• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG ILMU PERTANIAN DAN BIOSISTEM

N/A
N/A
kurama amirkan

Academic year: 2024

Membagikan " LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG ILMU PERTANIAN DAN BIOSISTEM "

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG ILMU PERTANIAN DAN BIOSISTEM

“Praktikum Lapang Stasiun Klimatologi”

Disusun oleh:

NAMA : NANDA TESSALONIKA PASARIBU NIM : 215100207111009

KELOMPOK : U2

ASISTEN : 1. DIMAS HIDAYATULLAH

2. RISQITA CAHYANING WULANSARI 3. VITASYA AGUSTINA

4. MOCHAMMAD PRIYO UTOMO

LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Cuaca merupakan kondisi fisik udara pada suatu lokasi dan waktu. Iklim adalah kumpulan dari kondisi cuaca yang disusun dan dihitung untuk membentuk rata-rata kondisi cuaca.

Informasi yang mengandung cuaca dan iklim sangat diperlukan karena berfungsi untuk penjelas gejala dan perilaku cuaca setempat. Selain itu, berfungsi juga untuk membantu manusia melakukan usaha optimasi di bidang kegiatannya masing-masing (Huth dan Radan, 2018).

Stasiun klimatologi pertanian merupakan tempat yang berfungsi untuk mengamati cuaca dalam jangka waktu yang panjang secara teratur. Stasiun klimatologi harus ditempatkan di daerah yang luas. Stasiun klimatologi juga tidak diperbolehkan untuk pindah dalam jangka waktu minimal 10 tahun. Letak stasiun klimatologi harus bisa mewakili hubungan alamiah, tidak rusak, mudah dirawat, pembacaan skala dan perekaman data yang mudah dilaksanakan. Selain itu, stasiun klimatologi harus ditempatkan di tempat yang memiliki cukup tenaga pengamat. Tenaga pengamat tersebut harus ahli di dalam bidangnya. Stasiun klimatologi harus ditempatkan di tempat yang jauh dari lereng dan lembah. Selain itu, tidak dipenuhi dengan pepohonan (Hamdi, 2014).

Stasiun klimatologi terbagi dari dua tempat yaitu taman alat dan daerah terbuka. Taman alat merupakan sebidang tanah yang berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur unsur cuaca di pasang. Daerah terbuka merupakan sebidang tanah di sekeliling taman alat. Di dalamnya tidak mengandung suatu penghalang yang dapat mengganggu bekerjanya alat pengukur cuaca (Huth dan Radan, 2014).

1.2 Tujuan Praktikum

a). Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis alat stasiun klimtologi yang umum digunakan b). Mahasiswa mampu mengetahui prinsip kerja dan fungsi masing-masing alat di stasiun

klimatologi

c). Mahasiswa mampu mengetahui aplikasi dari alat-alat di stasiun klimatologi dalam bidang teknik pertanian.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penakar Hujan Otomatis (Hellman)

Penakar hujan merupakan alat yang ada di stasiun klimatologi. Penakar hujan memiliki fungsi untuk mengukur curah hujan. Penakar hujan ini memiliki dua jenis yaitu otomatis dan observasi. Penakar hujan otomatis atau hellman merupakan penakar hujan yang memiliki sistem otomatis sendiri. Oleh karena itu, penakar hujan otomatis mampu merekam datanya sendiri. Cara kerja penakar hujan otomatis atau hellman tidak menggunakan listrik maupun elektronika.

Penakar hujan otomatis bekerja dengan bantuan mekanik yang berfungsi untuk menggerakkan mata pena serta tintanya (Muliantara dkk, 2015).

Penakar hujan otomatis (hellman) biasa dipakai di stasiun klimatologi. Selain itu, biasa juga dipakai di stasiun pengamatan udara permukaan. Pengamatan pada pengukur hujan otomatis dilakukan di jam-jam tertentu setiap hari walaupun cuaca pada hari pengamatan sedang cerah.

Penakar hujan otomatis (hellman) mencatat jumlah curah hujan dalam bentuk garis vertical.

Kemudian dicatat di kertas pias. Alat pengukur hujan otomatis harus dirawat dengan intensif.

