• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Anestesi Spinal pada Tindakan Operasi TUR-P Atas Indikasi BPH

N/A
N/A
Raden Ayu Miftah Cahyani

Academic year: 2024

Membagikan " Laporan Kasus Anestesi Spinal pada Tindakan Operasi TUR-P Atas Indikasi BPH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Case Report Session :

Spinal Anesthesia pada Tindakan

Operasi TUR-P Atas Indikasi BPH

Disusun oleh :

RA Miftah Cahyani

Pembimbing :

dr. Dedy Fachrian, Sp.An-TI, FCTA

(2)

Nama : Tn. Usman JK : Laki-laki

Umur : 69 tahun BB : 75 kg

Ruang : Bedah laki-laki No. MR : 1050919

Diagnosis : BPH Tindakan : TURP

Tanggal : 20 April 2024

Identitas Pasien

Anamnesis

Pasien dibawa ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan Sulit BAK sejak + 1 minggu SMRS, setiap kali BAK pasien harus mengedan, pancaran BAK lemah, BAK merembes, karena setiap kali BAK pasien kurang merasa puas, sehingga sehari-harinya pasien sering ke kamar mandi untuk BAK terutama pada malam hari. Tidak ada riwayat kencing berpasir, BAK berdarah (-), nyeri pinggang (-)

Keluhan BAK tidak lancar sudah dirasakan ± beberapa bulan ini. Pasien berobat ke dokter urologi dan mendapat obat minum, namun keluhan masih dirasakan. Kemudian pasien disarankan untuk menjalani operasi prostat.

Pemeriksaan Fisik

KU: Tampak Sakit Sedang, Kesadaran : CM GCS 15 (E4M6V5)

TD : 120/72 mmHg, HR : 67x/ menit, RR : 17x/menit, SpO2 : 99%

Status Lokalis :

Rectal Toucher : teraba massa arah jam 11-1, konsistensi kenyal padat, batas tegas, permukaan rata licin, sulcus medianus teraba, tidak simetris, nodul (-), pool atas tidak teraba, nyeri tekan (-), tonus sphincter ani baik, mukosa rektum licin, ampula tidak kolaps, sarung tangan terdapat darah (-), lendir (-), feses (-).

PRIMARY SURVEY

Airway : Dapat berbicara spontan, snoring (-) gurgling (-), bengkak pada area leher (-), trakea di tengah

Breathing : RR 26x/menit, pergerakan dinding dada cukup dan simetris kanan kiri, SpO2 98% tanpa alat bantu napas Circulation : HR 94x/menit (kuat angkat, regular, isi cukup),

TD 120/72 mmHg, crt <2 S, perdarahan (-)

Dissability : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokol d=3mm Exposure : Hipotermi (-)

Pemeriksaan Penunjang

HB : 11,93 (L) HT : 34,8 WBC :12,48 (H) RBC : 3,45 PLT :119,7 (L) UR: 21 CR : 0,9 SGOT : 40, SGPT : 45 Albumin : 3,7 HbsAg Rapid : Positive

(3)

Laporan Anesthesi

Tanggal : 20 April 2024

Nama : Tn. U

Diagnosis pra bedah : BPH

Tindakan bedah : TURP

Status fisik ASA : II

Jenis / tindakan anestesi : Anestesiregional

Teknik anestesi : Spinal

Lokasi tusukan : L3- L4

Pemeliharaan anestesi : O2 3 lpm

Posisi pasien : Lithotomi

Infus : Ringer Laktat

Suntikan mulai : 08.45 WIB

Operasi mulai : 09.00 WIB

Operasi selesai : 10.15 WIB

BB/TB : 75 kg / 160 cm

Pasien Puasa : 6 jam

Maintenance (M)

= 2 ml/KgBB/jam

= 2 ml x 75 kg/jam = 150 ml/jam Pengganti

puasa (PP) = lama x maintenance

= 6 jam x 150 ml/jam = 900 ml Stress operasi

(O)

= 6 ml/KgBB/jam (operasi sedang)

= 6 ml x 75 kg/jam = 450 ml/jam Estimated

Blood Volume (EBV)

= 75 ml/KgBB

= 75 ml x 75 = 5625 ml

Estimated Blood Loss (EBL)

= 20% x EBV

= 20% x 3750 ml = 1125 ml

Kebutuhan Cairan Paien :

Terapi cairan (BB 75 kg, usia 69 tahun)

 

Kebutuhan cairan pasien : Jam I = ½ PP + O + M

= ½ (900 ml) + 450 ml + 150 ml =1050 ml

Jam TD Nadi RR SpO2

09.00 96/65 90 20 98%

09.15 100/78 96 20 97%

09.30 98/72 92 19 98%

09.45 110/70 97 18 98%

10.00 115/75 93 18 97%

10.15 112/78 97 20 98%

Diagnosa Post OP : Post Op TURP ec BPH

Monitoring Perioperatif

Instruksi Post Operasi :

