• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL “ OBAT TETES MATA “

N/A
N/A
Putri Pujii

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL “ OBAT TETES MATA “ "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“ OBAT TETES MATA “

Kelompok 2

Anggota :1. Putri Puji Mugi Rahayu (20040042) 2. Rani Febrianti (20040047) 3. Rijal Triyana Juniansyah (20040049) 4. Rika Sainuna (20040050)

LABORATORIUM TEKNOLOGI STERIL FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R FACHRUDDIN 2023

(2)
(3)

i

DAFTAR ISI

I. Tujuan ... 1

II. Tugas ... 1

III. Dasar Teori ... 1

A. Obat Tetes Mata ... 1

1. Penggolongan ... 1

2. Keuntungan dan Kerugian Sediaan ... 2

3. Tetes Mata ... 2

B. Preformulasi ... 3

1. Tinjauan Farmakologi Obat ... 3

2. Sifat Fisikokimia ... 3

3. Sterilisasi ... 5

4. Obat Tak Tercampurkan ... 5

5. Cara Penggunaan Sediaan ... 5

IV. Formulasi ... 6

1. Permasalahan dan Penyelesaian ... 6

a) Permasalahan... 6

b) Penyelesaian ... 6

2. Formula yang Dibuat ... 6

V. Cara Kerja ... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 10

(4)

1

OBAT TETES MATA I. Tujuan

Mahasiswa dapat membuat sediaan tetes mata dan cara pengujiannya.

II. Tugas

Buatlah 2 sediaan tetes mata dengan formulasi:

R/ Asam Borat 1%

Na EDTA 0,1%

Benzaklonium Klorid 0,02%

NaCl qs

Aqua ad 10 ml

III. Dasar Teori

A. Obat Tetes Mata

Menurut FI IV hal.12 larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang di buat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat. Perhatian yang sama juga dilakukan untuk sediaan hidung dan telinga.

1. Penggolongan

Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris. Obat mat aini pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam:

1) obat cuci mata (collyria)

2) Obat tetes Mata (guttae Ophalmicae) 3) Salep mata

Pada dasarnya sebagai obat mata biasanya dipakai :

1) Bahan-bahan yang bersifat antiseptika (dapat memusnakan kuman-kuman pada seaput lender mata), misalnya asam borat, protargol, kloramfenikol, basitrasina dan sebagainnya.

2) Bahan-bahan yang bersifat mengecutkan selaput lender mata (adstringentia), misalnya seng sulfat.

(5)

2. Keuntungan dan Kerugian Sediaan 1) Keuntungan

Secara umum larutan berair seperti tetes mata lebih stabil dari pada sediaan salep, meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutn/salep yang obat-obatnya larut dalam air.

2) Kerugian

Kerugian yang prinsipil dari larutan tetes mata adalah waktu kontak yang elative singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi. Biovailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavaibalitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan Teknik pemakaian-pemakaian yang tepat.

3. Tetes Mata

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilitas dicapai dengan menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara aseptis, dan menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril. Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan dengan menggunakan pelarut yang cocok.

Pelarut yang sering di gunakan adalah : a. Larutan 2% Asam Borat (pH=5) b. Larutan Boraks-Asam Borat (pH=6,5) c. Larutan Basa Lemah Borat (pH=8) d. Aquadestillata

e. Larutan NaCl 0,9% (Ansel, Howard C. 1989)

Sediaan tetes mata kecuali dinyatakan lain dibuat dengan salah satu cara berikut:

a. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan dengan cara sterilisasi A yang tertera pada injections.

b. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan disterilkan dengan cara sterilisasi C yang tertera pada Injectiones, masukkan ke dalam wadah secara aseptic dan tutup rapat.

(6)

B. Preformulasi

1. Tinjauan Farmakologi Obat a. Indikasi

Indikasi dalam penggunaan asam borat bentuk solusi adalah otitis media (kronis dan fase akut) tanpa merusak gendang telinga. Bubuk digunakan sebagai antiseptic dalam dermatologi, ENT praktek oftamologi serta untuk konrasepsi (dalam kombinasi dengan sulfat).

b. Kontra Indikasi

1) Peningkatan sensitivitas pasien terhadap asam borat.

