• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Kejang Demam

N/A
N/A
Kiki Kk

Academic year: 2023

Membagikan "Laporan Pendahuluan Kejang Demam "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh

Nama : Riska Cahya Fitriyani

NIM 4006200042

Pembimbing Klinik

( Bpk. Ali Musthofa, S.Kep., M.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

2020

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi

Kejang demam adalah ganguan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Berbagai kesimpulan telah dibuat oleh para peneliti bahwa kejang demam bisa berhubungan dengan usia, tingkatan suhu tubuh serta kecepatan peningkatan suhu tubuh, termasuk faktor hereditas juga berperan terhadap bangkitan kejang demam lebih banyak dibandingkan dengan anak normal (Sodikin, 2012).

Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38ºC). (Riyadi & Sukarmin, 2009).

Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun yang disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 102ºF atau 39ºC. Tetapi kejang tidak harus terjadi ketika suhu lebih dari 39ºC karena pada pada demam yang temperaturnya lebih rendah dari 39ºC pun juga dapat terjadi kejang (Marmi, 2016).

Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kejang yang diakibatkan karena gangguan syaraf otak pada anak – anak. Gangguan syaraf otak tersebut terjadi karena disebabkan kenaikan suhu (suhu rektal di atas 38 C).

B. Anatomi dan Fisiologi 1. Otak Besar

Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.

Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berfikir, analisa, logika, bahasa, perasaan, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.

Otak besar/Cerebrum terbagi menjadi empat bagian yang disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus.

a. Lobus Frontal

(3)

Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari Otak besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, control perasaan, control perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

b. Lobus Parietal

Berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan, sakit

c. Lobus Temporal

Berada dibagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan Bahasa bicara atau komunikasi dalam bentuk suara.

d. Lobus Occipital

Bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata

2. Otak Kecil (Cerebellum)

Otak kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis pada otak, diantaranya:

a. Mengatur sikap atau posisi tubuh b. Mengontrol keseimbangan

c. Koordinasi otot dan Gerakan tubuh

Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi.

3. Batang Otak (Brainsterm)

Mekoordinasngatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight ( menghadapi atau menghindar ) saat datangnya ancaman. Batang Otak terdiri dari 2 bagian, yaitu:

a. Mesenchepallon

(4)

Disebut Otak Tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakanmata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran

b. Diencephallon

Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak di depan mesencephalon, terdiri dari:

1) Thalamus

Yang terletak diantara korteks otak besar dan otak tengah yang berfungsi untuk menyampaikan impuls / sinyal motorik menuju korteks otak besar dan medulla spinalis.

2) Hipotalamus

Adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah nucleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu.

Hipotalamus merupakan pusat control autonom. Salah satu fungsi yang penting adalah karena terhubung dengan sistem syaraf dan kelenjar hipofisis yang merupakan salah satu homeostasis sistem endokrin yaitu fungsi neuron endokrin yang berpengaruh terhadap sistem syaraf otonom sehingga dapat menjaga homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh, perilaku konsumsi dan emosi.

Hipotalamus merupakan bagian yang tidak erpisahkan dari system limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju kortek sotak besar. Akson dari berbagai system indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan menuju korteks otak besar. Hipotalamus berfungsi juga mengirim sinyal menuju kelenjar adrenal yaitu epinephrine dan norepinephrine yang mensekresikan Anti diuretic Hormon (ADH), Oksitosin, dan Regulatori

(5)

Hormon.

4. Medulla Oblongata

Adalah titik awal syaraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari medulla spinalis menuju otak. Medulla Oblongata mempengaruhi reflek fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepata nrespirasi, fungsi pencernaan. Selain itu juga mengatur gerak reflex lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

5. Pons

Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan. Adalah bagian otak yang berupa serabut syaraf yang menghubungkan dua belahan otak kecil (kiri dan kanan). Pons juga menghubungkan korteks otak dan medula.

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala anak yang mengalami kejang demam adalah sebagai berikut : 1. Demam

2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang – kadang nafas dapat berhenti beberapa saat.

3. Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai kebelakang, disusul gerakan kejut yang kuat

4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik ke atas.

5. Gigi terkatup dan kadang disertai muntah.

6. Nafas dapat berhenti beberapa saat.

7. Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil.

