• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PENDAPATAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET

N/A
N/A
Muhammad Syahriansyah

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PENDAPATAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET

Program Studi Agribisnis

Oleh Kelompok 3:

Sapril Adi Bekti 2004020052

Faridhah Latifah 2004020009

Hendar Suryawan 2004020059

Muhammad Syahriansyah 2004020103 Lucky Fitriana Syah Putra 2004020102

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

BANJARMASIN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “…………..” dengan tepat waktu.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga dapat disusunnya makalah ini.

Makalah ini ditunjukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Usaha Perkebunan dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Inda Ilma Ifada., SP., MP selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Usaha Perkebunan. Kami menyadari banyak terdapat kekurangan dan kelemahannya, baik dalam hal pengetikkan maupun keseluruhan isinya. Hal ini, disebabkan keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Banjarbaru, 23 Desember 2023

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN...2

1.1 Latar belakang...2

1.2 Tujuan...2

1.3 Kegunaan...2

II. TINJAUAN PUSTAKA...3

2.1 Dasar-dasar Manajemen Usaha Perkebunan...3

2.2 Kelapa Sawit...3

2.3 Karet...4

III. HASIL DAN PEMBAHASAN...6

3.1 Kelapa Sawit...6

3.2 Karet...6

IV. KESIMPULAN DAN SARAN...9

4.1 Kesimpulan...9

4.2 Saran...9

DAFTAR PUSTAKA...10

i

(4)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang berada di empat besar dunia, negara dengan populasi penduduk terpadat. Hal itu menyebabkan, Indonesia sangat membutuhkan pertumbuhan yang tinggi dari Produk Domestik Bruro untuk mencapai kelayakan dari pendapatan perkapita (Darmawan, 2018).

Berrdasarkan teori ekonomi makro, ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dari Produk Domestik Bruto diantaranya adalah konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi dan selisih ekspor dan impor.

Salah satu kontributor utama dari perekonomian Indonesia adalah sektor pertanian. Selama kurun waktu beberapa tahun belakangan ini, pemerintahan Indonesia memposisikan sektor pertanian sebagai prioritas utama. Kebijakan pertanian telah memberikan dorongan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap ekonomi regional dan nasional di banyak negara tropis. Indonesia berada di wilayah tropis. Kondisi tersebut menyebabkan di Indonesia mengalami kecukupan dari paparan sinar matahari hampir sepanjang waktu sekaligus tingkat curah hujan yang sangat mendukung sebagai wilayah pertanian. Indonesia tercatat nomor satu di dunia sebagai produsen minyak sawit. Selain minyak sawit juga menjadi produsen nomor satu untuk komoditas kayu manis dan cengkeh. Komoditas yang lain juga turut memberikan sumbangan terbesar. Untuk komoditas minyak kelapa, vanili, karet alam dan pala, Indonesia merupakan produsen terbesar kedua di dunia. Sementara itu beras, singkong, kakao, teh, kopi tembakau tetap didominasi oleh Indonesia meski ada beberapa negara yang tetap menjadi kntributor terbesar di dunia.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembagan usaha di bidang perkebunan

2. Untuk mengetahui biaya penerimaan dan keuntungan dalam usaha perkebunan

1.3 Kegunaan

Adapun manfaat dari makalah ini sebagai berikut:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang usaha di bidang perkebunan

2

(5)

3

2. Mampu melakukan perhitungan biaya penerimaan dan keuntungan dalam sebuah usaha di bidang perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Dasar-dasar Manajemen Usaha Perkebunan

Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari posisi Indonesia yang terletak di daerah beriklim tropis sehingga memungkinkan berlangsungnya aktivitas perkebunan hampir sepanjang tahun.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah perusahaan besar yang melakukan usaha di bidang perkebunan hingga mencapai 16,4%. Itu artinya usaha tersebut dipandang sebagai bisnis yang cukup menarik dan potensial oleh para pengusaha di Indonesia.

2.2Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting dalam sektor pertanian dan sektor perkebunan.

Kelapa sawit merupakan komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada tiga faktor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28oC. Untuk memperoleh hasil maksimal dalam budidaya kelapa sawit perlu memperhatikan sifat fisik dan kimia tanah di antaranya struktur tanah dan drainase tanah baik (Pahan, 2006).

Sejalan dengan semakin meningkatnya produksi kelapa sawit dari tahun ke tahun, akan terjadi pula peningkatan volume limbahnya. Umumnya limbah padat industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga berdampak pada pencemaran lingkungan. Penanganan limbah secara tidak tepat akan mencemari lingkungan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengolah dan meningkatkan nilai ekonomi limbah padat kelapa sawit.

Limbah kelapa sawit adalah sisa-sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak

(6)

4

termasuk dalam produk utama atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit baik berupa limbah padat maupun limbah cair.

Limbah padat kelapa sawit dapat berupa tandan kosong, cangkang dan fiber (sabut).

Diketahui untuk 1 ton kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit sebanyak 23% atau 230 kg, limbah cangkang (shell) sebanyak 6,5% atau 65 kg, wet decanter solid (lumpur sawit) 4 % atau 40 kg, serabut (fiber) 13% atau 130 kg serta limbah cair sebanyak 50% (Mandiri, 2012). TKKS mengandung berbagai unsur hara makro dan mikro yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, antara lain: 42,8% C, 2,9% K2O, 0,8% N, 0,22% P2O5, 0,30% MgO, 23 ppm Cu, dan 51 ppm Zn (Singh dkk., 1989). Cangkang sawit merupakan bagian paling keras pada komponen yang terdapat pada kelapa sawit (Padil, 2010). Cangkang sawit merupakan limbah dari hasil pengolahan minyak kelapa sawit yang belum termanfaatkan secara optimal (Yarman, 2006). Sabut kelapa sawit mengandung nutrient, fosfor (P), kalsium (ca), magnesium (Mg), dan karbon (C), sehingga limbah ini dapat menjadi sumber pertumbuhan bakteri, dimana bakteri dapat juga digunakan dalam proses pengolahan limbah (Manusawai, 2011).

2.3Karet

Perkebunan karet merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Data terakhir mencatat bahwa luas lahan karet yang dimiliki Indonesia adalah 3.445.100 ha yang terdiri atas 2.934.400 ha lahan perkebunan rakyat dan 510.700 ha lahan perkebunan besar baik Negara maupun swasta (BPS, 2011). Kondisi ini mencatatkan nama Indonesia sebagai Negara dengan luas lahan perkebunan karet terbesar di dunia.

Agribisnis karet merupakan suatu aktivitas bisnis yang kompleks yang melibatkan sejumlah tenaga kerja yang besar. Di satu sisi program pengembangan sektor hulu karet sedang digiatkan, di sisi lain upaya peningkatan kinerja sektor hilir karet pun mulai berkembang. Kondisi ini dikhawatirkan bertemu pada satu titik dimana kebutuhan tenaga kerja pada

(7)

5

dua sektor tersebut menciptakan suatu persaingan dalam perebutan tenaga kerja.

Aspek penyadapan merupakan faktor yang sangat penting dalam aktivitas budidaya tanaman karet, karena menyerap biaya sebesar 45 – 50% dari biaya produksi dan menentukan umur ekonomi tanaman karet. Secara umum masalah yang dihadapi oleh perkebunan karet saat ini adalah mutu sadap yang cenderung menurun akibat sulitnya memperoleh tenaga penyadap yang terampil dan disiplin, serta semakin sulitnya merekrut angkatan kerja produktif untuk menjadi tenaga penyadap akibat banyaknya alternatif pekerjaan lain yang dinilai lebih menarik.

Di negara-negara pertanian dengan pendapatan rendah, penggunaan tenaga kerja dilakukan secara intensif, namun produktivitas marginal tenaga kerja cenderung rendah, padahal upah tenaga kerja perkebunan umumnya jauh lebih tinggi. Selain dalam bentuk uang perusahaan juga menyediakan fasilitas lain seperti perumahan, jasa-jasa, kesehatan, dan fasilitas pendidikan bagi para karyawannya. Sehingga dalam hal biaya, tenaga kerja termasuk bagian terbesar dari pengeluaran total untuk semua kategori Perkebunan.

(8)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Kelapa Sawit

3.1.1.

Produksi

3.1.2.

Biaya Total Produksi

3.1.3.

Penerimaan dan Keuntungan

3.2Karet

3.2.1 Produksi

Tabel Uraian Produksi, Penerimaan dan Pendapatan

No Uraian Jumlah

1. Produksi (kg) 4,160

2 Harga Karet (Rp kg) 8.000

3 Penerimaan 33,280,000

4 Pendapatan 32.271.000

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani karet diketahui luas lahan dan harga jual cukup berpengaruh terhadap pendapatan usaha perkebunan karet yang didapat oleh petani karet.

