• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA III KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

N/A
N/A
alfiyaturrahmaniyah

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA III KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA III KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Dosen Pengampu: 1. apt.Ismiarni Komala Sari, M.Sc, Ph.D 2. apt. Puteri Amelia, M.Si

3. apt. Eka Putri, M.Si

Disusun oleh : Alfiyaturrahmaniyah

11201020000079 Kelompok 2 BD

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

OKTOBER / 2022

(2)

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mampu menganalisa komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan Kromatografi lapis tipis.

II. DASAR TEORI

Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, analit-analit yang terdapat di dalam sampel akan terdistribusi kemudian terpisah diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahanpada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Dalam hal ini, fase diam dapat berupa zat padat dalam bentuk molekul kecil atau berupa zat cair. Sedangkan untuk fase geraknya dapat berupa gas atau cairan.

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu tipe kromatografi cair.

Berbeda dengan kromatografi kolom yang fase diamnya diisikan didalamnya, pada KLT (Kromatografi lapis tipis) fase diamnya berupa suatu lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang disukung oleh lempeng kaca, plat aluminium atau plat plastic. Dan dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka udari kromatografi kolom. Fase gark pada KLT dikenal dengan pelarut pengemang yang akan bergerak sepanjang fase diam karna adanya pengaruh gaya kapiler pada pengemangan secara menaik (ascending), atau karna adanya pengaruh gaya gravitasi pada pengemangan secara menurun (descending).

Menurut Wulandari (2011), faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam sistem KLT adalah pemilihan eluent yang akan digunakan. Dalam KLT, eluen dapat terdiri dari satu pelarut atau campuran beberapa pelarut (2 sampai 6 pelarut). Campuran pelarut yang dipilih harus memiliki sifat tidak saling bercampur satu dengan yang lainnya. Adapun fungsi eluen dalam sistem KLT adalah:

 Untuk melarutkan campuran zat

(3)

 Untuk membawa atau menarik komponen yang akan dipisahkan melewati sorben fase diam sehingga akan didapatkan noda yang memiliki rentang yang dipersyaratkan

 Untuk memberikan selektivitas yang memadai untuk campuran senyawa yang akan dipisahkan

Adapun beberapa persyaratan eluen yang dapat digunakan adalah:

1. Memiliki kemurnian yang cukup 2. Stabil

3. Memiliki viskositas yang rendah

4. Memiliki nilai partisi isotermal yang linier

5. Tekanan uap tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi 6. Memiliki toksisitas serendah mungkin.

Adapun keuntungan penggunaan KLT diantaranya karna KLT banyak digunakan untuk tujuan analisis, identifikasi pemisahan komponen pada KLT juga dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar UV, KLT dapat dilakukan secara descending atau elusi dua dimensi, ketepatan penentuan kadar juga akan lebih baik karna komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.

III. ALAT DAN BAHAN A. Alat

- Plat KLT - kapiler - Camber - Kertas saring - Lampu UV B. Bahan

- Ekstrak sampel

- Heksana, etil asetat, metanol - Vanilin

- Reagen Godin: campuran sama banyak (vanillin 1% dalam etanol p.a) dengan (3% HClO4 dalam air)

- H2SO4 10 %

(4)

IV. METODE KERJA A. Pesiapan

- Sampel: Ekstrak heksana/etil asetat/metanol

- Fase gerak : n-heksana : etil asetat (lakukan percobaan berbagai perbandingan)

- Deteksi : diperiksa di bawah lampu UV atau reagen godin B. Pengujian

1. Potong plat KLT sesuai dengan ukuran yang diiginkan (3 x 10 cm) dan beri tanda 1 cm dari atas dan 1 cm dari bawah

2. Totolkan larutan sampel pada plat KLT dengan posisi di garis batas bawah

3. Masukkan pelarut (eluen) dengan perbandingan tertentu ke dalam chamber, kemudian tambahkan dengan kertas saring untuk menjenuhkan larutannya, tutup chamber dan biarkan sampai kertas saring terbasahi semuanya.