2) Perforasi membrane timpani;

3) Gangguan fungsi ginjal;

4) Gagal ginjal kronis;

5) Kehamilan dan menyusui;

6) kecil

c. Efek Samping

Dapat mengakibatkan mata merah dan berair juga dapat mengakibatkan mata terasa perih saat digunakan. Dalam penggunaan jangka Panjang dan overdosis , dan melanggar fungsi ginjal dapat terjadi efek toksik akut dan kronis, seperti: diare, mual muntah, sakit kepala, kejang, kebingungan, syok, oliguria, ruam.

2. Sifat Fisikokimia

a. Asam Borat (DI 88 hal. 2011, Martindale 28 hal. 337) Rumus Molekul : H3BO3

Bobot Molekul : 61,83

Pemerian : Serbuk kristal putih, rasa agak pahit.

Kelarutan : larut dalam 20 bagian air, sedikit larut dalam minyak.

Stabilitas : pada suhu 100°C akan kehilangan air dan pada suhu 140°C akan berubah menjadi asam metabolik

pH : 3,8-4,8

Khasiat/kegunaan : fungistatic, bakteriostatik, mata merah berair Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

(7)

B. Na EDTA (Hand Book of Pharmaceutical Excipient hal 178) Rumus Molekul : C10H16N2O8

Bobot Molekul : 292,24

Pemerian : serbuk kristal putih tidak berbau dengan sedikit rasa asam.

Kelarutan : larut dalam air (1:1), praktis tidak larut dalam kloroform Stabilitas : sangat higroskopis dan harus dilindungi dari kelembapan.

pH : 4,3-4,7 dalam larutan 1% air bebas CO2 Khasiat/kegunaan : sebagai chelating agent

c. Benzalkonium Klorida (Hand Book Of Pharmaceutical Excipient hal 27) Rumus Molekul :C10H16N2O8

Bobot Molekul : 292,24

Pemerian : serbuk armof berwarna putih atau putih kekuningan.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%.

Stabilitas : bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oleh cahaya.

pH : 5-8 untuk 10% w/v larutan.

Khasiat/kegunaan : pengawet, antimikroba.

d. NaCl (Natrium Chloridum) Rumus Molekul : NaCl Bobot Molekul : 58,44

Pemerian : kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih.

Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol.

Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan.

pH : 4,5-7 atau 6,7-7,3

Khasiat/kegunaan : pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh.

(8)

e. Aqua untuk injeksi

Rumus Molekul : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.

Bobot Molekul : -

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna.

Kegunaan : pembawa dan melarutkan.

Cara Pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan : aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa : karena bahan-bahan larut dalam air.

3. Sterilisasi

NO Bahan Cara Sterilisasi

1 Asam Borat Autoklaf atau filtrasi 2 Benzalkonium Klorid Autoklaf

3 NaCl Autoklaf atau filtrasi

4 Na EDTA Autoklaf atau filtrasi

4. Obat Tak Tercampurkan

No Bahan OTT

1 Asam Borat Polivinil alcohol dan tanin

2 Benzalkonium Klorid Alumunium, surfaktan anionic, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.

3 NaCl Bersifat korosif dengan besi, membentuk endapan bila bereaksi dengan perak, garam merkuri, agen oksidasi kuat pembebas klorin dari larutan asam sodium klorida.

4 Na EDTA Agen oksidasi kuat, basa kuat, dan ion logam polivalen seperti tembaga, nikel.

5. Cara Penggunaan Sediaan

1) Cucilah tangan dengan sabun

2) pastikan kondisi ujung botol tetes tidak rusak

(9)

3) Condongkan kepala kebelakang, Tarik kelopak bawah mata menggunakan jari.

4) Pegang botol tetes mata dengan menggunakan tangan.

