• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MEDIA TUMBUH SEMAI

N/A
N/A
Syari Simanjuntak

Academic year: 2024

Membagikan " LAPORAN MEDIA TUMBUH SEMAI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA TUMBUH SEMAI (Laporan Praktikum Silvikultur)

Oleh

Syari Mela Simanjuntak 2114151033 Kelompok 4

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2023

(2)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Membuat bibit adalah pekerjaan mudah apalagi jika tujuannya hanya sekedar menumbuhkan bibit. Namun pertanyaan yang akan muncul adalah apakah bibit yang dihasilkan tersebut dapat menjamin keberhasilan penanaman di masa datang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tidak sedikit orang yang mengalami kegagalan penanaman akibat kesalahan saat proses pembibitan seperti kesalahan pengadaan benih yang tidak jelas mutu genetiknya, penyimpanan benih, penyemaian benih, penyiapan media tumbuh tanaman, penyapihan, pemeliharan bibit di persemaian, hingga tidak dilakukannya seleksi bibit untuk memenuhi kriteria bibit siap tanaman. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat menyebabkan tidak terpenuhinya tujuan penanaman yang diakibatkan oleh matinya tanaman sebelum berproduksi, pertumbuhan tanaman yang merana di lapangan, rendahnya produksi tanaman, hingga tidak berproduksinya tanaman. Kegagalan tanaman ini disebabkan oleh tidak terpenuhinya kriteria bibit berkualitas sehingga menyebabkan kerugian waktu, tenaga dan biaya (Rahman, 2018).

Bibit berkualitas dicirikan oleh kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di lapangan, sehat dan seragam. Oleh sebab itu bibit yang akan ditanam harus memenuhi mutu genetik benih dan mutu fisik fisiologis bibit. Mutu genetik benih berkaitan dengan faktor bawaan yang ditentukan oleh komposisi gen benih, adapun mutu fisik fisiologis bibit menginformasikan tentang kondisi fisik bibit, antara lain: kondisi batang, kesehatan bibit, tinggi, diamater dan kekompakan media. Mutu benih dan mutu fisik fisiologis bibit akan menentukan kualitas tanaman/tegakan pohon di masa datang. Kesalahan dalam menyiapkan persyaratan mutu tersebut akan menyebabkan kegagalan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya akan

(3)

menentukan keberhasilan penanaman di masa datang. Dengan demikian jelas bahwa bibit berkualitas merupakan salah satu faktor penting yang akan turut menentukan keberhasilan penanaman dan manfaat yang diharapkan dari suatu kegiatan penanaman (Nabil, 2021).

Menurut Ismail et al (2021), bibit berkualitas dapat disediakan jika serangkaian kegiatan pembibitan dipenuhi dengan baik dan benar, mulai dari: (i) Pengadaan benih (bagaimana asal usul genetik benih, cara pengumpulan benih, penyimpanan benih, perlakuan benih hingga teknik penyemaian benih); (ii) Penyiapan media tumbuh bibit (komposisi media tumbuh, perbaikan sifat kimia dan fisik media tumbuh, pemanfaatan pupuk organik dan hayati); (iii) Terpenuhinya persyaratan persemaian (ketersediaan air, lokasi, tenaga kerja dan keamanan); (iv) Teknik pembibitan baik secara generatif maupun vegetative (penyapihan, pemeliharaan dan seleksi bibit). Oleh karenanya dibutuhkan sebuah manual yang setidaknya dapat menyajikan materi secara utuh untuk memberikan pengetahuan tentang teknik pembibitan tanaman yang berkualitas dan mudah dipraktikkan di lapangan.

Meningkatnya produksi tanaman antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam media tempat tumbuhnya serta kesehatan tanaman. Unsur hara yang diserap secara terus-menerus lambat laun akan habis sehingga berdampak pada penurunan produksi tanaman. Agar tetap tersedia, maka diperlukan penambahan unsur hara ke dalam media tumbuh tanaman tersebut yang antara lain dapat dilakukan dengan menambahkan pupuk. Di lain pihak, meskipun unsur hara tersedia cukup, jika tanaman tidak sehat maka proses penyerapan unsur hara pun menjadi tidak berjalan secara optimal. Sejak dikenalnya pupuk kimia/anorganik, penggunannya sebagai usaha untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman telah banyak diterapkan oleh para petani atau pembudidaya tanaman (Wati, 2019).