• Monitoring KU, TTV dan perdarahan / 24 jam

• Posisi tidur dengan bantal

• Diet bebas

• Terapi selanjutnya disesuaikan dengan operator : dr., Sp.U Monitoring R. Pemulihan Masuk jam : 10.15 WIB

KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : CM

GCS. : 15 (E4M6V5) Tanda-tanda vital

TD : 112/78 mmHg HR : 97 x/menit RR. : 20 x/menit

SpO2 : 100% NC O2 3 lpm Premedikasi

Ondansetron 8 mg (IV) As. Tranexamat 1 gr

Medikasi

• Bupivacaine 0,5% volume 4 ml Durasi Anesthesi : 15 menit Durasi Operasi : 1 jam 15 menit

(4)

BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA

Hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. BPH terjadi karena proliferasi stroma dan epithelial dari gland prostat.

Faktor Risiko

Pembedahan

Indikasi : Retensi urine berulang, hematuria, perfusi ginjal, ISK berulang.

Tanda obstruksi berat (divertikel, hidroureter, hidrorefrosis), dan batu saluran kemih.

Interversi Bedah :

TURP - Trans Urethal Resection of Prostate (gold standar)

TUIP - Trans Urethal Insicion of Prostate

Prostatektomi

Klasifikasi BPH

Gejala Klinis BPH

Tatalaksana

Obeservasi BPH Biasanya dilakukan pada gejala ringan (skor Medsen Iversen 9) setiap 3 bulan

Terapi Farmakologi

• Penghambat adregenik - prazosin, duxazosin, terazosin, afluzosin , dan Tamsulosin

• Penghambat enzim 5-α reduktasefinasteride (proscar) –

menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil

 Kadar Hormon

 Usia

 Ras

 Riwayat keluarga

 Obesitas, DM

 Pola diet

 Aktivitas seksual

 Merokok, alkohol

(5)

Spinal Anesthesi

• Bedah ekstremitas bawah

• Bedah panggul

• Tindakan sekitar rectum-perineum

• Bedah obstetri-ginekologi

• Bedah urologi

• Bedah abdomen bawah

• Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatrik biasanya dikombinasi dengan anestesia umum ringan

Indikasi

Kontraindikasi

Absolute Relative

•Pasien menolak

Infeksi pada tempat suntikan

Hipovolemia berat, syok

Koagulopati / mendapat terapi antikoagulan

Penurunan TIK

•Fasilitas resusitasi minim

Kurang pengalaman atau tanpa didampingi 

Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)

Infeksi sekitar tempat suntikan

•Kelainan neurologis

•Kelainan psikis

•Bedah lama

•Penyakit jantung

Hipovolemia ringan

Nyeri pinggang kronis

Lidokaine (xylobain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)

Lidokaine (xylobain, lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)

Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)

Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)

Komplikasi

Minor Moderate mayor

•Mual dan muntah

•Hipotensi ringan

•Menggigil

•Gatal

•Ggn. Pendengaran

•Retensi urin

Failed spinal

•Sakit kepala

•Infeksi (abses, meningitis)

•Hematoma kanal vertebra

•Iskemia medula spinalis

Cauda equina syndrome

•Arachnoiditis

•Cedera saraf perifer

•Blok spinal tinggi atau spinal total.

•Kematian

Obat Anesthesi Lokal yang paling sering digunakan :

Pemberian obat anestetik lokal ke dalam R.

subaraknoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3- L4 atau L4-L5.

(6)

Teknik

Spinal

Anesthesi

(7)

Analisa Kasus

Tn. US (69 th) dengan BPH (ASA II)   TUR-P Regional Anesthesi

Jenis Anesthesi

Awake TRUP lebih dipilih dari pada anesthesi umum :

•Manifestasi awal dari Sindrom TURP lebih bisa dideteksi pada pasien yang sadar

•Vasodilatasi periferal

berfungsi untuk membantu meminimalisir overload sirkulasi

Komplikasi

hiponatremi akibat tertariknya Na+ oleh air irrigator dapat cepat dikenali dengan adanya penurunan kesadaran, mual, kejang

Kehilangan darah

akan lebih sedikit

•operasi TURP,

membutuhkan efek analgetik setinggi T10 ->

Anestesi spinal

diindikasikan untuk pembedahan daerah tubuh yang dipersarafi cabang T4 ke bawah

Premedikasi

Premedikasi yaitu Ondansetron 4 mg (gol.

antiemetik) :

• Mengurangi kecemasan dan ketakutan

• Memperlancar induksi dan anesthesia

• Mengurangi sekresi ludah dan broncus

• Meminimalkan jumlah obat anesthetic

• Mengurangi mual dan muntah pada pasca bedah

• Mengurangi isi cairan lambung

• Mengurangi reflek yang membahayakan

Asam Tranexamat : anti fibrinolitik untuk membantu mengurangi perdarahan dalam prosedur TURP. Obat premedikasi seharusnya diberikan di ruangan rawat 1-2 jam sebelum dilakukan induksi.