3.2.2 Biaya Total Produksi

Tabel rata-rata biaya penggunaan Obat

No Sarana Produksi Rata-rata (Rp)

1. Obat Oles (vicar) 116.000

2. Sidaxone 150.000

Total 266.000

Biaya usahatani karet yakni pemeliharaan meliputi biaya tenaga kerja luar keluarga untuk kegiatan penyemprotan, penyiangan dan pengolesan obat.

No Input Biaya (Rp)

1. Pengolesan Obat 70.000

2. Penyiangan 100.000

3. Penyemprotan 110.000

6

(9)

7

Jumlah 280.000

Biaya selanjutnya yakni biaya penyusutan terhadap peralatan yang digunakan dalam usahatani karet. Peralatan pada usahatni karet umumnya menggunakan peralatan seperti pisau sadap untuk memotong karet, batu asah untuk mengasah pisau sadap, parang untuk penyiangan rumput- rumput disekitaran tanaman karet, Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya penyusutan terhadap peralatan yang digunakan pada usahatani karet rata-rata sebesar Rp 271.000/tahun per usahatani. Biaya penyusutan terbesar untuk penggunaan pisau sadap, parang dan sepatu boot, karena peralatan tersebut setiap hari digunakan petani dan harganya cukup mahal.

No Keterangan Biaya (Rp)

1. Pisau sadap 60.000

2. Batu asah 10.000

3. Parang 75.000

4. karung 50.000

5. Sepatu boot 66.000

6. Talang 5.000

7. Paku kecil 5.000

Jumlah 271.000

Selanjutnya rata-rata biaya lainnya yang digunakan dalam usahatani yag dikeluarkan petani yaitu obat nyamuk sebesar Rp 192.000.

Total biaya yang dikeluarkan oleh petani karet tersebut rata-rata Rp.

1.009.000/ usahatani per tahun. Biaya terbesar dikeluarkan untuk pemeliharaan kebun karet dan sarana produksi

3.2.3 Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan adalah hasil dari perkalian antara jumlah produksi atau jumlah keseuruhan hasil fisik dengan harga jual pada saat penelitian selama periode 1 tahun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi usahatani karet sebesar 4,160 kg dengan rata-rata harga

(10)

8

sebesar Rp 8.000/kg, maka besarnya penerimaan dari usahatani karet Rp 33,280,000.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total penggunaan faktor produksi yang digunakan selama proses produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dengan penerimaan sebesar Rp 33,280,000. dan biaya ekplisit yang dikeuarkan petani sebesar Rp 1.009.000 maka besarnya pendapatan usahatani Rp 32.271.000/tahun

(11)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

9

(12)

10

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, D., Veronika, G., Sonny, K., Murdaningsih., Josina I. B. H. 2021.

Tanaman Perkebunan Prospektif Indonesia. Qiara Media. Jawa Timur. Hal 1-16.

(13)

11

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor produksi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, jumlah pohon per hektar) terhadap pendapatan usahatani

MLJ, biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak, penerimaan usaha serta pendapatan yang diterima oleh peternak selama satu periode pemeliharaan.. Berdasarkan kegiatan PKL

Adapun judul dari skripsi ini adalah Analisis Produksi Karet Terhadap Pendapatan Ekonomi Masyarakat Dalam Perspektif Islam di Kabupaten Bulukumba (Studi Pada

Penerimaan merupakan hasil perkalian antar jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk, sedangkan pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya

Dari hasil penelitian di peroleh proses produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian belum sesuai dengan teknologi budidaya anjuran, produksi perkebunan karet rakyat di

Kurva BEP merupakan keterkaitan antara jumlah unit yang dihasilkan dan volume yang terjual (pada sumbu X), dan antara pendapatan dari penjualan atau penerimaan dan biaya (pada

Aliran kas terdiri dari aliran pengeluaran (outflow), yaitu semua biaya per tahun, dalam nilai uang, yang dikeluarkan oleh perusahaan selama pelaksanaan kegiatan, dan aliran

Dengan demikian jumlah dan produksi ternak sapi potong yang dipelihara peternak dapat menentukan besarnya peran peternak dalam usaha pengembangan ternak sapi potong