5) Tutup mata selama 2-3 menit, bersihkan cairan berlebih pada wajah 6) Jangan menyeka atau membilas ujung botol tetes

7) Pasang kembali tutup botol teets mata dengan rapat.

8) Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat

IV. Formulasi

1. Permasalahan dan Penyelesaian a) Permasalahan

1) sediaan tetes mata harus steril 2) bebas pyrogen

3) harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan biasa, larutan yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,4 sediaan steril tidak boleh mengandung pyrogen dan isotonis.

4) untuk sterilisasi akhir dilakukan penyaringan dengan cara filtrasi menggunakan filter membrane 0,22um.

b) Penyelesaian

1) sterilisasi tetes mata meliputi sterilisasi alat dan sediaan.

2) pyrogen adalah hasil metabolisme dari mikroorganisme yang menyebabkan demam. Ditambahkan norit 0,1% pada saat pembuatan agar terbebas dari pyrogen. Sediaan steril harus isotonis karena apabila larutan hipertonis mka sel/jaringan akan mengembang. Bebas yang diijinkan 0,7%-1,4% NaCl.

3) sediaan dibuat pH 7,3-9,4.

4) diberi kelebihan 10%

2. Formula yang Dibuat

R/ Asam Borat 1%

Na EDTA 0,1%

Benzalkonium Klorid 0,02%

NaCl qs

Aqua ad 10 ml

a. Perhitungan Isotonis Diketahui : b1 = 0,288

(10)

b2 = 0,132 b3 = 0,9 b4 = 0,576

c1 = 1%

c2 = 0,1%

c3 = 0,2%

Ditanya : B = ? B=0,52−(𝑏1𝑋𝑐1)(𝑏2𝑋𝑐2)(𝑏3𝑋𝑏3)

𝑏4

B=0,52−(0,2881𝑋1)(0,132𝑋0,1)(0,9𝑋0,02) 0,576

B= 0,2008 g/ 100ml B=0,2008 𝑥 10

100

B=20g/10 ml

b. Perhitungan Bahan

1) Asam Borat : 1% x 10 mL

: 1 g/100 mL x 10 mL : 0,1 g + (10% x 0,1 g) : 0,11 g x 2

: 0,22 g / 220 mg

2) Na EDTA : 1% x 10 mL

: 1 g/100 mL x 10 mL : 0,01 g + (10% x 0,01 g) : 0,011 g x 2

: 4,4 mg

3) Benzalkonium Klorid : 0,02% x 10mL

: 0,02 g/100 mL x 10 mL : 0,002 g + (10% x 0,002 g)

(11)

: 0,0022 g x 2 : 4,4 mg

4) NaCl : 20mg + (10% x 20 mg) : 22 mg x 2

: 44 mg

5) Aqua : ad 10 mL

: 10 mL + (10% x 10 mL) : 11 mL x 2

: ad 22 mL c. Penimbangan

No Nama Bahan Penimbangan

1 Asam Borat 220 mg

2 Na EDTA 22 mg

3 Benzalkonium Klorida 4,4 mg

4 NaCl 44 mg

5 Aquadest Ad 22 mL

V. Cara Kerja

1. Timbang semua bahan yang telah disterilkan dengan metode yang

sesuai.

2. Masukkan semua bahan yang telah disterilkan kedalam

erlemeyer/beakerglass, larutkan dengan air sampai batas yang telah ditetapkan

(12)

3. Saring larutan tersebut menggunakan kertas saring

4. Masukkan ke dalam botol tetes mata sebanyak 10 mL

menggunakan spuilt.