Salah satu aspek terpenting dalam dunia pertanian adalah menentukan kombinasi media tanam yang tepat, karena kombinasi media tanam merupakan tempat dimana tanaman itu akan tumbuh dan berkembang. Media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting dalam mendapatkan unsur hara dan air pada budidaya tanaman. Agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi

(4)

dengan optimal diperlukan media tanam yang baik seperti sekam bakar, pupuk organik, dll. Media tanam yang baik harus memiliki persyaratan tidak mengandung hama, penyakit dan bebas gulma, mampu menampung dan membuang kelebihan air, remah, porous, sehingga akar dapat tumbuh dan berkembang menembus media tanam dengan mudah, dan memiliki derajat keasaman antara 6,0 - 6,5. Kesalahan dalam perlakuan kombinasi media tanam, akan berakibat buruk bagi keberhasilan panen dan tingkat produksi tanaman.

Bahkan bisa merusak kesuburan tanah dan tanaman (Tando, 2019).

I.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiwa mampu untuk mengetahui berbagai media tumbuh terhadap pertumbuhan semai.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Media Tumbuh

Media tumbuh atau media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Fahmi, 2019).

2.2 Media Tumbuh Tanah

Media tanah merupakan media alamiah tanaman sebagai tempat untuk melangsungkan hidup. Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik.

Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori- pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi (Kurniawan, 2018).

2.3 Media Tumbuh Sekam

Sekam padi memiliki kandungan kimia didalamnya yang bisa dimanfaatkan.

Ditinjau dari komposisi kimiawinya, sekam padi mengandung beberapa unsur

(6)

penting didalamnya yaitu Kadar air 32,40-11,35%, Protein kasar 1,70-7,26%, Lemak 0,38-2,98%, Ekstrak nitrogen bebas 24,70-38,79%, Serat 31,37-49,92%, Abu 13,16-29,04%, Pentosa 16,94-21,95%, Selulosa 34,34- 43.80%, dan Lignin 21,40-46,97%. Peningkatan pemberian sekam padi sebagai sumber N dapat meningkatkan hasil tanaman. Hal ini disebabkan karena fungsi N secara langsung berperan dalam pembentukan protein dan memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dimana tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup nitrogen berwarna lebih hijau (Hananta, 2016).

2.4 Media Tumbuh Pupuk Kandang

Kotoran sapi merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran sapi mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah.

Beberapa kelebihan pupuk kandang kotoran sapi adalah untuk memperbaiki struktur tanah dan berperan juga sebagai pengurai bahan organik oleh mikro organisme tanah. Di antara jenis pupuk kandang, kotoran sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40. Disamping itu pupuk ini juga mengandung unsur hara makro seperti 0,5 N, 0,25 P2O5 , 0,5% K2O dengan kadar air 0,5%, dan juga mengandung unsur mikro esensial lainnya (Hafizah et al., 2017).

(7)

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Silvikultur dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Maret 2023 pukul 15.00-17.50 WIB di Lab. Silvikultur, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3.2 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Polybag, Bibit Mahoni, Media tumbuh terdiri dari: tanah, sekam, pupuk kandang.

3.2 Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : a. Siapkan media tumbuh dengan variasi seperti di atas

b. Siapkan kantong plastik ukuran sedang dan diisi media tersebut dengan ukuran volume yang sama, masing-masing perlakuan dengan 4 ulangan c. Tanamlah bibit yang sudah disiapkan ke dalam media tersebut

d. Siramlah media pada kantong plastik yang sudah dilubangi bagian bawahnya.

e. Penyiraman dilakukan setiap hari

f. Amatilah tinggi semai setiap seminggu sekali dan ukurlah tinggi semai ter- sebut sampai dengan berumur 1 bulan.

g. Tuliskan hasil pengamatan pada tabel yang tersedia h. Pada akhir pengamatan hitunglah persen jadinya

i. Bandingkanlah hasil pengamatan Saudara pada bermacam-macam media tersebut.

(8)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan semai selama satu bulan Perlakuan/

Ulangan

Tinggi tanaman (cm) pada minggu

ke- Jumlah Keterangan

I II III IV V

M1-1 18 18 18,2 18,5 18,6 91,3 Bibit Hidup

M1-2 23 23,1 23,2 23,2 23,3 115,8 Bibit Hidup

M1-3 28 28,2 28,2 28,3 28,5 141,2 Bibit Hidup

M1-4 22 22 22,1 22,2 22,2 110,5 Bibit Hidup

Rata-rata 22,75 22,82 22,92 23,05 23,15 114,69 Bibit Hidup

M2-1 24 24,1 24,1 24,2 24,4 120,8 Bibit Hidup

M2-2 20 20 20,1 20,1 20,2 100,4 Bibit Hidup

M2-3 21 21 21,2 21,3 21,5 106 Bibit Hidup

M2-4 20 20,1 20,1 20,2 20,3 100,7 Bibit Hidup

Rata-rata 21,25 21,3 21,37 21,45 21,6 106,97 Bibit Hidup

M3-1 24 24 24,1 24,2 24,4 120,7 Bibit Hidup

M3-2 20 20 20,2 20,3 20,3 100,8 Bibit Hidup

M3-3 23 23,2 23,2 23,4 23,4 116,2 Bibit Hidup

M3-4 32 32,2 32,2 32,3 32,5 161,2 Bibit Hidup

Rata-rata 24,74 24,85 24,92 25,05 25,15 124,71 Bibit Hidup

(9)

Tabel 1. Lanjutan Perlakuan/

Ulangan

Tinggi tanaman (cm) pada minggu ke- Jumla h

Keteranga n

I II III IV V

M4-1 26 26,2 26,2 26,3 26,3 131 Bibit Hidup

M4-2 32 32 32,1 32,2 33,4 161,7 Bibit Hidup

M4-3 17 17,1 17,3 17,4 17,6 86,4 Bibit Hidup

M4-4 40 40 40,1 40,1 20,3 180,5 Bibit Hidup

Rata-rata 28,75 28,82 28,92 29 24,4 139,89 Bibit Hidup

M5-1 33 33 33,1 33,2 33,2 165,5 Bibit Hidup

M5-2 22 22,2 22,3 22,5 22,6 111,6 Bibit Hidup

M5-3 33 33,2 33,2 33,3 33,4 166,1 Bibit Hidup

M5-4 30 30 30,1 30,2 30,3 150,6 Bibit Hidup

Rata-rata 29,5 29,6 29,67 29,8 29,87 148,44 Bibit Hidup

M6-1 40 40 40,2 40,3 40,4 200,9 Bibit Hidup

M6-2 34 34,2 34,3 34,3 34,5 171,3 Bibit Hidup

M6-3 27 27 27,2 27,3 27,4 135,9 Bibit Hidup

M6-4 29 29,1 29,1 29,3 29,4 145,9 Bibit Hidup

Rata-rata 32,25 32,57 32,7 32,8 32,92 163,23 Bibit Hidup Rata-rata

total 29,81 26,66 26,75 26,85 26,18 132,98 Bibit Hidup

4.2 Pembahasan

Pengamatan media tumbuh semai dilaksanakan selama 5 minggu. Media tumbuh yang digunakan yaitu tanah, sekam dan pupuk kandang. Perlakuan pada tanaman disimbolkan dengan Huruf “M” seperti pada tabel diatas, dan pengulangannya dilakukan sebanyak 4 kali pada setiap perlakuan. Setiap media tumbuh yang digunakan (tanah, sekam, pupuk) dicampurkan dengan perbandingan:

 MI: perbandingan tanah: sekam: pupuk = 3:0:0

 M2: perbandingan tanah: sekam: pupuk = 0:3:0

(10)

 M3: perbandingan tanah: sekam: pupuk = 0:0:3

 M4: perbandingan tanah: sekam: pupuk = 2:1:0

 M5: perbandingan tanah: sekam: pupuk = 2:0:1

 M6: perbandingan tanah: sekam: pupuk = 1:1:1

Pada M1-1, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 18 cm selanjutnya pada minggu ke-2 masih setinggi 18 cm dan minggu ke-3 dan ke-4 mengalami pertambahan tinggi berturut-turut yaitu 18,5 cm dan 18,6 cm dengan jumlah total M1-1 selama 5 minggu yaitu 91,3 cm. Pada M1-2, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 23 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 23,1 cm, 23,2 cm, 23,2 cm, dan 23,3 cm dengan jumlah total M1-2 selama 5 minggu yaitu 115,8 cm. Pada M1-3, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 28 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 28,2 cm, 28,2 cm, 28,3 cm, dan 28,5 cm dengan jumlah total M1-3 selama 5 minggu yaitu 141,2 cm.

Pengulangan terakhir, yaitu pada M1-4, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 22 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 22 cm, 22,1 cm, 22,2 cm, dan 22,5 cm dengan jumlah total M1-4 selama 5 minggu yaitu 110,5 cm. Rata-rata pertumbuhan semai mahaoni M1-1; M1,2 M1-3; dan M1-4; pada minggu pertama yaitu 22,75 cm; minggu ke-2 22,82; minggu ke-3 22,92 cm; minggu ke-4 23,05 cm; dan minggu ke-5 23,15 cm.

Total rata-rata pertumbuhan semai mahoni dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 yaitu 114,69 cm dengan keterangan semua semai hidup.

Pada M2-1, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 24 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 24,1 cm, 24,1 cm, 24,2 cm, dan 24,4 cm dengan jumlah total M2-1 selama 5 minggu yaitu 120,8 cm. Pada M2-2, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 20 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 20 cm, 20,1 cm, 20,1 cm, dan 20,2 cm dengan jumlah total M2-2 selama 5 minggu yaitu 100,4 cm. Pada M2-3, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 21 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 21 cm, 21,2 cm, 21,3 cm, dan 21,5 cm dengan jumlah total M2-3 selama 5 minggu yaitu 106 cm. Pengulangan terakhir, yaitu pada M2-4,

(11)

tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 20 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 20,1 cm, 20,1 cm, 20,2 cm, dan 20,3 cm dengan jumlah total M2-4 selama 5 minggu yaitu 100,7 cm.

Rata-rata pertumbuhan semai mahaoni M2-1; M2,2 M2-3; dan M2-4; pada minggu ke-1 yaitu 21,25 cm; minggu ke-2 21,3; minggu ke-3 21,37 cm; minggu ke-4 21,45 cm; dan minggu ke-5 21,6 cm. Total rata-rata pertumbuhan semai mahoni dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 yaitu 106,97 cm dengan keterangan semua semai hidup.

Pada M3-1, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 24 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 24 cm, 24,1 cm, 24,2 cm, dan 24,4 cm dengan jumlah total M3-1 selama 5 minggu yaitu 120,7 cm. Pada M3-2, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 20 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 20 cm, 20,2 cm, 20,3 cm, dan 20,3 cm dengan jumlah total M3-2 selama 5 minggu yaitu 100,8 cm. Pada M3-3, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 23 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 23,2 cm, 23,2 cm, 23,4 cm, dan 23,4 cm dengan jumlah total M3-3 selama 5 minggu yaitu 116,2 cm. Pengulangan terakhir, yaitu pada M3-4, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 32 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 32,2 cm, 32,2 cm, 32,3 cm, dan 32,5 cm dengan jumlah total M3-4 selama 5 minggu yaitu 161,2 cm.

Rata-rata pertumbuhan semai mahaoni M3-1; M3-2, M3-3; dan M3-4; pada minggu ke-1 yaitu 24,74 cm; minggu ke-2 24,85 cm; minggu ke-3 24,92 cm;

minggu ke-4 25,05 cm; dan minggu ke-5 25,15 cm. Total rata-rata pertumbuhan semai mahoni dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 yaitu 124,71 cm dengan keterangan semua semai hidup.

Pada M4-1, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 26 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 26,2 cm, 26,2 cm, 26,3 cm, dan 26,3 cm dengan jumlah total M4-1 selama 5 minggu yaitu 131 cm. Pada M4-2, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 32 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 32 cm, 32,1 cm, 32,2 cm, dan 32,4 cm dengan jumlah total M4-2 selama 5

(12)

minggu yaitu 161,3 cm. Pada M4-3, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 17 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 17,1 cm, 17,3 cm, 17,4 cm, dan 17,6 cm dengan jumlah total M4-3 selama 5 minggu yaitu 86,4 cm. Pengulangan terakhir, yaitu pada M4-4, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 40 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 40 cm, 40,1 cm, 40,1 cm, dan 40,3 cm dengan jumlah total M4-4 selama 5 minggu yaitu 180,5 cm.

Rata-rata pertumbuhan semai mahaoni M4-1; M4-2, M4-3; dan M4-4; pada minggu ke-1 yaitu 28,75 cm; minggu ke-2 28,82 cm; minggu ke-3 28,92 cm;

minggu ke-4 29 cm; dan minggu ke-5 24,4 cm. Total rata-rata pertumbuhan semai mahoni dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 yaitu 139,89 cm dengan keterangan semua semai hidup.

Pada M5-1, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 33 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 33 cm, 33,1 cm, 33,2 cm, dan 33,2 cm dengan jumlah total M5-1 selama 5 minggu yaitu 165,5 cm. Pada M5-2, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 22 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 22,2 cm, 22,3 cm, 22,5 cm, dan 22,6 cm dengan jumlah total M5-2 selama 5 minggu yaitu 111,6 cm. Pada M5-3, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 33 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 33,2 cm, 33,2 cm, 33,3 cm, dan 33,4 cm dengan jumlah total M5-3 selama 5 minggu yaitu 166,1 cm. Pengulangan terakhir, yaitu pada M5-4, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 30 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 30 cm, 30,1 cm, 30,2 cm, dan 30,3 cm dengan jumlah total M5-4 selama 5 minggu yaitu 150,6 cm.

Rata-rata pertumbuhan semai mahaoni M5-1; M5-2, M5-3; dan M5-4; pada minggu ke-1 yaitu 29,5 cm; minggu ke-2 29,6 cm; minggu ke-3 29,67 cm; minggu ke-4 29,8 cm; dan minggu ke-5 29,87 cm. Total rata-rata pertumbuhan semai mahoni dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 yaitu 148,44 cm dengan keterangan semua semai hidup.

Pada M6-1, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 40 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 40

(13)

cm, 40,2 cm, 40,3 cm, dan 40,4 cm dengan jumlah total M6-1 selama 5 minggu yaitu 200,9 cm. Pada M6-2, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 34 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 34,2 cm, 34,3 cm, 34,3 cm, dan 34,5 cm dengan jumlah total M6-2 selama 5 minggu yaitu 171,3 cm. Pada M6-3, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 27 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 27 cm, 27,2 cm 27,3 cm, dan 27,4 cm dengan jumlah total M6-3 selama 5 minggu yaitu 135,9 cm. Pengulangan terakhir, yaitu pada M6-4, tinggi awal semai mahoni pada minggu pertama yaitu 29 cm selanjutnya pada minggu ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tinggi berturut-turut yaitu 29,1 cm, 29,1 cm, 29,3 cm, dan 29,4 cm dengan jumlah total M6-4 selama 5 minggu yaitu 145,9 cm.

Rata-rata pertumbuhan semai mahaoni M6-1; M6-2, M6-3; dan M6-4; pada minggu ke-1 yaitu 29,81 cm; minggu ke-2 26,66 cm; minggu ke-3 26,75 cm;

minggu ke-4 26,85 cm; dan minggu ke-5 26,18 cm. Total rata-rata pertumbuhan semai mahoni dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 yaitu 13298 cm dengan keterangan semua semai hidup.

Dari M (perlakuan) terhadap semai sebanyak 6 perlakuan pada setiap perbandingan jenis media tanam dengan pengulangan sebanyak 4 kali didapatkan sebanyak 24 polybag berisi semai mahoni. Dari ke-24 semai tersebut, rata-rata total tinggi pada minggu ke-1 yaitu 29,81 cm; total rata-rata minggu ke-2 yaitu 26,66 cm; total rata-rata minggu ke-3 yaitu 26,66 cm; total rata-rata minggu ke-3 yaitu 26,75 cm; total rata-rata minggu ke-4 yaitu 26,85 cm; dan total rata-rata minggu ke-5 yaitu 26,18 cm. Dari ke-24 polybag berisi semai mahoni, semua semai dinyatakan hidup (100%) hidup.

