• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan akhir (final report)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "laporan akhir (final report)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

Kawasan pasar Teluk Bandar Lampung merupakan kawasan penting yang membentuk kota Bandar Lampung pada masa lampau. Berawal dari potensi unggulan berupa hasil laut, Pasar Teluk kemudian menawarkan variasi produk yang semakin beragam mulai dari kebutuhan pangan, sandang hingga hiburan. Keanekaragaman budaya masyarakat sekitar Pasar Teluk yang berasal dari berbagai pelosok tanah air memberikan nuansa multi etnik dan menjadikan sajian yang khas yang pada gilirannya menjadi ciri khas kuliner yang terkenal di daerah ini.

Tak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan, kawasan pasar Teluk juga dikenal sebagai pusat gaya hidup pada masa jayanya. Potensi tersebut menyisakan nuansa nostalgia di kawasan Pasar Teluk yang diperkuat dengan keberadaan bangunan-bangunan tua dengan gaya arsitektur abad ke-18. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan kembali spirit of place di kawasan Pasar Teluk dan kemudian mengenalkannya kembali kepada masyarakat sebagai salah satu identitas Kota Bandar Lampung.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Identifikasi Masalah
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan

Teluk dan sekitarnya hanyalah rangkaian bangunan tua yang tidak terawat dengan aktivitas komersial yang tidak signifikan. Kawasan Pasar Teluk memiliki potensi untuk dikembangkan ke arah wisata heritage sehingga masyarakat lebih menghargai peninggalan sejarah. Untuk melestarikannya, langkah awal yang diperlukan adalah menemukan “spirit of the place” di kawasan Pasar Teluk sebagai identitas utama kawasan tersebut.

Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi bangunan tua yang merupakan peninggalan sejarah di kawasan tersebut, menganalisis persepsi masyarakat setempat terhadap kawasan pasar Teluk dan menganalisis faktor daya tarik lain berupa fitur yang dapat menarik minat warga dan tidak ditemukan di tempat lain dapat ditemukan. Kurangnya apresiasi masyarakat Kota Bandar Lampung terhadap kawasan Pasar Teluk sebagai kawasan bersejarah atau kawasan komersial. Kurangnya referensi berupa catatan sejarah, kajian tipologi atau kajian potensi kawasan Teluk Pasar.

TINJAUAN PUSTAKA

  • Konsep Spirit of Place
  • Studi Tipo-morfologi Bangunan
  • Tipologi Fasade
  • Perkembangan Arsitektur Kolonial di Indonesia
    • Aliran Yang Mempengaruhi Arsitektur Kolonial di Indonesia
    • Bangunan Tionghoa
    • Ciri-ciri bangunan Tionghoa
  • Persepsi Manusia

Pada masa itu daerah-daerah tertentu di Indonesia terutama di pulau Jawa dikuasai oleh Belanda yang kemudian disebut Nedherlands Indische, di bawah kendali perusahaan dagang Belanda yang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Pada abad ke-19, mereka harus memperkuat statusnya sebagai penjajah dengan membangun gedung-gedung yang menyerupai kemegahan. Pilar tinggi (gaya Yunani) dan terdapat atap pelana atau mahkota di atas serambi depan dan belakang.

Secara umum ciri dan ciri arsitektur kolonial di Indonesia pada tahun 1900-1920 : - Penggunaan Gevel (atap pelana) pada fasade bangunan. Menara awalnya digunakan untuk bangunan gerejawi, tetapi kemudian diambil alih oleh bangunan umum dan menjadi mode dalam bahasa daerah Belanda pada abad ke-20. Tahun ini terlihat munculnya gerakan reformasi arsitektur, baik secara nasional maupun internasional di Belanda, yang kemudian mempengaruhi arsitektur kolonial di Indonesia.