5. Buat kemasan dan lakukan uji (uji kebocoran, Uji pH, Uji Kejernihan dan warna, Uji Keseragaman Volume)

(13)

VI. HASIL PENGAMATAN

No Evaluasi Hasil Syarat Keterangan 1 Uji Kebocoran Tidak Bocor Tidak

bergelembung

Memenuhi Syarat 2 Uji Kejernihan

dan Warna Tidak ada

Partikel Bebas dari bagian – bagian yang

melayang

Memenuhi Syarat

3 Uji pH 5,54 7,3 – 9,7 Tidak

Memenuhi Syarat 4 Uji Keseragaman

Volume

Botol 1 (10 Ml) Botol 2 (9 Ml)

10 Ml Memenuhi

Syarat

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kita membuat sediaan steril obat tetes mata, dimana kita memakai bahan – bahan yaitu asam borat sebagai zat aktif, Na EDTA sebagai zat pengkhelat, Metil Paraben sebagai zat pengawet, NaCl sebagai isotonis dan Aquadest sebagai pelarut. Pada praktikum ini kami membuat dua sediaan obat tetes mata asam borat sebanyak 10 ml per botol. Kelompok kami pada botol pertama penuh hingga 10 ml dan botol kedua terdapat 9 ml, dikarenakan saat diinjeksi larutan berkurang karna bertumpah – tumpah.

Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi terhadap alat – alat yang akan digunakan pada praktikum kali ini. Meliputi botol tetes mata, tutup botol tets mata, gelas ukur, beaker glass, Erlenmeyer, batang pengaduk, kertas saring. Sterilisasi dilakukan dengan autoklaf modern dengan suhu 1210C selama 15 menit, kecuali botol dan tutup botol tetes mata. Keduanya disterilisasi menggunakan etanol dengan cara direndam selama 24 jam karena tidak tahan terhadap suhu panas.

Setelah semua alat disterilisasi, kami membuat sediaan tetes mata sesuai dengan cara kerja yang telah ditentukan dan setelah itu dilanjutkan dengan melakukan evaluasi terhadap sediaan tetes mata tersebut.

Pada pengujian pertama yang dilakukan adalah uji kejernihan, uji kejernihan bertujuan untuk mengetahui kejernihan sediaan mata yang dibuat. Dari literatur suatu cairan mata dikatakan jernih dika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan (aquadest). Sediaan tetes mata yang kami buat menghasilkan kejernihan, tidak terdapat partikel yang terlihat dalam sediaan.

Pada pengujian kedua dilakukan uji kebocoran, uji kebocoran bertujuan untuk melihat apakah terjadi kebocoran dari sediaan mata yang dibuat. Dari literatur suatu cairan mata tidak boleh mengalami kebocoran. Sediaan yang kami lakukan diuji dengan cara mencelupkan botol dalam larutan Metilen Blue dalam keadaan baik, bila botol kami mengalami kebocoran, larutan didalam botol akan berubah

(14)

warna menjadi biru. Hasil kami menunjukan bahwa botol tetes mata tidak mengalami kebocoran karena Ketika dicelupkan dalam larutan Metilen Blue selama lebih kurang 5 menit, larutan didalam botol tetes mata tidak mengalami perubahan warna.

Pengujian ketiga yang dilakukan adalah uji Volume, uji keseragaman volume bertujuan untuk mengetahui volume sediaan apakah sudah sesuai dengan volume yang tertera pada etiket, dilakukan dengan menggunakan gelas ukur 10 ml.

sediaan yang kami buat dengan botol pertama tepat 10 ml sedangkan botol ke dua tidak tepat hanya dapat 9 ml dikarenakan saat diinjeksi bertumpah – tumpahan keluar beakergalss.

Pengujian keempat dilakukan uji pH, uji pH bertujuan untuk mengetahui pH sediaan mata yang dibuat serta sediaan mata harus berada dalam rentang kestabilan, Sediaan yang kami buat diuji menggunakan pH meter. Hasil yang didapat yaitu pH sediaan kami adalah asam (5,54), seharusnya sediaan tetes mata memiliki pH sekitar 7,3 – 9,7. Hasil pH asam ini dikarenakan tidak ada penambahan dapar fosfat agar pH menjadi stabil di 7,3 – 9,7.

