ANALISIS KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS EKSTRAK ETANOL – SELULASE KULIT MANGGIS
REPOSITORY
OLEH
KRISNA PUJA NIM. 1403114794
PROGRAM STUDI S1 KIMIA JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU 2018
1 ANALISIS KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
EKSTRAK ETANOL – SELULASE KULIT MANGGIS Krisna Puja1*, Titania T. Nugroho2, Yum Eryanti3
1Mahasiswa Program Studi S1 Kimia FMIPA
2Dosen Bidang Biokimia Jurusan Kimia
3Dosen Bidang Kimia Organik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia
*krisna.puja@student.unri.ac.id ABSTRACT
Extract of mangosteen fruid rind in ethanol - cellulase has high antioxidant activity. The identity of the high antioxidant activity is not yet known. The purpose of this study was to analysed the separation of this extract for further analysis. In this study, the analysis was carried out by thin layer chromatography technique with hexane : ethyl acetate (7 : 3) eluent. The results showed that this extract showed 4 number of spots at Rfs 0,07 ; 0,40 ; 0,60 and 0,73 detected by 254 nm UV light. Extract of mangosteen fruid rind in ethanol – cellulase was separated into several coumpounds based on its polarity
Keywords: chromatography, eluent, mangosteen
ABSTRAK
Ekstrak etanol- selulase kulit manggis menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi.
Identitas senyawa yang menyebabkan tingginya aktivitas antioksidan belum diketahui.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pemisahan pada ekstrak ini untuk keperluan analisis lebih lanjut. Pada penelitian ini, proses analisis dilakukan menggunakan teknik kromatografi lapis tipis dengan eluen heksan : etil asetat (7 : 3).
Hasil yang didapat adalah terbentuknya 4 noda pada Rf 0,07 ; 0,40 ; 0,60 dan 0,73 yang dideteksi dengan lampu UV pada panjang gelombang 254 nm. Sampel etanol-selulase kulit manggis terpisah menjadi beberapa senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya.
Kata kunci : eluen, kromatografi, manggis PENDAHULUAN
Manggis (Garcinia mangostana Linn) merupakan tanaman yang berasal dari hutan tropis di kawasan Asia Tenggara yang berpotensi sebagai kandidat obat. Kulit manggis mengandung berbagai kelompok senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan (Achyar et al., 2008).
Penelitian Pothitirat et al. (2010) menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan terbesar dalam kulit buah manggis berasal dari fraksi polar dengan ekstraksi menggunakan pelarut etanol. Penelitian Chen et al. (2011) menunjukkan bahwa selulase dapat meningkatkan ekstraksi senyawa- senyawa-senyawa fenolik pada daun Ginko biloba.
2 Paten yang didaftarkan oleh
Nugroho et al., (2017) menyatakan bahwa analisis ekstrak etanol-selulase kulit manggis menggunakan KCKT fase terbalik menghasilkan pola kromatogram dengan 6 puncak. Data tersebut menunjukan bahwa ekstrak ini belum bersifat murni sehingga perlu dilakukan analisis untuk proses pemisahan lebih lanjut.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan ntuk menganalisis komponen ektrak yang berdasarkan pada perbedaan kecepatan perpindahan komponen oleh fase gerak yang mengalir melalui fase diam. Pada penelitian ini telah dilakukan proses analisis ektrak etanol-selulase kulit manggis menggunakan kromatografi lapis tipis dengan eluen heksan : etil asetat (7 : 3).
METODE PENELITIAN a. Alat dan Bahan
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lampu UV model UGL-58 dan peralatan gelas laboratorium standar lainnya sesuai dengan prosedur
Bahan–bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah ekstrak (ekstrak etanol - selulase kulit manggis) yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan Miranti (2015), metanol teknis, etil asetat teknis, heksan teknis, plat KLT G60 F254 dan bahan kimia lain yang digunakan sesuai cara kerja.
b. Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel ektrak etanol-selulase kulit manggis produksi Miranti, (2015). Plat KLT dipotong dengan ukuran 4,5 x 9 cm, kemudian
diberikan batas bawah 1 cm dan batas atas 5 mm. Sampel P4 dilarutkan dengan metanol dan kemudian totol disepanjang batas bawah secara merata dan berulang, lalu dielusi dengan KLT menggunakan eluen heksan : etil asetat dengan perbandingan (7 : 3). Kemudian hasil pemisahan dilihat dengan lampu UV dan noda yang kelihatan ditandai dengan pensil.
Selanjutnya noda yang terlihat cukup jelas (Rf = 0,40) dikerik fase diamnya dengan menggunakan spatula lalu dilarutkan dengan menggunakan metanol dan disaring menggunakan kertas saring. Filtrat (fraksi 1) kemudian diambil dan di KLT kembali dengan menggunakan eluen heksan-etil asetat (7 : 3) dengan menggunakan perbandingan sampel ekstrak awal di sisi kirinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak etanol-selulase kulit manggis memiliki nilai antioksidan yang tinggi, namun senyawa ini belum bersifat murni karena terdiri dari beberapa gabungan komponen senyawa.
Pada penelitian ini telah dilakukan proses analisis ektrak etanol – selulase kulit manggis menggunakan kromatografi lapis tipis. KLT adalah metode analisis dengan silika gel sebagai fase diam dan eluen sebagai fase gerak sehingga menyebabkan adanya perbedaan kecepatan migrasi komponen yang dipisahkan.