Bangunan Tionghoa di Indonesia merupakan sisa-sisa pemukiman Tionghoa (Chinatown) yang diyakini telah ada di Indonesia sejak zaman Kerajaan Majapahit M. Orang Tionghoa datang ke Nusantara dari Asia Tenggara sekitar abad ke-5, dan baru setelah abad ke-10 mereka mulai membangun permukiman. Baru kemudian sekitar abad ke-15, orang Tionghoa mulai hidup berkelompok dan membentuk Pecinan yang kemudian diatur oleh Pemerintah Kolonial Belanda yang tidak mau diganggu dengan dikeluarkannya peraturan yang membatasi pendirian sistem Wijken.

Istilah Tionghoa adalah istilah Indonesia untuk pendatang dari Tiongkok yang menetap di Indonesia. Dengan melakukan kajian tipologi bangunan tua (bersejarah), diharapkan generasi mendatang tetap dapat menikmati keindahan arsitektur gaya peranakan yang merupakan identitas budaya masyarakat Tionghoa di Indonesia bahkan dapat menjadi arsitektur yang layak untuk dikomersialkan. tujuan wisatawan mancanegara. Antara abad ke-5 dan ke-10, orang Tionghoa singgah di pantai-pantai di seluruh nusantara, dan setelah abad ke-10 mereka mendirikan pemukiman di pesisir.

Bangunan berarsitektur Tionghoa yang terdapat di Indonesia memiliki ciri khas berupa pemisahan yang jelas antara pemukiman pecinan/pecinan (karena ditata oleh pemerintah kolonial Belanda), pemukimannya masih kokoh dan masif yaitu dihuni oleh orang Tionghoa, memiliki lingkungan dengan pola jalan yang teratur, dan sebaliknya dengan deretan ruko dan rumah yang rata dan masih mengekspresikan gaya hidup masyarakat Tionghoa. Sementara itu, tampilan fisik bangunan Tionghoa di Indonesia biasanya menonjolkan halaman pribadi, penekanan pada konstruksi atap, elemen struktur terbuka, dan penggunaan warna-warna berani. Dalam hal ini, persepsi lahir dari suatu rangsangan yang menghasilkan rangsangan yang tidak dapat diinterpretasikan.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Tahapan Penelitian
  • Lokasi Penelitian
  • Metode Pengumpulan Data
  • Variabel Penelitian
  • Metode Analisis Data
    • Eksploratif Kualitatif
    • Analisis isi (Content analysis)
  • Populasi Penelitian

Lokasi ini dipilih karena merepresentasikan lokasi bangunan kuno di kawasan Pasar Teluk. Menggambar diagram tipologi bangunan yang dilakukan dengan menggunakan sketsa tangan atau menggunakan perangkat lunak desain seperti Auto Cad, Sketch Up, Photoshop dan Corel Draw. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas terkait seperti Dinas Tata Kota Bandar Lampung berupa Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL), perpustakaan daerah berupa catatan sejarah kawasan Pasar Teluk, serta studi preseden dari jurnal. dan buku referensi dengan tema serupa.

Mengacu pada penelitian Setyowati, Wulandari dan Pamungkas (2014), variabel penelitian untuk menganalisis tipologi bangunan tua di lokasi penelitian disusun sebagai berikut: Sumber: Setyowati, Wulandari dan Pamungkas 2014). Sedangkan untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi masyarakat sekitar atau pengguna pasar Teluk, pertanyaan disusun dengan tujuan untuk mendapatkan kata kunci yang akan menjadi kata kunci identitas kawasan pasar Teluk. Susunan jumlah lantai antar satuan massa bangunan yang dapat membentuk tekstur dilihat dari depan, linearitas, kontinuitas dan transisi.

Massa total Komposisi massa total antar satuan massa bangunan yang dapat membentuk tampilan atas tekstur dan linearitas. Komposisi lokasi atau posisi (sudut/non sudut) antara satuan massa bangunan (termasuk garis sempadan jalan) yang dapat membentuk tekstur tampak atas, linearitas, kontinuitas, transisi, dan elevasi lokasi. Dari data yang terkumpul, data tipologi bangunan di kawasan Pasar Teluk dan persepsi masyarakat terhadap ruh negara di kawasan Pasar Teluk akan diolah secara kualitatif dengan pendekatan kualitatif eksploratif.