(14)

V. KESIMPULAN

Dari praktikum Media Tumbuh Semai yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan seperti berikut:

1. Media tumbuh atau media tanam merupakan komponen utama dalam pertumbuhan kualitas bibit tanaman dan media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam.

2. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari: tanah, sekam, pupuk kandang dengan perbandingan tanah : sekam : Pupuk = 3:0:0; 0:3:0; 0:0:3; 2:1:0;

2:0:1; dan 1:1:1.

3. Rata-rata M1(1,2,3,4) = 114,69; rata-rata M2(1,2,3,4) = 106,97; rata-rata M3(1,2,3,4) = 124,71; rata-rata M4(1,2,3,4) = 139,89; rata-rata M5(1,2,3,4) = 148,44; dan rata-rata M6(1,2,3,4) = 163,23, dengan total rata-rata M(1,2,3,4) dari ke-24 polybag berisi semai mahoni yaitu 132,98.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, R. 2019. Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan stek mawar pagar (Rosa multiflora). Jurnal Penelitian Agrosamudra. 6(1): 74-81.

Hafizah, N., dan Mukarramah, R. 2017. Aplikasi pupuk kandang kotoran sapi pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frustescens L.) di lahan rawa lebak. Jurnal Ilmiah Pertanian. 42(1): 1-7.

Hananta, 2016. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Budidaya Pertanian. 26(4):

153-159.

Ismail, A. Y., dan Adhya, I. 2021. Perberdayaan Kelompok Masyarakat Melalui Ekplorasi Benih Pohon Hutan di Desa Karangsari Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Empowerment: Jurnal Pengabdian Masyarakat. 4(01): 34-41.

Kurniawan, A. 2018. Produksi MOL (mikroorganisme lokal) dengan pemanfaatan bahan-bahan organik yang ada di sekitar. Jurnal Hexagro. 2(2): 124-129.

Nabil, N. 2021. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Memilih Benih Melon Hibrida Di Kabupaten Probolinggo (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).

Rahman, S. 2018. Membangun pertanian dan pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Deepublish. Jakarta.

Tando, E. 2019. Pemanfaatan teknologi greenhouse dan hidroponik sebagai solusi menghadapi perubahan iklim dalam budidaya tanaman hortikultura. Jurnal Sains. 19(1): 91-102.

(16)

Wati, D. S. 2019. Pertumbuhan vegetatif tanaman cabai merah (Capsicum Annum L.) secara hidroponik dengan nutrisi pupuk organik cair dari kotoran kambing (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

(17)

LAMPIRAN

(18)

Gambar 1. Dokumentasi Penanaman

Gambar 2. Dokumentasi pengamatan minggu pertama

(19)

Gambar 3. Dokumentasi pengamatan minggu kedua

Gambar 3. Dokumentasi pengamatan minggu ketiga

(20)

Gambar 4.Dokumentasi pengamatan minggu keempat

Gambar 5. Dokumentasi pengamatan minggu kelima

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang akan digunakan adalah penggaris, alat tulis menulis, gembor, jangka sorong, oven dan timbangan analitik, sedangkan bahan yang digunakan adalah semai tanaman mahoni

Judul Skripsi : Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni.. (Swietenia macrophylla King) Nama :

Waktu : tuliskan waktu pelaksanaan praktikum (Hari/tanggal, bulan, tahun, jam 2.2 Bahan dan alat : sebutkan semua bahan dan alat yang Saudara gunakan dalam praktikum

Bahan yang diperlukan untuk pembuatan bibit jabon di persemaian adalah sebagai berikut : benih jabon (individual), bak tabur, media pasir, tanah, dan kompos, polybag,

Pengaruh Jumlah Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada ( Lactuca sativa l) di polybag Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi.. PT

Skripsi Sarjana Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.. Amphibian Diversity In Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung –

Tentang Dosen Penguji Skripsi Program Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Lampung Pada Semester Genap Tahun Akademik 2016/2017..

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan kecambah ramin sampai 60 hst menunjukkan bahwa persentase pertumbuhan bibit yang normal, abnormal, kematian maupun tunas lebih dari