• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Keunggulan Komparatif dalam Ekonomi Internasional

N/A
N/A
Widya Lestari

Academic year: 2024

Membagikan "Hukum Keunggulan Komparatif dalam Ekonomi Internasional"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH EKONOMI INTERNASIONAL

“Hukum Keunggulan Komperatif”

Dosen Pengampuh: Dr. Sri Astuty,S.E.,M.Si

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

1. Widya Lestari 210906501016 2. Rahma Rauf 210906502065 3. Ismi Amalia 210906501024 4. Siti mardyanah 210906502024 5. Muh. Adam 210906502069

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Hubungan Keunggulan Komperatif”

ini dapat disusun hingga selesai. Juga tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Astuty,S.E.,M.Si sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Ekonomi Internasional

Penyusunan dokumen ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Ekonomi Internasional. Selanjutnya penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman baik bagi penulis maupun pembaca.

Dalam pembuatan makalah ini, jauh dari kata sempurna. Serta masih banyak kekurangan, maka kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah kami.

Makassar, 19 Februari 2024

Kelompok 6

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

A. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. PANDAGANGAN DARI SISI MARKINTILISME MENGENAI PERDAGANGAN ... 3

Studi Kasus 2-1 Pandangan Merkantilisme Munn dalam Perdagangan ... 4

B. PERDAGANGAN BERDASARKAN KEUNGGULAN ABSOLUT: ADAM SMITH ... 5

1. Keunggulan Absolut ... 5

2. lustrasi Keuntungan Absolut ... 7

C. PERDAGANGANA BERDASARKAN KEUNGGULAN KOMPERATIF 9 1. Hukum Keunggulan Komparatif ... 9

2. Keuntungan dari perdagangan ... 10

3. Pengecualian hukum keunggulan komperatif ... 10

4. Keunggulan komperatif dengan uang ... 11

D. KEUNGGULAN KOMPERATIF DAN BIAYA OPORTUNITAS ... 12

1. Keunggulan komperatif dan teori buruh terhadap nilai ... 12

2. Teori Biaya Oportunitas ... 13

3. Batas Kemungkinan Produksi Dalam Biaya Yang Konstan ... 14

4. Biaya Oportunitas dan Harga Komoditas Relatif ... 17

(4)

iii

E. DASAR DAN KEUNTUNGAN DARI PERDAGANGAN DI BAWAH

BIAYA KONSTAN... 18

1. Ilustrasi keuntungan dari perdagangan ... 18

2. Harga komoditas relatif dengan perdagangan ... 19

F. PENGUJIAN EMPIRIS MODEL RICARDIAN ... 22

Studi Kasus 2-4 Biaya Unit Tenaga Kerja Relatif dan Nilai Ekspor Relatif Amerika Serikat dan Jepang... 25

BAB III PENUTUP ... 27

A. Kesimpulan ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage) menyatakan bahwa, perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak memiliki keunggulan absolut pada kedua komoditi yang di perdagangkan dengan melaksanakan spesialisasi produk yang kerugian absolut lebih kecil atau memiliki keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif tersebut dibedakan berdasarkan cost comparative advantage (labor efficiency) dan production comparative advantage (labor productivity). Hukum keunggulan komparatif adalah salah satu hukum yang paling penting dalam ilmu ekonomi, dengan penerapan yang luas untuk negara serta individu dan berguna untuk mengekspos kekeliruan serius dari banyak penalaran yang tampak logis.

Namun, masih ada satu masalah. Ricardo pada awalnya mendasarkan penjelasan tentang hukum keunggulan komparatif pada teori nilai tenaga kerja, yang kemudian ditolak, Baru pada awal abad kedua puluh, Gottfried Haberler muncul untuk "menyelamatkan" teori Ricardo dengan menjelaskan hukum keunggulan komparatif dalam hal teori biaya opportunitas Sebagaimana tercermin dalam kurva batas-batas kemungkinan produksi, atau kurva transformasi.

keunggulan komparatif adalah landasan teori perdagangan internasional, perdagangan juga dapat didasarkan pada alasan lain, seperti ekonomi produksi skala besar. Selain itu, keunggulan komparatif dari negara-negara dapat berubah dari waktu ke waktu, terutama sebagai akibat dari perubahan teknologi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandagangan dari sisi markintilisme mengenai perdagangan ? 2. Bagaimana perdagangan berdasarkan keunggulan absolut: Adam Smith ? 0. Bagaimana perdagangana berdasarkan keunggulan komperatif ?

1. Bagaimana keunggulan komperatif dan biaya oportunitas ?

2. Bagaimana dasr keuntungan dari perdagangan di bawah biaya konstan ? 3. Bagaimana pengujian empiris model ricardian ?

(6)

2 A. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pandagangan dari sisi markintilisme mengenai perdagangan

2. Untuk mengetahui bagaimana perdagangan berdasarkan keunggulan absolut: Adam Smith

3. Untuk mengetahui bagaimana perdagangana berdasarkan keunggulan komperatif

4. Untuk mengetahui keunggulan komperatif dan biaya oportunitas

5. Untuk mengetahui bagaimana dasr keuntungan dari perdagangan di bawah biaya konstan

6. Untuk mengetahui pengujian empiris model ricardian

(7)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. PANDAGANGAN DARI SISI MARKINTILISME MENGENAI

PERDAGANGAN

Ekonomi sebagai ilmu yang terorganisir dapat dikatakan berasal dari publikasi The Wealth of Nations oleh Adam Smith pada tahun 1776. Namun, tulisan tentang perdagangan internasional telah ada lebih dahulu di negara-negara seperti Inggris, Spanyol, Prancis, Portugal dan Belanda seiring berkembangnya mereka menjadi negara yang modern. Secara khusus, selama abad XVII dan XVIII, sekelompok orang (pedagang, bankir, pejabat pemerintah dan bahkan filsuf ) menulis essai dan selebaran mengenai perdagangan internasional yang menganjurkan suatu filosofi ekonomi yang dikenal sebagai merkantilisme. Secara singkat, para penganut merkantilisme menyatakan bahwa jalan bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan berkuasa adalah dengan mengekspor lebih dari jumlah impor. Surplus ekspor yang dihasilkan kemudian akan dibayar menggunakan aliran arus logam mulia yang masuk, terutama emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki suatu negara maka semakin kaya dan kuat negara itu. Dengan demikian, pemerintah harus melakukan semua yang ada dalam kekuasaannya untuk merangsang ekspor suatu negara, dan mencegah serta membatasi impor (khususnya impor barang mewah). Namun, karena semua negara tidak bisa secara bersamaan memiliki surplus ekspor dan jumlah emas dan perak itu secara terus-menerus pada setiap titik waktu tertentu, satu negara hanya bisa mendapatkannya dengan mengorbankan negara-negara lain. Para penganut merkantilisme, oleh karena itu, selalu mengajarkan nasionalisme ekonomi, mereka percaya bahwa kepentingan nasional pada dasarnya brada dalam kondisi konfik.

Merkantilisme mengukur kekayaan suatu negara dengan stok logam mulia yang dimilikinya. Sebaliknya, saat ini kita mengukur kekayaan suatu negara dengan populasi manusia, produktivitas manusia, dan sumber daya alam yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa. Semakin besar stok sumber daya yang

(8)

4

berguna, semakin besar arus barang dan jasa untuk memenuhi keinginan manusia, dan semakin tinggi standar hidup dinegara tersebut.