(6)

D. Etiologi

Penyebab terjadinya demam, yaitu:

1. Demam itu sendiri disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroentirits, ISK

2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme

3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi 4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus)

E. Patofisiologi

Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat. Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar toksik keseluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen

Penyebaran toksik keseluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu tubuh dibagian yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.

Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostlaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase deplorasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang (Sujono & Sukarmin, 2009).

(7)

F. Gambar

(8)

G. Klasifikasi

Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Kejang demam sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat yaitu kurang dari 15 menit. Dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa Gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24jam

2. Kejang demam kompleks

Kejang berlangsung lebih dari 15menit, kejang fokal atau parsial, kerjang berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam

(Wulandari & Ernawati, 2016) H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksan penunjang untuk penyakit kejang demam adalah:

1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk penyebab demam atau kejang, pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis, dan biakan darah, urin atau feses.

2. Pemeriksaan cairan serebrosphinal dilakukan untuk menegakan atau kemungkinan terjadinya meningitis. Pada bayi kecil sering kali sulit untuk menegakan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan fungsi lumbal, fungsi lumbal dilakukan pada:

 Bayi usia kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan

 Bayi berusia 12 – 18 bulan dianjurkan

 Bayi lebih usia dari 18 bulan tidak perlu dilakukan

3. Pemeriksaan elektroenselografi (EEG) tidak direkomendasikan.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya:

kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, kejang demam fokal.

4. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jika ada indikasi:

 Kelainan neurologis fokal yang menetap atau kemungkinan adanya lesi struktural di otak.

 Terdapat tanda tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah berulang, ubun-ubun menonjol, edema pupil)

(Pudjiaji, 2010).

(9)

I. Penatalaksanaan Medis

Menurut, Judha & Rahil (2011), menyatakan bahwa dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu : Pemberantasan kejang secepat mungkin, apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :

1. Segera diberikan diazepam dan pengobatan penunjang

2. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.

3. Pembebasan jalan napas dengan cara kepala dalam posisi hiperekstensi miring, pakaian dilonggarkan, dan pengisapan lendir. Bila tidak

4. membaik dapat dilakukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi.

5. Pengobatan rumat

Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis per hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.

6. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, ensefalografi

J. Komplikasi

Komplikasi kejang demam yaitu : 1. Pneumonia

2. Epilepsy 3. Asfiksia

4. Retardasi mental

5. Cedera fisik, khususnya laterasi dahi dan dagu.

6. Kerusakan jaringan otak 7. Aspirasi

(10)

8. Aspiksia

K. Diagnosa Banding

1. Meningitis Bakterial AKut 2. Meningitis Viral

3. Ensefalitis viral 4. Enselopati akut 5. Epilepsi

L. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Data Fokus Pengkajian

Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan kejang demam meliputi:

a. Biodata / identitas

Biodata anak yang mencakup nama,jenis kelamin. Biodata orang tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi:nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,penghasilan,alamat.

b. Riwayat penyakit

1) Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan:

a) Jenis,lama,dan frekuensi kejang

b) Demam yang menyertai,dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang,maka diketahui apakah infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang.

c) Jarak antara timbulnya kejang dengan demam d) Lama serangan

e) Pola serangan, apakah bersifat umum,fokal,tonik,klonik

f) Frekuensi serangan,apakah penderita mengalami kejanng sebelumnya umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali,dan berapa frekuensi kejang pertahun.Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.

g) Keadaan sebelum,selama dan sesudah serangan.

h) Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan

tertentu yang dapat menimbulkan kejang

misalnya,lapar,mual,muntah,sakit kepala dan lain-lain i) Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya

(11)

j) Sesudah kejang perlu ditanyakan pakah penderita segera sadar,tertidur,kesadran menurun,ada paralise,menangis.

2) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai

Apakah muntah,diare,trauma kepala,gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi),gagal jantung, kelainan jantung,DHF,ISPA,dan lain-lain.

3) Riwayat penyakit dahulu

Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya,umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali.Apakah ada riwayat trauma kepala,radang selaput otak,dan lain-lain.

c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester,apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil.Riwayat trauma,perdarahan pervagina sewaktu hamil,penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil.Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar,spontan atau dengan tindakan,perdarahan ante partum,asfiksia dan lain lain.Keadaan selama neonatal apakah bayi panas,diare muntah,tidak mau menetekdan kejang-kejang.

d. Riwayat Kesehatan keluarga

1) Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (± 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan).

2) Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainya.

3) Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA,diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.

e. Pemeriksaan Fisik 1) kepala

a) Adakah tanda-tanda mikro atau mikrossepali b) Adakah dispersi bentuk kepala

c) Adakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial yaitu ubun-ubun besar cembung,bagaimana keadaan ubunubun besar menutup atau belum

2) rambut

Dimulai warna,kelebatan, distribusi serat karakteristik rambut lain.Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang,kemerahan

(12)

seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien

3) Muka/Wajah

Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah:sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa,sehingga wajah tertarik ke sisi

4) Mata

Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil,untuk periksa pupil dan ketajaman peglihatan.Apakah keadaan sklera,konjungtiva?

5) Telinga

Periksa fungsi telinga,kebersihan telinga serta tandatanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,berkurangnya pendengaran

6) Hidung

a) Apakah adanya pernapasan cuping hidung b) Polip yang menyumbat jalan napas

c) Apakah keluar sekret,bagaimana konsistensinya,jumlahnya?

7) Mulut

a) Adakah sianosis

b) Bagaiman keadaan lidah c) Adakah stomatitis

d) Berapa jumlah gigi yang tumbuh e) Apakah ada karies gigi

8) Tenggorokan

a) Adakah peradangan tanda-tanda peradangan tosil b) Adakah pembesaran vena jugularis

9) Leher

a) Adakah tanda-tanda kaku kuduk,pembesaran kelenjar tiroid b) Adakah pembesaran vena jugularis

10) Thorax

a) Pada inspeksi:amati bentuk dada klien,bagaimana gerak pernapasan, frekuensinya,irama,kedalaman,adakah retraksi intercostal.

b) Auskultasi:adakah suara napas tambahan

c) Jantung:bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?

adakah bunyi tambahan? adakah bradicardi dan takikardi?

(13)

11) Abdomen

a) Adakah distensi abdomen serta kekuatan otot pada b) abdomen?bagaiman turgor kulit dan peristaltik usus?

c) Adakah pembesaran lien dan hepar?

12) Kulit

a) Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?

b) Adakah terdapat edemahemangioma?

c) Bagaimana keadaan turgor kulit?

13) Ekstremitas

a) Apakah terdapat oedema,atau paralise terutama setelah b) terjadi kejang?

c) Bagaimana suhunya pada daerah akral?

14) Genetalia

a) Adakah kelainan bentuk oedema,sekret yang keluar dari vagina, tanda- tanda infeksi.

M. Analisa Data

Data Etiologic Masalah

DS : Dispnea.

 Sulit bicara.

 Ortopnea.

DO :

 Gelisah.

 Sianosis.

 Bunyi napas menurun.

 Frekuensi napas berubah.

 Pola napas berubah.

 batuk tidak efektif

 tidak mampu batuk.

 sputum berlebih.

 Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.

 Mekonium di jalan nafas pada Neonatus

Sekresi sptum berlebuh Ketidak efektifan bersihan jalan nafas

DS : - DO :

 Suhu tubuh diatas normal

 Kulit memerah

Proses penyakit Hipertermi

(14)

 Kejang

 Takikardi

 Takipnea

 Kulit teraba hangat

DO :Kejang Kondisi kli Risiko cedera

N. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan perjalanan patofisologi penyakit dan manisfestasi klinis yang muncul maka keperawatan yang muncul pada pasien dengan kejang demam adalah :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi mucus berlebih 2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

3. Risiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan kondisi klinis terkait : kejang

(15)

O. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan

NIC: Airway management (manajemen jalan nafas) independen

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Lakukan fisioterapi dada, sebagaiman mestinya 3. Gunakan teknik yang menyenangkan untuk

memotivasi bernafas dalam kepada anak- anak (misal: meniup gelembung, meniup kincir, peluit, harmonika, balon, meniup layaknya pesta, buat lomba meniup dengan bola ping-pong, meniup bulu) 4. Auskultasi suara nafas, catat yang area ventilasinya

menurun atau tidak ada dan adanya suara nafas tambahan

5. Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan acairan

6. Posisikan untuk mengurangi sesak

7. Kolaborasi : Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya

8. Kelola pengobatan aerosol, sebagaimana mestinya 9. Kelola nebulizer ultrasonik,

jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil:

NOC: status pernapasan: kepatenan jalan nafas Indikator Awal Target

Suara nafas 4 2

tambahan

Pernafasan cuping 4 2

hidung

Dipsnea 4 2

saat

istirahat

Dispnea dengan 4 2

aktivitas

ringan

Penggunaan otot 4 2

bantu

nafas Keterangan:

1. Sangat berat 2. Berat 3. Cukup berat

4. Ringan

5. Tidak ada

(16)

2. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Fever treatment (perawatan demam) Independen 1. Pantau suhu dan tanda- tanda vital lainya

2. Monitor warna kulit dan suhu

3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan cairan yang tak dirasakan 4. untuk anak-anak

5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam (yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin; menyediakan pakaian atau linen tempat tidur ringan untuk demam dan fase bergejolak/flush)

6. Dorong konsumsi cairan

7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas, bila perlu.

8. Mandikan pasien dengan spons hangat dengan hati- hati (yaitu: berikan untuk pasien dengan suhu yang sangat tinggi, tidak memberikanya pada saat fase dingin, dan hindari agar pasien tidak menggigil) kolaborasi

9. Beri obat atau cairan IV(misalnya., antipiretik, agen anti bakteri, dan agen anti menggigil) 10. Jangan beri aspirin

diharapkan masalah hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Indikator A T

Suhu tubuh 2 3

dalam rentang normal

Nadi dan RR 2 3

dalam rentang normal

Tidak ada 2 3

perubahan warnan kulit

3. Risiko Cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah resiko cidera dapat teratasi dengan kriteria hasil:

NOC: Risk kontrol Indikator A T

Pasien 4 2

terbebas dari

NOC: Environment management (manajemen lingkungan)

1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien 2. Singkirkan bahaya lingkungan

3. Singkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan

4. Dampingi pasien selama tidak ada kegiatan bangsal, dengan tepat

(17)

cidera Keterangan:

1 : Keluhan ekstrim 2 : Keluhan berat 3 : Keluhan sedang 4 : Keluhan ringan

5 : Tidak ada keluhan

5. Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang rendah, yang sesuai

6. Sediakan tempat tidur yang bersih dan nyaman 7. Sediakan kasur yang kokoh

8. Izinkan keluarga/orang terdekat untuk tinggal dengan pasien

(18)

Daftar Pustaka

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 6. Philadelpia: Elsevier.

Judha M & Rahil H.N. 2011 Sistem Persarafan Dalam Asuhan Keperawatan. Yogyakarta:

Gosyen Publishing

Marni. (2016). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Semarang: Erlangga Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., & Swanson, Elizabeth. (2016). Nursing

Outcomes Classification (NOC), Edisi 5. Philadelpia: Elsevier.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Pudjiadi, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:

IDAI

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakarta : Graha Ilmu

Sodikin, (2013) Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta:

Salemba Medika

Wulandari & Ernawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rekurensi kejang demam, di antaranya adalah suhu pasien ketika kejang, riwayat keluarga dengan kejang demam, usia pertama kali kejang,

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rekurensi kejang demam, di antaranya adalah suhu pasien ketika kejang, riwayat keluarga dengan kejang demam, usia pertama kali kejang,

Kriteria inklusi adalah adalah kejang demam sederhana, namun kejang demam kejang demam sederhana, usia 6 bulan sampai 5 tahun, dengan onset fokal, durasi berkepanjangan, atau

Dari ,hasil ,penelitian ,didapatkan bahwa ,anak ,dengan ,usia ,kejang ,demam pertama ,kali ,sebelum ,usia ,12 ,bulan mempunyai ,kemungkinan ,untuk ,mengalami kejang ,demam ,kembali ,2,7

Kejang demam kom- pleks, Kejang berlang- sung lebih dari 15menit, kejang fokal atau parsial, kerjang berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam Wulandari & Ernawati, 2016 Penyebab

Kejang Demam Kompleks Complex Febrile Seizure, dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut: • Kejang lama >15 menit • Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum

Kejang Demam Kompleks Complex Febrile Seizure yaitu kejang demam dengan salah satu ciri berikut: Kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum

Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius, thường do các bệnh nhiễm trùng ngoài