LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS STASE REMAJA
Dosen Pembimbing Pendidikan: Yeni Rosyeni, SST., M.Keb Dosen Pembimbing Lapangan: Bdn. Temmi S.Keb
DI SUSUN OLEH : Dhea Sulistya
2450354103
PRODI STUDI PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, salawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW atas segala rahmat serta hidayah- Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari sepenuhnya akan segala kekurangan-kekurangan yang ada, baik isi, susunan kalimat, maupun cara penyajian materi ini, sehingga masih sangat jauh dari apa yang diharapkan, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Banyak pihak yang secara langsung dan tidak langsung berperan dalam penyusunan untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat ibu Yeni Rosyeni selaku dosen pembimbing pendidikan stase remaja
Penulisan ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas Stase Remaja pada program studi Profesi Bidan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jendral Acmad Yani Cimahi. Penulis tentu menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Bandung, 18 Desember 2024
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...2
Daftar Isi... 3
BAB I... 4
PENDAHULUAN... 4
A. Latar Belakang...4
B. Tujuan... 6
C. Manfaat...6
BAB II...7
TINJAUAN TEORI...7
A. Seks Bebas...7
1. Pengertian Seks Bebas...7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas...7
3. Faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas...9
4. Bahaya Seks Bebas... 10
B. Pernikahan Dini...11
1. Pengertian Pernikahan Dini...11
2. Faktor Penyebab Pernikahan Dini...11
3. Dampak Pernikahan dini...13
BAB III... 15
TINJAUAN KASUS...15
BAB IV... 20
PEMBAHASAN... 20
BAB V...22
PENUTUP...22
A. KESIMPULAN...22
B. Saran...22
Daftar Pustaka... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, salah satu fenomena masalah yang marak diperbincangkan ialah perilaku seks bebas pada remaja. Telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui tingginya angka kejadian perilaku seks bebas pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), diketahui 68% kalangan remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan seks.
Bahkan, dari hasil penelitian tahun 2009, juga disebutkan 87% kalangan remaja sudah pernah menonton film porno atau blue film. Terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung (BKKBN dalam arsip berita, 2010).
Di Indonesia, jumlah remaja yang berusia 10-24 tahun mencapai 65 juta orang atau 30 % dari total penduduk, dan sebanyak 15-20 % remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah (Andriani et al., 2022).
Hubungan seksual yang dilakukan remaja sekarang ini cukup memprihatinkan, karena perilaku kebebasan seks dari tahun ke tahun semakin meningkat. Penelitian tentang perilaku seksual remaja di empat kota (Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan) yang melibatkan 450 remaja memperoleh hasil 44 % responden mengaku punya pengalaman seksual ketika berusia 16-18 tahun dan 16
% lainnya punya pengalaman seksual ketika berusia 13-15 tahun.
Hal ini merupakan salah satu pemicu meningkatnya angka kejadian pernikahan dini, berdasarkan data BPS, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan angka pernikahan dini tertinggi di dunia, dengan jumlah wanita yang menikah sebelum usia 18 tahun diperkirakan mencapai 1.220.900 (Sofiani, 2022).
Berdasarkan data profil Anak Indonesia tahun 2018, sebanyak 39,17 % atau 2 dari 5 anak perempuan usia 10-17 menikah sebelum usia 15 tahun. Sekitar 37,91 % kawin di usia 16 tahun dan 22,92 % kawin di usia 17 tahun. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat ke tujuh tertinggi di dunia serta menduduki peringkat kedua di ASEAN (Puspasari et al., 2020).
Bukti menunjukkan bahwa setiap tahun hampir enam belas juta anak perempuan berusia 15-19 tahun melahirkan dan menyumbang 11% dari semua kelahiran di seluruh dunia. Sekitar 95% dari kelahiran ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (Morris and Rushwan, 2015). Negara yang mempunyai angka penerapan pernikahan dini yang cukup tinggi adalah negara Afrika dan Asia, dilaporkan Asia Tenggara memiliki kurang lebih 10 juta remaja usia di bawah 19 tahun yang melakukan pernikahan dini. Di Afrika, remaja dengan usia 19 tahun melakukan pernikahan dini sebanyak 42% (UNFPA-UNICEF, 2020).
Pernikahan dini cenderung terjadi pada remaja putri, 3 kali lebih besar dibanding remaja laki-laki. Pernikahan usia dini sangat berkaitan dengan kemiskinan. Kehamilan di usia kurang dari 17 tahun meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak dan sangat berkorelasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu(Ningsi, 2022)
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar teori mengenai seks bebas 2. Untuk mengetahui dasar teori mengenai pernikahan dini
C. Manfaat
Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam melakukan pelayanan kesehatan terutama mengenai Kesehatan pada remaja
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Seks Bebas
1. Pengertian Seks Bebas
Pengertian seks bebas menurut Kartono merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Desmita pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma.
Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum.(Kuswandi, 2021).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas
Menurut Sarlito W. Sarwono (2005), faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada individu adalah sebagai berikut:
a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual.
Peningkatan hasyrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkahlaku seksual tertentu.
b. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain).
c. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama yang berlaku di mana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Individu yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melakukan hal tersebut.
d. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku pornografi, foto, majalah, internet, dan lain- lain) menjadi tidak terbendung lagi. Individu yang sedang dalam priode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya
e. Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak. Bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
f. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria
3. Faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas
Ulfa (2012) dalam penelitiannya, faktor-faktor yang meyebabkan seseorang berperilaku seks bebas adalah sebagai berikut:
1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya.
Lingkungan pergaulan yang dimasuki seseorang dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks. Bagi individu tersebut tekanan dari teman-temannya itu dirasakan lebih kuat daripada yang didapat dari pacarnya sendiri.
2. Adanya tekanan dari pacar
Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan risiko yang akan dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak pada orangtuanya.
3. Adanya kebutuhan badaniyah Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali pelajar dan mahasiswa sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dengan risiko yang dihadapinya.
4. Rasa penasaran Pada usia belia (remaja) keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya informasi yang tidak terbatas masuknya,
maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
5. Pelampiasan diri Faktor ini tidak datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja biasanya berpendapat sudak tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjeruumuskannya dalam pergaulan bebas
4. Bahaya Seks Bebas
1. Memaksa remaja tersebut dikeluarkan daritempat pendidikan, sementara secara mental mereka tidak siap untuk dibebani masalah ini.
2. Kemungkinan terjadinya aborsi yang tak bertanggung jawab dan membahayakan, karena mereka merasa panik, bingung dalam menghadapi resiko kehamilan dan dan akhirnya mengambil jalan pintas dengan cara aborsi.
3. Pengalaman seksualitas yang terlalu dini sering memberi akibat di masa dewasa. Seseorang yang sering melakukan hubungan seks pranikah tidak jarang akan merasakan bahwa hubungan seks bukan merupakan sesuatu yang sakral lagi sehingga ia tidak akan dapat menikmati lagi hubungan seksual sebagai hubungan yang suci melainkan akan merasakan hubungan seks hanya sebagai alat untuk memuaskan nafsunya saja.
4. Hubungan seks yang dilakukan sebelum menikah dan berganti-ganti pasangan sering kali menimbulkan akibat-akibat yang mengerikan sekali
bagi pelakunya, seperti terjangkitnya berbagai penyakit kelamin dari yang ringan sampai yang berat (Egziabher & Edwards, 2013).
B. Pernikahan Dini
1. Pengertian Pernikahan Dini
Pernikahan dini adalah pernikahan yang berlangsung pada umur di bawah usia produktif yaitu kurang dari 20 (dua puluh) tahun pada wanita dan kurang dari 25 (dua puluh lima) tahun pada pria.
Pernikahan dini merupakan perkawinan dibawah umur, dalam hal ini persiapan seorang anak atau remaja belum sepenuhnya maksimal, baik dalam persiapan mental, psikis, bahkan materinya. Ketika pernikahan dilakukan di usia dini, remaja belum cukup memiliki pengetahuan tentang pernikahan, keluarga, dan belum mengetahui bagaimana manajemen konflik yang baik. Sehingga hal tersebut akan menimbulkan pertengkaran dalam keluargan dan membuat pernikahannya kurang harmonis.
2. Faktor Penyebab Pernikahan Dini
Ada bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pernikahan dini seperti halnya faktor ekonomi, pendidikan yang rendah, budaya dan adat, kemauan sendiri, dan pergaulan bebas. Secara lebih detail berikut penjelasan faktor-faktor pernikahan dini yaitu :
a. Faktor Ekonomi
Kesulitan ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pernikahan dini, keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi akan
cenderung menikahkan anaknya pada usia muda. Pernikahan ini merupakan solusi bagi kesulitan ekonomi keluarga, dengan menikah diharapkan akan mengurangi beban ekonomi keluarga, sehingga akan sedikit dapat mengatasi kesulitan ekonomi.
b. Faktor Pendidikan
Pendidikan remaja memiliki hubungan sebab akibat terhadap kejadian pernikahan dini. Remaja yang berpendidikan rendah mempengaruhi kejadian pernikahan usia dini, semakin rendah pendidikan remaja maka semakin beresiko untuk melakukan pernikahan usia dini karena kurangnya kegiatan atau aktifitas remaja sehari-hari sehingga remaja memilih melakukan pernikahan usia dini. Begitu juga sebaliknya semakin tinggi pendidikan remaja maka semakin lama untuk melakukan pernikahan, sehingga remaja terhindar dari pernikahan usia dini.
c. Faktor orang tua
Pernikahan dini juga dapat disebabkan karena pengaruh bahkan paksaan orang tua. Ada beberapa alasan orang tua menikahkan anaknya secara dini, karena khawatir anaknya terjerumus dengan pergaulan bebas dan berakibat negatif, orang tua ingin melanggengkan hubungan dengan relasi atau anak relasinya.
d. Kebiasaan atau adat istiadat
Adat istiadat yang diyakini masyarakat tertentu semakin menambah persentase pernikahan dini. Misalnya keyakinan bahwa tidak boleh
menolak pinangan seseorang pada putrinya walaupun masih dibawah umur usia 18 (delapan belas) tahun, karena hal tersebut akan dianggap menghina pihak yang melamar sehingga hal tersebut menyebabkan orang tua menikahkan putrinya
e. Seks Bebas
Terjadinya kehamilan di luar nikah, karena anak-anak melakukan hubungan yang melanggar norma, memaksa mereka untuk melakukan pernikahan dini, guna memperjelas status anak yang dikandung. Pernikahan ini memaksa mereka menikah dan bertanggung jawab untuk berperan sebagai suami istri serta menjadi ayah dan ibu, sehingga hal ini berdampak pada penuaan dini, karena mereka belum siap lahir batin. Disamping itu, dengan kehamilan anak diluar nikah membuat ketakutan orang tua, sehingga hal tersebut mendorong orang tua menikahkan anak pada usia muda.
3. Dampak Pernikahan dini a. Dampak Ekonomi
Anak remaja yang usianya dibawah 18 (delapan belas) tahun sering kali belum mapan atau tidak memiliki pekerjaan yang layak dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang rendah. Hal tersebut menyebabkan anak yang sudah menikah masih menjadi tanggung jawab keluarga khususnya orang tua dari pihak laki-laki (suami).
Akibatnya orang tua memiliki beban ganda, selain menghidupi keluarga, mereka juga harus menghidupi anggota keluarga baru.
Kondisi ini akan berlangsung secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya sehingga kemiskinan struktural akan terbentuk
b. Dampak Kesehatan
Menikah muda memiliki risiko tidak siap melahirkan dan merawat anak, dan apabila mereka melakukan aborsi, maka berpotensi melakukan aborsi yang tidak aman dan dapat membahayakan keselamatan bayi dan ibunya sampai kepada kematian
c. Dampak Psikologis
Bagi pelaku pernikahan di bawah umur secara psikis mereka belum siap, karena pada usia tersebut mereka pada dasarnya masih ingin bebas seperti teman-teman yang lain, pergi sekolah dan bekerja tanpa tanggung jawab terhadap suami ataupun anak. Mereka masih labil sehingga kadang merasa resah dan marah-marah tanpa alas an.(Latifah, 2018)
BAB III TINJAUAN KASUS
Nama pengkaji : Dhea Sulistya Tanggal Pengkajian : 16-12-2024
Jam Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat : Puskesmas Rancaekek
I. DATA SUBYEKTIF
Identitas / Biodata
Nama :Ny. L Nama Suami :Tn. D
Umur :16 Tahun Umur :19 Tahun
Suku/Kebangsaan :Sunda/Indonesia
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMP Pendidikan :SMP
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :BHL
Alamat rumah :Linggar 02/11 Alamat Rumah : Linggar 02/11
Status Kesehatan
1. Datang pada tanggal :16 Desember 2024 Pukul : 08.00 2. Alasan Kunjungan ini:
√ Pertama
3. Keluhan – keluhan : Tidak Rasa Lelah : Tidak ada Mual dan muntah yang lama: Tidak ada Nyeri perut : Tidak ada Panas, menggigil : Tidak ada
Sakit kepala berat/ terus menerus: Tidak ada Rasa nyeri/ panas waktu BAK : Tidak ada
Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : Tidak ada Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada
Anemia : Tidak ada
Infeksi sistem genital,PMS atau infeksi panggul: Tidak ada
Kanker Serviks : Tidak ada
Perdarahan saat berhubungan : Tidak ada 4. Riwayat menstruasi :
a. Haid pertama : Umur 13Tahun
b. Siklus : 28 Hari
c. Banyaknya : 4x ganti/ hari d. Dismenorrhoe : Tidak
e. Teratur/tidak : Teratur f. Lamanya : 7 hari g. Sifat darah : Cair h. Keputihan : Tidak
5. Riwayat Penyakit :
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita : : Tidak ada Jantung : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada Asma/TBC : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada D . M. : Tidak ada Hipertensi : Tidak ada
HIV : Tidak ada
IMS : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada Lain – lain : Tidak ada b. Riwayat penyakit keluarga.
Jantung : Tidak ada Hipertensi : Tidak ada
D. M. : Tidak ada c. Riwayat Sosial.
Perkawinan : Kawin
Status perkawinan : Sah Kawin : 1Kali
Kawin : Umur : 15 Tahun, dengan suami umur : 18 Tahun Lamanya : 1 Tahun, Anak : 0 Orang
II. DATA OBYEKTIF Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum Kesadaran : CM
Tanda- tanda vital :
T/D : 111/78 mmHg N :82x/m R : 22x/m T : 36,7
Tinggi Badan : 155 Cm.
Berat badan : 58 Kg 2. Kepala
Muka : Oedem : Tidak
Mata : Konjungtiva : Merah muda Sklera mata : Putih 3. Leher
JVP : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan 4. Dada dan Payudara.
a. Dada :Normal
b. Payudara.
Bentuk : Simetris Rasa Nyeri : Tidak Benjolan : Tidak 5. Pemeriksaan Abdomen
Hepar, Terdapat pembengkakan : Tidak Supra Pubik, terdapat benjolan : Tidak Daerah perut :
Nyeri : Mulas Benjolan : Tidak
Kandung kemih , penuh/tidak : Tidak penuh Uterus : Normal
Pembesaran : Tidak Letak : Normal Tumor : Tidak 6. Ekstremitas Bawah Varises :Tidak
7. Genetalia Vulva / Vagina
Oedem : Tidak
Pengeluaran pervaginam : Tidak Varises di daerah labia minora : Tidak Kelenjar Skene dan Bartholini
Pembengkakan : Tidak
Rasa nyeri : Tidak
Serviks :
Pengeluaran : Tidak
Inflamasi/lesi/luka merah : Tidak
Tanda Chadwick : Ya
Polip : Tidak
Nyeri Fornik posterior : Tidak
d. Kelainan lain : Tidak
8. Anus
Tumor pada cavum douglasi : Tidak
Nyeri pada permukaan posterior antara uterus dan rectum : Tidak (indikasi endometriosis)
Data Penunjang
a. Laboratorium.
Tidak dilakukan pemeriksaan
III. ANALISA
Diagnosa : Remaja Usia 16 Tahun
Masalah : Pernikahan dini
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
2. Memberikan KIE mengenai kehamilan yang sehat
3. Menganjurkan klien melakukan kunjungan ulang jika merasakan tanda tanda kehamilan
4. Memberikan KIE mengenai kontrasepsi 5. Memberikan KIE mengeanai pola nutrisi
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas tentang asuhan yang diberikan kepada Ny.L, dilihat dari usia Ny.L yang baru menginjak 16 tahun, menunjukan bahwa pernikahan ini termasuk kedalam kategori pernikahan dini. Sebagaimana teori definisi dari pernikahan dini yaitu pernikahan yang berlangsung pada umur di bawah usia produktif yaitu kurang dari 20 (dua puluh) tahun pada wanita dan kurang dari 25 (dua puluh lima) tahun pada pria.
Dilihat dari usia yang masih muda maka asuhan yang diberikan meliputi KIE mengenai kehamilan yang sehat, klien dianjurkan untuk menunda kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi, klien dianjurkan untuk melakukan kunjungan ulang jika merasakan tanda tanda kehamilan, klien diberikan KIE mengenai pola nutrisi yang baik bagi remaja.
Hal ini dilakukan sebagai salah satu Upaya preventif agar mengurangi dampak dari pernikahan dini yaitu dari segi ekonomi yang mana mereka belum mapan atau tidak memiliki pekerjaan yang layak dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang rendah. Kemudian dari segi Kesehatan, organ reproduksi yang belum matang mengharuskan klien untuk menunda kehamilan agar kehamilannya dapat berjalan secara fisiologis dan minim komplikasi, Selain itu dari segi psikologis, secara psikis mereka belum siap, karena pada usia tersebut mereka pada dasarnya masih ingin bebas seperti teman-teman yang lain, pergi sekolah dan bekerja tanpa tanggung jawab terhadap suami ataupun anak. Mereka masih labil sehingga kadang merasa resah dan marah-marah tanpa alasan.(Latifah, 2018)
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang berlangsung pada umur di bawah usia produktif yaitu kurang dari 20 (dua puluh) tahun pada wanita dan kurang dari 25 (dua puluh lima) tahun pada pria. Data Subjektif menunjukan Ny.L berusia 16 Tahun dan Tn.D berusia 19 tahun. Artinya pernikahan ini termasuk kedalam kategori pernikahan dini
B. Saran
Tenaga Kesehatan harus bisa melakukan upaya preventif ketika menemukan klien yang menikah di usia dini, agar bisa mengurangi dampak atau resiko dari pernikahan dini tersebut.
Daftar Pustaka
Egziabher, T. B. G., & Edwards, S. (2013). Landasan Seks Bebas. Africa’s Potential for the Ecological Intensification of Agriculture, 53(9), 1689–1699.
Kuswandi, P. (2021). Pengetahuan Seks Bebas Dengan Perilaku Yang Mengarah Ke Seksualitas. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
Latifah, A. N. (2018). Problematika Pernikahan Dini Di Kecamatan Bojonegoro.
Journal Kesehatan, 3(5), 12–23.
http://etheses.iainkediri.ac.id/679/%0Ahttp://etheses.iainkediri.ac.id/
679/3/933700514-bab2.pdf
Ningsi, N. (2022). Seks Bebas Dan Pernikahan Dini Masalah Utama Remaja (Remaja Dan Kesehatan Reproduksi Untuk Hari Esok Yang Lebih Baik.
Seminar Dan Call For Paper, 36–51.