Menyatakan bahwa artikel ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Anak “A” Dengan Diagnosa Medis Kejang Demam di Ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan” bukan seluruhnya atau sebagian artikel ilmiah milik orang lain, kecuali dalam bentuk artikel. kutipan yang sumbernya disebutkan. Judul : Asuhan keperawatan anak “A” dengan diagnosa medis kejang demam di Ruang Ashoka RSUD Bangil Pasuruan. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan artikel ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak Diagnosa Medis Serangan Demam Di Ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan” .
Kejang demam merupakan kelainan saraf yang paling umum terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami kejang demam. WHO memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta orang menderita kejang demam dan lebih dari 216.000 diantaranya meninggal pada usia antara 1 bulan hingga 11 tahun dengan riwayat kejang demam sekitar 77%. Gejala yang mungkin timbul bila anak mengalami kejang demam antara lain: demam tinggi, kejang tonik-klonik/grand mal, pingsan, postur ionik (kontraksi dan kekakuan otot total biasanya berlangsung 16-20 detik).
Rumusan Masalah
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan seorang ibu untuk mengatasi demam pada anak sebelum terjadi serangan dan kemudian membawanya ke rumah sakit.Penyembuhan artinya mengukur suhu dan memberikan obat penurun demam, kompres air hangat (memberi lebih kurang suhu yang sama dengan suhu tubuh anak) dan cairan. cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak, yang terakhir adalah rehabilitatif, dimana ibu dihimbau untuk selalu rutin membawa anaknya untuk kontrol atau pemeriksaan kesehatan sesuai anjuran dokter atau tenaga medis lainnya terutama perawat. Ibu harus mewaspadai bahwa demam merupakan salah satu faktor penyebab kejang, akibat peningkatan suhu tubuh yang cepat.
Manfaat
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan data bagi pelayanan rumah sakit agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik pada pasien anak dengan kejang demam. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada anak kejang demam. Sebagai tambahan pengetahuan bagi profesi kesehatan dan untuk lebih memahami asuhan keperawatan pada anak kejang demam.
Tinjauan Pustaka merupakan kajian terhadap buku sumber yang berkaitan dengan judul studi kasus dan permasalahan yang dibahas.
Sistematika penulisan
Pada Bab 2 akan dijelaskan konsep penyakit dan asuhan keperawatan secara teoritis. Keperawatan akan menguraikan permasalahan yang timbul pada penyakit kehamilan melalui pelaksanaan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Konsep penyakit
Gejalanya dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase tonik yang ditandai dengan hilangnya kesadaran, badan menjadi kaku, dan badan bisa terjatuh ke tanah. Pemeriksaan fungsi lumbal tidak normal, kultur bakteri CSF negatif, namun reaksi berantai polimerase (PCR) mungkin positif. 3) Ensefalitis virus. Pemeriksaan fungsi lumbal dan kultur bakteri CSF tidak spesifik karena mungkin memberikan hasil normal.
Gejala prodromal seperti infeksi virus, diikuti hilangnya kesadaran dan kejang, serta mungkin disebabkan oleh zat beracun (pada sindrom Reye) dapat menunjukkan pemeriksaan fungsi lumbal. Pada serangan epilepsi yang tidak disertai demam, pemeriksaan EEG mungkin menunjukkan gelombang epileptiform, misalnya gelombang kuat dan gelombang lambat. Epilepsi umum dengan kejang demam plus (GEFS+) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik pada domain autosom, dengan riwayat kejang demam lebih dari 5 tahun dan riwayat kejang tanpa demam.
Konsep anak
Pada usia 4 bulan, bayi sudah bisa mengangkat kepalanya dengan sudut yang lebih besar, yakni 90º pada posisi berbaring. Baru pada usia 7 – 8 bulan ia menguasai keterampilan baru yaitu mampu duduk sendiri dari tengkurap lalu berdiri sendiri dengan bantuan tangan. Rata-rata usia anak belajar merangkak adalah saat ia mulai bisa duduk tanpa bantuan pada usia 7-8 bulan.
Pada usia 9-10 bulan, bayi Anda mencapai keterampilan baru, yaitu merangkak mundur untuk mengambil posisi duduk. Selain itu, giginya yang mulai tumbuh di usia 6 bulan mendorong si kecil untuk mulai belajar menggigit benda yang masuk ke mulutnya. Di usia 6 bulan, ia juga mengonsumsi makanan pendamping ASI (MP ASI) atau makanan padat.
Saat Si Kecil mengenali anggota keluarganya sekitar usia 6 bulan, ia mulai bisa membedakan wajah orang-orang terdekat dalam hidupnya. Tak heran jika di usia 9 bulan ke atas ia mulai memperhatikan wajah orang yang asing baginya.
- Diagnosa Keperawatan (Nurarif dan Kusuma, 2015)
- Intervensi Keperawatan
- Implementasi Keperawatan
- Evaluasi
- Kerangka Masalah
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan anak tidak beresiko terjatuh, keluarga klien dapat kembali menjelaskan pentingnya. mengubah lingkungan. Ajari keluarga klien bagaimana menggunakan pengekang dengan benar.. untuk. menambah pengetahuan keluarga limpa.. mencegah resiko terjatuh pada limpa. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan tidak terjadi aspirasi. Kriteria hasil 1.) keluarga klien. mampu memahami cita-cita 2.). berkurang atau hilang bila makan dalam posisi setengah duduk 3.).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan tingkat pengetahuan keluarga tentang kejang demam meningkat dengan adanya KH : 1. Keluarga.. pemahaman tentang penyakit, kondisi dan pengobatannya 2. Keluarga mampu. melakukan prosedur dengan benar. Jelaskan kepada keluarga pasien atau orang tua pasien tentang kejang demam, kondisi pasien dan pengobatannya. Jelaskan penyebab kejang demam dan kaitannya dengan anatomi dan fisiologi anak secara tepat.
Uraikan tanda dan gejala yang umum berhubungan dengan penyakit tersebut... 1. Untuk menambah pengetahuan orang tua dan kerabat pasien tentang kejang demam 2. Agar masyarakat... penyakit anaknya kembali dengan... penyebabnya 3. Membuatnya memudahkan keluarga pasien atau orang tua untuk memahami tanda dan gejala kejang demam. Orang tua atau kerabat pasien dapat dengan baik mengompres dengan air hangat pada bagian lipatan paha.
TINJAUAN KASUS
Daftar Masalah Keperawatan .1 Hipertermi
Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
DS: Ibunya bilang dia tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika anaknya kejang dan hanya memegang tangan dan kaki anaknya. DO: Seringkali para ibu bertanya mengenai kondisi anaknya dan bagaimana cara menangani kejang pada anak jika anak mengalami kejang lagi.
Implementasi Keperawatan
- Evaluasi
- Evaluasi Akhir
Anjurkan orang tua atau kerabat pasien untuk memberikan kompres hangat pada bagian lipatan tubuh pasien (ketiak, paha, leher, dahi). Amati warna kulit dan akral (tidak ada perubahan warna kulit) dan perhatikan adanya kejang R : Anak diam saat diperiksa oleh tenaga kesehatan. 1. Menjelaskan kepada keluarga pasien atau orang tua pasien tentang kejang demam, kondisi pasien dan pengobatannya, serta menjelaskan penyebab kejang demam dan kaitannya dengan anatomi dan fisiologi anak secara tepat.
R : Pasien tidak lagi takut terhadap tenaga kesehatan dan tidak pilih-pilih dalam melakukan tindakan keperawatan 2. Amati warna kulit (tidak ada perubahan warna kulit) dan perhatikan adanya kejang. R : Pasien tidak lagi takut terhadap tenaga kesehatan dan tidak pilih-pilih dalam melakukan tindakan keperawatan. R : Pasien tidak lagi takut terhadap tenaga kesehatan dan tidak pilih-pilih dalam melakukan tindakan keperawatan 2. Amati warna kulit (tidak ada perubahan warna kulit) dan perhatikan adanya kejang.
O : - Ekspresi tubuh dan gerak tubuh tampak tenang saat melihat kondisi anaknya, tandanya orang tua memahami penyakit anaknya - Tidak ada rasa khawatir - Keluarga bisa mengatasinya jika anak mengalami kejang A : Masalah terselesaikan.
PEMBAHASAN
- Diagnosa Keperawatan
- Perencanaan
- Implementasi
- Evaluasi
Sedangkan pada pemeriksaan kasus ditemukan bahwa pada pemeriksaan : Bentuk dada simetris, tidak ada kontraksi otot pernafasan, tidak ada batuk, tidak ada alat pernafasan, irama pernafasan teratur, teratur. pernafasan. Sedangkan data yang sama diperoleh pada tinjauan kasus yaitu pada pemeriksaan klien Inspeksi : Tidak ada sianosis, jari tidak ada kedutan, Palpasi : Nadi kuat, CRT < 3 detik, Perkusi : Cahaya normal, Auskultasi : Bunyi tunggal S1 S2 dari hati. Sedangkan pada peninjauan kasus ternyata kesadaran klien composmentis, GCS : 4-5-6, terdapat kejang klonik, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala, tidak ada kelainan saraf kranial.
Menurut peneliti: terdapat perbedaan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, yaitu pasien pada tinjauan kasus tidak mengalami penurunan tingkat kesadaran, GCS tidak menurun, dan tidak terdapat kelainan pada tengkorak. saraf. Sedangkan pada peninjauan kasus diperoleh data pemeriksaan: mukosa bibir kering, lidah bersih, rongga mulut bersih, gigi bersih, tidak kesulitan menelan, perut simetris, normal, mudah bergaul. Saat diperiksa pasien rewel, tidak ada patah tulang, tidak ada dislokasi, kulit hangat, akral hangat, turgor elastis, kelembapan baik dan lembab, tidak ada edema.
Sentuhan : Dapat merasakan benda yang dipegang atau disentuh, sedangkan pada pengkajian kasus pemeriksaan mata: pupil mengecil jika didekatkan dengan cahaya, tajam penglihatan tajam, hidung tidak mengeluarkan sekret karena pasien tidak pilek atau batuk. Berdasarkan gambaran teori, tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, tidak terjadi pembesaran kelenjar parotis, tidak terjadi hiperglikemia, tidak terjadi hipoglikemia. Sedangkan pada pemeriksaan kasus tidak ditemukan pembesaran tiroid, tidak terdapat pembesaran kelenjar parotis, tidak terdapat hiperglikemia, tidak terdapat hipoglikemia.
Dan menurut peneliti, pasien tidak terdiagnosis, risiko aspirasi dikaitkan dengan penurunan refleks muntah, penurunan kesadaran, dan risiko jatuh dikaitkan dengan penurunan status mental karena kesadaran pasien masih compos mentis, pasien mengalami kejang. Jenisnya adalah serangan tonik, dimana penderita merasakan kekakuan pada anggota gerak atas dan bawah pada saat serangan, sehingga tidak ada resiko terjatuh dan tidak ada resiko aspirasi. Setelah dilakukan tindakan perawatan 3 x 24 jam, suhu tubuh kembali normal sesuai dengan kriteria : suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37 oC, nadi 80-90x/menit, warna kulit tidak berubah, akral hangat. Pada tinjauan literatur dan studi kasus, tidak terdapat gap pada implementasi berbasis klien karena peneliti menggunakan implementasi yang sama dengan tinjauan literatur, sedangkan pada kasus nyata implementasinya disiapkan dan diterapkan pada klien serta terdapat dokumentasi dan real-time. intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien.
Kriteria luaran adalah keadaan umum, suhu tubuh dalam batas normal, nadi dan RR dalam batas normal, akral hangat, tidak ada kejang, tidak ada perubahan warna kulit.
PASURUAN
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEJANG DEMAM DI RUANG ASOKA RSUD BANGIL
- Latar Belakang
- TUJUAN
- Tujuan Umum
- PENGORGANISASIAN
- Definisi
- Infeksi
- Kerusakan otak sejak dalam kandungan 3. Faktor keturunan
- Akibat jatuh 5. Tumor
- Karena zat beracun
- Tanda dan Gejala
- Suhu badan meningkat 2. Anak kehilangan kesadaran
- Kulit menjadi pucat 5. Mata berputar-putar
- Biasanya pulih sepenuhnya setelah 10-15 menit
- Tetap tenang dan tidak boleh panic
- Letakkan anak ditempat yang aman 4. Longgarkan baju anak
- Jika anak sudah berhenti, miringkan anak
- Jika kejang sudah berhenti dan anak sadar berikan kompresan dan berikan obat penurun panas
- Setelah bawa anak ke puskesmas ataunrumah sakit
- Jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit segera bawa ke rumah sakit
Kejang demam adalah kejang yang terjadi ketika suhu tubuh meningkat (suhu rektal diatas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranial B. Bila kejang sudah berhenti dan anak sadar, berikan kompres dan berikan obat antipiretik.
OLEH
MUCH INDRA ARDIAN 1701028