LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI 1. Konsep Dasar
a. Pengertian
Halusinasi Adalah Suatu Keadaan Dimana Seseorang Mengalami Perubahan Pada Pola Stimulus Yang Mendekat (Yang Diprakarsai Secara Internal Dan Eksternal) Disertai Dengan Suatu Pengurangan Berlebih-Lebihan Atau Kelainan Berespons Terhadap Stimulus (Fitria, 2021).
Halusinasi Adalah Salah Satu Gejala Gangguan Sensori Persepsi Yang Dialami Oleh Pasien Gangguan Jiwa. Pasien Merasakan Sensasi Berupa Suara, Penglihatan, Pengecapan, Perabaan, Atau Penghiduaan Tanpa Adanya Stimulus Yang Nyata (Keliat, 2021)
Halusinasi Adalah Hilangnya Kemampuan Manusia Dalam Membedakan Rangsangan Internal ( Pikiran ) Dan Rangsangan Eksternal ( Dunia Luar ). Klien Memberi Persepsi Atau Pendapat Tentang Lingkungan Tanpa Ada Objek Atau Rangsangan Yang Nyata (Kusumawati & Hartono, 2021).
b. Rentan Respon
Trimelia (2020) menyatakan bahwa berbagai respon perilaku klien yang terkait dengan fungsi otak disebut dengan respon neurobiologist.
Gangguan respons neurobiologist ditandai dengan gangguan sensori persepsi halusinasi. Gangguan respons neurobiologist atau respons neurobiologist yang maladatif ini terjadi karena adanya :
1. Lesi pada area frontal, temporal, dan limbik sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada otak dalam memproses informasi.
2. Ketidakmampuan otak untuk menyeleksi stimulus
3. Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lainnya.
Rentang respon neurobiologis
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikiran(pikiran kotor) Gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Perilaku disorganisasi
dengan pengalaman atau kurang Isolasi sosial
Perilaku sesuai Perilaku aneh dan tidak biasa Hubungan sosial Menarik diri
Gambar 1.2 Rentang Respon Halusinasi
Rentang respon neurobiologist tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Respon Adaptif
Respon Adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma- norma social budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut , adapun bagian dari respon adaptif meliputi:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi Akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli.
d. Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
2. Respon Psikososial
Respon psikososial meliputi :
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap atau tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
3. Respon Maladatif
Respon maladatif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan , adapun respon maladatif meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
e. Isolasi social adalah upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan.
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi yang maladaptive. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tidak ada.
C. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala halusinasi menurut sutejo (2017) dapat dinila dari hasil observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala pada pasien halusinasi adalah:
a. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien atau keluarga dengan gangguan sensori halusinasi mengatakan bahwa dirinya:
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster.
5. Mencium bau-bauan busuk ataupun wangi seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.
6. Merasakan rasa seperti merasakan makanan atau rasa tertentu yang tidak nyata
7. Merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya seperti yang mengerayap seperti serangga, makhluk halus
8. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data objektif adalah data yang didapatkan pada pasien yang tampak secara langsung. Pasien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi melakukan hal-hal berikut:
1. Bicara atau tertawa sendiri 2. Marah-marah tanpa sebab
3. Mengarahkan telinga menjadi arah tertentu 4. Menutup telinga
5. Menunjuk-nunjuk menjadiarah tertentu 6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
D. Factor Penyebab
1. Faktor Predisposisi (Fitria, 2021)
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.
Faktor predisposisi dapat meliputi : faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis dan genetic.
a) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
b) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya.
c) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
d) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
2. Faktor Presipitasi (Fitria, 2021)
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
E. Proses terjadinya
Halusinasi berkembang melalui empat fase menurut (Kusumawati, 2019) yaitu sebagai berikut:
1. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase Comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristiknya : Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua
Disebut dengan fase Condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikkan , termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda system syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
3. Fase Ketiga
Adalah fase Controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku Klien : Kemauan dikendalikan halusinasi , rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat
Adalah fase Conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku Klien : perilaku terror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping dari Halusinasi adalah : a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepadavorang lain.
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan menurut Iyan (2021), penatalaksanaa halusinasi ada beberapa seperti psikofarmakoterapi, psikoterapi dan rehabilitas yang diantaranya terapi aktivitas (TAK) dan rehabilitasi.
a. Psikofarmakoterapi Salah satu dari gejala halusinasi adalah skizoprenia.
Dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik dapat mengurangi dan menurunkan halusinasi. Adapun di antaranya adalah:
a. Antipsikoti
Indikasi utama dari obat golongan ini yaitu untuk penderita gangguan psikotik (Skizofrenia atau psikotik lainnya). Seperti obat antipsikotik yaitu: Chlorpromazine, Trifluoperazin. Thioridazin, Haloperidol, Klorprotixen, Lokaspin dan Pimozide. Efek utama dari obat antipskotik menyerupai gejala psikotik seperti gangguan proses pikir (waham), gangguan persepsi (halusinasi), aktivitas psikomotor yang berlebihan (agresivitas), dan juga memiliki efek sedatif serta efek samping ekstrapiramidal. Efek samping yang dapat terjadi yaitu kegelisahan motorik, tremor, kasar, febris tinggi, kejang-kejang, penurunan tekanan darah, mulut kering, inkontinensia urin.
b.
AntidepresanGolongan obat-obatan yang mempunyai khasiat mengurangi atau menghilangkan gejala depresif. Contoh obat antidepresan yaitu:
Imiparamin, Maprotilin, Setralin dan paroxetine. Efek samping yang 12 dapat terjadi adalah hipotensi, hipertensi, perubahan pada gambaran EKG, obtipasi, mulut dan tenggorokan kering, mual dan sakit kepala.
c. Antiansictas
Golongan obat yang dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan yang patologis tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kogniti
H. Prinsip tindakan Keperawatan
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Diharapkan klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari :
a) Terapi Aktivitas
1) Terapi Musik, Fokus pada : mendengar, memainkan alat music, bernyanyi yaitu menikmati dengan relaksasi jenis music yang disukai klien.
2) Terapi Seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
Terapi menari
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan klien melalui gerakan tubuh.
3) Terapi Relaksasi
Fokus : belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : Meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.
4) Terapi Sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.
5) Terapi kelompok
(a) Group Therapy (Terapi kelompok) (b) Terapeutik Group (Terapi terapeutik)
(c) Adjuntive Group Activity Therapy (Terapi Aktivitas Kelompok)
6) Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga ( home like atmosphere).
2. Asuhan Keperawatan Teoritis, Terdiri Dari : A. Pengkajian
1. Identitas: Nama, usia, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pekerjaan, daninformasi demografis lainnya.
2. Alasan Masuk: Gejala halusinasi, durasi, frekuensi, intensitas, danpengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari.
3. Faktor Predisposisi: Riwayat kesehatan mental, riwayat penggunaan zat terlarang, riwayat trauma atau stres, riwayat penyakit fisik, dan riwayat keluarga dengan gangguan mental.
4. Penilaian Fisik: Tanda vital, status nutrisi, gangguan tidur, tanda-tanda penyalahgunaan zat, dan tanda-tanda komplikasi fisik.
5. Penilaian Psikososial: Dukungan sosial, tingkat kecemasan, tingkat stres, kemampuan koping, dan kualitas hubungan interpersonal.
6. Hubungan Sosial: Keluarga, teman, atau dukungan sosial lainnya.
7. Penilaian Spiritual: Keyakinan dan praktik spiritual, sumber harapan dankekuatan spiritual.
8. Status Mental: Penilaian terhadap orientasi, kognisi, mood, persepsi, dantingkat kesadaran.
9. Kebutuhan Persiapan Pulang: Dukungan sosial
setelah pulang, rencanaperawatan lanjutan, dan edukasi untuk keluarga.
10. Mekanisme Koping: Strategi koping yang digunakan dalam menghadapihalusinasi.
11. Masalah Psikososial: Perasaan cemas, isolasi sosial, dan perubahan dalamkeseimbangan kehidupan sehari- hari.
12. Pengetahuan: Tingkat pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental,pengobatan, dan strategi koping yang efektif.
13. Aspek Medis: Gangguan fisik yang mungkin mempengaruhi keadaan mentalpasien, serta rencana pengobatan medis
B. Daftar Masalah
Masalah keperawatan klien yang muncul pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi adalah : ( Fitria, 2021).
1. Risiko Mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi.
3. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
4. Harga diri rendah
C. Pohon Masalah 1. Pohon masalah
Pohon masalah adalah kerangka berpikir logis yang berdasarkan prinsip sebab dan akibat yang terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat (Fitria, 2021).
Effect
Core Problem
Causa
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
D. Intervensi
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil
Intervensi
Gangguan persepsi sensori
D.0085
Definisi : perubahan persepsi tentang stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×8 jam diharapkan pesepsi sensori membaik Kriteria Hasil :
Verbalisasi mendengar bisikan 1-5.
Verbalisasi melihat bayanan 1-5.
Manajemen Halusinasi Observasi
Monitor perilaku yang
mengindikasikan halusinasi
Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
berkurang, berlebihan atau terdistorsi
.
Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra perabaan.
Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra penciuman.
Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra
pengecapan.
Distorsi Sensori
Perilaku Halusinasi
Menarik diri
Melamun
Curiga
Mondar mandir
Respons sesuai stimulus
konsentrasi
Monitor isi halusinasi (mis:
kekerasan atau membahayakan diri)
Terapeutik
Pertahankan lingkungan yang aman
Lakukan Tindakan keselamatan Ketika tidak dapat
mengontrol
perilaku (mis: limit setting, pembatasan wilayah,
pengekangan fisik, seklusi)
Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi
Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
Edukasi
Anjurkan
memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi
Anjurkan melakukan distraksi (mis:mendengarkan music, melakukan aktivitas dan Teknik relaksasi
)
Ajarkan pasien dan keluarga cara
mengontrol halusinasi Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu
c. Implementasi
Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan berdasarkanStrategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing masalah utama. Pada masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran, yaitu SP klien terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi halusinasi “jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, perasaan dan respon halusinasi”, mengajarkan cara menghardik, memasukan cara menghardik ke dalam jadwal; SP 2 (mengevaluasi SP 1, mengajarkan cara minum obat secara teratur, memasukan ke dalam jadwal); SP (mengevaluasi SP 1 dan SP 2, menganjurkan klien untuk mencari teman bicara); SP 4 (mengevaluasi SP 1, SP 2, dan SP 3, melakukan kegiatan terjadwal). Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang
diharapkan, dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan serta respon klien (Telaumbanua,2021).
d. Evaluasi
Evaluasi adalah proses hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.halusinasi pendengaran tidak terjadi perilaku kekerasan,
klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasi dengar dari jangka waktu 4x24 jam didapatkan data subjektif pasien mampu melakukan beberapa teknik mengontrol halusinasi. Data objektif pasien tampak berbicara sendiri saat halusinasi itu datang, pasien dapat berbincang-bincang dengan orang lain, pasien mampu melakukan aktivitas terjadwal, dan minum obat secarateratur (Keliat, 2021).
Daftar Pustaka
Direja, Ade Herman Surya. 2020. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Fitria, Nita. 2021. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2021. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC
Trimelia. 2019. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: Trans Info Media