4. Setelah larutan di dalam chamber jenuh, masukkan plat KLT dalam chamber dan amati pergerakan pelarut pada plat KLT.

5. Angkat plat KLT dari dalam chamber setelah aliran pelarut mencapai batas atas.

6. Biarkan kering di udara, kemudian lakukan pengamatan di lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Beri tanda spot yang terlihat dalam lampu UV.

7. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan reagen godin dengan cara menyemprotkan reagen godin pada plat KLT. (Catatan: semprot plat KLT dengan reagen godin, biarkan kering, lalu tambahkan Godin B, biarkan kering, kemudian semprotkan H2SO4 10 %, biarkan kering dan selanjutnya panaskan diatas hot plate, amati noda yang terlihat).

8. Hitung Rf dari tiap noda yang terlihat.

V. HASIL

1. Hasil Eluen n-Heksan : Etil Asetat 9 : 1 Y = 8 cm

Pelarut Ekstrak Nilai Rf yang Terlihat Gambar

(5)

Esktrak kental

- a = 3,5cm

8cm =0,4375 - b = 2,5cm

8cm =0,3125 - c = 1,3cm

8cm =0,1625 - d = 0,8cm

8cm =0,1

Tanpa lampu UV

Lampu UV 254 nm

Lampu UV 360 nm n-heksan

- e = 7,3cm

8cm =0,9125 - f = 4,8cm

8cm =0,6 - g = 3,5cm

8cm =0,4375 - h = 2,5cm

8cm =0,3125 - i = 1,3cm

8cm =0,1625 - j = 0,8cm

8cm =0,1 - k = 0,5cm

8cm =0,0625 - l = 0,3cm

8cm =0,0375 Etil asetat

- m = 0,5cm

8cm =0,0625 Metanol

- n = 0,5cm

8cm =0,0625

2. Hasil Eluent Heksan : Etil Asetat 8 : 2 Y = 6,7 cm

Pelarut Ekstrak Nilai Rf yang Terlihat Gambar Ekstrak kental

- a = 2,6cm

8cm =¿ 0,325 - b = 1,5cm

8cm =¿ 0,1875 - c = 1cm

8cm=¿ 0,125

Tanpa lampu UV

(6)

- d = 0,5cm

8cm =¿ 0,0625 - e = 0,4cm

8cm =¿ 0,05

Lampu UV 254 nm

Lampu UV 360 nm n-heksan

- f = 6,5cm

8cm =¿ 0,8125 - g = 2,5cm

8cm =¿ 0,3125 - h = 1,5cm

8cm =¿ 0,1875 - i = 1,1cm

8cm =¿ 0,1375 - j = 0,7cm

8cm =¿ 0,0875 - k = 0,5cm

8cm =¿ 0,0625 - l = 0,3cm

8cm =¿ 0,0375 Etil asetat

- m = 1cm

8cm=¿ 0,125 - n = 0,9cm

8cm =¿ 0,1125 - o = 0,4cm

8cm =¿ 0,05

Metanol -

3. Hasil Eluent Heksan : Etil Asetat 6 : 4 Y = 8 cm

Pelarut Ekstrak Nilai Rf yang Terlihat Gambar

(7)