Terapi Cairan

Kebutuhan Cairan : Jam I = ½ PP + O + M

= ½ (900 ml) + 450 ml + 150 ml = 1050 ml

Cairan yang diberikan : Input : RL 3 kolf : 1500 ml Output : Urin : ± 100 ml

Perdarahan : ± 50 ml Kebutuhan cairan pada pasien ini sudah tercukupi.

IVFD RL paling mirip dengan cairan ekstraseluler normal dan memiliki nilai klorida yang seimbang sehingga mencegah potensi terjadinya asidosis metabolik. Kristaloid isotonik mendistribusikan secara merata di antara ruang intravaskular dan ruang interstitial dalam 30 menit.

Induksi Bupivacain 4 ml : Bekerja memblok proses konduksi saraf perifer jaringan tubuh, bersifat reversibel.

Onset anesthesi terjadi dalam 5 sampai 8 menit dengan durasi yang berlangsung 90 hingga 150 menit

Induksi Anesthesi

(8)

Analisa Kasus

Posisi Pasien

Monitoring Intraoperatif

Masalah yang mungkin dapat timbul pada TURP :

Resiko cedera perioperatif - terjadi karena adanya faktor risiko seperti disorientasi, edema, imobilisasi, kelemahan otot, terlalu kurus, terlalu gemuk, dan gangguan persepsi atau sensori yang berkaitan dengan anestesi.

Posisi litotomi dapat mengurangi efisiensi respirasi - tekanan yang diberikan paha kepada abdomen dan tekanan yang diberikan oleh abdomen pada diafragma, membatasi ekspansi paru, sehingga kapasitas paru dan volume tidal menurun.

Monitoring TD serta HR setiap 15 menit sekali

Hipotensi dan bradikardi - efek samping dari pemberian obat anestesi spinal, karena penurunan kerja dari syaraf simpatis.

Kristaloid secara cepat 10-15 ml/kgBB dalam 10 menit segera setelah penyuntikan spinal.

• Vasopresor ( efedrin ) dengan dosis 10 mg IV yang dapat diulang tiap 3-4 menit

Efedrin bekerja pada reseptor α dan β, termasuk α1, α2, β1 dan β2. efek tidak langsung yaitu dengan merangsang pelepasan noradrenalin.

Ruang Pemulihan

Pasien masuk ke ruangan pemulihan pada Jam 10.15 WIB dengan kesadaran CM, TD: 112/78 mmHg, N: 97x/menit, RR: 20 x/menit.

Dalam keadaan stabil,P asien ini diberi obat tambahan yaitu Ketorolac 30 mg, Tramadol 100 mg di dalam RL 500 ml bertujuan sebagai analgetik. Pasien dapat keluar dari RR apabila sudah mencapai skor Bromage kurang dari 2. Selanjutnya pasien dipindahkan ke ruang perawatan bangsal bedah setelah 30 menit di ruang pemulihan dengan instruksi anestesi.

(9)

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics &

images by Freepik

DO YOU HAVE ANY QUESTIONS?

THANKS

Referensi

Dokumen terkait

Mendeskripsikan gambaran kejadian menggigil ( shivering ) pada pasien dengan tindakan operasi yang menggunakan anestesi spinal di RSUD Karawang periode Juni 2014

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien yang menjalani operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal menggunakan bupivakain di ruang operasi darurat

Dilakukan anestesi regional spinal pada pasien dengan dosis yang rendah dan tidak diberikan obat sedasi baik sebelum maupun selama operasi untuk menjaga haemodinamik pada

Untuk meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesi harus dipantangkan dari masukan oral (puasa)

Indikasi dari anestesi general ini diantaranya pasien tidak kooperatif, operasi mata yang tidak boleh ada gerakan (akinesia), prosedur operasi lama (lebih dari 3-4

Dokumen ini memaparkan catatan pencakanan anestesi dan tindakan operasi pada seorang pasien

Analisis Pengaruh Aromaterapi Peppermint terhadap Tingkat Nausea pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea dengan Anestesi Spinal Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari uji Wilcoxon

Laporan kasus asuhan kepenataan anestesi pada pasien dengan diagnosis G3P1A1 H.11 mg dengan AB incomplete dengan tindakan kuretase teknik general anestesi TIVA di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman