum terjadi pertumbuhan, Negara 1 memproduksi di titik B (130X dan 20Y) pada PX/PY = P = 1, seperti dalam bab-bab sebelumnya. Setelah hanya L yang berlipat ganda dan dengan PX/PY tetap pada P8 = 1, Negara 1 memproduksi di titik M (270X dan 10Y) pada batas produksi baru yang lebih besar. Dengan demikian, output dari X (komoditas

(11)

7

padat L) diperbanyak, dan output dari Y (komoditas padat K) menurun, sebagaimana didalilkan oleh teorema Rybczynski, tetapi hanya 10Y. Dengan demikian, output dari komoditas X meningkat lebih dari dua kali lipat, sedangkan output komoditas Y menurun (seperti yang diperkirakan oleh teorema Rybczynski). Menggandakan L dan mentransfer beberapa I. dan K dari produksi komoditas Y lebih dari dua kali lipat output komoditas X.

Bukti grafis formal dari teorema Rybczynski akan disajikan dalam lampiran.

Di sini akan diberikan bukti intuitif tetapi masih memadai dari teorema ini.

Buktinya adalah sebagai berikut. Supaya harga komoditas tetap konstan dengan adanya pertumbuhan satu faktor produksi, harga faktor produksi (yaitu w dan r) juga harus tetap konstan. Namun, harga-harga faktor produksi akan tetap konstan hanya jika K/L dan produktivitas L dan K juga tetap konstan dalam produksi kedua komoditas. Satu-satunya cara untuk sepenuhnya mendayagunakan seluruh peningkatan & dan masih menjaga nilai K/L tidak berubah dalam produksi kedua komoditas adalah dengan membuat output komoditas Y (komoditas padat K) menurun untuk memindahkan K yang cukup (dan sedikit L) untuk menyerap semua peningkatan L. dalam produksi komoditas X (komoditas padat L). Dengan demikian, output dari komoditas X naik, sedangkan output komoditas Y menurun pada harga komoditas konstan.

Bahkan, peningkatan output komoditas X meningkat dengan proporsi yang lebih besar dibandingkan ekspansi jumlah tenaga kerja karena beberapa tenaga kerja dan modal juga ditransfer dari produksi komoditas Y ke produksi komoditas X. Ini disebut efek pembesaran dan secara lengkap dibuktikan dalam Bagian A7.1 di lampiran.

Untuk meringkas, kita dapat mengatakan bahwa untuk PX dan PY (dan karena itu PX/PY)tetap konstan, r harus tetap konstan. Namun, r dapat tetap konstan hanya jika K/L tetap konstan dalam produksi kedua komoditas. Satu- satunya cara untuk hal ini terjadi dan juga menyerap semua kenaikan L adalah untuk mengurangi output Y, sehingga akan melepaskan K/L supaya digunakan dengan proporsi yang lebih besar dalam produksi Y, dan menggabungkan K yang dilepaskan dengan L tambahan pada K/L yang lebih rendah yang

(12)

8

digunakan dalam produksi X. Dengan demikian, output dari X naik dan Y turun.

Bahkan, output X meningkat dengan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan L. Demikian pula, ketika hanya K yang meningkat, output dari Y meningkat lebih dari proporsional dan X turun.

Jika salah satu faktor produksi tidak bergerak dalam suatu negara, hasilnya berbeda dan tergantung pada apakah yang tumbuh itu adalah atau faktor yang berkembang atau tidak yang bersifat tidak bergerak.

B. Kemajuan Teknis

Beberapa studi empiris telah menunjukkan bahwa sebagian besar peningkatan pendapatan per kapita riil di negara-negara industri adalah karena kemajuan teknis dan sedikit dikarenakan akumulasi modal. Namun, analisis kemajuan teknis jauh lebih kompleks daripada analisis pertumbuhan faktor produksi karena ada banyak definisi dan jenis kemajuan teknis, dan mereka dapat terjadi pada tingkat yang berbeda dalam produksi salah satu atau kedua komoditas.

Untuk tujuan kita, definisi paling tepat dari kemajuan teknis adalah yang diajukan oleh John Hicks, ekonom Inggris yang mendapat Hadiah Nobel pada 1972 di bidang ekonomi. Dalam Bagian 7.3A, kita mendefinisikan berbagai jenis kemajuan teknis Hicks. Dalam Bagian 7.3B, kita kemudian menguji pengaruh berbagai jenis kemajuan teknis Hicks terhadap batas produksi suatu negara.

Sepanjang pembahasan, kita akan mengasumsikan bahwa skala hasil konstan berlaku sebelum dan sesudah kemajuan teknis terjadi dan bahwa kemajuan teknis terjadi dengan cara sekali dan menyeluruh.

1. Kemajuan Teknis yang Bersifat Netral, Penghematan Tenaga Kerja, dan Penghematan Modal

Kemajuan teknis biasanya diklasifikasikan menjadi netral, hemat tenaga kerja, atau hemat modal Semua kemajuan teknis (terlepas dari jenis) mengurangi jumlah tenaga kerja dan modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap tingkat output tertentu. Berbagai jenis kemajuan teknis Hicks menentukan bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Kemajuan teknis netral meningkatkan produktivitas I dan K dalam proporsi yang sama sehingga K/I, tetap sama setelah kemajuan teknis netral seperti sebelum pada berubah harga

(13)

9

relatif faktor (w/r). Artinya, dengan tidak berubahnya w/r, tidak ada substitusi Luntuk K (atau sebaliknya) dalam produksi, sehingga K/L tetap tidak berubah.

Yang terjadi adalah output yang diberikan sekarang dapat diproduksi dengan L dan K yang lebih sedikit.

Kemajuan teknis hemat tenaga kerja meningkatkan produktivitas K lebih dari secara proporsional dengan produktivitas L. Akibatnya, K menggantikan I dalam produksi dan K/L naik dalam kondisi w/r konstan. Karena K lebih banyak digunakan per unit L, jenis kemajuan teknis ini disebut penghematan tenaga kerja. Perhatikan bahwa output yang diberikan sekarang dapat diproduksi dengan lebih sedikit dari unit L dan K tetapi dengan K/L yang lebih tinggi.

Kemajuan teknis hemat modal meningkatkan produktivitas L lebih dari proporsional produktivitas K. Akibatnya, L menggantikan K dalam produksi dan L/K naik (K/L turun) pada kondisi w/r konstan. Karena L lebih banyak digunakan per unit K, jenis kemajuan teknis ini disebut penghematan modal.

Perhatikan bahwa output yang diberikan sekarang dapat diproduksi dengan lebih sedikit unit Z dan K tetapi dengan L/K yang lebih tinggi (K/L yang lebih rendah).

2. Kemajuan Teknis dan Batas Produksi Suatu Negara

Seperti dalam kasus pertumbuhan faktor, semua jenis kemajuan teknis menyebabkan batas produksi negara bergeser. Jenis dan tingkat pergeseran tergantung pada jenis dan tingkat kemajuan teknis dalam salah satu atau kedua komoditas. Di sini, kita hanya akan membahas kemajuan teknis netral.

Kemajuan teknis nonnetral sangat kompleks dan hanya dapat ditangani secara matematis dalam teks pascasarjana.

Dengan tingkat kemajuan teknis netral yang sama dalam produksi kedua komoditas, batas produksi negara akan bergeser secara merata ke segala arah dengan laju yang sama dimana kemajuan teknis terjadi. Ini memiliki efek yang sama terhadap batas produksi negara seiring pertumbuhan faktor produksi yang seimbang. Dengan demikian, kemiringan batas produksi lama dan baru negara tersebut (sebelum dan setelah terjadi kemajuan teknis) akan sama pada setiap perpotongan dengan garis yang ditarik dari titik asal. Misalnya, produktivitas L dan K berlipat ganda dalam produksi komoditas X dan komoditas Y di Negara

(14)

10

I dan skala hasil konstan berlaku dalam produksi kedua komoditas. Grafik untuk jenis kemajuan teknis identik dengan panel kiri Gambar 7.1, di mana pasokan dari L dan K menjadi berlipat ganda sehingga grafik tidak disajikan lagi di sini.

Gambar 7.3 menunjukkan batas produksi Negara 1 sebelum kemajuan teknis dan setelah. produktivitas L dan K berlipat ganda dalam produksi komoditas X saja, atau dalam produksi komoditas Y saja (batas produksi dengan garis putus-putus). Ketika produktivitas L dan K berlipat ganda dalam produksi komoditas X saja, output dari X berlipat ganda untuk setiap tingkat output komoditas Y. Misalnya, pada output yang tidak berubah. dari 60Y, output dari komoditas X naik dari 50X sebelum kemajuan teknis menjadi 100X sesudahnya titik A dan A', masing-masing, dalam gambar). Demikian pula, pada output yang tidak berubah dari 20Y, output komoditas X meningkat dari 130X menjadi 260X (titik B dan B'). Ketika semua sumber daya Negara 1 digunakan dalam produksi komoditas X, output dari X juga berlipat ganda (dari 140X menjadi 280X).

Perhatikan bahwa output dari komoditas Y tetap tidak berubah pada 70Y jika semua sumber daya negara digunakan dalam produksi komoditas Y tetapi kemajuan teknis hanya terjadi dalam produksi komoditas X saja.

GAMBAR 7.3. Kemajuan Teknis Netral. Gambar ini menunjukkan batas produksi Negara 1 sebelum kemajuan teknis dan setelah produktivitas L dan K berlipat ganda dalam produksi komoditas X saja, atau dalam produksi

(15)

11

komoditas Y saja (garis batas produksi yang putus-putus). Perhatikan bahwa jika Negara 1 menggunakan semua sumber dayanya dalam produksi komoditas di mana produktivitas L dan K berlipat ganda, output dari komoditas juga berlipat ganda. Di sisi lain, jika Negara 1 menggunakan semua sumber dayanya dalam produksi komoditas di mana tidak ada kemajuan teknis, output dari komoditas tetap tidak berubah.

Penalaran analog menjelaskan pergeseran batas produksi ketika produktivitas L dan K berlipat ganda hanya dalam produksi komoditas Y (garis batas produksi putus-putus pada Gambar 7.3). Para mahasiswa harus hati-hati memeriksa perbedaan antara Gambar 7.3 dan panel kanan Gambar 7.1.

Akhirnya, harus ditekankan bahwa, dengan tidak adanya perdagangan, semua jenis kemajuan teknis cenderung meningkatkan kesejahteraan negara.

Alasannya adalah bahwa dengan batas produksi yang lebih tinggi dan L dan jumlah penduduk yang sama, setiap warga negara bisa dibuat lebih baik setelah terjadi pertumbuhan daripada sebelumnya melalui kebijakan redistribusi yang tepat. Pertanyaan tentang pengaruh pertumbuhan perdagangan dan kesejahteraan akan dieksplorasi dalam sisa bab ini.

C. Pertumbuhan dan perdagangan : khusus negara kecil

Pertumbuhan dan perdagangan dalam konteks negara kecil memiliki beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan. Pertumbuhan ekonomi negara-negara kecil dapat dipengaruhi oleh perdagangan internasional yang mereka lakukan dengan berbagai negara di dunia. Perdagangan internasional dapat memberikan keuntungan dan membawa pertumbuhan ekonomi dalam negeri, baik secara langsung berupa transaksi ekspor imporPada bagian ini akan menganalisa pengaruh pertumbuhan terhadap produksi, konsumsi, perdagangan, dan kesejahteraan ketika negara yang dianalisa terlalu kecil untuk memengaruhi harga komoditas relatif di mana hal itu terlibat perdagangan (sehingga nilai tukar negara tersebut tetap konstan). Pada topik pertumbuhan dan perdagangan pada negara kecil ini akan membahas pertumbuhan secara umum dan mendefenisikan properdagangan, antiperdagangan, serta konsumsi dan produk netral. Dengan menggunakan defenisi tersebut, hal itu dapat

(16)

12

menunjukkan efek dari suatu jenis pertumbuhan faktor produksi dan menganalisa pengaruh kemajuan teknisi kemudian membahas yang lebih realistis dimana suatu mampu mempengaruhi harga komoditas relatif dengan perdagangan.

1. Pengaruh Pertumbuhan terhadap Perdagangan

Jika output dari komoditas ekspor negara itu tumbuh secara proporsional lebih dari output dari komoditas yang diimpor pada kondisi harga komoditas relatif konstan, pertumbuhan cenderung mengarah pada peningkatan yang lebih besar dari proporsional dengan perdagangan dan dikatakan sebagai properdagangan (protrade). Jika tidak, maka disebut antiperdagangan (antitrade) atau netral (neutral). Peningkatan output memiliki efek perdagangan netral jika itu mengarah ke tingkat yang sama dengan peningkatan perdagangan.

Di sisi lain, jika konsumsi suatu negara terhadap komoditas yang diimpor meningkat secara proporsional lebih dari konsumsi komoditas yang diekspor negara tersebut pada harga konstan, efek konsumsi cenderung mengarah ke ekspansi yang lebih besar dari proporsional perdagangan dan dikatakan properdagangan. Jika tidak, ekspansi konsumsi dikatakan antiperdagangan atau netral.

Dengan demikian, produksi dan konsumsi dapat dikatakan properdagangan (jika mereka menyebabkan peningkatan lebih besar dari peningkatan proporsional dalam perdagangan pada harga komoditas relatif konstan), antiperdagangan, atau netral. Produksi dikatakan properdagangan jika output dari komoditas yang dapat diekspor negara itu meningkat secara proporsional lebih dari output komoditas yang diimpornya. Konsumsi dikatakan properdagangan jika konsumsi negara terhadap komoditas yang diimpor meningkat secara proporsional lebih dari konsumsi komoditas yang diekspor negara tersebut.

Apa yang sebenarnya terjadi pada volume perdagangan dalam proses pertumbuhan tergantung pada hasil bersih dari efek produksi dan konsumsi. Jika kedua produksi dan konsumsi dikatakan sebagai properdagangan, volume perdagangan meningkat lebih cepat secara proporsional dari output. Jika baik produksi maupun konsumsi antiperdagangan, volume perdagangan meningkat

(17)

13

proporsional kurang dari output dan bahkan mungkin menurun. Jika produksi properdagangan dan konsumsi antiperdagangan atau sebaliknya, apa yang terjadi pada volume perdagangan tergantung pada selisih dari dua kekuatan yang bertentangan. Dalam kondisi yang jarang terjadi di mana produksi dan konsumsi dikatakan netral, perdagangan meningkat pada tingkat yang sama dengan output.

Karena pertumbuhan dapat dihasilkan dari berbagai jenis dan tingkat pertumbuhan faktor produksi dan kemajuan teknis, serta produksi dan konsumsi dapat dikatakan sebagai properdagangan, antiperdagangan, atau netral, pengaruh pertumbuhan terhadap perdagangan dan kesejahteraan akan bervariasi dari kasus ke kasus. Dengan demikian, pendekatan yang digunakan harus bersifat pengklasifikasian (misalnya, dalam bentuk "jika hal ini terjadi, ini adalah hasilnya"). Sebagai hasilnya, yang bisa kita lakukan hanya memberikan beberapa contoh dan menunjukkan kekuatan yang harus dianalisis untuk menentukan apa yang mungkin terjadi dalam situasi tertentu.

2. Ilustrasi Pertumbuhan Faktor Produksi, Perdagangan, dan Kesejahteraan

Panel atas Gambar 7.4 mereproduksi Gambar 7.2, yang menunjukkan bahwa L berlipat ganda di Negara 1 dan nilai tukar Negara 1 tidak berubah dengan pertumbuhan dan perdagangan. Artinya, sebelum pertumbuhan, Negara 1 memproduksi pada titik B, memperdagangkan 60X untuk 60Y pada PB{y}=\underline{l} dan mencapai kurva indiferen III (seperti dalam bab-bab sebelumnya). Ketika L berlipat ganda di Negara 1, batas produksi bergeser ke arah kanan seperti yang dijelaskan dalam Bagian 7.2A. Jika Negara 1 terlalu kecil untuk memengaruhi harga komoditas relatif, Negara 1 akan memproduksi pada titik M, di mana batas produksi baru bersinggungan dengan I~PB{M}=Pm{M}: 1. Pada titik M, Negara I menghasilkan lebih dari dua kali lebih banyak komoditas X dari pada titik B, tetapi komoditas Y berkurang, sebagaimana didalilkan oleh teorema Rybczynski. Pada PB{M}=Pr{s}=1,N Negara 1 memperdagangkan 150X untuk 150Y dan mengonsumsi di titik Z pada kurva indiferen VII. Karena output komoditas X (komoditas ekspor Negara 1) meningkat, sedangkan output komoditas Y menurun, pertumbuhan

(18)

14

output dikatakan properdagangan. Demikian pula, karena konsumsi komoditas Y (komoditas yang diimpor Negara 1) meningkat secara proporsional lebih dari konsumsi komoditas X (yaitu titik Z adalah di sebelah kiri garis dari titik asal melalui titik E), pertumbuhan konsumsi juga dikatakan properdagangan.

Dengan produksi dan konsumsi yang bersifat properdagangan, volume perdagangan meningkat secara proporsional lebih dari output komoditas X.

GAMBAR 7.4. Pertumbuhan Faktor Produksi dan Perdagangan: Kasus Negara Kecil. Panel atas menunjukkan bahwa setelah L berlipat ganda, Negara 1 memperdagangkan 150X untuk 150Y pada Pm =PB =1 dan mencapai kurva indiferen VII. Karena konsumsi kedua X dan Y meningkat seiring dengan pertumbuhan, kedua komoditas merupakan barang normal. Karena L berlipat ganda tetapi konsumsi kurang dari dua kali lipat (bandingkan titik Z dengan titik

(19)

15

E), kesejahteraan sosial Negara 1 menurun. Panel bawah menunjukkan bahwa dengan adanya perdagangan bebas sebelum pertumbuhan, Negara 1 memperdagangkan 60X untuk 60Y pada PX /PY = PB = 1 Dengan adanya perdagangan bebas setelah terjadi pertumbuhan, Negara 1 memperdagangkan 150X untuk 150Y pada PX /PY = PB = 1

Perhatikan bahwa dengan pertumbuhan dan perdagangan, batas konsumsi Negara 1 dinyatakan oleh garis lurus PM, yang bersinggungan dengan batas produksi yang baru pada titik M. Fakta bahwa konsumsi kedua komoditas meningkat dengan adanya pertumbuhan dan perdagangan menandakan kedua komoditas adalah barang normal (normal goods). Hanya jika komoditas Y merupakan barang inferior (inferior goods), maka Negara 1 akan mengonsumsi Y dalam jumlah absolut lebih kecil (yaitu pada sebelah kanan dan bawah titik E pada garis PM). Demikian pula, Negara 1 akan mengonsumsi komoditas X dalam jumlah absolut yang lebih kecil (yaitu ke titik kiri dan atas E') hanya jika komoditas X merupakan barang inferior.

Panel bawah Gambar 7.4 menggunakan kurva penawaran ekspor untuk menunjukkan pertumbuhan perdagangan yang sama untuk Negara 1 pada nilai tukar yang konstan. Artinya, dengan adanya perdagangan bebas sebelum terjadinya pertumbuhan, Negara I memperdagangkan 60X untuk 60Y pada PX

/PY = PB = 1. Dengan adanya perdagangan bebas setelah terjadi pertumbuhan, Negara 1 memperdagangkan 150X untuk 150Y pada PX /PY = PM = 1. Garis lurus yang menunjukkan nilai tukar yang ko nstan juga merupakan segmen garis lurus kurva penawaran ekspor negara 2 (atau seluruh dunia). Hal ini karena Negara 1 sangat kecil, sehingga kurva penawaran ekspornya, sebelum dan setelah pertumbuhan, memotong segmen garis lurus kurva penawaran ekspor negara 2 (negara-negara besar) dan nilai tukar tetap konstan.

Perhatikan bahwa Negara 1 dalam keadaan yang lebih buruk setelah terjadinya pertumbuhan karena tenaga kerja (dan populasi) berlipat ganda sementara konsumsi total kurang dari dua kali lipat (bandingkan titik Z dengan 120X dan 160Y setelah terjadi pertumbuhan dengan titik E dengan 70X dan 50Y sebelum terjadinya pertumbuhan). Dengan demikian, konsumsi dan

(20)

16

kesejahteraan Negara 1 merupakan "perwakilan" penurunan warga sebagai akibat dari jenis pertumbuhan ini. Yang mewakili warga negara adalah mereka dengan selera yang identik dan pola konsumsi dari negara secara keseluruhan tapi dengan jumlah yang diperkecil dari jumlah total warga di negara tersebut.

3. Kemajuan Teknis, Perdagangan, dan Kesejahteraan

Kemajuan teknis netral pada tingkat yang sama dalam produksi kedua komoditas mengarah ke ekspansi proporsional dalam output dari kedua komoditas pada harga komoditas relatif yang konstan. Jika konsumsi setiap komoditas juga meningkat secara proporsional di negara ini, volume perdagangan akan meningkat pada laju yang sama dengan nilai tukar yang konstan. Artinya, ekspansi netral untuk produksi dan konsumsi mengarah ke tingkat yang sama dengan ekspansi perdagangan. Dengan produksi yang bersifat netral dan konsumsi yang bersifat properdagangan, volume perdagangan akan berkembang secara proporsional lebih dari produksi. Dengan produksi netral dan konsumsi antiperdagangan, volume perdagangan akan berkembang secara proporsional kurang dari produksi. Namun, terlepas dari apa yang terjadi pada volume perdagangan, kesejahteraan yang mewakili warga negara akan meningkat dengan L dan populasi konstan serta nilai tukar yang konstan.

Kemajuan teknis netral yang terjadi hanya dalam produksi komoditas yang dapat diekspor merupakan properdagangan. Misalnya, jika kemajuan teknis netral terjadi hanya dalam produksi komoditas X di Negara 1, batas produksi Negara 1 akan membesar hanya sepanjang sumbu X, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.3. Pada nilai tukar konstan, output komoditas X Negara 1 akan meningkat bahkan lebih dari pada yang diperlihatkan pada Gambar 7.4, sedangkan output komoditas Y menurun (seperti pada Gambar 7.4). Negara 1 akan mencapai kurva indiferen yang lebih tinggi dari VII dan volume perdagangan akan berkembang bahkan lebih dari pada Gambar 7.4. Yang terpenting adalah bahwa dengan populasi dan angkatan kerja konstan, kesejahteraan yang mewakili warga negara sekarang meningkat (sebagai lawan kasus di mana hanya L yang tumbuh di Gambar 7.4)

(21)

17

Studi Kasus 7.3 Pertumbuhan Output per Tenaga Kerja dari Penambahan Modal, Perubahan Teknologi, dan Peningkatan Efisiensi

Tabel 7.3 memberikan gambaran mengenai pertumbuhan output per tenaga kerja dari 1965 hingga 1990 dan kontribusi ke pertumbuhan tersebut yang dibuat oleh penambahan modal (yaitu peningkatan nilai modal per tenaga kerja) dan peningkatan teknologi dan efisiensi (yang mengikuti) untuk beberapa kelompok yang terdiri atas negara-negara maju dan berkembang, disusun menurut ukuran dari ekonomi mereka. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa pertumbuhan output per tenaga kerja yang paling cepat terjadi di Korea (425 persen), diikuti oleh Jepang (209 persen), dan Thailand (195 persen). Amerika Serikat mengalami pertumbuhan paling kecil (31 persen) di antara negara- negara yang disebutkan dalam Tabel 7.3. Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa sebagian besar pertumbuhan dalam output per tenaga kerja didapat melalui penambahan modal. Teknologi memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan di Prancis, diikuti oleh India, Jepang, Jerman, dan Thailand. Kontribusi terbesar dari peningkatan efisiensi terjadi di Korea, Italia, dan Thailand. Argentina, Cile, Meksiko, Spanyol, dan Inggris malah mengalami kemunduran dalam bidang efisiensi.

TABEL 7.3. Pertumbuhan Output per Tenaga Kerja dari Penambahan Modal, Perubahan Teknologi, dan Peningkatan Efisiensi, 1965-1990

Negara

Persentase Perubahan Output per Tenaga Kerja

Kontribusi pada Persentase Perubahan Output per Tenaga Kerja dari

Penambahan Modal

Perubahan Teknologi

Perubahan Efisiensi Amerika

serikat Jepang Jerman Prancis

31,1 208,5

70,7 78,3 60,7

19,3 159,9

31,8 47,2 64,9

9,9 15,2 14,4 16,3 1,4

0,0 3,1 13,3

4,1 -3,8

(22)

18 Inggris

Italia Kanada Spanyol Meksiko India

Korea Selatan Argentina Tukri Thailand Philipina Cile

117,4 54,6 111,7

47,5 80,5 424,5

4,6 129,3 194,7 43,8 16,6

45,5 18,6 125,5

66,7 38,9 259,7

59,3 95,6 104,1

20,9 50,2

13,3 11,7 7,1 2,1 15,7

2,9 1,8 6,8 12,6

7,9 1,9

31,9 16,7 -12,3 -13,3 12,4 41,7 -35,5

9,9 28,3 10,3 -23,9

D. Pertumbuhan dan Perdagangan: Kasus Negara Besar

Sekarang kita akan mulai membahas pada bagian 7.5A, yaitu menguji pengaruh pertumbuhan terhadap nilai tukar dan kesejahteraan suatu negara. Bagian 7.5B, kita membahas kasus di mana pertumbuhan, dengan sendirinya, dapat meningkatkan kesejahteraan negara, tetapi menyebabkan nilai tukar memburuk begitu banyak, sehingga membuat negara menjadi lebih buruk setelah terjadi pertumbuhan daripada sebelumnya. Akhirnya, dalam Bagian 7.5C, kita meneliti kasus di mana pertumbuhan menyebabkan peningkatan dalam hal perdagangan dan kesejahteraan suatu negara.

1. Pertumbuhan serta Nilai Tukar dan Kesejahteraan Suatu Negara Jika pertumbuhan, terlepas dari sumber atau jenisnya, meningkatkan volume perdagangan negara pada kondisi harga konstan, nilai tukar suatu negara akan cenderung memburuk. Di sisi lain, jika pertumbuhan mengurangi

(23)

19

volume perdagangan suatu negara pada kondisi harga konstan, nilai tukar suatu negara akan cenderung membaik. Hal ini disebut sebagai efek nilai tukar (terms of trade effect) dari pertumbuhan.

Pengaruh pertumbuhan terhadap kesejahteraan suatu negara tergantung pada selisih dari efek nilai tukar dan efek kesejahteraan. Efek kesejahteraan (wealth effect) mengacu pada perubahan output per tenaga kerja atau per orang sebagai hasil dari pertumbuhan. Efek kesejahteraan yang positif, dengan sendirinya, cenderung meningkatkan kesejahteraan negara. Jika tidak, kesejahteraan negara cenderung menurun atau tetap tidak berubah. Jika efek kesejahteraan adalah positif dan nilai tukar suatu negara meningkat sebagai hasil dari pertumbuhan dan perdagangan, kesejahteraan negara pasti akan meningkat. Jika keduanya tidak meningkat, kesejahteraan negara pasti akan menurun. Jika efek kesejahteraan dan efek nilai tukar bergerak dalam arah yang berlawanan, kesejahteraan negara dapat memburuk, meningkat, atau tetap tidak berubah tergantung pada kekuatan relatif dari dua kekuatan yang bertentangan.

Misalnya, jika hanya L yang berlipat ganda di Negara 1, efek kekayaan, dengan sendirinya, cenderung mengurangi kesejahteraan Negara 1 itu. Ini adalah kasus yang ditunjukkan pada Gambar 7.4. Selain itu, karena jenis ini cenderung untuk meningkatkan pertumbuhan volume perdagangan Negara 1 pada PM = PB = 1, nilai tukar Negara 1 juga cenderung menurun. Dengan demikian, kesejahteraan Negara 1 akan menurun dikarenakan kedua alasan tersebut. Kasus ini diilustrasikan dalam Gambar 7.5.

Gambar 7.5 identik dengan Gambar 7.4, kecuali bahwa sekarang Negara 1 dianggap cukup besar untuk memengaruhi harga komoditas relatif. Dengan nilai tukar memburuk PM = PB = 1 ke P = 1/2 dengan pertumbuhan dan perdagangan, Negara 1 memproduksi pada titik N, memperdagangkan 140X untuk 70Y dengan Negara 2, dan mengonsumsi pada titik T pada kurva indiferen IV (lihat panel atas). Karena kesejahteraan Negara 1 menurun (yaitu efek kesejahteraan negatif), bahkan ketika itu terlalu kecil untuk memengaruhi nilai tukar, dan sekarang nilai tukar mereka juga telah memburuk, kesejahteraan

(24)

20

Negara 1 semakin menurun. Hal ini tercermin dalam kurva indiferen IV yang lebih rendah dari kurva indiferen VII.

GAMBAR 7.5. Pertumbuhan dan Perdagangan: Kasus Negara Besar.

Gambar 7.5 identik dengan Gambar 7.4, kecuali bahwa sekarang Negara 1 dianggap cukup besar untuk memengaruhi nilai tukar. Dengan nilai tukar memburuk dari PM = PB = 1 ke PN = 1/2 dengan adanya pertumbuhan dan perdagangan, Negara 1 memproduksi pada titik N, memperdagangkan 140X untuk 70Y dengan Negara 2, dan mengonsumsi pada titik T pada kurva indiferen IV (lihat bagian atas panel). Karena kurva indiferen IV lebih rendah dari VII, kesejahteraan negara semakin menurun sekarang. Panel bawah

(25)

21

menunjukkan dengan kurva penawaran ekspor efek dari pertumbuhan jenis ini terhadap volume dan nilai tukar saat Negara 1 tidak punya pengaruh terhadap nilai tukar dan ketika Negara 1 mempunyai pengaruh.

2. Pertumbuhan Immiserizing

Bahkan, walaupun efek kekayaan, dengan sendirinya, cenderung meningkatkan kesejahteraan negara, nilai tukar mungkin memburuk sebegitu banyaknya sehingga menyebabkan penurunan dalam kesejahteraan negara.

Kasus ini disebut pertumbuhan immiserizing (immiserizing growth), pertama kali diperkenalkan oleh Jagdish Bhagwati dan diilustrasikan dalam Gambar 7.6.

Gambar 7.6 merupakan reproduksi dari Gambar 7.3, batas produksi Negara 1 sebelum dan sesudah terjadi kemajuan teknis yang bersifat netral menyebabkan produktivitas L dan K berlipat ganda dalam produksi komoditas X saja. Efek kekayaan, dengan sendirinya, akan meningkatkan kesejahteraan Negara 1 dalam kondisi harga konstan karena output Negara 1 meningkat sementara tenaga kerjanya (L.) dan populasi tetap konstan. Namun, karena jenis kemajuan teknis ini cenderung untuk meningkatkan volume perdagangan, nilai tukar Negara 1 cenderung memburuk. Dengan penurunan drastis dalam nilai tukar, misalnya, dari P₁ = 1 ke P₁ = 1/5, Negara 1 akan berproduksi di titik C, mengekspor 100X dan hanya mengimpor 20Y, dan mengonsumsi di titik G pada kurva indiferen II (yang lebih rendah dari kurva indiferen III, yang dicapai Negara I dengan perdagangan bebas sebelum terjadi pertumbuhan).

Pertumbuhan immiserizing lebih mungkin terjadi pada saat Negara 1: (a) pertumbuhan cenderung meningkatkan secara substansial ekspor Negara 1 pada nilai tukar konstan; (b) Negara 1 begitu besar, sehingga upaya untuk memperluas ekspor secara substansial akan menyebabkan kemerosotan dalam hal perdagangannya; (c) elastisitas pendapatan negara 2 (atau seluruh dunia) memiliki permintaan ekspor Negara I sangat rendah, sehingga nilai tukar Negara 1 akan memburuk secara substansial; dan (d) negara I begitu sangat tergantung pada perdagangan di mana penurunan substansial dalam nilai tukar akan mengakibatkan penurunan kesejahteraan nasional.

(26)

22

GAMBAR 7.6. Pertumbuhan Immiserizing.

Gambar ini merupakan reproduksi dari Gambar 7.3, batas produksi Negara 1 sebelum dan sesudah kemajuan teknis netral meningkatkan produktivitas L dan K dalam produksi komoditas X saja. Dengan jenis kemajuan teknis ini, efek kekayaan, dengan sendirinya, akan meningkatkan kesejahteraan negara 1.

Namun, nilai tukar Negara 1 akan memburuk drastis dari PB = 1 ke PC= 1/5, sehingga Negara 1 akan berproduksi di titik C, mengekspor 100X dan hanya mengimpor 20Y, dan mengonsumsi di titik G pada kurva indiferen II (yang lebih rendah dari kurva indiferen III, yang dicapai Negara 1 dengan perdagangan bebas sebelum terjadinya pertumbuhan).

Pertumbuhan immiserizing tidak lazim di dunia nyata. Ketika hal itu terjadi, itu lebih mungkin terjadi di negara-negara berkembang daripada di negara- negara maju. Meskipun nilai tukar negara- negara berkembang tampaknya telah memburuk dari waktu ke waktu, peningkatan produksi memiliki nilai lebih besar daripada penurunan ini, dan tampak dalam pendapatan per kapita riil dan kesejahteraan mereka yang umumnya meningkat. Bahkan, pendapatan per kapita riil akan meningkat jauh lebih cepat jika populasi penduduk negara- negara berkembang tidak tumbuh begitu pesat dalam beberapa dekade terakhir.

3. Ilustrasi Pertumbuhan Bermanfaat dan Perdagangan

Sekarang kita akan membahas kasus di mana hanya K (faktor produksi yang langka di Negara 1) yang berlipat ganda di Negara 1, sehingga efek kesejahteraan, dengan sendirinya, cenderung meningkatkan kesejahteraan

(27)

23

negara. Hasilnya akan sangat mirip dengan kemajuan teknis netral dalam produksi komoditas Y saja (komoditas padat K) di Negara 1. Karena jenis ini cenderung mengurangi pertumbuhan volume perdagangan dalam kondisi harga konstan, nilai tukar Negara I cenderung membaik. Baik dari sisi kesejahteraan maupun efek perdagangan menjadi menguntungkan, maka kesejahteraan negara 1 pasti membaik. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 7.7.

Panel atas pada gambar tersebut menunjukkan batas produksi Negara I sebelum dan setelah terjadi pertumbuhan berlipat ganda hanya pada K (batas produksi putus-putus dari panel kanan Gambar 7.1). Pada harga komoditas relatif konstan P₁ = 1, Negara I akan menghasilkan 110X dan 105Y (titik R di panel atas), memperdagangkan 15X untuk ditukar dengan 15Y dengan Negara 2, dan mengonsumsi di titik U pada kurva indiferen V. Dengan jumlah penduduk dan L yang tidak berubah, jenis pertumbuhan ini akan meningkatkan kesejahteraan Negara 1.

Selain itu, karena ada penurunan volume perdagangan Negara 1 pada kondisi harga konstan (dari perdagangan bebas tapi situasi sebelum pertumbuhan berada pada titik E), nilai tukar Negara 1 juga meningkat, dari PR=PB=1 menjadi PS=2. Pada PS=2 , Negara 1 menghasilkan 120X dan 90Υ pada titik S, memperdagangkan 20X untuk 40Y, dan mengonsumsi di titik W pada kurva indiferen VI. Dengan demikian, kesejahteraan Negara 1 meningkat karena efek dari kesejahteraan dan nilai tukar.

(28)

24

GAMBAR 7.7. Pertumbuhan yang Meningkatkan Nilai tukar dan Kesejahteraan Negara 1. Jika K (faktor langka di Negara 1) berlipat ganda di Negara 1, produksi akan berlangsung di titik R dengan nilai tukar yang tidak berubah dimana PR = PB = 1 (lihat panel atas). Negara 1 akan memperdagangkan 15X untuk 15Y dengan Negara 2 dan mengonsumsi di titik U pada kurva indiferen V. Namun, jika Negara 1 merupakan negara yang besar, nilai tukar mereka akan meningkat karena mereka bersedia untuk mengekspor lebih sedikit X pada PR = PB = 1. Pada PS = 2, Negara 1 memproduksi pada titik S, mempedagangkan 20X untuk 40Y dengan Negara 2, dan mengonsumsi di titik W pada kurva indiferen VI. Kesejahteraan Negara 1 akan meningkat karena kedua efek nilai tukar dan kesejahteraan yang menguntungkan. Panel bawah menunjukkan dengan menggunakan kurva penawaran ekspor efek dari jenis pertumbuhan ini pada volume dan nilai tukar saat Negara 1 tidak dan dapat memengaruhi nilai tukar. Bandingkan ini dengan Gambar 7.5.

Panel bawah Gambar 7.7 menunjukkan dengan menggunakan kurva penawaran ekspor efek dari jenis pertumbuhan ini terhadap volume dan nilai tukar saat Negara 1 tidak dan dapat memengaruhi nilai tukar. Pembaca harus hati-hati membandingkan Gambar 7.7, di mana efek kesejahteraan dan nilai tukar yang menguntungkan (sehingga kesejahteraan negara 1 meningkat untuk kedua alasan tersebut), dengan Gambar 7.5, di mana kedua efek kurang

(29)

25

mendukung dan terjadi penurunan kesejahteraan di Negara 1 dikarenakan kedua alasan. Studi Kasus 7-4 meneliti bagaimana pertumbuhan dan perdagangan cenderung mengarah pada munculnya raksasa ekonomi baru di masa depan.

E. Pertumbuhan, Perubahan Selera, dan Perdagangan di Kedua Negara Pertumbuhan teradi hanya pada Negara 1. Akibatnya, hanya batas produksi dan kurva penawaran ekspor Negara 1 yang bergeser. Kita sekarang memperluas analisis untuk menggunakan pertumbuhan dikedua negara. Ketika ini terjadi, batas produksi dan kurva penawaran ekspor kedua negara bergeser. Kita sekarang akan menggunakan kurva penawaran ekspor untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan dan perubahan selera dikedua negara.

Studi Kasus 7-4, Pertumbuhan, dan Raksasa-Raksasa Ekonomi di Masa Depan

Tabel 4.7 memperlihatkan ukuran dan tingkat pengaruh perekonomian dari yang mungkin disebut sebagai raksasa-raksasa ekonomi dimasa depan menurut raksasa-raksasa ekonomi masa kini. Dari sudut pandang populasi, Cina dan India sungguh telah menjadi raksasa dibandingkan dengan yang lain; Rusia dari sudut pandang ukuran geografis. Namun, populasi dan ukuran geografis bukanlah faktor ekonomi yang terpenting. Bagaimanapun juga, faktor-faktor ini telah ada selama waktu yang sangat lama, tetapi baru sekarang kita secara serius melihat bahwa Cina, India, Rusia dan Brazil kemungkinan akan bergabung dengan para raksasa masa kini (Amrika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang)

Ukuran yang terpenting dalam tingkat pengaruh ekonomi dari sebuah negara ditentukan oleh ukuran PDB mereka. Namun, supaya dapat membandingkan ukuran ekonomi dari berbagai negara secara sesuai dan berarti, sangatlah perlu untuk mengukur PDB dengan memperhatikan paritas daya beli (purchasing power parity) atau PPP. Hal ini harus ikut dipertimbangkan karena berbagai alasan (misalnya nikai tukar mata uang yang dalam kondisi undervalue dan produksi nonpasar- yang akan dibahas lebih lanjut pada bagian 15-2 yang mana menyebabkan etimasi yang terlalu rendah dari PDB negara-negara berkembang bila dibandingkan dengan negara-negara maju.

(30)

26

Tabel 7.4 memperlihatkan bahwa perekonomian terbesar dalam hal PPP adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE), diikuti oleh Cina, Jepang, Rusia dan Brazil.

Karena telah melewati Jepang, Cina sudah menjadi raksasa ekonomi dan apabila ini terus berkembang dengan laju seperti dekade terakhir, Cina diproyeksikan akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa dalam satu generasi. India mungkin memerlukan dua generasi untuk mencapai ukuran ekonomi sebear Amerika Serikat. Rusia akan memerlukan waktu yang lebih lama dan Brazil tidak akan menyamai tanpa adanya peningkatan tajam dari laju pertumbuhan mereka. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa PPP perkapita pendapatan dan standar hidup di Cina, India, Rusia, dan Brazil jauh lebih rendah dibandingkan dengan raksasa-raksasa eknoi saat ini dan meskipun dengan pertumbuhan yang semakin cepat dan beberapa konverengsi, mereka kemungkinan besar masih harus berada lebih rendah lagi untuk beberapa waktu yang akan datang.

Tabel 7.4. Ukuran Ekonomi dari Para Raksasa Masa Depan dan Raksasa Masa Kini pada 2004

Populasi (juta)

Ukuran geografis

(Km2)

PDB (PPP) (Miliar

$)

PDB (PPP) per Kapita ($)

Rata-Rata Pertumbuhan

per 1996- 2004 (%)

Cina 1.296,5 9.598 7.170 5.530 8,3

India 1.079,7 3.287 3.347 3.100 5,8

Brazil 178,7 8.547 1.433 8.020 2,2

Rusia 142,8 17.075 1.374 9.620 4,6

Amerika Serikat

293,5 10.110 11.655 39.710 3,8

Uni Eropa (25)

454,2 10.147 11.617 25.578 2,7

Jepang 127,8 3.315 3.838 30.040 0,9

Sumber: world Bank, World Develompment Report (Washington, D.C:2006); dan “The World Begins to Feel the Dragon’s Breasth on Its Back”, Financial Times, 14 Desember 2005, hlm 15.

(31)

27

1. Pertumbuhan dan Perdagangan Kedua Negara

Gambar 7.8 menunjukkan efek pada volume dan nilai tukar dari berbagai jenis pertumbuhan disalah atau kedua negara. Kita berasumsi bahwa kedua negara yang telibat merupakan negara yang besar. Kurva penawaran ekspor berlabel “1” dan “2” adalah kurva penawaran ekspor awal (sebelum terjadi pertumbuhan) untuk masing-masing Negara 1 dan 2 dengan berbagai jenis pertumbuhan. Sebuah garis harga komoditas relatif tidak tertarik melalui setiap titik ekuilibrium agar tidak mengacukan gambar. Namun, nilai tukar Negara 1 (yaitu, PX/PY) pada setiap titik ekuilibrium diperoleh dengan dibagian jumlah komditas Y oleh jumlah komoditas X yang diperdagangkan pada saat itu. Nilai tukar Negara 2 pada titik ekuilibrium yang sama maka dari itu hanyalah kebalikan atau timbal-balik dari nilai tkar Negara 1.

Dengan kurva penawaran ekspor awal 1 dan 2 sebelum adanya pertumbuhan, Negara 1 memperdagangkan 60X untuk 60Y dengan Negara 2 pada PB =1 (lihat titik ekuilibrium E1). Jika L berlipat ganda di Negara 1 (seperti pada Gambar 7.5), kurva penawaran ekspornya berputar searah jarum jam dari 1 ke 1* dan Negara 1 akan mengekspor 140X untuk ditukar dengan 70Y (titik E2). Dalam hal ini, nilai tukar Negara 1 menurun ke PX/PY=70Y/140X=1/2 dan nilai tukar di Negara 2 meningkat ke PY/PX=2.

Jika pertumbuhan hanya terjadi di Negara 2 dan kurva penawaran ekspornya berputar berlawanan arah dengan jarum jam dari 2 ke 2*, kita mendapatkan titik ekuilibrium E3. Hal ini dihasilkan, misalnya, dari K yang berlipat ganda (faktor produksi yang berlimpah) di Negara 2. Pada E3. Negara 2 memperdagangkan 140Y untuk 70X dengan Negara 1, dengan demikian, nilai tukar Negara 2 turun menjadi PY/PX=1/2, dan nilai tukar Negara 1 meningkat ke PX/PY=2. Dengan pertumbuhan di kedua negara dan dengan kurva penawaran ekspor 1* dan 2*, kita mendapatkan titik ekuilibrium E4. Volume perdagangan meningkat hingga 140X untuk 140Y, tetapi nilai tukar tetap bernilai 1 dikedua Negara.

Disisi lain, jika K berlipat ganda di Negara 1 (seperti pada Gambar 7.7), kurva penawaran ekspornya akan berputar berlawanan arah dengan jarum jam dari 1 ke 1’ dan memberikan titik ekuilibrium E5. Negara 1 akan memperdagangkan 20X untuk 40Y dengan Negara 2, sehingga nilai rukar

(32)

28

Negara 1 akan menjadi 2 dan nilai tukar Negara 2 menurun menjadi 1/2. Jika yang terjadi sebaliknya, dimana hanya tenaga kerja Negara 2 yang tumbuh sedemikian rupa,

GAMBAR 7.8. Pertumbuhan dan Perdagangan di Kedua Negara. Jika L (faktor produksi yang berlimpah di Negara 1) berlipat ganda di Negara 1, kurva penawaran ekspornya berputar dari 1 ke 1*, memberikan keseimbangan E2.

Dengan volume yang lebih besar, tetapi nilai tukar yang lebih rendah untuk Negara 1. Jika K (faktor yang melimpah di Negara 2) meningkat di Negara 2 dan kurva penawaran ekspornya berputar dari 2 ke 2*, ekuilibrium terjadi pada E3 dengan volume yang lebih besar tetapi dengan nilai tukar yang lebih rendah untuk Negara 2. Jika sebaliknya, K menjadi berlipat ganda di Negara 1, kurva penawaran ekspornya berputar 1’, dengan penurunan volume, tetapi terjadi peningkatan nilai tukar di Negara 1. Jika L mengalami peningkatan di Negara 2 dan kurva penawaran ekspornya berputar ke 2’, ekuilibrium terjadi pada E6, dengan penurunan volume, tetapi peningkatan nilai tukar Negara 2. Jika kedua kurva penawaran ekspor bergeser ke 1’ dan 2’, volume perdagangan akan semakin turun (lihat E7) dan nilai tukar kedua negara tetap tidak berubah.

Sehingga kurva penawaran eskpornya berputar searah jarum jam ke 2’, kita mendapatkan titik ekuilibrium di E6. Hal ini dapat mengakibatkan, misalnya, berlipatgandanya L (faktor yang langka) di Negara 2. Negara 2 kemudian akan memperdagangkan 20Y untuk 40X dengan Negara 1, dam nilai tukar Negara 2 akan meningkat menjadi 2, sementara nilai tukar Negara 1 akan menjadi 1/2.

(33)

29

Jika pertumbuhan terjadi dikedua negara sedemikian rupa, sehingga kurva penawaran ekspor 1 berputar ke 1’ dan kurva penawaran ekspor 2 berputar ke 2’, volume perdagangan hanya akan menjadi 15X untuk 15Y dan nilai tukar kedua negara akan tetap tidak berubah dari nilai 1 (lihat titik ekuilibrium E7).

Dengan pertumbuhan yang seimbang, atau kemajuan teknis netral dalam produksi kedua komoditas di kedua negara, kurva penawaran ekspor kedua negara akan bergeser dan bergerak lebih dekat ke sumbu yang mengukur komoditas ekspor negara. Dalam hal ini, volue perdagangan akan meningkat dan nilai tukar dapat tetap tidak berubah atau meningkat untuk satu negara dan memburuk untuk yang lain, tergantung pada bentuk (yaitu kelengkungan) dari kurva penawaran ekspor masing-masing negara dan pada derajat dimana setiap kurva penawaran ekspor berputar.

2. Perubahan Selera dan Perdagangan di Kedua Negara

Melalui waktu, tidak hanya ekonomi yang tumbuh tapi selera nasional juga cenderung berubah. Sebagaimana kita lihat, pertumbuhan memengaruhi kurva penawaran ekspor suatu negara melalui efek dimana pertumbuhan memengaruhi batas produksi suatu negara. Demikian pula, pertumbuhan serta memengaruhi kurva penawaran eskpor suatu negara melalui efek dimana perubahan selera memengaruhi kurva indiferen suatu negara.

Jika keinginan Negara 1 untuk komoditas Y (kmoditas ekspor Negara 2) meningkat, Negara 1 akan bersedia untuk menawarkan lebih banyak komoditas X (komoditas ekspor Negara 1) untuk setiap unit komoditas Y yang diimpor.

Cara lain untuk menyatakan ini adalah Negara 1 akan bersedia menerima kurang dari komoditas Y untuk jumlah tertentu komoditas X yang diekspor. Hal ini akan menyebabkan kurva penawaran ekspor Negara 1 memutar searah jarum jam, katakanlah dari 1 ke 1* pada Gambar 7.8, menyebabkan peningkatan volume perdagangan, tetapi penurunan dalam nilai tukar Negara 1.

Disisi lain, jika selera Negara 2 untuk komoditas X mengalami peningkatan, kurva penawaran ekspornya akan memutar berlawanan arah dengan jarum jam, katakanlah dari 2 ke 2*, meningkatkan volume perdagangan, tetapi mengurangi nilai tukar Negara 2. Jika selera berubah dikedua negara, kedua kurva

(34)

30

penawaran ekspor akan berputar. Apa yang terjadi dengan volume perdagangan dan nilai tukar tergantung pada jenis dan derajat perubahan selera yang terjadi di setiap negara, seperi dalam kasus pertumbuhan. Studi kasus 7-5 membahas perubahan keunggulan komparatif terungkap dari berbagai negara dan region dari waktu ke waktu. studi kasus 7-6 kemudian membahas pertumbuhan output, perdagangan, dan kesejahteraan kelompok G-7 yang terdiri atas negara-negara industri.

Studi Kasus 7-5 Perubahan dalam Keunggulan Komparatif Terungkap dari Berbagai Negara dan Region

Tabel 7.5 memperlihatkan perubahan dalam keunggulan komparatif terungkap atau kelemahan dalam barang-barang hasil manufaktur yang bersifat padat modal, padat tenaga kerja terampil, dan padat tenaga kerja tidak terampil dari berbagai negara atau region mulai 1973 hingga 1993. Dalam komoditas yang bersifat padat modal, keunggukan komparatif mengalami kenaikan untuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Kanada, serta penurunan untuk Jepang. Dalam komoditas yang bersifat padat tenaga kerja terampil, keunggulan komparatif mengalami penurunan di Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta mengalami peningkatan di Jepang. Untuk Kanada, keunggulan komparatif berubah menjadi kelemahan komparatif. Hasil-hasil ini secara umum konsisten dengan prediksi yang dihasilkan dari faktor produksi bawaan relatif yang diperlihatkan Tabel 7.1.

tabel 7.5 juga memperlihatkan bahwa untuk komoditas yang bersifat padat modal, kelemahan komparatif meningkat untuk Meksiko dan negara-negara Amerika Latin lainnya, dan menurun untuk Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura. Cina dan India tampaknya mempunyai keunggulan komparatif dalam komoditas yang bersifat padat modal 1973, tetapi hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan perdagangan yang besar yang mereka alami selama 1970-an. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan menjadi kelemahan komparatif, yang biasa terjadi pada negara-negara miskin seperti halnya Cina dan India ketika mereka menghilangkan banyak dari praktik proteksi perdagangan mereka selama akhir 1980-an dan awal 1990-an. Untuk

(35)

31

komoditas yang bersifat padat tenaga kerja terampil, kelemahan komparatif menurun untuk Meksiko dan negara-negara Amerika Latin lainnya, dan untuk Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura, tetapi meningkat untuk Cina dan India. Untuk komoditas yang bersifat padat tenaga kerja tidak terampil, keunggulan komparatif menurun untuk negara-negara kelompok pertama tetapi meningkat untuk Cina dan India.

Modal Tenaga kerja terampil

Tenaga kerja tidak terampil

Negara/Region 1973 1993 1973 1993 1973 1993

Amerika Serikat 0,03 0,11 0,23 0,06 -

0,42

-0,30

Uni Eropa 0,02 0,03 0,02 0,01 -

0,05

-0,06

Jepang 0,08 0,07 0,07 0,15 -

0,17

-0,50

Kanada 0,14 0,19 -0,28 -0,25 0,08 -0,03

Negara OECD lainnya

0,01 0,00 0,01 -0,01 -

0,02

0,01

Meksiko -0,04 -0,05 -0,20 0,02 0,48 0,01

Negara Amerika Latin lainnya

-0,11 -0,16 -0,30 -0,23 0,48 0,47

Cina 0,19 -0,24 -0,19 -0,25 -

0,11

0,44

India 0,21 -0,44 -0,60 -0,64 0,15 0,37

Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Singapura

-0,28 -0,11 -0,21 -0,03 0,39 0,14

Negara Asia lainnya -0,08 -0,33 -0,35 -0,05 0,48 0,40

(36)

32 Eropa Timur

(termasuk Rusia)

-0,04 -0,08 -0,07 -0,31 0,12 0,36

OPEC 0,05 -0,09 -0,08 -0,29 0,06 0,45

Negara didunia lainnya

-0,23 -0,17 -0,29 -0,18 0,61 0,40

OECD = Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, yang mencakup negara-negara lais

OPEC = Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak

Sumber: Gabungan dari W. Cline, Trade and Income Distribution, op. Cit, hlm. 192.

Studi Kasus 7-6 Pertmbuhan, Perdagangan, dan Kesejahteraan di Negara- Negara Industri Termuka

Tabel 7.6 memperlihatkan data rata-rata tahunan laju pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) rill, ekspor, nilai tukar, dan pendapatan per kapita untu negara-negara G-7 (negara-negara industri terkemuka) dari 1984 hingga 2004. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan per tahun dari PDBrill berkisar antara 3,3 di Amerika Serikat hingga 1,9 persen di Italia, dengan rata-rata 2,5 persen untuk keseluruhan negara-negara G-7.

Rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor berkisar antara 6,6 persen untuk Amerika Serikat 4,5 persen untuk Italia, dengan rata-rata 5,3 persen untuk ketujuh negara. Karena itu, ekspor tumbuh jauh lebih dua kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan PDB.

Perubahan dalam hal nilai tukar berkisar antara peningkatan antara rata-rata laju per tahun sebesar 0,8 persen di Inggris, hingga penurunan dengan laju 0,1 persen pertahun di Jerman, dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,4 persen pertahun untuk ke tujuh negara. Kolom terakhir dari Tabel 7.5 memperlihatkan bahwa pertumbuhan pertahun pendapatan perkapita rill (sebagai ukuran kasar rata-rata dalam pertubuhan standar hidup) berkisar antara 2,4 persen untuk Amerika Serikat hingga 1,7 persen untuk Prancis, dengan rata-rata peningkatan 2,0 persen pertahun untuk semua tujuh negara. Walaupun banyak faktor yang berkontribusi pada pertumbuhan dari pendapatan perkapita rill, pertumbuhan ekspor dapat dipastikan sebagai salah satu yang berkontribusi.

(37)

33

TABEL 7.6 Pertumbuhan PDB dan Ekspor, serta Nilai Tukar, 1984-2004 PDB rill Volume

Ekspor

Nilai tukar

PDB Per Kapita

Amerika Serikat 3,3 6,6 0,3 2,4

Jepang 2,4 5,0 0,6 2,2

Jerman 2,0 5,4 -0,1 1,8

Prancis 2,1 5,0 0,2 1,7

Inggris 2,7 4,7 0,8 2,3

India 1,9 4,5 0,7 1,9

Kanada 3,0 6,0 0,0 1,8

Rata-rata tertimbung 2,5 5,3 0,4 2,0

Sumber: International Manetary Furd, Internasional Financial Statistic (Washigton, D.C,Berbagi Edisi);dan OECD, Economic Outlook (Part, Berbagai Edisi).

(38)

34 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Makalah ini membahas tentang analisis statis komparatif dalam ekonomi internasional. Perubahan dalam faktor produksi, teknologi, dan selera dapat mempengaruhi posisi ekuilibrium negara. Teorema Rybczynski menjelaskan bahwa peningkatan kemampuan salah satu faktor produksi akan meningkatkan output komoditas yang bersifat padat dalam faktor tersebut. Kemajuan teknis dapat bersifat netral Hicks, meningkatkan produktivitas L dan K secara proporsional, atau bersifat hemat, menggantikan K dengan L dalam produksi. Produksi dan konsumsi dapat bersifat properdagangan, antiperdagangan, atau netral, tergantung pada efek produksi dan konsumsi. Pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi volume perdagangan dan nilai tukar suatu negara, dengan kemungkinan dampak menguntungkan atau merugikan pada kesejahteraan negara. Pergeseran kurva penawaran ekspor negara dapat mempengaruhi volume dan nilai tukar, tergantung pada arah dan kelengkungan kurva tersebut.

(39)

35

DAFTAR PUSTAKA

Amelia Lia. (2018). Pengaruh faktor - faktor produksi terhadap pertumbuhan ekonomi (studi kasus enam negara pdb terbesar brazil, china, indonesia, india, mexico, russia) tahun 2011 – 2017.

Mawardi, K. (2023). Dampak Nilai Tukar Mata Uang Terhadap Perdagangan Internasional. Ocean Engineering : Jurnal Ilmu Teknik Dan Teknologi Maritim, 2(1), 88–102. https://doi.org/10.58192/ocean.v2i2.959

Wahab, A. (2017). EkonomiInternasional.Makassar.Universitas Alauddin Makassar

Salvator, D. (2014). EKONOMI INTERNASIONAL. Jakarta: Salemba Empat.

Gambar

Gambar  7.1  memperlihatkan  berbagai  jenis  pertumbuhan  faktor  produksi  hipotetis Negara 1
Gambar 7.2 menunjukkan batas produksi Negara 1 sebelum dan setelah L  saja  yang  berlipat  ganda  (seperti  dalam  panel  kanan  Gambar  7.1)
Gambar  7.3  menunjukkan  batas  produksi  Negara  1  sebelum  kemajuan  teknis  dan  setelah
GAMBAR  7.4.  Pertumbuhan  Faktor  Produksi  dan  Perdagangan:  Kasus  Negara Kecil. Panel atas menunjukkan bahwa setelah L berlipat ganda, Negara  1 memperdagangkan 150X untuk 150Y pada P m  =P B  =1 dan mencapai kurva  indiferen  VII
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perdagangan internasional merupakan suatu hal yang penting bagi suatu negara.Dengan melakukan perdagangan internasional dengan negara lain akan memberikan keuntungan dan

Selain melalui kegiatan perdagangan internasional, upaya lain yang dapat dilakukan pemerintah dalam menyokong pertumbuhan ekonomi dapat ditempuh melalui

Penulis berharap dengan mengetahui hubungan antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, angkatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi; serta dengan mengetahui strategi

Perdagangan internasional merupakan suatu hal yang penting bagi suatu negara.Dengan melakukan perdagangan internasional dengan negara lain akan memberikan keuntungan dan

Analisis Perdagangan Internasional Melalui Model Politik Heckscher-Ohlin Terhadap Kepentingan Ekonomi Nasional Perspektif Hukum Ekonomi Islam Analisis perdagangan internasional

Makalah ini membahas tentang hukum keunggulan komparatif dalam ekonomi

Dokumen ini membahas tentang pentingnya perdagangan internasional bagi bisnis dan faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan

Makalah ini membahas tentang pengaruh ekonomi perdagangan di Kota