LAPORAN ON JOB TRAINING AHLI K3 KIMIA
Zakiyah Sri Rezeki
PT Kereta Api Properti Manajemen
PEMBINAAN CALON AHLI K3 KIMIA AGUSTUS 2024
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 3
BAB II GAMBARAN UMUM ... 5
BAB III IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENILAIAN RISIKO ... 8
BAB IV RENCANA DAN PROSEDUR TANGGAP DARURAT... 12
BAB V PENUTUP ... 20
LAMPIRAN... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan bahan kimia dalam berbagai sektor industri, pertanian, kesehatan, dan rumah tangga telah mengalami peningkatan yang signifikan. Meskipun bahan kimia memberikan manfaat dalam proses produksi dan kehidupan sehari-hari, pemakaian yang tidak terkendali dapat menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan manusia, lingkungan, dan keselamatan. Pengendalian yang efektif diperlukan agar dampak negatif dari paparan bahan kimia berbahaya dapat diminimalkan dan keberlangsungan lingkungan serta kesehatan masyarakat terjaga.
Solusi yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait terhadap penggunaan bahan kimia diberbagai sektor adalah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 187 Tahun 1999 tentang kewajiban bagi Perusahaan untuk memiliki personal Ahli K3 Kimia dan Petugas K3 Kimia sebagai salah satu bentuk Pengendalian Perusahaan terhadap penggunaan Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.
Diharapkan dengan adanya implementasi Kepmennaker 187 Tahun 1999 di perusahaan maka setiap aktivitas di Perusahaan dapat meminimalkan risiko yang terkait dengan penggunaan bahan kimia dan menjaga lingkungan serta keselamatan manusia.
1.2 Tujuan
Pembuatan laporan di Perusahaan PT KAPM bertujuan untuk : a. Memenuhi persyaratan dalam Sertifikasi Calon Ahli K3 Kimia.
b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan K3 di PT KAPM
c. Melakukan identifikasi bahaya serta penilaian dan pengendalian resiko.
d. Melakukan identifikasi rencana dan prosedur keadaan darurat 1.3 Dasar Hukum
Dasar Hukum yang digunakan dalam penyusunan laporan OJT ini adalah sebagai berikut:
1. Undang – undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Undang – undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. Peraturan Menteri No. 23 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian No. 87/M-IND/Per/9/2009 tentang Sistem Harmonisasi Global, Klasifikasi dan Label Bahan Kimia
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan 6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No 5 Tahun 2018 tentang Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
7. Permenakertrans No. 8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2008 10. Permenaker No. 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
11. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja
12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
14. Keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep.
84/PPK/X/2012 tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar dan Menengah.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya dari PT KAPM sebagai laporan OJT meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Gambaran umum proses
b. Identifikasi bahaya dan penilaian dan pengendalian risiko c. Rencana dan Prosedur Keadaan Darurat
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.2 Gambaran Umum 2.1.1 Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : PT Kereta Api Properti Manajemen
Alamat : Stasiun Sawah Besar, Lt.Dasar, Jl.K.H.Samanhudi, Jakarta Pusat.
Jenis Usaha : Jasa Konstruksi
PT KA Properti Manajemen (KAI Properti) merupakan Anak Perusahaan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang didirikan berdasarkan Surat Persetujuan dari Menteri Negara BUMN No. S535/MBU/2009, tanggal 29 Juli 2009 dan berdasarkan Akta Pendirian No. 9, tanggal 8 September 2009 yang dibuat dihadapan Ny. Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta.
Akta Pendirian tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-5150.AH.01.01, pada tanggal 26 Oktober 2009.Pemegang saham KAI Properti adalah PT KAI dengan kepemilikan sebanyak 99,63% dan Yayasan Pusaka dengan kepemilikan sebanyak 0,37%.
Sejalan dengan Visi dan Misi KAI, untuk menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk Indonesia dengan menyediakan sistem transportasi yang aman dan efisien, KAI Properti didirikan untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi tersebut dengan menjalankan bisnis pendukung di bidang properti, konstruksi, perdagangan, dan perawatan jalan rel dan jembatan.
KAI Properti telah berhasil mendukung KAI dalam reaktivasi prasarana kereta api jalur Cibatu - Garut dengan pembangunan sarana bangunan stasiun yang kini bisa digunakan oleh masyarakat luas. Di Pulau Sumatera, KAI Properti mendukung bisnis kereta api batu bara rangkaian panjang (babaranjang) dengan membangun double track dan prasarana lainnya untuk meningkatkan intensitas babaranjang pada jalur kereta api di Sumatera Selatan. Dalam bidang properti, KAI Properti bekerjasama dengan PT Hotel Indonesia Natour (Persero) dalam penyediaan jasa operator hotel, serta KAI Properti membangun KAI Boutique Hotel di Bandung, dan beberapa kota lainnya seperti Malang, Garut, dan Purwokerto.
Visi KAI Properti adalah menjadi Perusahaan properti dan jasa konstruksi umum terutama Prasarana Perkeretaapian terpercaya dan profesional. Visi tersebut menggambarkan motivasi
KAI Properti untuk terus mengembangkan kualitas bisnis yang produktif, optimal, dan profesional. Pertumbuhan KAI Properti berkesinambungan dengan perkembangan perusahaan induk dalam memberikan pelayanan terbaik dengan menyelenggarakan jasa perkeretaapian dan pengembangan usaha properti perusahaan kepada masyarakat.
KAI Properti, Moving Forward Growing Together.
2.1.2 Struktur Organisasi
Gambar 1. Struktur Organisasi PT KAPM 2.2 Bahan Kimia yang Digunakan
Berikut daftar nama bahan kimia yang digunakan di PT KA Properti Manajemen:
- Solar - Pylox - Oxygen - Nitrogen - Grease
Berikut dilampirkan daftar nama dan sifat kimia yang digunakan di PT KAPM berdasarkan SDS:
Gambar 2. Daftar Nama Bahan Kimia dan Sifat Bahan Kimia
BAB III
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENILAIAN RISIKO
3.1 Identifikasi Bahaya
PT. KA Properti Manajemen telah melakukan identifikasi risiko yang mungkin dapat timbul. Identifikasi bahaya dilakukan dengan pendekatan (Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko (IBPR), dengan bukti implementasi yang dapat ditemukan pada gambar dibawah ini :
Gambar 3. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
Berdasarkan dokumen prosedur, diketahui bahwa bencana telah mempertimbangkan jenis- jenis bahaya yang berasal dari :
- Kebakaran - Gempa Bumi - Huru – Hara - Ancaman Bom - Tumpahan B3 - Pencurian
Penilaian risiko dilakukan dengan metode IBPR, yang ditujukan untuk mengevaluasi tingkat keparahan (consequence) dikali dengan probability/likelihood kejadian. Tujuan utama dari aktivitas di atas adalah menurunkan level risiko aktivitas kegiatan dengan risiko tinggi
(extreme, dan high) ke risiko yang lebih rendah (ALARP - As Low As Reasonably Practical), menggunakan risk controls yang telah dimiliki oleh Perusahaan.
3.1.1 Paparan Bahan Kimia Berbahaya di Lokasi Kerja
Paparan suatu bahan kimia merupakan salah satu bahaya pekerjaan yang disebabkan oleh bahan kimia yang berasal dari tempat kerja. Paparan bahan kimia ditempat kerja dapat menyebabkan efek terhadap kesehatan yang merugikan. PT KAPM menggunakan bahan bakar minyak jenis solar sebagai bahan bakar untuk penggerak Alat/Mesin penggunaan alat berat atau untuk mengoperasikan mesin yang mengindikasikan paparan bahan kimia yang mudah terbakar. Potensi bahaya tersebut telah dilakukan pengendalian dengan ketersediaan SDS.
3.1.2 Kegagalan atau Kesalahan Peralatan Operasi
Kondisi abnormal yang dikhawatirkan dapat terjadi di PT KAPM adalah sebagai berikut : 1. Kebakaran
2. Tumpahan B3
Kondisi- kondisi tersebut dapat ditanggulangi sesuai dengan prosedur penanggulangan tang telah dibuat oleh PT KAPM.
3.1.3 Dampak Kegagalan atau Kesalahan Peralatan Operasi
Adanya kegagalan atau kesalahan pada peralatan operasi dapat menimbulkan beberapa dampak, antara lain:
- Kasus P3K
- Medical Treatment Case - Kasus kecacatan
- Fatality
- Pencemaran lingkungan
- Penghentian sementara pekerjaan
3.1.4 Sumber Bahaya dari Alam
Untuk mencegah terjadinya bahaya dari alam, seperti banjir, gempa bumi, tersambar petir, tanah longsor dan lainnya. PT KAPM sudah memiliki prosedur terhadap keadaan-keadaan darurat tersebut dan juga melakukan kegiatan simulasi tanggap darurat untuk meningkatkan kewaspadaan karyawan PT KAPM apabila terjadi keadaan darurat.
3.1.5 Sumber Bahaya dari Serangan Luar
Sumber bahaya dari serangan luar dapat berupa sabotase, bahaya serangan teroris, dan bahaya lainnya yang berada dari luar area Perusahaan.
3.2. Pengendalian Resiko
Pencegahan Terhadap Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
Pencegahan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan melakukan identifikasi resiko terhadap proses kerja yang ada serta dengan menerapkan hirarki pengendalian resiko. Selain itu untuk pencegahan penyakit akibat kerja (PAK), PT KAPM melakukan pemeriksaan kesehatan diantaranya pemeriksaan kesehatan awal, berkala serta khusus.
Langkah-langkah pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Potensi bahaya yang ditimbulkan dari bahan kimia yang disimpan dan atau digunakan, maka perusahaan telah melakukan pengendalian risiko atas potensi bahaya tersebut dengan melakukan beberapa langkah seperti pemeriksaan lingkungan kerja karyawan yang meliputi faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi serta melakukan medical check up (MCU)
BAB IV
RENCANA DAN PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Dalam menanggulangi kecelakaan besar penyebab bahan kimia seperti kebakaran dan tumpahan B3, baik karena kegagalan operasi maupun bencana alam, perusahaan telah melakukan upaya
perencanaan, mitigasi, pelaksanaan dan penanggulangan keadaan darurat sebagai berikut : 1. Identifikasi Bahaya Besar dan Keadaan Darurat
PT KAPM telah melakukan identifikasi bahaya besar dan keadaan darurat dalam menyusun rencana tanggap darurat dan mitigasi yang dapat timbul selama pekerjaan dilaksanakan. Adapun kondisi darurat yang ditetapkan adalah sebagai berikut : - Kebakaran
- Gempa Bumi - Huru – Hara - Ancaman Bom - Tumpahan B3 - Pencurian
Berdasarkan identifikasi, bahaya yang dapat timbul karena bahan kimia yaitu kebakaran dan tumpahan B3.
2. Sasaran Rencana Tanggap Darurat
Kesiapsiagaan tanggap darurat ini dibuat untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya keadaan darurat yang terjadi di lingkungan PT KAPM dengan tujuan meningkatkan kesadaran seluruh unsur terkait terhadap potensi keadaan darurat dalam operasi nya, membina sikap kesiapsiagaan serta meningkatkan kemampuan penanggulangan terhadap kemungkinan keadaan darurat yang terjadi dan digunakan untuk kesiagaan, pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat yang terjadi. PT KAPM telah memiliki SOP Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menanggulangi keadaan darurat.
Gambar 4. SOP Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
3. Skenario Tanggap Darurat
1. Penanganan Keadaan Darurat Karena Kebakaran
1. Saksi Mata melaporkan kejadian darurat kepada HSE Officer/Security melalui telepon atau berteriak “ADA KEBAKARAN…..”.
a. Jika keadaan darurat dalam skala kecil, Penanggungjawab/ Supervisor/Lapangan segera memerintahkan kepada petugas terkait untuk menanggulangi dengan menggunakan peralatan seperti APAR Portable (Powder), APAR Portable (Foam) dan Hydrant.
b. Jika keadaan darurat dalam skala besar, HSE Officer dan/atau Security akan menghubungi Fungsi Terkait, Management Representative dan Direktur Utama untuk mengaktifkan Tim Tanggap Darurat.
c. Tim Tanggap Darurat akan melakukan penananggulangan keadaan darurat dengan menggunakan peralatan seperti Fire Pump, Hydrant,dll.
d. Jika keadaan darurat dalam skala lebih besar lagi dan Tim Tanggap Darurat tidak mampu menanganinya maka HSE Officer dan/atau Emergency Coordinator akan menghubungi Instansi Terkait seperti Pemadam Kebakaran untuk membantu Tim Tanggap Darurat melakukanpenanggulangan.
2. Setalah selesai melakukan penanggulangan akan dibuat Berita Acara Investigasi Kejadian.
a) Jika skala kecil, petugas/penanggung-jawab area akan membuat Berita Acara Investigasi Kejadian untuk dilaporkan kepada Direktur Utama/Manager Terkait dalam waktu maksimal 2 x 24 jam.
b) Didalam laporan tersebut disebutkan penyebab kejadiannya dan besarnyakerugian yang ditimbulkan atau disebutkan berapa jumlah korban (jika ada)
c) Jika skalanya lebih besar lagi, HSE Officer dan Emergency Coordinator akan membuat membuat Berita Acara Investigasi Kejadian yang diketahuioleh Direktur Utama PT. KA Properti Manajemen untuk dilaporkan kepada Depertemen Pemerintahan Terkait dalam waktu maksimal 2 x 24 jam.
2. PENANGGULANGAN TUMPAHAN B3
a. Karyawan yang melihat terjadinya tumpahan bahan kimia lapor ke Tim penanganan tumpahan bahan B3 atau langsung lapor ke HSE Officer.
b. Tim Tanggap Darurat berkoordinasi dengan HSE Officer menuju tempat tumpahan.
c. Tim Tanggap Darurat menuju lokasi tumpahan dan mengkoordiasi penanganan tumpahan bahan kimia.
d. Tim Tanggap Darurat melakukan pembersihan di area kebocoran/tumpahan dengan Spill Kontrol Kit sesuai dengan karakteristik Bahan B3 berdasarkan dokumen SDS.
e. Hasil pembersihan Bahan B3 tersebut ditempatkan dalam wadah khusus dan diberi label Limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya. Limbah B3 tersebut dikelola sesuai dengan Prosedur Pengendalian Operasional (Terkait B3).
f. Tim Tanggap Darurat memastikan kebocoran atau tumpahan dapat ditangani dan limbah yang dihasilkan sudah dikelola dengan baik.
g. Tim Tanggap Darurat melakukan investigasi penyebab kejadian dan melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan, dan apabila diperlukan penyelidikan dapat dibantu oleh pihak luar (eksternal) PT. KA Properti Manajemen yang mempunyai kompetensi dan sesuai dengan jenis dan skala keadaan darurat yang terjadi.
h. Tim Tanggap Darurat membuat laporan tentang terjadinya tumpahan bahan kimia dan penanganan yang telah dilaksanakan dengan menggunakan BeritaAcara Kejadian dan melaporkan ke Emergency Coordinator.
3. PEMULIHAN KEADAAN DARURAT
1. Kegiatan pemulihan dilakukan oleh Tim Tanggap Darurat setelah keadaan darurat dapat diatasi dan dinyatakan kondisi aman.
2. Tim Tanggap Darurat mendata seluruh korban, sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan atau pencemaran yang ditimbulkan.
4. PENYELIDIKAN DAN INVESTIGASI 1) Setelah Terjadi Keadaan Darurat
a. Setelah kondisi dinyatakan aman, maka dilakukan penyelidikan penyebabkeadaan darurat yang telah terjadi berdasarkan laporan yang dibuat oleh karyawan yang melihat pertama kali (saksi mata) dan Tim Tanggap Darurat.
b. Penyelidikan dilakukan oleh tim internal PT. KA Properti Manajemen yang personelnya ditetapkan oleh Emergency Coordinator atau bisa meminta bantuan kepada pihak ke-3 yang mempunyai kompetensi dan sesuai dengan jenis dan skala keadaan darurat yang terjadi untuk pelaksanaan penyelidikan.
c. Tim investigasi internal maupun internal memiliki hak untuk menginterview seseorang dan memeriksa tempat kejadian, sesuai dengan kepentingan untuk mengumpulkan bahan-bahan atau data-data dalam rangka menyusun laporan.
d. Sistem dan metode investigasi agar mempergunakan peraturan- peraturan, standard, dan code yang relevan guna mendapatkan hasil- hasil yang konkrit dan objektif terutama sebagai titik tolak untuk pencegahan kejadian yang serupa atau claim asuransi.
e. Menyiapkan laporan untuk Direktur Utama berdasarkan hasil investigasi yang telah dilakukan.
2) Pelaporan Kecelakaan dan Penanganan Cedera
a. Setiap pekerja wajib melaporkan tiap kecelakaan dan insiden kerja kepada atasannya. Atasan yang menerima laporan akan melaporkan kejadian kepada HSE Officer.
b. Bila kondisi korban mengalami cedera yang serius atau memerlukan penanganan medis maka korban dilarikan ke rumah sakit .
c. Bila kondisi korban mengalami cedera ringan maka ditangani dengan fasilitas P3K yang ada.
d. HSE Officer akan melaporkan kejadian kepada VP Supervisory Management.
3) Penyelidikan Kecelakaan dan Insiden Kerja
1.5 Setiap terjadi kecelakaan/insiden maka lokasi kecelakaan tersebut diamankan untuk menjaga barang bukti yang ada.
1.6 HSE Officer yang menerima laporan kecelakaan/insiden segera menugaskan tim penyelidik ke lokasi kejadian secepatnya.
1.7 Tim penyelidik ini terdiri dari personil HSE Officer serta Fungsi terkait lainnya yang ditunjuk dan telah mendapatkan pelatihan mengenai kegiatan penyelidikan kecelakaan/insiden atau meminta jasa dari pihak eksternal yang berkompeten.
1.8 Tim melakukan kegiatan penyelidikan di lokasi kejadian sesuai dengan metode penyelidikan yang antara lain menanyakan kepada saksi, melihatbarang bukti, prosedur, foto, dll.
1.9 Setelah bukti-bukti dan informasi terkumpul, tim kemudian akan mengadakan rapat untuk membahas temuan, menentukan penyebab dan rekomendasi tindakan perbaikan/pencegahan yang akan diambil.
4) Pelaporan Hasil Penyelidikan Kecelakaan/Insiden
1.9.1.1.1 Tim melaporkan hasil penyelidikannya dengan menggunakan form incident report dan Investigation Report.
1.9.1.1.2 Laporan ini berisi usulan tindakan perbaikan dan atau pencegahan serta waktu dan penanggung jawab pelaksana tindakan tersebut sesuai kesepakatan dengan VP Supervisory Management.
1.9.1.1.3 Perwakilan dari tim kemudian akan form incident report dan InvestigationReport tersebut.
1.9.1.1.4 HSE Officer akan melaporkan hasil penyelidikan tim kepada ManagemenrRepresentative dan Direktur Utama.
5) Pemantauan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
1.9.1.1.4.1.1.1 Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, HSE Officer akan memantautindakan perbaikan dan pencegahan.
1.9.1.1.4.1.1.2 Status tindakan perbaikan dan pencegahan akan dicatat dalam formincident report dan Investigation Report.
1.9.1.1.4.1.1.3 Management Representative kemudian akan menandatangani laporan bila status tindakan perbaikan dan pencegahan selesai dilaksanakan.
6) Penanganan Penyakit Akibat Kerja
a. HSE Officer apabila menemukan adanya kasus penyakit akibat kerja akan menganalisa penyebabnya dan menyampaikan laporan temuan kasus tersebut dan rekomendasi tindakan perbaikan serta pencegahannya melalui form incident report dan Investigation Report kepada ManagementRepresentative.
b. Berdasarkanrekomendasi tersebut, Management Representative kemudian merencanakan kegiatan penerapan tindakan rekomendasi ini.
7) Pelaporan Kecelakaan/Penyakit Akibat Kerja
a. HSE Officer akan melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi kepada Ditjen Tenaga Kerja dengan kategori Fatal dan berat dalam jangka waktu tidak lebih dari 2 hari kerja.
b. HSE Officer akan melaporkan penyakit akibat kerja yang terjadi kepada dinas tenaga kerja setempat dalam waktu maksimal 2 hari kerja setelah penyakit tersebut dibuat diagnosanya.
c. Tiap tiga bulan sekali melalui HSE Officer akan dilaporkan statistik kecelakaan dan penyakit akibat kerja kepada Dinas Tenaga Kerja setempat.
4. Elemen Rencana Tanggap darurat a. Keterlibatan petugas pihak internal
Sesuai SOP Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat, PT KAPM memiliki tim tanggap darurat yang terdiri dari beberapa personil dari beberapa departemen.
Gambar 5. Struktur Organisasi Tim Tanggap Darurat
Pada tahapan ini masing masing Unit telah memiliki team tanggap darurat dan mekanismenya sudah cukup jelas adanya keterlibatan pihak internal maupun pihak eksternal.
Pihak internal memiliki kompetensi yang competence hal ini dapat dibuktikan kualifikasi atau sertifikatnya dan jam terbangnya. Semua pihak termasuk pengunjung harus mengikuti komando yang diberikan oleh petugas tersebut. Apabila ada perubahan tugas maka daftar petugas harus direvisi dan disampaikan ke P2K3 atau HSE.
5. Alarm dan Komunikasi
Setiap orang yang melihat kondisi tidak aman menekan tombol alarm apabila terjadi kebakaran di area perusahaan dan memberitahu kepada Supervisor. Secara keseluruhan alarm terdapat di masing masing unit. Alarm akan terhubung langsung ke Pos Satpam dan Satpam akan mengecek ke area terkait.
Sistem Alarm (Warning System)
a. Pemberitahuan keadaan darurat ke seluruh karyawan/para Pejabattertentu sedini mungkin, pada saat terjadinya keadaan darurat.
- Dalam keadaan darurat sirene akan dibunyikan oleh anggota Security atas perintah dari salah satu fungsionaris tersebut di bawah ini:
✓ Emergency Coordinator
✓ Management Representative
✓ HSE Officer
✓ Komandan Security Security
- Sirene tanda aman akan dibunyikan selama 2 (dua) menit terus- menerus, hanya atas perintah fungsionaris diatas.
- Bila terjadi evakuasi, Komandan Regu Penanggulangan akan memerintahkan petugas Security untuk mengumumkan di speaker/pengeras suara di setiap ruangan.
Jika internal tidak bisa menangani kondisi darurat, maka harus menghubungi pihak eksternal yang terkait :
Gambar 6. Emergency Call
BAB VIII PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Dari Bab Pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. PT KAPM telah mematuhi sejumlah regulasi dan undang-undang terkait keselamatan kerja dan lingkungan. Perusahaan telah mengimplementasikan berbagai prosedur keselamatan dan pengendalian risiko, termasuk penggunaan alat pelindung diri dan sistem pengendalian proses. Hal ini juga dibuktikan dengan sudah memperoleh sertifikasi SMK3.
2. PT KAPM secara garis besar telah melakukan penerapan K3 secara konsisten dan memadai.
8.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil inspeksi dan evaluasi kami, kami memberikan beberapa rekomendasi untuk perbaikan dan pengembangan sistem manajemen K3 di PT KAPM :
1. Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan: Perusahaan dapat meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan terutama mengenai penggunaan bahan kimia berbahaya, penanganan darurat, dan pemantauan proses. Ini akan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan karyawan tentang K3.
2. Evaluasi Penggunaan Bahan Kimia:
- Perusahaan dapat secara teratur mengevaluasi penggunaan bahan kimia berbahaya dalam penggunaannya. Ini termasuk pemantauan dampak jangka panjang dari penggunaan bahan kimia tersebut terhadap kesehatan karyawan dan lingkungan.
- Perusahaan dapat melakukan identifikasi pemakaian bahan kimia untuk memastikan pemenuhan peraturan Kepmenaker No 187/1999 tentang Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar
3. Peningkatan Komunikasi: Komunikasi internal dan eksternal mengenai K3 dan perubahan yang terkait harus ditingkatkan. Ini akan membantu dalam memastikan bahwa semua pihak terlibat dan memiliki pemahaman yang sama mengenai langkah-langkah keselamatan.
4. Audit K3 Rutin: PT KAPM menjalankan audit K3 rutin oleh pihak eksternal untuk memastikan pematuhan terhadap regulasi dan standar K3 yang berlaku.
5. Penetapan dokumen potensi bahan kimia berbahaya: mengidentifikasi potensi bahaya besar atau menengah.