Menurut Sugiyono (2007), metode penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu objek secara relatif mendalam atau dengan kata lain penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk menemukan sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi kenampakan sesuatu dan digunakan ketika kami tidak tahu persis dan spesifik tentang tujuan penelitian kami. Dengan memberikan pertanyaan terbuka kepada responden, dirasa paling cocok untuk penelitian ini karena pendekatan ini akan memberikan peluang bagi peneliti untuk memperoleh berbagai kemungkinan jawaban dari responden, termasuk jawaban yang mungkin tidak diduga oleh peneliti sebelumnya. Populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu bangunan tua dan masyarakat sekitar Pasar Teluk Populasi bangunan tua adalah semua bangunan yang ada di kawasan Pasar Teluk termasuk Jl.

Sampel bangunan yang akan dijadikan studi penelitian adalah bangunan yang berumur ≥ (lebih dari atau sama dengan) 60 tahun.

Gambar 4.1. Lokasi penelitian  (Sumber : Google Earth 2016, modifikasi penulis)
Gambar 4.1. Lokasi penelitian (Sumber : Google Earth 2016, modifikasi penulis)

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

Tipologi Bangunan

Bangunan ini dipengaruhi oleh gaya vernakular Belanda di Indonesia yang dapat dilihat dari bentuk dan jumlah ventilasinya. Ciri-ciri gaya Neo-Gothic pada bangunan ini juga terdapat pada denah berbentuk kotak dan terdapat ciri gaya Gedung Baru yang ditandai dengan volume bangunan yang berbentuk kubik dan berwarna putih. Ada juga ciri khas gaya Art Deco, yaitu dominasi garis lengkung plastik yang membentuk garis atap bangunan ini.

Pada bangunan ini terdapat Tou-Kung yaitu tumpuan kaki dari kayu yang merupakan pertemuan antara balok pada atap atap dengan tiang penyangga. Ciri khas gaya arsitektur Tionghoa juga dapat dilihat dari penggunaan warna yang khas yaitu merah dan kuning emas. Hiu ini memiliki ciri arsitektural dengan gaya neoklasik yang dapat dilihat dari denah lantai yang simetris, bentuk atap dan material atap.

Selain itu, bangunan ini juga dipengaruhi oleh gaya vernakular Belanda yang terlihat pada penggunaan atap pada atap dan bentuk jendela. Ada juga ciri Art Deco yang terlihat dari penggunaan garis lengkung pada sudut-sudut bagian depan bangunan. Bangunan ini memiliki ciri gaya neo klasik yang terlihat dari bentuk atapnya, ciri arsitektur kolonial dari bentuk jendelanya dan ciri Art Deco dari penerapan garis lengkung pada sudut-sudutnya. bangunan.

Bangunan ini merupakan bangunan komersial yang memiliki ciri arsitektur neoklasik, yang terlihat pada denah bangunan yang simetris, langit-langit yang tinggi dan bentuk atap pelana. Bangunan ini sarat dengan ciri-ciri vernakular Belanda Indonesia yang telah beradaptasi dengan iklim subtropis. Ciri khas bahasa Belanda dapat dilihat pada penggunaan jendela pelana pada atap bangunan dan bukaan yang tersusun simetris pada selubung bangunan.

Masjid ini dipengaruhi oleh gaya arsitektur Neo-Klasik yang terlihat dari denah lantai dan desain atap yang simetris. Berbeda dengan bangunan sebelumnya, Masjid Al Anwar dipengaruhi oleh gaya arsitektur Neo-Gothic yang terlihat dari desain jendela melengkung di bagian atas. Ada pengaruh kuat gaya vernakular Belanda di Indonesia, Neo Klassiek dan Nieuwe Bouwen di gedung ini.

Gambar 5.2. Ventilasi Bangunan.
Gambar 5.2. Ventilasi Bangunan.

Persepsi Masyarakat Terhadap Pasar Teluk

  • Persepsi pedagang
  • Persepsi pembeli / pengunjung / wisatawan

Dari pertanyaan tersebut diketahui bahwa sebagian besar pengguna Pasar Golf di kawasan ini adalah orang-orang baru. Pertanyaan selanjutnya adalah untuk mengetahui wawasan pengguna tentang keberadaan bangunan tua di Pasar Teluk. Hasil yang diperoleh adalah sekitar 63% pengguna Pasar Teluk tidak mengetahui adanya bangunan tua/bersejarah di kawasan Pasar Teluk.

Pada sub bab ini dilakukan wawancara terbuka dengan pengunjung kawasan pasar Teluk melalui kuesioner yang terdiri dari empat pertanyaan. Pertanyaan nomor 1 dimaksudkan untuk mengetahui sejak kapan masyarakat mengenal keberadaan kawasan Pasar Teluk dan melakukan aktivitas di dalamnya. Hasil dari pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 59% pengunjung kawasan Pasar Teluk mengetahui keberadaan kawasan ini sejak kecil.

Sementara itu, hanya sekitar 6% pengunjung kawasan Pasar Teluk yang baru mengetahui keberadaan Pasar Teluk pada tahun 2000. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang daya tarik kawasan Pasar Teluk di mata pembeli dan wisatawan. Pertanyaan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui “hot item” yang dicari pengunjung ketika datang ke kawasan Pasar Teluk.

Dengan mengetahui apa yang dicari pengunjung saat berkunjung ke kawasan Pasar Teluk, maka akan lebih mudah merencanakan pengembangan kawasan tersebut. Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa keunggulan kawasan Pasar Teluk adalah dalam menyediakan produk makanan dan berbagai produk oleh-oleh. Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui aktivitas apa saja yang dapat dilakukan pengunjung di kawasan Pasar Teluk.

Dari tanggapan tersebut dapat disimpulkan bahwa kawasan Pasar Teluk dikenal sebagai kawasan wisata kuliner dan belanja.

Grafik 5.2. Kesan pengguna terhadap Pasar Teluk
Grafik 5.2. Kesan pengguna terhadap Pasar Teluk

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 4.1. Lokasi penelitian  (Sumber : Google Earth 2016, modifikasi penulis)
Tabel 4. 2. Variabel Analisis Persepsi Variabel Sub
Tabel 4. 3 Kategori Sampel
Gambar 5.1. Bangunan di Jl. Ikan Hiu  Sumber : Dokumentasi Pribadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara fisik, bentuk bangunan resort di kawasan hutan mangrove Pasar Banggi Rembang menerapkan pendekatan konsep arsitektur neo- vernakular, yaitu bangunan yang

Ragam pusaka peninggalan Arsitektur Masa Lalu (AML) di kawasan kota tua Gorontalo diklasifikasikan atas bangunan berarsitektur masa lalu serta kawasan-kawasan

Pengaruh langgam arsitektur ‟Indische Empire‟ tampak dominan pada gedung restoran ‟Hallo Surabaya‟ ini, dapat dilihat dari segi bentuk dan elemen-elemen fisik

Secara fisik, bentuk bangunan resort di kawasan hutan mangrove Pasar Banggi Rembang menerapkan pendekatan konsep arsitektur neo- vernakular, yaitu bangunan yang

Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara yang merupaka satu rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan

Sebagai sebuah cabang ilmu geografi dan arsitektur, morfologi mempelajari perkembangan bentuk fisik di kawasan perkotaan, yang tidak hanya terkait dengan arsitektur bangunan, namun

Proyek Dinas Kesehatan ini berada di kawasan pelayanan dan jasa dimana unsur arsitektur modern pada bangunan Dinas Kesehatan ini dapat diterapkan pada bagian fasad, bentuk bangunan,

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik