• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Program Kampus Mengajar Angkatan II di SD Negeri 2 Kragilan

N/A
N/A
Dewi Nafa A7-18 235

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Akhir Program Kampus Mengajar Angkatan II di SD Negeri 2 Kragilan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPUS MENGJAR ANGKATAN II

PELAKSANAAN PROGRAM KAMPUS MENGAJAR ANGKATAN II DI SD NEGERI 2 KRAGILAN KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN

Disusun oleh:

DEWI NAFA ULAMA NPM 18144600235

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2021

(2)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga dalam penyusunan makalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Implementasi Pendidikan Ramah Anak dapat terselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Dwi Putri Fatmawati, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Implementasi Pendidikan Ramah Anak serta teman-teman atas kesempatan dan dukungannya sehingga dapat menyusun laporan akhir ini dengan baik dan benar.

Kami mohon maaf jika dalam penyusunan laporan akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Semoga makalah tugas kelompok kami ini dapat memberi manfaat bagi semua yang membaca.

Yogyakarta, 27 September 2021

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul……… i

Kata Pengantar………ii

Daftar Isi……….iii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………1

B. Rumusan Masalah………...2

C. Tujuan………...2

D. Manfaat………...2 BAB II. ISI

A. Pengertian Sekolah Ramah Anak...……….

B. Konsep Sekolah Ramah Anak...…..………..

C. Standard Sekolah Ramah Anak...………...

D. Ruang Lingkup Sekolah Ramah Anak...…….………..

E. Prinsip Sekolah Ramah Anak...

F. Indikator Sekolah Ramah Anak...

G. Aspek Pengembangan Sekolah Ramah Anak...

H. Tahap Sekolah Ramah Anak...

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan……….……..

B. Saran………...

DAFTAR PUSTAKA...

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan minat dan bakat siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Wuryandani, 2018). Pendidikan ramah anak adalah menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (condusive learning community), sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan tanpa ancaman, dan memberikan semangat (Yulianto, 2016). Sudah selayaknya sekolah nyaman dan menyenangkan bagi anak, agar proses dan hasil belajarnya maksimal (Sholeh, 2017); (Munif, 2016); (Hasan, 2016).

Pada era globalisasi saat ini, permasalahan seputar anak menjadi perhatian tersendiri. Anak sebagai generasi penerus bangsa sering kali menjadi ajangkekerasan atas problematika yang dialami guru maupun orang tua. Anak juga sering menjadi pelampiasan kekerasan, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitar.

Pemenuhan hak-hak anak ini menuntut para pendidik untuk memberikan pelayanan semaksimal mungkin dan pola pendidikan yang berfokus pada peserta didik (student center).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa siswa sering mendapatkan tekanan dan merasakan ketidaknyamanan ketika pergi ke sekolah (Subur, 2018). Kondisi sekolah yang tidak layak dan lingkungan yang tidak nyaman, menyebabkan anak rentan mendapatkan kekerasan, baik verbal maupun psikis (Putri, 2019). Sekolah Ramah Anak (SRA) saat ini telah menjadi perhatian pemerintah. Hal ini didorong oleh komitmen bangsa Indonesia untuk memberikan hak perlindungan dan pendidikan, demi mewujudkan visi anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan cinta tanah air (Siska, 2018). Selain itu, program sekolah ramah anak juga dilatarbelakangi oleh adanya proses pendidikan yang masih menjadikan anak sebagai objek, sehingga tidak jarang ditemukan bullying terhadap anak (Zumaroh, 2018). Sekolah ramah anak dalam hal ini dipahami sebagai lembaga pendidikan yang memberikan semua hak anak secara penuh, serta pengelolaan kelas dan sekolah. Program Sekolah Ramah Anak menerapkan 3P, yaitu provisi, proteksi, dan partisipasi (Nuraeni, 2019). Hal ini dapat dipahami bahwa; sekolah ramah anak

(5)

menjamin dan memenuhi hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggungjawab. Prinsip utama upaya ini adalah “non dsikriminasi”

kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak (Muitasari, 2016). Sekolah ramah anak diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman, tenang, sehingga mampu mengembangkan minat, bakat serta potensi yang dimiliki anak didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya (Rahmawati, 2019). Sekolah diharapkan melaksanakan pembelajaran yang berkualitas, sarana prasarana memadai dan sumber daya yang berkualitas, baik dengan meningkatkan kualitas guru, moral, komitmen, status, pendapatan dan penghargaan, sehingga hasil pembelajaran akan berkualitas (Misnatun, 2006); (Mandiudza, 2013).

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang diatas, adapun rumusan masalah pada pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari sekolah ramah anak?

2. Bagaimana Konsep Sekolah Ramah Anak?

3. Apa saja standart sekolah ramah anak?

4. Bagaimana ruang lingkup sekolah ramah anak?

5. Apa prinsip sekolah ramah anak?

6. Apa saja indikator sekolah ramah anak?

7. Bagaimana aspek pengembangan sekolah ramah anak?

8. Apa saja tahap sekolah ramah anak?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari sekolah ramah anak.

2. Untuk mengetahui konsep sekolah ramah anak.

3. Untuk mengetahui standart sekolah ramah anak.

4. Untuk mengetahui ruang lingkup sekolah ramah anak.

5. Untuk mengetahui prinsip sekolah ramah anak.

6. Untuk mengetahui indikator sekolah ramah anak.

7. Untuk mengetahui aspek pengembangan sekolah ramah anak.

8. Untuk mengetahui tahap sekolah ramah anak.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sekolah Ramah Anak

Kata sekolah secara bahasa berasal dari bahasa latin: skhole, scola, scolae, schola yang berarti “waktu luang” Untuk memahami apa sebenarnya waktu luang.

Sokobere (2011) dalam Krishnamurti menerangkan “Arti senggang ialah batin mempunyai waktu tak terbatas untuk mengamati apa yang terjadi di sekelilingnya dan apa yang berlangsung dalam dirinya sendiri; mempunyai waktu senggang untuk mendengarkan, dan untuk melihat dengan jelas. Senggang yang mempunyai arti bahwa batin tenang, tidak ada motif, dan karena itu tidak ada arah. Inilah senggang, dan hanya dalam keadaan inilah batin mungkin belajar, tidak hanya sains, sejarah, matematik, tetapi juga tentang dirinya sendiri”.

Kata ramah anak mulai marak dipakai setelah diadopsinya hak-hak anak oleh PBB yang kemudian diratifikasi oleh hampir seluruh anggota PBB pada tahun 1989.

Sejarah Hak Anak sebagai turunan langsung dari Hak Asasi Manusia adalah salah satu kisah perjalanan panjang sejarah perjuangan hak asasi manusia. Setelah perang dunia II yang menyebabkan banyaknya anak-anak yang menjadi korban, pada tahun 1979 dibentuk sebuah kelompok kerja untuk merumuskan hak anak. Kelompok kerja ini kemudian merumuskan Hak-hak Anak yang kemudian pada tanggal 20 November 1989 diadopsi oleh PBB dan disyahkan sebagai Hukum Internasional melalui konveksi PBB yang ditandatangani oleh negaranegara anggota PBB.47)

Menurut UNICEF Innocentty Research dalam kata ramah anak (CFC), ramah anak berarti menjamin hak anak sebagai warga kota. Sedangkan Anak Indonesia dalam masyarakat ramah anak mendefinisikan kata ramah anak berarti masyarakat yang terbuka, melibatkan anak dan remaja untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, serta mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak. Karena itu, dapat dikatakan bahwa ramah anak berarti menempatkan, memperlakukan dan menghormati anak sebagai manusia dengan segala hakhaknya. Dengan demikian ramah anak dapat diartikan sebagai upaya sadar untuk menjamin dan memenuhi hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggungjawab. Prinsip utama upaya ini

(7)

adalah “non diskriminasi”, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka Sekolah ramah anak adalah sekolah yang terbuka melibatkan anak dan remaja untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, serta mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak Sesuai bunyi Pasal 4 UU No.23/2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. Salah satu hak dasar anak tersebut adalah hak berpartisipasi yang diartikan sebagai hak untuk mengeluarkan pendapat dan didengarkan suaranya.

Anak mempunyai posisi yang strategis. Menurut hariwijaya (2009:38) dalam keluarga, anak adalah prioritas utama sebagai tumpuan masa depan keluarga. Pada anak seluruh harapan dan cita-cita orang tua tertumpah. Namun seringkali hal ini menjadi beban berat yang harus dipikul oleh anak. Manakala orang tua menjadikan anak sebagai pelampiasan obsesi mereka yang belum tercapai. Anak dijadikan sarana untuk mengejawantahkan impian mereka. sehingga hal ini menjadi tidak sehat bagi anak, mereka dipaksa berjalan menurut rel yang telah diariskan orang tua mereka tanpa bisa melawan.

Anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila berada pada lingkungan yang mendukung. Baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat sekitarnya. Secara garis besar ada beberapa ruang lingkup dimana anak tinggal dan hidup, dimana lingkunga ini sangat berpengaruh terhadap terciptanya Sekolah Ramah Anak ini. Yang pertama adalah keluarga kemudian lingkungan masyarakat (baik lingkungan desa, kota ataupun negara). Ruang lingkup yang lebih besar lagi adalah dunia internasional.

B. Konsep Sekolah Ramah Anak C. Standard Sekolah Ramah Anak D. Ruang Lingkup Sekolah Ramah Anak E. Prinsip Sekolah Ramah Anak

Prinsip-prinsip Sekolah Ramah Anak (SRA) dalam (Kemenppa, 2014:11), pengembangan Sekolah Ramah Anak didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

1 Non diskriminasi yaitu menjamin kesempatan setiap anak untuk menikmati hak anak untuk pendidikan tanpa diskriminasiatas gender, suku, bangsa, agama dan latar belakang orang tua.

(8)

2 Kepentingan terbaik bagi anak yaitu dinilai dan diambil sebagai pertimbangan utama dalam keputusan dan tindakan yang diambil oleh pengelola dan penyelenggara pendidikan.

3 Hidup, kelngsungan hidup dan perkembangan yaitu menciptakan lingkungan yang menghormati martabat anak dan menjamin pengembangan holistik dan terintegrasi setiap anak.

4 Penghormatan terhadap pandangan anak yaitu mencakup penghormatan atas hak anak untuk mengekspresikan pandangan dalam segala hal yang mempengaruhi anak di lingkungan sekolah.

5 Pengelolaan yang baik, yaitu menjamin transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keterbukaan informasi, dan supremasi hukum di satuan pendidikan.

F. Indikator Sekolah Ramah Anak

Menurut Kristanto, dkk. Sekolah Ramah Anak ini bisa terwujud apabila pusat pendidikan (sekolah, keluarga dan masyarakat) bisa bahu membahu membangun Sekolah Ramah Anak (SRA) ini. Keluarga adalah komunitas terdekat bagi anak didik.

Lingkungan keluarga yang ideal bagi anak adalah sebuah lingkungan keluarga yang harmonis, sehat baik lahir maupun batin. Lingkungan semacam ini hanya dapat tercipta manakala sebuah keluarga dapat memenuhi beberapa indikator sebagai berikut:

1. Mampu memberikan hidup yang layak bagi (sandang, pangan, papan), kesehatan dan pendidikan yang memadai bagi anak.

2. Mampu memberikan ruang kepada anak untuk berkreasi, berekspresi, dan berpartisipasi sesuai dengan tingkat umur dan kematangannya.

3. Mampu memberikan perlindungan dan rasa aman bagi anak.

4. Dalam sebuah keluarga yang harmonis, sejahtera dan terlindungi anak akan tumbuh dan berkembang secara wajar dan mampu mengoptimakan setiap potensi yang ada dalam dirinya.

5. Lingkup selanjutnya adalah lingkungan (masyarakat). Lingkungan masyarakat yang mampu melindungi, nyaman dan aman akan sangat mendukung perkembangan anak. Anak sebagai pribadi yang berkembang dan mencari jati diri. Dalam pencariannya anak mempunyai kecenderungan untuk mencoba hal

(9)

baru serta mencari pengakuan dari sekitarnya. Dalam kerangka ini anak seringkali berusaha meniru atau menjadi beda dengn sekitarnya.

6. Sebuah komunitas yang sehat bagi anak adalah komunitas yang mampu menerima dan menghargai anak sebagai pribadi, apa adanya. Komunitas ini juga harus mengakomodir kepentingan anak untuk berekspresi, berapresiasi dan berpartisipasi. Selain itu yang tak kalah penting adalah bagaimana komunitas mampu memberikan perlindungan pada anak sehingga anak meraasa aman tinggal dan berinteraksi di dalam komunitasnya.”13

Jelaslah bahwa untuk mengembangkan Sekolah Ramah Anak (SRA) diperlukan sinergitas antara (sekolah, keluarga dan masyarakat) yang merupakan tri pusat pendidikan sebagaimana yang dituliskan oleh Ki Hajar Dewantara. Pengembangan SRA tidak akan terlaksana dengan baik apabila dilaksanakan secara sepihak, oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang baik dari semua pihak. Lebih lanjut menurut Kristanto untuk mencapai itu semua diperlukan indiaktor untuk bisa mencapainya, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Inklusif secara proaktif, yang meliputi:

a) Secara proaktif mencari semua anak yang termarginalisasi dari pendidikan.

b) Mempromosikan dan membantu anak untuk memonitor hak-hak dan kesejahteraan semua anak di masyarakat.

c) Menghargai keberagaman dan memastikan kesetaraan kesempatan.

d) Memberikan pendidikan yang bebas biaya dan wajib serta murah dan aksesibel.

e) Sehat, Aman dan Protektif

2. Fasilitas toilet yang bersih, yang meliputi:

a) Akses kepada air minum yang bersih.

b) Tidak ada kuman fisik atau gangguan.

c) Pencegahan HIV dan AIDS dan non diskriminasi.

d) Partisipasi Masyarakat.

3. Terfokus pada keluarga:

a) Bekerja untuk memperkuat keluarga sebagai pemberi asuhan dan pendidikan utama bagi anak.

b) Membantu anak, orang tua dan guru membangun hubungan harmonis dan kolaboratif.

(10)

4. Berbasis komunitas, yang meliputi:

a) Mendorong kemitraan setempat dalam pendidikan.

b) Bertindak dalam dan dengan masyarakat untuk kepentingan.

5. Efektif dan berpusat pada anak, meliputi:

a) Bertindak menurut kepentingan terbaik tiap anak.

b) Peduli kepada anak “seluruhnya”; kesehatan, status gizi dan kesejahteraan.

c) Peduli tentang apa yang terjadi kepada anak sebelum mereka masuk sekolah dan setelah pulang dari sekolah.

d) Metode yang kreatif di dalam ruang kelas.

7. Kesetaraan gender:

a) Mempromosikan kesetaraan gender dalam penerimaan dan prestasi.

b) Bukan hanya kesempatan yang sama tetapi kesetaraan.

c) Menghilangkan stereotipe gender.

d) Menjamin fasilitas, kurikulum, buku dan pengajaran yang sesuai untuk anak perempuan.”

Untuk mencapai tujuan Sekolah Ramah Anak beberapa hal di atas dapat dijadikan sebagai salah satu alternatifnya.

G. Aspek Pengembangan Sekolah Ramah Anak

Menurut Kristianto ada beberapa prinsip yang mungkin bisa diterapkan untuk mengembagkan sekolah yang ramah anak, diantaranya adalah:

1.

Sekolah dituntut untuk mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah media, tidak sekedar tempat yang menyenangkan bagi anak untuk belajar.

2.

Dunia anak adalah “bermain”. Dalam bermain itulah sesungguhnya anak melakukan proses belajar dan bekerja. Sekolah merupakan tempat bermain yang memperkenalkan persaingan yang sehat dalam sebuah proses belajarmengajar.

3.

Sekolah perlu menciptakan ruang bagi anak untuk berbicara mengenai nilai-nilai positif. Tujuannya agar terjadi dialektika antara nilai yang diberikan oleh pendidikan kepada anak.

4.

Para pendidik tidak perlu merasa terancam dengan penilaian peserta didik karena pada dasarnya nilai tidak menambah realitas atau substansi para obyek, melainkan

(11)

hanya nilai. Nilai bukan merupakan benda atau unsur dari benda, melainkan sifat, kualitas, suigeneris yang dimiliki obyek tertentu yang dikatakan “baik”.

5.

Hasil pertemuan dapat menjadi bahan refleksi dalam sebuah materi pelajaran yang disampaikan di kelas. Cara ini merupakan siasat bagi pendidik untuk mengetahui kondisi anak karena disebagian masyarakat, anak dianggap investasi keluarga, sebagai jaminan tempat bergantung di hari tua”.

Prinsip membangun Sekolah Ramah Anak di atas bahwsanya sekolah harus dapat dijadikan sebagai media belajar, sekolah merupakan tempat bermain bagi anak, sekolah merupakan ruang untuk mengembangkan nilai-nilai positif, pendidik tidak perlu merasa terancam dengan penilaian peserta didik, melakukan refleksi bersama untuk mengetahui perkembangan anak.

Untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak menurut Wuri, ada enam indikator yang dikembangkan untuk mengukur capaian Sekolah Ramah Anak. Indikator tersebut meliputi:

1. Kebijakan SRA,

2. Pelaksanaan kurikulum,

3. Pendidikan dan tenaga kependidikan terlatih hak-hak anak, 4. Sarana dan prasarana Sekolah Ramah Anak,

5. Partisipasi anak, dan

6. Partisipasi orang tua, lembaga masyarakat, dunia usaha, pemangku kepentingan lainnya, dan alumni.

Idealnya keenam indikator tersebut harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan Sekolah Ramah Anak. Jelaslah dari kedua pendapat tersebut di atas bahwasanya dalam mengembangkan Sekolah Ramah Anak diperlukan dukuangan dari semua pihak yang berupa kebijakan, fasilitas maupun kerjasama dari orang tua, lembaga masyarakat, dunia usaha, pemangku kepentingan lainnya, dan alumni.

Dengan masih tingginya kasus kekerasan yang terjadi selama kurun waktu tahun 2013 Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) melaporkan sebanyak 3.023 kasus pelanggaran hak anak terjadi di Indonesia dan 58 persen atau 1.620 anak jadi korban kejahatan seksual. Dilihat dari klasifikasi usia, dari 3.023 kasus tersebut, sebanyak 1.291 kasus (45 persen) terjadi pada anak berusia 13 hingga 17 tahun, korban berusia 6 hingga 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 persen), dan usia 0 hingga 5

(12)

tahun sebanyak 849 kasus atau 29 persen (kompas).17 Berdasarkan data ini terlihat masih tingginya kasus kekearasan yang dilakukan terhadap anak.

Merujuk pada hasil riset dari KPAI tersebut menunjukkan bahwa sekolah hingga detik ini belum bisa menjadi tempat yang ramah bagi anak (siswa). Meskipun disebut sebagai lembaga pendidikan, akan tetapi kekerasan justru sering lahir dari tempat ini.

Hal tersebut tentu sangat kontra produktif dengan makna sekolah itu sendiri, yaitu sebagai tempat untuk belajar, bukan tempat untuk melakukan kekerasan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat begitu menyenangkan bagi anak, karena di lembaga pendidikan inilah anak-anak akan di didik untuk saling mengenal, menyayangi satu dengan yang lain bukan untuk bermusuhan atau saling menindas.18 Dengan demikian pengembangan Sekolah Ramah Anak menjadi sangat mutlak untuk menuntaskan serta mencegah terjadinya berbagai kekerasan yang dilakukan terhadap anak serta untuk memenuhi hak-haknya.

Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dapat mengimplementasikan pendidikan ramah anak yang berbasis 3P (Provisi, Proteksi, dan Partisipasi) dalamproses pembelajaranya dapat lebih meningkatkan pada peran siswa dalam keaktifannya berekspresi, bertanya, menjawab, berargumentasi, bahkan siswa diperkenankan untuk menginterupsi pada saat pendidik sedang menjelaskan.

Pendidikan ramah anak yang diimplementasikan di sekolah secara langsung maupun tidak langsung dapat membentuk karakter siswa. Pendidikan karakter tidak saja merupakan tuntutan undang-undang dan peraturan pemerintah, tetapi juga oleh agama, karena setiap agama mengajarkan karakter atau akhlak pada pemeluknya.

H. Tahap Sekolah Ramah Anak

(13)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

B. Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Kristanto, dkk. (2011). Identifikasi Model Sekolah Ramah Anak (Sra) Jenjang Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Se-Kecamatan Semarang Selatan. Jurnal Penelitian PAUDIA.

Volume 1 No. 1 Tahun 2011.

Tusriyanto. (2020). PENGEMBANGAN SEKOLAH RAMAH ANAK DI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

Muitasari, S. (2016). Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Dalam Mengembangkan Kecakapan Hidup (Studi Kasus Anak Korban Kekerasan Di Yayasan Setara Semarang). Skripsi. Jurusan Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial.

Universitas Negeri Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa kampus mengajar angkatan 3 setelah mengikuti pembekalan selama 1 bulan kemudian mengikuti pelepasan penugasan oleh Bapak Nadiem Anwar Makarim selaku menteri

i LEMBAR VERIFIKASI LAPORAN KKN KAMPUS MENGAJAR II SD NEGERI KARANGWUNI SLEMAN Febryna Miftakhul Jannah 1800005041 Laporan ini telah disusun sesuai format yang telah

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPUS MENGAJAR Program Pendampingan Literasi, Adaptasi Teknologi, dan Adminitrasi Sekolah di SD Negeri 1 Salakan Yogyakarta Baiq Nikum

Laporan individu mingguan mahasiswa program kampus mengajar angkatan

ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPUS MENGAJAR Program Pendampingan Literasi, Adaptasi Teknologi, Administrasi di SD Negeri Pruwatan 05 Dian Setiawan 1800001184

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPUS MENGAJAR Program Pendampingan Literasi, Adaptasi Teknologi, dan Administrasi di SD Negeri 010 Kundur Wahyu Oktavian NIM 1800018059

Selain itu, laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara lengkap mengenai Program Kampus Mengajar Angkatan 2 yang telah dilaksanakan SMP Negeri 1 Dlingo, Kecamatan Dlingo,

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPUS MENGAJAR ANGKATAN 3 TAHUN 2022 Pelaksanaan Kegiatan Literasi, Numerasi, Adaptasi Teknologi, dan Administrasi di SD Negeri 1 Kutawuluh