Pada analisis ini eluen yang digunakan adalah heksan : etil asetat (7 : 3). Retardation factor (Rf) dapat dihitung dengan membagi jarak tempuh noda dengan jarak yang ditempuh eluen.
Pada penelitian ini analisis ekstrak etanol – selulase kulit manggis menghasilkan 4 noda dengan nilai Rf 0,07 ; 0,40 ; 0,60 dan 0,73 yang dideteksi dengan lampu
3 UV pada panjang gelombang 254 nm
(Gambar 1).
Gambar 1. Hasil analisis ekstrak etanol-selulase kulit manggis pada plat KLT dilihat dengan lampu UV 254 nm
Gambar 2. Hasil analisis ekstrak etanol-selulase kulit manggis dan fraksi 1 (fraksi hasil kerikan pada Rf = 0,40) pada plat KLT dilihat dengan lampu UV 254 nm
Hasil penelitian Zaili et al., (2015) menunjukan adanya 2 noda pada
Rf 0,12 dan 0,43 (detektor uv 254/366 nm). Perbedaan nilai Rf kemungkinan disebabkan karena pada penelitian ini digunakan teknik pengerjaan semi preparatif dengan mentotol sampel disepanjang batas bawah secara merata dan berulang dan menggunakan ukuran plat yang sedikit lebih besar sehingga noda yang dihasilkan dari hasil pemisahan lebih banyak, meskipun pada akhirnya hanya noda pada Rf 0,40 saja yang terlihat paling jelas, sedangkan noda lain terlihat sangat tipis dan samar- samar.
Zaili et al., (2015) juga menggunakan reagen penampak noda p- anisaldehid untuk mendeteksi keberadaan noda, dan hasilnya adalah terdapat dan 3 noda pada Rf 0,12 (warna biru tua) ; 0,43 dan 0,63 (berwarna hijau kekuningan). Penggunaan reagen penampak noda p-anisaldehid berfungsi untuk mendeteksi keberadaan alkohol allylic (noda hijau), fenol (noda violet), amina, aldehida, keton, karbohidrat, ester seperti alkilptalat (noda biru / merah) dan beberapa senyawa lainnya seperti alkena, alkuna, dan senyawa aromatik lain tidak akan memunculkan noda (Reach Devices, 2017).
Noda pada Rf 0,40 dikerik, dilarutkan kembali menggunakan metanol lalu disaring dan filtrat dinyatakan sebagai fraksi 1. Filtrat 1 kemudian di KLT kembali dengan menggunakan ekstrak awal sebagai pembanding, hasil yang didapat menunjukan bahwa fraksi 1 menghasilkan 1 noda dengan Rf 0,40 (Gambar 2).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemisahan dengan kromatografi lapis tipis dapat dikatakan efisien dalam proses pemisahan karena ekstrak awal terpisah menjadi tiga
4 senyawa meskipun distribusi senyawa
tidak merata pada tiap noda.
KESIMPULAN
Fraksinasi produk ekstrak etanol – selulase dari kulit manggis menggunakan kromatografi lapis tipis menghasilkan 4 noda dengan Rf 0,007 ; 0,40 ; 0,60 dan 0,73 yang dideteksi dengan lampu UV pada panjang gelombang 254 nm. Dengan demikian, ekstrak etanol-selulase kulit manggis terpisah menjadi beberapa senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada “Program Hibah Penelitian Universitas Riau dengan skema Guru Besar tahun anggaran 2018” a.n Prof.
Dr. Titania Tjandrawati Nugroho,
dengan nomor kontrak
626/UN.19.5.1.3/PP/2018 yang telah membiayai penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, A.I., Marta, H., Dipa, D., Padjadjaran, U & Anggaran, T.
2008. Laporan Akhir Penelitian Peneliti Muda (Litmud).
Universitas Padjajaran, Bandung.
Chen, S.H., Xing, X.H., Huang, J.J &
Xu, S. 2011. Enzyme-asisted extraction of flavonoids from Ginkgo biloba leaves:
improvement effect of flavanol transglycosylation catalyzed by Penicillium decumbens cellulase. Enzyme and Microbial Technology, 48 (1):
100-105.
Miranti. 2015. Uji aktivitas antioksidan serta kandungan fenolik dan tanin ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dengan bantuan selulase Trichoderma asperellum LBKURCC1. Tesis.
FMIPA-UR. Pekanbaru.
Nugroho, T.T., Teruna, H.Y & Miranti.
2017. Proses produksi ekstrak antioksidan fenolik polar kulit buah manggis dengan menggunakan selulase. Paten
Republik Indonesia
no.P00201709350. Tanggal pendaftaran 20 Desember 2017.
Pothitirat, W., Chomnawang, M. T &
Supabphol, R. 2010. Free radical scavenging and anti- acne activities of mangosteen fruit rind extracts prepared by different extraction methods.
Pharmaceutical Biology, 48 (2):
182–186.
Reach Devices. 2017. Thin layer chromatography stains.
http://www.reachdevices.com/T LC_stains.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2018.
Zaili, S.F., Nugroho, T.T., Teruna, H.Y
& Eryanti, Y. 2017. Flash SiO2 liquid chromatography fractionation of Garcinia mangostana cellulase-ethanol extracts & antioxidant activity of each fractions. Applied Science and Technology, 1 (2):
23-25.