Ekstrak kental

- a = 1,9cm

8cm =¿ 0,2375 cm - b = 1,4cm

8cm =¿ 0,175 cm - c = 1cm

8cm=¿ 0,125 cm

Tanpa lampu UV

Lampu UV 254 nm

Lampu UV 360 nm n-heksan

- d = 7,7cm

8cm =¿ 0,9625 cm - e = 7,3cm

8cm =¿ 0,9125 cm - f = 6,9cm

8cm =¿ 0,8625 cm - g = 6,3cm

8cm =¿ 0,7875 cm - h = 5,3cm

8cm =¿ 0,6625 cm - i = 4cm

8cm=¿ 0,5 cm - j = 3,4cm

8cm =¿ 0,425 cm - k = 0,3cm

8cm =¿ 0,0375 cm Etil asetat

- l = 7cm

8cm=¿ 0,875 cm - m = 6,5cm

8cm =¿ 0,8125 cm - n = 5,4cm

8cm =¿ 0,675 cm - o = 4,1cm

8cm =¿ 0,5125 cm - p = 1cm

8cm=¿ 0,125 cm - q = 0,4cm

8cm =¿ 0,05 cm Metanol

- r = 4,1cm

8cm =¿ 0,5125 cm - s = 1,1cm

8cm =¿ 0,1375 cm - t = 0,9cm

8cm =¿ 0,1125 cm - u = 0,5cm

8cm =¿ 0,0625 cm

(8)

4. Hasil Eluent Heksan : Etil Asetat 4 : 6 Y = 8 cm

Pelarut Ekstrak Nilai Rf yang Terlihat Gambar Ekstrak kental

- a = 1,3cm

8cm =¿ 0,1625 cm Tanpa lampu UV

Lampu UV 254 nm

Lampu UV 360 nm n-heksan - b = 7,6cm

8cm =¿ 0,95 cm - c = 7,3cm

8cm =¿ 0,9125 cm - d = 7cm

8cm=¿ 0,875 cm - e = 6,5cm

8cm =¿ 0,8125 cm - f = 6,1cm

8cm =¿ 0,7625 cm - g = 5,1cm

8cm =¿ 0,6375 cm - h = 1,1cm

8cm =¿ 0,1375 cm - i = 0,6cm

8cm =¿ 0,075 cm

Etil asetat

- j = 7,1cm

8cm =¿ 0,8875 cm - k = 7,3cm

8cm =¿ 0,9125 cm - l = 6,4cm

8cm =¿ 0,8 cm - m = 5,6cm

8cm =¿ 0,7 cm - n = 1,1cm

8cm =¿ 0,1375 cm - o = 0,2cm

8cm =¿ 0,025 cm Metanol - p = 1,2cm

8cm =¿ 0,15 cm

VI. PEMBAHASAN

1. Hasil Eluen Heksan : Etil Asetat 9 : 1

(9)

Dari hasil pengamatan pada eluen n-heksan : etil asetat 9 : 1 didapatkan 4 nodus yang terbentuk pada ekstrak kental, 8 nodus pada ekstrak n-heksan 1 nodus pada ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol. Sedikitnya nodus yang terbentuk pada ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol disebabkan oleh tingginya tingkat kepolaran pada kedua pelarut yang digunakan pada kedua ekstrak tersebut, sedangkan tingkat kepolaran eluen n-heksan : etil asetat 9 : 1 sangat rendah.

Nodus-nodus yang terbentuk pada ekstrak kental memiliki nilai rf sebesar: nodus a = 0,4375; nodus b = 0,3125; nodus c = 0, 1625; dan nodus d

= 0,1. Lalu nodus-nodus yang terbentuk pada ekstrak n-heksan memiliki nilai rf sebesar: nodus e = 0,9125; nodus f = 0,6; nodus g = 0,4375; nodus h = 0,3125; nodus i = 0.1625; nodus j = 0,1; nodus k = 0,0625; nodus l = 0,03375.

Kemudian pada ekstrak etil asetat dan metanol, nodus yang terbentuk memiliki nilai rf yang sama, yaitu sebesar 0,0625.

2. Hasil Eluent Heksan : Etil Asetat 8 : 2

Pada hasil pengenceran Heksan: Etil asetat 8:2 didapatkan hasil dimana terbaca terdapat 5 senyawa yang terdapat pada ekstrak kental, 7 senyawa pada sampel dengan pelarut n-heksan, dan 3 senyawa pada sampel dengan pelarut etil asetat. Didapatkan senyawa pada ekstrak kental memiliki masing- masing rf sebagai berikut, senyawa A= 0,325, senyawa B=0,1875, senyawa C=0,125, senyawa D= 0,0625, senyawa E= 0,05. Kemudian, praktikan juga mendapatkan senyawa pada ekstrak dengan pelarut n heksan yang memiliki masing masing rf sebagai berikut, senyawa F= 0,8125, senyawa G= 0,3125, senyawa H= 0,1875, senyawa I= 0,1375, senyawa J= 0,0875, senyawa K=0,0625,dan senyawa L= 0,0375. Dan yang terakhir, praktikan juga mendapatkan senyawa pada ekstrak dengan pelarut etil asetat dengan masing- masing rf sebagai berikut,senyawa M= 0,125, senyawa N= 0,1125, dan Senyawa O=0,05. Pada pengenceran heksan-etil asetat dengan perbandingan 2:8 ini sampel yang diencerkan menggunakan metanol tidak terbaca senyawanya. Hal ini disebabkan oleh penggunaan pelarut heksan: etil asetat 2:8 dimana heksana merupakan pelarut non polar dan etil asetat adalah pelarut semi polar, senyawa-senyawa polar tidak dapat naik pada klt sehingga

(10)

tidak dapat terbaca, sampel tetap berada di garis bawah penotolan.Berbeda dengan sampel dengan pelarut n-heksan dimana banyak senyawa yang terbaca karena terdapat banyak senyawa non polar yang ikut naik pada klt mengikuti pelarut yang cenderung bersifat non polar. Dapat disimpulkan pada pelarut heksan:etil asetat 8:2 kurang baik karena tidak dapat membaca keseluruhan senyawa pada masing-masing sampel.

3. Hasil Eluent Heksan : Etil Asetat 6 : 4

Pada pengujian KLT dengan perbandingan pelarut 6:4 (n-heksan : etil) nilai Rf dihitung setelah diperiksa tanpa lampu UV, dibawah lampu UV 254 nm dan dibawah lampu UV 360 nm. Rf ekstrak kental didapat nilai berturut- turut sebesar 0,2375 cm; 0,175 cm; dan 0,125 cm. Kemudian nilai Rf ekstrak n-heksan secara berturut-turut adalah 0,9625 cm; 0,9125 cm; 0,8625 cm;

0,7875 cm; 0,6625 cm; 0,5 cm; 0,425 cm; dan 0,0375 cm. Untuk nilai Rf ekstrak etil asetat secara berturut-turut adalah 0,875 cm; 0,8125 cm; 0,675 cm; 0,5125 cm; 0,125 cm; dan 0,05 cm. Sedangkan untuk metanol nilai secara berturut-turut adalah sebesar 0,5125 cm; 0,1375 cm; 0,1125 cm; dan 0,0625 cm.

4. Hasil Eluent Heksan : Etil Asetat 4 : 6

Pada pengujian KLT dengan perbandingan pelarut 4:6 (Heksan: Etil) dihitung nilai Rf nya setelah sebelumnya diamati dibawah sinar UV. Rf ekstrak kental didapat nilai sebesar 0,1625 cm. Kemudian nilai Rf ekstrak n- heksan didapat secara berturut-turut adalah 0,95 cm, 0,9125 cm, 0,875 cm, 0,8125 cm, 0,7625 cm, 0,6375 cm, 0,1375 cm, dan 0,075 cm. Untuk nilai Rf ekstrak etil asetat, didapat nilai berturut-turut 0,8875 cm, 0,9125 cm, 0,8 cm, 0,7 cm, 0,1375 cm, dan 0,025 cm.

VII. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai Rf yang berbeda-beda pada masing-masing perbandingan eluen.

- Pada eluen Heksana: etil asetat dengan perbandingan 9:1 didapatkan nilai Rf sebesar 0,0625.

(11)

- Pada eluen Heksana: etil asetat dengan perbandingan 8:2 didapatkan nilai Rf

● ekstrak kental senyawa A= 0,325, senyawa B=0,1875, senyawa C=0,125, senyawa D= 0,0625, senyawa E= 0,05.

● Rf n-heksan F= 0,8125, senyawa G= 0,3125, senyawa H= 0,1875, senyawa I= 0,1375, senyawa J= 0,0875, senyawa K=0,0625,dan senyawa L= 0,0375.

● Rf etil asetat: senyawa M= 0,125, senyawa N= 0,1125, dan Senyawa O=0,05

- Kemudian pada eluen Heksana: etil asetat dengan perbandingan 6:4 didapatkan nilai Rf

● Rf ekstrak kental: 0,2375 cm; 0,175 cm; dan 0,125 cm

● Rf n heksan: 0,9625 cm; 0,9125 cm; 0,8625 cm; 0,7875 cm; 0,6625 cm; 0,5 cm; 0,425 cm; dan 0,0375 cm

● Rf etil asetat: 0,875 cm; 0,8125 cm; 0,675 cm; 0,5125 cm; 0,125 cm; dan 0,05 cm.

- Pada eluen Heksana: etil asetat dengan perbandingan 4:6 didapatkan nilai Rf

● Rf ekstrak kental: 0,1625 cm

● Rf n heksan: 0,95 cm, 0,9125 cm, 0,875 cm, 0,8125 cm, 0,7625 cm, 0,6375 cm, 0,1375 cm, dan 0,075 cm

● Rf etil asetat: 0,8875 cm, 0,9125 cm, 0,8 cm, 0,7 cm, 0,1375 cm, dan 0,025 cm.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Komala, Ismiarni., dkk. 2019. Penuntun Praktikum Farmakognosi Fitokimia 3.

Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus Presindo.

(13)

LAMPIRAN N O

KEGIATAN GAMBAR

1 Penimbangan ulang masing-masing ekstrak yang didapat dari praktikum pemisahan secara partisi

2 Persiapan plat KLT

3 Pengenceran ekstrak yang telah ditimbang dan penotolan pada plat

(14)

4 Penjenuhan chamber dengan eluen yang sesuai

5 Proses running plat KLT yang telah ditotolkan denga ekstrak yang sudah diencerkan

6 Analisa dengan UV

7 Ditetesi dengan pereaksi godin A lalu dikering-anginkan

8 Ditetesi dengan pereaksi godin B lalu dikering-anginkan

9 Dipanaskan dengan hot plat

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Dari uji parameter-parameter validasi diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : - untuk penentuan selektivitas ditunjukkan dengan harga Rf :0,51 dengan fase gerak. etil

Paindla dan Mamidala 2014 dengan pelarut etil asetat membuktikan bahwa pada tanaman anting-anting terdapat alkaloid, serta pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri 2018

Seperti yang terlihat pada Gambar 1A, hasil KLT dari ekstrak metanol, fraksi larut etilasetat dan fraksi tidak larut etil asetat dengan penampak bercak lampu UV

Skrining fitokimia dan analisa senyawa kimia dalam ekstrak metanol dan n-heksan dari biji Durian (Durio zibethinus) dengan kromatografi lapis tipis (KLT) telah dilakukan. Ekstraksi

Skrining fitokimia dan analisa senyawa kimia dalam ekstrak metanol dan n-heksan dari biji Durian ( Durio zibethinus ) dengan kromatografi lapis tipis (KLT) telah dilakukan.. Ekstraksi

Mengetahui rendemen yang diperoleh dari ekstrak metanol dan n-heksan biji durian. Mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder

Hasil analisis fitokimia ekstrak daun kapur menun- jukkan bahwa ekstrak heksan mengandung senyawa metabolit sekunder steroid, ekstrak etil asetat me- ngandung senyawa metabolit

lapis tipis ekstrak serai fase gerak etil asetat : n-heksan (8:2) Berdasarkan hasil pemisahan terlihat banyak noda dengan warna tertentu yang membuktikan temu kunci dan