VII. KESIMPULAN

1. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

2. Uji yang dilakukan pada pembuatan tetes mata adalah uji kejernihan, uji volume, uji pH dan uji kebocoran.

3. Sediaan yang kami buat memenuhi syarat kejernihan, dikarenakan tidak terdapat partikel didalam larutan tetes mata.

4. Sediaan yang kami buat tepat volume yaitu 10 mL

5. Sediaan yang kami buat tidak memenuhi syarat pH, karena pH sediaan kami tidak netral (7-9) melainkan asam (<7).

6. Sediaan yang kami buat lulus uji kebocoran.

VIII. Saran

Penjelasan yang kurang detail dan cara pengerjaan yang kurang jelas.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. UGM Press. Yogyakarta

DepKes. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

DepKes. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Lukas, Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta

(16)

LAMPIRAN

Alat dan Bahan Praktikum ini

Uji Volume 5 ML

(17)

Uji Kejernihan

Sediaan Steril Obat Tetes Mata

(18)

Uji Kebocoran

Uji pH

(19)

Asam Borat

Na EDTA

(20)

Metil Paraben

NaCl

(21)

PERHATIAN!

HARUS DENGAN RESEP DOKTER Indikasi :

Otitis media tanpa merusak gendang telinga, sensitivitas terhadap asam borat meningkat, gangguan fungsi ginjal

Efek Samping:

Dapat mengakibatkan mata merah dan juga berair juga dapat mengakibatkan mata terasa perih saat digunakan. Dalam penggunaan jangka Panjang dan overdosis, dan melanggar fungsi ginjal dapat terjadi efek toksik akut dan kronis, seperti: diare, mual, muntah, sakit kepala, kejang, kebingungan, syok, oliguria, dan ruam.

q.s Aquadest

q.s Natrium Cloride

q.s Methyl Paraben

q.s q.s Komposisi:

GYUTTAE Boric Acid Netto: 10 ml

(22)

1 GYUTTAE Boric Acid

Komposisi : Tiap 10 ml mengandung Boric Acid, Na EDTA, Methyl Paraben, dan NaCl

Netto : 10 ml

Efek Samping : Dapat mengakibatkan mata merah dan berair juga dapat mengakibatkan mata terasa perih saat digunakan. Dalam penggunaan jangka Panjang

Netto : 10 ml

Indikasi : Otitis media tanpa merusak gendang telinga, sensitivitas terhadap asam borat meningkat, gangguan fungsi ginjal

GYUTTAE

Boric Acid Diproduksi Oleh:

PT. HYBE LAB

No. Reg:

DKL1400500346A1

GYUTTAE Boric Acid

TETES MATA STERIL

No Batch:

D02302025

TETES MATA STERIL HARUS DENGAN

RESEP DOKTER PT. HYBE LAB

Exp. Date:

12/2023 PT. HYBE LAB

Tangerang - Banten HET Rp: 11.800,- Tangerang - Banten

GYUTTAE Boric Acid

GYUTTAE

Komposisi : Tiap 10 ml mengandung Boric

Acid, Na EDTA, Methyl Paraben, dan NaCl

Boric Acid

Indikasi : Otitis media tanpa merusak gendang telinga, sensitivitas terhadap asam borat meningkat, gangguan fungsi

ginjal

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian untuk menjamin sterilitas dari sediaan salep mata kloramfenikol, maka selama proses produksi harus dilakukan secara aseptis, dimana semua alat-alat

Pembuatan sediaan salep mata dilakukan dengan menambahkan bahan obat sebagai larutan steril atau sebagai serbuk steril termikronisasi pada dasar salep steril, dan

Contoh Collyrium Y-rins (baca airins). Tetes mata menurut FI Edisi III adalah larutan steril yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir. Harus bebas

Drop atau guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense dimaksudkan untuk obat dalam atau luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang

Tabel 1.2 Klasifikasi Penggunaan Ruangan Bersih Untuk Produksi Sediaan Obat Steril Kondisi Sterilisasi Operasional Ruang bersih Produk yang disterilisasi akhir Penyiapan

Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau dalam keadaan koma Lebih mahal dari bentuk sediaan non steril hanya karena ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi steril,