Pada tingkat analisis yang lebih rumit, ada alasan yang lebih rasional dalam menjelaskan keinginan para penganut merkantilisme untuk mengakumulasi logam mulia. Hal ini dapat dipahami jika melihat bahwa merkantilisme bekerja terutama untuk para penguasa dan bertujuan meningkatkan kekuatan nasional. Dengan lebih banyak emas, penguasa bisa membangun kekuatan militer yang lebih besar dan lebih baik serta mengonsolidasikan kekuasaan mereka didalam negeri, tentara dan angkatan laut yang diperkuat juga memungkinkan mereka untuk memperoleh koloni lagi. Selain itu, emas berlebih berarti lebih banyak uang (contohnya, lebih banyak koin emas) dalam sikrulasi dan aktivitas bisnis yang lebih besar. Selain itu, dengan mendorong ekspor dan membatasi impor, pemerintah akan menorong output nasional dan kesempatan kerja.

Dalam hal apapun, merkantilisme menganjurkan kontrol pemerintah yang ketat disemua aktivitas ekonomi dan menekankan nasionalisme ekonomi karena mereka percaya bahwa suatu negara bisa mendapatkan keuntungan dalam perdagangan hanya dengan mengorbankan negara lain (misalnya, perdagangan adalah zero-sun game). Pandangan ini penting karena dua asalan. Pertama ide-ide Adam Smith, David Ricardo dan ekonomi klasik lainnya akan lebih dapat dipahami jika mereka dianggap sebagai reaksi terhadap pandangan merkantilisme mengenai perdagangan dan peran pemerintah. Kedua, saat ini tampaknya ada kebangkitan neo- merkantilisme, seiring negara-negara yang merasa terancam oleh tingkat pengangguran yang tinggi berusaha untuk membatasi impor dalam upaya untuk merangsang produksi dalam negeri dan tenaga kerja. Bahkan selain Inggris, selama periode 1815-1914, tidak ada negara Barat yang benar-benar bebas dari gagasan merkantilisme.

Studi Kasus 2-1 Pandangan Merkantilisme Munn dalam Perdagangan

Thomas Munn (1571-1641) mungkin merupakan penulis merkantilisme yang paling berpengaruh, tulisannya, "England's Treasure by Foreign Trade", adalah eksposisi luar biasa dari paham merkantilisme mengenai bagaimana berpikir tentang perdagangan. Memang, serangan Adam Smith terhadap pandangan

(9)

5

merkantilisme dalam perdagangan (lihat bagian berikutnya) diarahkan terutama pada Munn. Di bawah ini adalah kutipan dari tulisan Munn.

Meskipun kerajaan dapat diperkaya dengan hadiah yang diterima, atau dengan pembelian yang diambil dari beberapa negara lain, namun ini adalah hal yang tidak pasti dan manfaatnya kecil ketika mereka terjadi. Usaha biasa untuk meningkatkan kekayaan dan harta adalah dengan perdagangan luar negeri, kita harus memerhatikan aturan ini, untuk menjual kepada orang asing lebih banyak daripada barang yang kita konsumsi dan beli dari mereka.Untuk ... bagian dari stok kita:

[ekspor] yang tidak dikembalikan kepada kita dalam bentuk komoditas (impor]

tentu harus dibayar dalam bentuk harta [emas]....Kita mungkin... mengurangi impor kita jika kita dengan serius menahan diri dari konsumsi berlebihan akan komoditas asing dalam makanan kita dan Rayment [gaun] .... Dalam kegiatan ekspor kita tidak boleh hanya mementingkan keuntungan sendiri tetapi juga harus memerhatikan kebutuhan tetangga kita, dengan begitu... kita mungkin... mendapatkan hasil dari manufaktur sebanyak mungkin yang kita bisa dapat, dan juga berhasil menjual kepada mereka dengan baik sehingga harga yang tinggi tidak akan mengganggu kuantitas [ekspor kita]. Namun, barang kita yang banyak dipakai negara asing juga akan mengundang negara lain yang mungkin mempunyai barang yang serupa, hal ini akan mengurangi penggunaan barang kita dengan penggunaan barang lain yang sedikit saja berbeda; dan dalam hal ini, kita harus berusaha untuk menjual semurah mungkin meski agak sedikit tidak mengenakkan, daripada kehilangan pangsa [penjualan] dari barang-barang tersebut.

B. PERDAGANGAN BERDASARKAN KEUNGGULAN ABSOLUT:

ADAM SMITH

Adam Smith memulai dengan prinsip yang sederhana bahwa dua negara hanya akan berdagang dengan satu sama lain secara sukarela apabila kedua negara negara mendapatkan manfaat. Jika suatu negara tidak mendapatkan apa-apa atau kehilangan, dia akan menolak untuk berdagang.

1. Keunggulan Absolut

Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. Ketika suatu negara lebih efisien daripada (memiliki

(10)

6

keunggulan absolut atas) yang lain dalam produksi suatu komoditas tetapi kurang efisen daripada (memiliki kelemahan absolut terhadap) negara lai dalam memproduksi komoditas yang kedua, kedua negara dapat mendapatkan manfaat dengan masing-masing mengkhususkan diri dalam prduksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan bertukar hasil dengan negara lain untuk komoditas yang memiliki kelemahan absolut. Dengan proses ini, sumber daya digunakan dengan cara yang paling efisien dan hasil dari kedua komoditas akan naik. Peningkatan dalam hasil komoditas keduanya merupakan ukuran keuntungan dari spesialisasi dalam produksi yang tersedia untuk dibagi antara kedua negara melalui perdagangan.

Misalnya, karena kondisi iklim, Kanada lebih efisien dalam menumbuhkan gandum tapi tidak efisien dalam menumbuhkan pisang (harus menggunakan rumah kaca). Disisi lain, Nikaragua efisien dalam menumbuhkan pisang tapi tidak efisien dalam menumbuhkan gandum. Dengan demikian, Kanada memiliki keunggulan absolut atas Nikaragua dalam budi daya gandum, tetapi memiliki kelemahan absolot dalam budi daya pisang. Kondisi sebaliknya berlaku untuk Nikaragua.

Dalam keadaan ini, kedua negara akan mendapatkan manfaat jika masing- masing mengkhususkan diri dalam produksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan kemudian diperdagangkan dengan negara lain. Kanada akan mengkhususkan diri dalam produksi gandum (yaitu menghasilkan lebih dari yang dibutuhkan oleh dalam negeri) dan menjual sebagian (surplus) untuk pisang yang tumbuh di Nikaragua. Akibatnya, akan lebih banyak gandum dan lebih banyak pisang yang ditanam dan dikonsumsi, dan keduanya, Kanada dan Nikaragua, akan mendapatkan manfaat. Dalam hal ini, negara berperilaku tidak berbeda dari seorang individu yang tidak akan berusaha untuk mengahasilkan semua komoditas yang dia butuhkan. Sebaliknya, ia hanya akan menghasilkan komoditas itu apabila ia dapat menghasilkannya dengan cara yang paling efisien dan kemudian menurunkan output-nya untuk komoditas lain yang dia butuhkan.

Dengan cara ini, total hasil kesejahteraan semua individu dapat dimaksimalkan.

Dengan demikian, sementara penganut merkantilisme percaya bahwa suatu negara bisa mendapatkan keuntungan hanya dengan mengorbankan negara lain

(11)

7

dan menganjurkan kontrol pemerintah yang ketat dari semua kegiatan ekonomi dan perdagangan, Adam Smith (dan ekonom klasik lainnya yang mengikutinya) percaya bahwa semua negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan bebas dan sangat menganjurkan kebijakan laissez-faire (yakni membatasi campur tangan pemerintah sekecil mungkin dalam sistem ekonomi).

Perdagangan bebas akan menyebabkan sumber daya dunia akan digunakan dengan cara yang paling efisien dan akan memaksimalkan kesejahteraan dunia.

Ada beberapa pengecualian untuk kebijakan laissez-faire dan perdagangan bebas ini. Salah satunya adalah perlindungan industri penting bagi pertahanan nasional.

Dalam pandangan keyakinan ini, tampaknya terjadi paradoks bahwa saat ini sebagian besar negara memberlakukan banyak pembatasan pada arus perdagangan bebas internasional. Pembatasan perdagangan yang selalu dirasionalisasi dengan kesejahteraan nasional.pada kenyataannya, pembatasan perdagangan hanya dianjurkan oleh beberapa industri dari serikat pekerja yang merasa teranca oleh produk impor saja. Dengan demikian, pembatasan perdagangan hanya menguntungkan beberapa pihak dengan mengorbankan orang banyak (yang akan harus membayar harga yang lebih tnggi untuk barang- barang domestik).

2. lustrasi Keuntungan Absolut

Kita sekarang akan melihat contoh numeris dari keunggulan absolut yang akan berguna untuk membentuk kerangka acuan dalam menyajikan teori keunggulan komporatif yang lebih rumit dalam bagian berikutnya.

Tabel 1 menunjukkan bahwa satu jam dari waktu bekerja dapat menghasilkan enam gantang gandum di Amerika Serikat, tetapi hanya satu di Inggris. Disisi lain, satu jam dari waktu kerja mengahsilkan lima meter kain di Inggris tapi hanya empat di Amerika Serikat. Dengan demikian, Amerika Serikat lebih efisien daripada, atau memiliki keunggulan absolut atas, Amerika Serikat dalam produksi kain. Dengan perdagangan, Amerika Serikat akan mengkhususkan diri dalam produksi gandum dan sebagian diperdagangkan untuk mendapatkan kain dari Inggris kondisi sebaliknya juga berlaku untuk Inggris.

(12)

8

Tabel 1 keunggulan Absolut Amerika Serikat Inggris

Gandum (gantang/jam) 6 1

Kain (meter/jam) 4 5

Jika Amerika Serikat melakukan pertukaran enam gantang gandum (6G) dengan enam meter kain Inggris (6K), Amerika Serikat menapat keuntungan 2K atau menyelamatkan ½ jam atau 30 menit dari waktu kerja (karena Amerika Serikat hanya bisa menukar 6G untuk 4K didalam negeri). Demikian pula, 6G yang diterima Inggris dari Amerika Serikat adalah setara dengan atau akan memerlukan enak jam waktu kerja untuk memproduksi di Inggris. Keenam jam yang sama dapat mengahsilkan 30K di Inggris (6 jam kali 5 meter kain per jam).

Dengan pertukaran 6K (memerlukan sedikit lebih dari satu jam untuk memproduksi di Inggris) untuk 6G dengan Amerika Serikat, Inggris mendapat keuntungan 24K, atau menghemat hampir lima jam kerja.

Fakta bahwa Inggris mendapat keuntungan jauh lebih banyak daripada Amrika Serikat tidak penting untuk saat ini. Yang penting adalah bahwa kedua negara dapat memperoleh keuntungan dari spesialisasi produksi dan perdagangan.

Keunggulan absolut, bagaianapun, hanya dapat menjelaskan bagian yang sangat kecil dari perdgangan dunia saat ini, seperti beberapa perdagangan antara negara maju dan berkembang. Sebagian besar perdagangan dunia, khususnya perdagangan di antara negara-negara maju, tidak dapat dijelaskan oleh keunggulan absolut. Baru kemudian muncul David Ricardo, dengan hukum keunggulan komparatif, yang dapat benar-benar menjelaskan landasan dan manfaat dari perdaganga. Memang pada kenyataannya, keunggulan absolut hanya akan dianggap sebagai kasus khusus yang lebih umum dari teori keunggulan komparatif.

(13)

9

C. PERDAGANGANA BERDASARKAN KEUNGGULAN KOMPERATIF Pada tahun 1817, David Ricardo menerbitkan tulisannya mengenai Principles Of Political Economy and Taxation, yang mana ia menyajikan hukum keunggulan komparatif. Ini adalah salah sat hukum yang paling penting dan masih tak terlindungi dalam bidang ekonomi, dan bisa diaplikasikan. Pada bagian ini, pertama kita akan mendefinisikan hukum keunggulan komparatif, kemudian kita akan menunjukkan bahwa kedua negara memang dapat memperoleh manfaat dengan masing-masing mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor komoditas yang memiliki keunggulan komparatif bagi negara tersebut.

1. Hukum Keunggulan Komparatif

Menurut hukum keunggulan komparatif, bahkan jika satu negara efisien\daripada (memiliki kelemahan absolut terhadap) negara lain dalam prduksi kedua komoditas, masih ada landasan untuk perdagangan yang saling menguntugkan. Negara pertama harus mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih kecil (ini yang akan menjadi komoditas yang merupakan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar (ini yang akan menjadi komoditas dengan kerugian komparatif).

Pernyataan hukum tersebut dapat dijelaskan dengan melihat Tabel 2. Satu- satunya perbedaan antara Tabel 2 dan 1 adalah bahwa Inggris kini memproduksi hanya dua meter per jam bukan lagi lima. Dengan demikian, Inggris sekarang memiliki kelemahan absolut baik dalam produksi gandum dan kain dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Tabel 2. keunggulan komparatif Amerika Serikat Inggris

Gandum (gantang/jam) 6 1

Kain (meter/jam) 4 2

Namun, karena tenaga kerja Inggris adalah setengah produktif dalam kain, tetapi enam kali kurang produktif dalam gandum dibandingkan dengan Amerika Serikat, Inggris memiliki keunggulan komparatif dalam kain. Disisi lain,

(14)

10

Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut dikedua barang, gandum dan kain, dibandingkan dengan Inggris, tapi karena keunggulan absolut lebih besar dalam gandum (6:1) dibandingkan dengan kain (4:2), Amerika Serikat memiliki keunggulan komparatif dalam gandum.

2. Keuntungan dari perdagangan

Perdagangan tergantung pada keunggulan komparatif atau efisiensi relatif dari pada keunggulan absolut. Negara akan cenderung menjual barangnya yang relatif lebih efisien dalam produksinya. Sehingga melalui spesialisasi, setiap negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan luar negeri (Atmanti, 2017). Teori perdagangan klasik David Ricardo mengasumsikan setiap negara melakukan spesialisasi secara penuh pada sektor-sektor yang memiliki keunggulan komparatif. Keuntungan perdagangan dapat diperoleh kedua negara yang melakukan hubungan perdagangan apabila dasar tukar internasional.

Nilai tukar juga menentukan berapa keuntungan total perdagangan sebenarnya yang dimiliki oleh negar-negara yang terlibat perdagngan. Sampai saat ini, semua yang kita lakukan adalah untuk membuktikan bahwa perdagangan yang saling menguntugkan dapat terjadi bahkan jika satu negara kurang efisien dari yang lain dalam produksi kedua komoditas. Sejauh ini.

Keuntungan dari sepesialisasi dalam produksi dan perdagangan telah diukur menggunakan komoditas kain. Namun, keuntungan dari perdagangan juga dapat diukur secara eksklusif dari sisingandum atau, atau lebih realistis, naik dari segi gandum dan kain.

3. Pengecualian hukum keunggulan komperatif

Dalam hukum keunggulan komparatif terdapat pengecualian jika nilai 1:1 (melakukan impor sama dengan memproduksi sendiri) maka perdagangan tidak akan terjadi. Dengan kondisi ini dapat diartikan bahwa perdagangan antar negara hasilnya sama dengan melakukan produksi domestik. Walaupun terdapat pengecualian dalam keunggulan komparatif, pengecualian tersebut masih bisa diabaikan. Perdagangan antar negara masih bisa terjadi dengan didasari perbedaan nilai mata uang (Aji, 2107). Semakin lemah nilai mata uang

(15)

11

suatu negara terhadap negara lain maka komoditas yang dimiliki oleh negara itu memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan negara yang memiliki nilai mata uang yang lebih kuat, Sehingga masih bisa terjadi keuntungan dalam perdagangan antar negara walaupun suatu komoditas adalah 1 : 1.

Hal ini membutuhkan sedikit modifikasi pernyataan hukum keunggulan komparatif, sehingga berbunyi sebagai berikut. Bahkan, jika satu negara memiliki kelemahan absolut dibanding negara lain dalam produksi kedua komoditas, masih ada landasan untuk perdagangan yang saling menguntungkan, kecuali kelemahan absolut (yang dimiliki satu negara terhadap negara lain) berada dalam proporsi yang sama untuk kedua komoditas.

Meskipun penting untuk dicatat pengecualian ini secara teoritis sangat langka terjadi dan hanya masalah kebetulan saja, sehingga penerapan hukum keunggulan komparatif tidak banyak terpengaruh. Di lain pihak, hambatan perdagangan alami seperti biaya transportasi malah dapat menghalangi perdagangan bahkan ketika beberapa keunggulan komparatif ada. Pada kondisi ini, bagaimanapun, kita berasumsi bahwa tidak ada hambatan alami atau buatan (seperti tarif) yang terjadi selama perdagangan.

4. Keunggulan komperatif dengan uang

Menurut hukum keunggulan komparatif (dan mengabaikan pengecualian yang disebutkan di atas), bahkan jika satu negara memiliki kelemahan absolut dalam produksi kedua komoditas dibandingkan dengan negara lain, masih ada landasan untuk perdagangan yang saling menguntungkan. Keunggulan komparatif Ricardo didasarkan pada dua hal, yaitu perbandingan produksi dan perbandingan biaya. Keunggulan komparatif berdasarkan perbandingan biaya didasarkan pada nilai tenaga kerja yang menyatakan, bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Menurut teori ini, suatu negara akan memperoleh nilai atau manfaat dari perdagangan internasional apabila melakukan spesialisasi pada produk yang diproduksi lebih efisien (Kurniawan, 2023).

(16)

12

D. KEUNGGULAN KOMPERATIF DAN BIAYA OPORTUNITAS

David Ricardo mendasarkan hukum keunggulan komparatif pada sejumlah asumsi sederhana:

1) Hanya dua negara dan dua komoditas, 2) Perdagangan bebas,

3) Mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam setiap negara tapi tidak di antara kedua negara,

4) Biaya produksi konstan, 5) Biaya transportasi tidak ada, 6) Tidak ada perubahan teknis, dan 7) Teori nilai tenaga kerja.

Sementara asumsi satu sampai enam dengan mudah dicapai, asumsi ketujuh (yaitu bahwa teori nilai tenaga kerja berlaku) tidak valid dan tidak boleh digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif.

1. Keunggulan komperatif dan teori buruh terhadap nilai

Berdasarkan teori nilai tenaga kerja, nilai atau harga suatu komoditas tergantung secara eksklusif pada jumlah tenaga kerja yang akan masuk ke produksi komoditas. Ini berarti (1) bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya faktor produksi atau tenaga kerja yang digunakan dalam proporsi yang tetap sama dalam produksi komoditas dan (2) tenaga kerja adalah homogen (misalnya, hanya sat jenis). Karena tidak satu pun dari asumsi ini benar, kita tidak bisa mendasarkan teori keunggulan komparatif pada teori nilai tenaga kerja.

Secara khusus, tenaga kerja bukan satu-satunya faktor produksi, juga tidak digunakan dalam proporsi yang tetap dan selalu sama dalam produksi semua komoditas. Selain itu, biasanya ada beberapa kemungkinan substitusi antara tenaga Kerja, modal, dan faktor-faktor lain dalam produksi komoditas. Selain itu tenaga kerja jelas tidak homogen, tetapi sangat bervariasi dalam pelatihan, produktivitas, dan upah Setidaknya, kita harus mempertimbangkan kemungkinan produktivitas kerja yang berbeda. Memang ini adalah bagaimana teori Ricardo tentang keunggulan komparatif diuji secara empiris. Namun sebenarnya, teori keunggulan komparatif tidak perlu didasarkan pada teori nila

(17)

13

tenaga kerja tetapi dapat dijelaskan atas dasar teori biaya oportunitas (yang lebih bisa diterima).

2. Teori Biaya Oportunitas

Haberler pada 1936 akhirnya menjelaskan atau mendasarkan teori keunggulan komparatif pada teori biaya oportunitas (opportunity cost theory).

Hukum keunggulan komparati kadang-kadang disebut sebagai hukum perbandingan biaya. Menurut teori biaya oportunitas, biaya komoditas adalah jumlah komoditas kedua yang harus diberikan untuk dapat menggunakan sumber daya yang cukup untuk memproduksi satu uni tambahan komoditas pertama. Tidak ada asumsi yang dibuat yang menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi atau tenaga kerja yang homogen. Juga tidak diasumsikan bahwa biaya atau harga suatu komoditas tergantung pada, atau dapat dinilai secara eksklusif dari komposisi tenaga kerjanya. Akibatnya, negara dengan biaya oportunitas lebih rendah dalam produksi komoditas memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas (dan kelemahan komparatif dalam komoditas kedua).

Misalnya, jika tanpa adanya perdagangan Amerika Serikat harus mengeluarkan dua pertiga dari unit kain untuk dapat menggunakan sumber daya yang hanya cukup untuk memproduksi satu unit tambahan gandum dalam negeri, biaya oportunitas gandum adalah dua-pertiga dari unit kain (yaitu 1G = 2/3K di Amerika Serikat). Jika 1G = 2K di Inggris, biaya oportunitas dari gandum (dalarm hal jumlah kain yang harus diberikan atas) lebih rendah di Amerika Serikat daripada di Inggris. dan Amerika Serikat akan memiliki keunggulan komparatif (biaya) atas Inggris dalam produksi gandum. Dalam perdagangan dunia dua-negara, dua-komoditas, Inggris kemudian akan memiliki keunggulan komparatif dalam produksi kain.

Menurut hukum keunggulan komparatif, Amerika Serikat harus mengkhususkan diri dalam produksi gandum dan mengekspor beberapa produknya dalam perdagangan untuk mendapatkan kain dari Inggris. Ini adalah apa yang kita maksudkan sebelumnya dengan hukum keunggulan komparatif berdasarkan teori nilai tenaga kerja, tapi sekarang penjelasan akan didasarkan pada teori biaya oportunitas.

(18)

14

3. Batas Kemungkinan Produksi Dalam Biaya Yang Konstan

Biaya oportunitas dapat digambarkan dengan kurva batas kemugkinan produksi, transformasi. Garis batas kemungkinan produksi adalah kurva yang menunjukkan kombinasi dari dua komoditas yang dapat dihasilkan suatu negara dengan sepenuhnya memanfaatkan semua sumber dayanya dengan teknologi terbaik yang tersedia. Tabel 3 memberikan kemungkinan (hipotesis) komposisi produksi gandum (dalam juta gantang/tahun) dan kain (dalam juta meter/tahun) untuk Amerika Serikat dan Inggris. Kita melihat bahwa Amerika Serikat dapat menghasilkan 180G dan 0K, 150G dan 20K, atau 120G dan 40K, turun ke 0G dan 120K. Untuk setiap 30G yang diberikan Amerika Serikat, hanya dapat menghasilkan sumber daya yang cukup untuk menghasilkan tambahan 20K.

Artinya, 30G = 20K (dalam arti bahwa keduanya membutuhkan jumlah sumber daya yang sama). Dengan demikian, biaya oportunitas dari satu unit gandum di Amerika Serikat adalah IG = 2/3K (sama seperti pada Tabel 2.) dan tetap konstan. Di sisi lain, Inggris dapat menghasilkan 60G dan 0K, 50G dan 20K, atau 40G dan 40K, turun ke 0G dan 120K. Dengan demikian, Inggris bisa meningkatkan output sebesar 20K untuk setiap 10G yang dilepaskan. Dengan demikian, biaya oportunitas gandum di Inggris adalah IG 2K dan tetap konstan.

Tabel 3 daftar kemungkinan produksi untuk gandum dan koin di Amerika Serikat dan Inggris

(19)

15

Gambar 1. kurva batas kemungkinan produksi Amerika Serikat dan Inggris. Kurva batas kemungkinan produksi Amerika Serikat dan Inggris diperoleh dengan menarik garis nilai-nilai dalam tabel 3. kemiringan garis yang menurun, atau kemiringan negatif, menunjukkan bahwa semakin banyak masing-masing negara menghasilkan gandum, negara tersebut harus melepaskan beberepa produksi kain. Batas produksi yang merupakan garis lurus kemungkinan mencerminkan biaya oportunitas yang konstan.

Amerika Serikat dan Inggris mempunyai kemungkinan komposisi produksi seperti diberika dalam Tabel 3 yang digambarkan sebagai batas kemungkinan produksi pada Gambar 1. Setia titik di batas merupakan salah satu kombinasi gandum dan kain yang dapat diproduksi suatu negar Sebagai contoh, pada titik

(20)

16

A, Amerika Serikat menghasilkan 90G dan 60K. Pada titik A, Inggri menghasilkan 40G dan 40K.

Titik-titik yang berada di dalam, atau di bawah, kurva batas kemungkinan produksi jug melambangkan kemungkinan komposisi produksi, tetapi tidak efisien, dalam arti bahwa negar tersebut masih memiliki beberapa sumber daya yang belum digunakan secara maksimal dan/ata belum menggunakan teknologi terbaik yang tersedia untuk itu. Di sisi lain, titik-titik di atas bata kemungkinan produksi tidak dapat dicapai dengan sumber daya dan teknologi yang saat ini tersedi untuk negara tersebut. Kemiringan (slope) ke bawah, atau negatif, dari garis batas kemungkina produksi pada Gambar 1 menunjukkan bahwa jika Amerika Serikat dan Inggris ingin menghasilka lebih banyak gandum, mereka harus melepaskan sebagian dari produksi kain mereka. Fakta bahw batas kemungkinan produksi kedua negara berupa garis lurus mencerminkan fakta bahwa biay oportunitas mereka konstan. Artinya, untuk setiap 1G tambahan yang harus diproduksi, Amerik Serikat harus melepaskan 2/3K dan Inggris harus melepaskan 2K, tidak peduli dari mana titik pad garis batas kemungkinan produksi negara tersebut dimulai.

Biaya oportunitas yang konstan (constant opportunity costs) muncul ketika (1) sumber day atau faktor produksi yang digunakan merupakan barang subtitusi yang sempurna untuk satu sam lain atau digunakan dengan proporsi yang tetap dalam produksi kedua komoditas, dan (2) semu unit dari faktor produksi yang sama adalah homogen atau persis sama kualitasnya. Kemudian, seirin masing-masing negara mentransfer sumber daya dari produksi kain untuk produksi gandum, merek tidak harus menggunakan sumber daya yang kurang dan kurang cocok untuk produksi gandur tidak peduli berapa banyak gandum yang sudah dihasilkan negara tersebut. Hal yang sama berlaku untuk memproduksi lebih banyak kain. Dengan demikian, kita memiliki biaya konstan dalam arti bahwa jumlah yang sama dari sala satu komoditas harus diberikan untuk memproduksi setiap unit tambahan komoditas kedua.

Walaupun biaya oportunitas sifatnya konstan di setiap negara, nilai mereka berbeda di masing-masing negara, hal ini menyediakan landasan untuk terjadinya perdagangan. Namun pad kenyataannya, biaya yang konstan

(21)

17

sebenarnya tidak realistis. Mereka dipakai hanya karena merek berfungsi untuk mempermudah penjelasan awal sebelum masuk ke kasus yang lebih realistis, yait biaya meningkat yang dibahas dalam bab berikutnya.

4. Biaya Oportunitas dan Harga Komoditas Relatif

Kita telah melihat bahwa biaya oportunitas gandum adalah sama dengan jumlah kain yang negar harus lepaskan untuk mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambaha gandum. Hal ini ditunjukkan oleh kemiringan (absolut) dari garis batas kemungkinan produksi, ata kurva transformasi, dan kadang-kadang disebut sebagai tingkat transformasi marginal. absolut) dari kurva transformasi Amerik

Gambar 1 menunjukkan bahwa kemiringan ( Serikat adalah 120/180 = 2/3

= biaya oportunitas untuk gandum di Amerika Serikat dan nilainy tetap konstan.

Kemiringan kurva transformasi Inggris adalah 120/60 = 2 = biaya oportunitas untul gandum di Inggris dan nilainya tetap konstan. Pada asumsi bahwa harga sama dengan biaya produks dan masing-masing negara menghasilkan beberapa gandum dan kain, biaya oportunitas gandun sama dengan harga gandum relatif terhadap harga kain (PG/PK).

Dengan demikian, PG/PK = 2/3 di Amerika Serikat, dan sebaliknya PK/PG= 3/2 = 1,5. Di Inggris, PG/PK = 2, dan PK/PG = 1/2. Nilai PG/PK yang lebih rendah di Amerika Serikat (2/3 dibandingkan dengan 2 di Inggris) adalah refleksi dari keunggulan komparatif dalam gandum Amerika Serikat. Demikian pula, PK/PG yang lebih rendah di Inggris (1/2 dibandingkan dengan 2/3) mencerminkan keunggulan komparatif dalam kain. Perhatikan bahwa dalam kondisi biaya konstan, PG/PK ditentukan secara K eksklusif oleh pertimbangan produksi, atau penawaran, di setiap negara. Pertimbangan permintaan tidak masuk sama sekali dalam penentuan harga komoditas relatif (relative commodity prices). Untuk menyimpulkan, kita dapat mengatakan bahwa perbedaan harga komoditas relatif antara kedua negara (yang ditunjukkan oleh perbedaan kemiringan kurva transformasi mereka) adalah refleksi dari keunggulan komparatif mereka dan menyediakan landasan untuk perdagangan yang saling menguntungkan.

(22)

18

E. DASAR DAN KEUNTUNGAN DARI PERDAGANGAN DI BAWAH BIAYA KONSTAN

Dengan tidak adanya perdagangan, suatu negara hanya dapat mengonsumsi komoditas yang dihasilkannya. Akibatnya, batas kemungkinan produksi negara tersebut juga merupakan batas konsumsi. Kombinasi komoditas yang dipilih untuk diproduksi dan dikonsumsi oleh negara tergantung pada selera masyarakat, atau pertimbangan permintaan.

1. Ilustrasi keuntungan dari perdagangan

Dengan tidak adanya perdagangan, Amerika Serikat mungkin memilih untuk memproduksi dan mengonsumsi kombinasi A (90G dan 60K) di batas kemungkinan produksi dan Inggris mungkin memilih kombinasi A’ (40G dan 40K).

Dengan adanya situasi ketika perdagangan memungkinkan, Amerika Serikat akan mengkhususkan diri dalam produksi gandum (komoditas keunggulan komparatifnya) dan menghasilkan pada titik B (180G dan 0K) di batas kemungkinan produksi. Demikian pula, Inggris akan mengkhususkan diri dalam produksi kain dan menghasilkan pada B’ (0G dan 120K). Jika Amerika Serikat menjual 70G untuk mendapat 70K dari Inggris, akan menggeser posisi ke titik konsumsi pada titik E (110G dan 70K), dan inggris erakhir pada titik konsumsi E’ (70G dan 50K). Dengan demikian, Amerika Serikat mendapatkan keuntungan 20G dan 10K dari perdagangan (bandingkan titik E dengan titik A pada gambar 2) dan inggris mendapatkan keuntungan 30G dan 10K (bandingkan titik A’ dengan titik E’).

Konsumsi yang meningkat dari gandum dan kain di kedua negara ini dimungkinkan oleh peningkatan hasil karena setiap negara mengkhususkan diri dalam produksi komoditas keunggulan komparatifnya. Artinya, tanpa adanya perdagangan, Amerika Serikat memproduksi 90G dan Inggris 40G sehingga total 130G. Dengan spesialisasi dalam produksi dan perdagangan, 180G diproduksi (semua di Amerika Serikat). Demikian pula, dengan tidak adanya perdagangan, Amerika Serikat memproduksi 60K dan Inggris 40K, sehingga total 100K. Dengan spesialisasi dalam produksi dan perdagangan, 120K diproduksi (seluruhnya di Inggris).

(23)

19

Ini adalah peningkatan hasil sebesar 50G dan 20K akibat spesialisasi dalam produksi yang dimiliki oleh Amerika Serikat dan Inggris, dan merupakan keuntungan mereka dari perdagangan. Ingatlah bahwa dalam ketiadaan perdagangan, Amerika Serikat tidak akan mengkhususkan diri dalam produksi gandum karena juga ingin mengonsumsi sejumlah kain. Demikian pula, Inggris tidak akan mengkhususkan diri dalam produksi kain tanpa adanya perdagangan karena juga ingin mengonsumsi sejumlah gandum.

Gambar 2. Keuntungan dari Perdagangan. Dengan tidak adanya perdagangan, Amerika Serikat memproduksi dan mengonsumsi di A, dan Inggris di A'.

Dengan perdagangan, Amerika Serikat mengkhususkan diri dalam produksi gandum dan memproduksi di B, sedangkan Inggri mengkhususkan diri dalam produksi kain dan menghasilkan di B'. Dengan bertukar 70G untuk 70 dengan Inggris, Amerika Serikat berakhir mengonsumsi di E (untung 20G dan 10K), sedangkan Inggris berakhir mengonsumsi di E' (untung 30G dan 10K).

2. Harga komoditas relatif dengan perdagangan

Kita bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dari model perdagangan ini dengan menggunakan kurva penawaran dan permintaan untuk gandum dan kain yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 juga akan membantu kita melihat bagaimana harga keseimbangan relatif komoditas dengan spesialisasi dalam produksi dan perdagangan ditentukan.

(24)

20

Pada panel kiri Gambar 2.3, SG(AS+IN) adalah kurva penawaran gabungan gandum dari Amerika Serikat dan Inggris jika kedua negara menggunakan semua sumber daya mereka untuk memproduksi gandum saja. Jarak OB=180G merupakan jumlah maksimum gandum yang bisa dihasilkan Amerika Serikat dengan spesialisasi sepenuhnya dalam produksi gandum pada biaya oportunitas konstan PG/PK=2/3 seperti di panel kiri Gambar 2). Jarak BB* = 60G adalah jumlah maksimum gandum yang bisa dihasilkan Inggris pada biaya oportunitas konstan PG/PK=2 (seperti dalam panel kanan Gambar 2). Dengan demikian, 240G adalah jumlah total maksimum gabungan dari gandum yang bisa dihasilkan Amerika Serikat dan Inggris jika kedua negara menggunakan semua sumber daya mereka untuk memproduksi gandum. Akibatnya, titik tertinggi SG(AS+IN) di kurva vertikal ada di 240G.

Misalnya, dengan perdagangan, kurva permintaan gabungan untuk gandum dari Amerika Serikat dan Inggris adalah DG(AS+IN)’ seperti yang ditunjukkan di panel kiri Gambar 3. DG(AS+IN) memotong SG(AS+IN) di titik E', menentukan jumlah ekuilibrium 180G dan harga keseimbangan relatif PG/PK = 1 dengan adanya perdagangan (sama seperti di panel kiri Gambar 2). Perhatikan K bahwa, dengan perdagangan, gandum hanya diproduksi di Amerika Serikat, dan Amerika Serikat mengkhususkan diri sepenuhnya dalam produksi gandum.

Gambar 3. Equilibrium Harga Komoditas Relatif terhadap Permintaan dan Penawaran. Pada panel sebelah kiri. SG(AS+IN) adalah gabungan pasokan kurva gandum Amerika Serikat dan Inggris. Hal ini menunjukkan bahwa

(25)

21

Amerika Serikat bisa menghasilkan maksimal 180G = 0B di PG/PK = 2/3, sedangkan Inggris bisa menghasilkan maksimal 60G = BB* di PG/PK=2.

DG(AS+IN) adalah kurva permintaan gabungan untuk gandum dari Amerika Serikat dan Inggris dengan perdagangan. DG(AS+IN) memotong SG(AS+IN) di titik E sehingga jumlah ekuilibrium 180G (semua yang diproduksi di Amerika Serikat) dan harga ekuilibrium PG/PK = 1 dengan perdagangan. Panel kanan menunjukkan keseimbangan untuk kain di persimpangan DG(IN+AS) dengan SG(IN+AS) pada titik E' dengan 120K (semua diproduksi di Inggris) dan PG/PK = 1.

Kita bisa melakukan hal yang sama untuk kain. Pada panel kanan Gambar 3, SK(IN+AS) adalah kurva penawaran gabungan kain dari Inggris dan Amerika Serikat jika kedua negara menggunakan semua sumber daya mereka untuk memproduksi kain saja. Inggris dapat menghasilkan maksimal 120K=0B’

di PK/PG=1/2 konstan dan Amerika Serikat dapat menghasilkan maksimal 120K = B'B” di PK/PG=3/2 konstan (seperti dalam Gambar 2).

Misalnya, dengan perdagangan, permintaan untuk gandum gabungan dari Inggris dan Amerika Serikat adalah DK(IN+AS) seperti yang ditunjukkan di panel kanan Gambar 3. DK(IN+AS) memotong SK(IN+AS) pada titik E', menentukan jumlah ekuilibrium 120K dan harga ekuilibrium relatif PG/PK=1 (sama seperti di panel kanan Gambar 2). Perhatikan bahwa, dengan perdagangan, kain hanya diproduksi di Inggris, dan Inggris mengkhususkan diri sepenuhnya dalam produksi kain.

Akhirnya, perhatikan bahwa dengan spesialisasi lengkap (complete specialization) dalam produksi di kedua negara, harga keseimbangan relatif komoditas dari setiap komoditas adalah antara harga komoditas relatif sebelum adanya perdagangan di setiap negara (lihat kedua panel Gambar 3). Namun, jika di panel kiri Gambar 3 DG(AS+IN) yang lebih rendah dan berpotongan dengan SG(AS+IN) antara titik 0 dan B pada bagian horizontal dari SG(AS+IN) di PG/PK = 2/3, perdagangan akan berlangsung di harga relatif komoditas gandum sebelum perdagangan di PG/PK = 2/3 yang mana Amerika Serikat dan Inggris akan menerima semua keuntungan dari perdagangan. Hal ini akan terjadi jika Inggris adalah sebuah negara kecil yang mengkhususkan diri sepenuhnya dalam

(26)

22

produksi kain dan Amerika Serikat adalah negara yang lebih besar dan tidak mengkhususkan diri sepenuhnya dalam produksi gandum (lihat Soal 10, pada akhir buku ini). Hal ini dikenal sebagai kasus negara kecil dan menunjukkan

"pentingnya menjadi yang tidak penting". Manfaat ini, bagaimanapun, bukan tanpa kerugian karena negara kecil (dalam hal ini Inggris) menghadapi risiko penurunan di masa depan dalam permintaan untuk komoditas satu-satunya yang mereka hasilkan.

F. PENGUJIAN EMPIRIS MODEL RICARDIAN

Tes empiris pertama pada model perdagangan Ricardian dilakukan oleh MacDougall pada 1951 dan 1952 dengan menggunakan produktivitas tenaga kerja dan data ekspor untuk 25 industri di Amerika Serikat dan Inggris untuk 1937.

Karena upah dua kali lebih tinggi di Amerika Serikat dibandingkan di Inggris, MacDougall berpendapat bahwa biaya produksi akan lebih rendah di Amerika Serikat pada industri-industri di mana tenaga kerja Amerika adalah dua kali lebih produktif dari buruh Inggris. Ini akan menjadi industri di mana Amerika Serikat memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan Inggris dan akan menjual dengan harga yang lebih rendah dari Inggris di pasar ketiga (yaitu di seluruh dunia).

Di sisi lain, Inggris akan memiliki keunggulan komparatif dan menjual dengan harga yang lebih rendah dari Amerika Serikat hasil-hasil industri yang mana produktivitas huruh Inggris satu setengah kali lebih tinggi produktivitasnya dibandingkan tenaga kerja Amerika Serikat.

Dalam tes-nya, MacDougall mengecualikan perdagangan antara Amerika Serikat dan Inggris karena tarif bervariasi dari industri ke industri cenderung untuk mengimbangi perbedaan dalam produktivitas tenaga kerja antara kedua negara.

Pada saat yang sama, kedua negara menghadapi yang sama di pasar ketiga.

Pengecualian perdagangan antara Amerika Serikat dan Inggris tidak membuat bias tes karena ekspor mereka satu sama lain hanya bernilai kurang dari 5 persen dari ekspor total.

Gambar 4 merangkum hasil uji empiris MacDougall. Sumbu vertikal mengukur rasio output per pekerja Amerika Serikat untuk output per pekerja Inggris. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar produktivitas relatif tenaga kerja Amerika Serikat.

(27)

23

Sumbu horizontal mengukur rasio ekspor Amerika Serikat untuk Inggris dan ke pasar ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar ekspor Amerika Serikat ke Inggris dibandingkan ke seluruh dunia. Perhatikan bahwa skala yang dipakai adalah logaritmik (sehingga jarak yang sama mengacu pada perubahan persentase yang sama) bukan skala aritmatik (jarak yang sama akan mengukur perubahan mutlak yang sama).

Titik-titik dalam gambar menunjukkan hubungan positif yang jelas (ditunjukkan oleh garis berwarna) antara produktivitas tenaga kerja dengan ekspor.

Artinya, industri-industri di mana produktivitas tenaga kerja relatif lebih tinggi di Amerika Serikat daripada di Inggris adalah industri dengan rasio yang lebih tinggi dalam ekspor Amerika Serikat untuk Inggris. Ini juga berlaku untuk 20 industri yang ditunjukkan pada gambar (dari total 25 industri yang dipelajari oleh MacDougall). Hubungan positif antara produktivitas tenaga kerja dan ekspor untuk Amerika Serikat dan Inggris telah dikonfirmasi dalam penelitian selanjutnya oleh Balassa menggunakan 1.950 data dan Stern menggunakan data dari tahun 1950 hingga 1959. Konfirmasi tambahan dan lebih baru dari mode perdagangan Ricardian disediakan oleh Golub.

Seluruh studi empiris tampaknya mendukung teori Ricardian tentang keunggulan komparatif Artinya, pola perdagangan yang sebenarnya tampaknya didasarkan pada produktivitas tenaga kerja yang berbeda dalam industri yang berbeda di kedua negara. Biaya produksi, selain biaya tenaga kerja pertimbangan permintaan, hubungan politik, dan berbagai penghalang aliran perdagangan internasional tidak memutuskan hubungan antara produktivitas tenaga kerja relatif dengan nilai ekspor.

Satu pertanyaan yang masih tersisa. Mengapa Amerika Serikat tidak merebut pasar ekspor keseluruhan dari Inggris (bukan hanya sebagian ekspor komoditas yang sedang meningkat saju ekspornya) dalam industri di mana Amerika Serikat mempunyai keunggulan biaya (yaitu di mana perbandingan produktivitas kerja Amerika Serikat untuk tenaga kerja Inggris adalah lebih besar dari 2)? MacDougall menjawab bahwa hal ini disebabkan karena diferensiasi produk. Artinya, output dari industri yang sama di Amerika Serikat dan Inggris tidak homogen. Sebuah mobil Amerika tidak identik dengan mobil Inggris. Bahkan, jika mobil Amerika

(28)

24

lebih murah, beberapa konsumen di seluruh dunia masih dapat memilih mobil Inggris. Dengan demikian, Inggris terus mengekspor beberapa mobil bahkan pada harga yang lebih tinggi. Namun, karena peningkatan nilai perbedaan harga, pangsa pasar ekspor mobil Inggris dapat diperkirakan menurun. Hal yang sama berlaku untuk kebanyakan produk lain. Demikian pula, Amerika Serikat terus mengekspor ke pasar ketiga beberapa komoditas yang memiliki kelemahan biaya dibandingkan dengan Inggris.

Gambar 4. Produktivitas Buruh Relatif dan Perbandingan Keuntungan- Amerika Serikat dan Inggris. Angka ini menunjukkan hubungan positif antara produktivitas tenaga kerja dan nilai ekspor untuk 20 industri di Amerika Serikat dan Inggris sehingga mengonfirmasikan model perdagangan Ricardian.

Meskipun model sederhana Ricardian telah dibuktikan secara empiris, model tersebut memiliki kekurangan, yaitu hanya sebatas mengasumsikan namun tidak menjelaskan keunggulan komparatif. Ricardo dan ekonom klasik secara umum tidak dapat memberikan penjelasan untuk perbedaan. antara produktivitas tenaga kerja dengan keunggulan komparatif anatarnegara, dan mereka tidak dapat berkata banyak mengenai pengaruh perdagangan internasional terhadap pendapatan faktor produksi. Dengan menyediakan jawaban untuk kedua pertanyaan penting tersebut, model Heckscher- Oblin (didiskusikan dalam Bab 5) secara teoretis memperbaiki model Ricardian.

(29)

25

Studi Kasus 2-4 Biaya Unit Tenaga Kerja Relatif dan Nilai Ekspor Relatif Amerika Serikat dan Jepang

Pada 1995, sebuah studi tentang model perdagangan Ricardian yang dilakukan oleh Golub meneliti biaya relatif unit tenaga kerja (rasio antara upah dengan produktivitas dari unit tenaga kerja) dan nilai ekspor Amerika Serikat relatif terhadap Inggris, Jepang, Jerman, Kanada, dan Australia dan menemukan bahwa secara umum biaya relatif unit tenaga kerja dan nilai ekspor mempunyai hubungan yang berkebalikan. Yaitu semakin tinggi nilai biaya relatif unit tenaga kerja di suatu negara maka nilai ekspor relatif negara tersebut akan semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Hubungan ini sangat kentara untuk perdagangan Amerika Serikat dan Jepang.

Garis berwarna di Gambar 5 memperlihatkan hubungan berkorelasi negatif antara biaya relatif unit tenaga kerja dengan nilai relatif ekspor untuk 33 industri yang diteliti oleh Golub dalam kaitan perdagangan antara Amerika Serikat-Jepang pada 1990, di mana pada akhirnya memberikan dukungan akan validitas pada model perdagangan Ricardian. Perhatikan bahwa hubungan antara biaya relatif unit tenaga kerja dengan nilai ekspor di Gambar 5 adalah negatif, di mana hubungan antara produktivitas relatif unit tenaga kerja dengan nilai pangsa ekspor adalah positif seperti terlihat pada gambar 4 karena biaya relatif unit tenaga kerja merupakan kebalikan dari produktivitas relatif unit tenaga kerja. Hasil di atas juga sudah dikonfirmasi lagi pada 2000 oleh Golub dan Hsieh untuk perdagangan 39 sektor antara Amerika Serikat dengan sembilan negara lainnya (Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, Kanada, Australia, Meksiko, dan Korea) dari tahun 1972 hingga 1991.

(30)

26

Gambar 5. Ekspor Relatif dan Biaya Unit Relatif-Amerika Serikat dan Jepang.

Gambar di atas menunjukkan sebuah korelasi negatif yang jelas antara nilai ekspor relatif dengan biaya unit tenaga kerja relatif untuk 33 industri antara Amerika Serikat dengan Jepang. Ini memperlihatkan semakin tinggi biaya relatif tenaga kerja Amerika Serikat, semakin rendah nilai ekspornya ke Jepang. Hal ini mendukung model perdagangan Ricardian.

(31)

27 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan teori perdagangan dari merkantilisme hingga karya-karya Adam Smith, David Ricardo, dan Haberler menggambarkan evolusi pandangan tentang landasan dan manfaat perdagangan, serta pola perdagangan. Merkantilisme menekankan kepentingan nasional dan pembatasan perdagangan, sementara Adam Smith memperkenalkan konsep keunggulan absolut, yang kemudian dikembangkan oleh David Ricardo menjadi hukum keunggulan komparatif. Haberler kemudian menyempurnakan model Ricardian dengan memperhitungkan biaya oportunitas.

Tes empiris mengkonfirmasi prinsip-prinsip tersebut, menunjukkan bahwa perdagangan internasional didorong oleh perbedaan produktivitas dan biaya antarnegara. Namun, masih ada kompleksitas yang tidak dijelaskan, seperti pengaruh perdagangan pada penghasilan faktor produksi. Dengan demikian, sementara model-model ini memberikan dasar yang kuat untuk pemahaman perdagangan internasional, masih ada ruang untuk penelitian lebih lanjut untuk memahami dampaknya secara lebih holistik.

(32)

28

DAFTAR PUSTAKA

Atmanti, H.D. 2017. Kajian Teori Pemikiran Ekonomi Mazhab Klasik dan Relevansinya pada Perekonomian Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

2(2), 511-524.

Aji, R.V. & Ishak, Z. 2017. Analisis komparatif daya saing ekspor biji kakao antara Indonesia, Pantai Gading dan Ghana: Pendekatan RCA dan CMS. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 15(2): 69-84.

Kurniawan, Y. 2023. Evolusi Pemikiran Keunggulan Komparatif Menuju Keunggulan Kompetitif: Sejarah Pemikiran, Kontroversi, dan Peluang Riset. Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember.

Salvator, D. (2014). EKONOMI INTERNASIONAL. Jakarta: Salemba Empat.

Gambar

Tabel 1  keunggulan Absolut  Amerika Serikat  Inggris
Tabel 2. keunggulan komparatif  Amerika Serikat  Inggris
Gambar  1.  kurva  batas  kemungkinan  produksi  Amerika  Serikat  dan  Inggris.  Kurva  batas  kemungkinan  produksi  Amerika  Serikat  dan  Inggris  diperoleh dengan menarik garis nilai-nilai dalam tabel 3
Gambar 2. Keuntungan dari Perdagangan. Dengan tidak adanya perdagangan,  Amerika  Serikat  memproduksi  dan  mengonsumsi  di  A,  dan  Inggris  di  A'
+4

Referensi

Dokumen terkait

HEI tidak sekedar membahas tentang aturan-aturan hukum melalui perjanjian internasional dan prinsip-prinsip, juga mengatur tentang fungsi dan kewenangan badan- badan

Hasil penelitian keunggulan komparatif kakao di Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan Analisis Locational Qoutient (LQ), tingkat keunggulan bersaing penyerapan tenaga

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mewujudkan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif adalah: (1) bagaimana kemitraan usaha yang dibangun dapat

Hubungan antara Hukum Internasional dengan Hukum Nasional dapat menumbuhkan dua teori, yaitu teori monisme dan teori dualisme yang membahas apakah Hukum Internasional

Analisis Perdagangan Internasional Melalui Model Politik Heckscher-Ohlin Terhadap Kepentingan Ekonomi Nasional Perspektif Hukum Ekonomi Islam Analisis perdagangan internasional

Makalah ini membahas strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam

Dokumen tersebut adalah bahan kuliah untuk mata kuliah Hukum Internasional yang membahas tentang sistem penegakan hukum

Dokumen ini membahas tentang pengakuan internasional suatu negara sebagai subjek hukum, unsur-unsur yang diperlukan, fungsi pengakuan, dan jenis-jenis pengakuan dalam hukum