Tujuannya adalah untuk menghindari kerusakan (Manullang dan Tamba, 2013).

Gambar 2.1.1 Penakar Hujan Otomatis (Hellman) Sumber: Muliantara dkk, 2015

2.2 ARWS (Automatic Rain Water Sampler)

Automatic Rain Water Sampler adalah alat yang berada pada stasiun klimatologi. Alat ini merupakan alat yang memiliki fungsi untuk mengambil sampel air hujan secara basah (wet) maupun secara kering (dry). Alat ini diambil secara otomatis dan bertujuan untuk pengujian kandungan kimia pada air hujan. Automatic Rain Water Sampler merupakan alat yang digunakan dalam kurun waktu seminggu sekali. Cara kerjanya adalah ketika ada hujan maka tutupnya akan terbuka. Kemudian air hujan akan masuk ke dalam silindernya. Apabila hujan berhenti maka silindernya secara otomatis akan tertutup. Air hujan yang diambil akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian dan pengamatan (Huth dan Radan, 2018).

Alat ini memiliki fungsi lain yaitu untuk mengoperasikan penakar hujan otomatis. Tujuannya adalah untuk menampung sampel air hujan. Apabila terjadi hujan maka motor penggerak secara otomatis akan membuka tutup peralatan pengumpul sampel air hujan. Hal ini terjadi karena peralatan sensor yang dipakai sangat peka. Kemudian sampel air hujan yang sudah dikumpulkan dialirkan melalui selang ke botol plastic. Botol plastik tersebut berbahan dasar polyethylene. Sensor ini kemudian secara otomatis akan menutup apabila tidak ada hujan.

Tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya sampel air hujan yang terkontaminasi. Sampel

(4)

air hujan dapat terkontaminasi oleh polutan yang terbawa saat periode endapan kering atau dry deposition. Contohnya adalah debu yang biasa terbawa oleh angin (Kurniawan, 2020).

Gambar 2.2.1 Automatic Rain Water (ARWS) Sumber: Kurniawan, 2020

2.3 Termometer Bola Kering dan Termometer Bola Basah

Termometer bola kering dan termometer bola basah merupakan alat yang terdapat dalam stasiun klimatologi. Termometer bola kering dan termometer bola basah memiliki fungsi untuk mengetahui tingkat kelembaban. Kelembaban merupakan jumlah kandungan air yang tinggi ketika uap air yang dikandung juga tinggi. Cara kerja dari alat ini adalah dengan mengukur suhu udara kering di termometer pertama. Kemudian mengukur suhu udara basah di termometer kedua. Tabung air raksa dibiarkan kering pada termometer bola kering. Tujuannya adalah agar suhu udara lebih aktual. Kebalikannya pada termometer bola basah. Tabung air raksa diberi kain yang dibasahi, tujuannya adalah agar uap air dapat berkondensasi (Renaldi, 2015).

Hasil pengukuran dari termometer bola kering dinamakan suhu bola kering. Begitu juga sebaliknya, hasil pengukuran dari termometer dari bola basah dinamakan suhu bola basah.

Apabila ukuran dari suhu tidak dapat diberi penjelasan khusus maka dapat disimpulkan bahwa suhu berada pada keadaan biasa. Ukuran suhu bola basah merupakan kondisi apabila sensor panas termometer sengaja dikondisikan dalam keadaan basah. Kondisi tersebut dipengaruhi dengan adanya sensor panas. Apabila kandungan uap air di udara telah mencapai titik jenuh, maka dapat disimpulkan bahwa kedua jenis termometer menjadi sama (Laurensius, 2015).

Gambar 2.3.1 Termometer Basah dan Termometer Kering Sumber: Renaldi, 2015

2.4 Cup Counter Anemometer

Cup counter anemometer merupakan salah satu alat yang berada pada stasiun klimatologi.

Alat ini harus berada pada tempat yang terbuka. Selain itu, alat ini harus ditempatkan di tempat yang jauh dari pepohonan. Cara kerja dari cup counter anemometer adalah mangkok pada anemometer akan tertiup dan bergerak sesuai dengan arah anginnya. Apabila kecepatan angin semakin besar, maka semakin cepat kecepatan mangkoknya untuk berputar. Dari pergerakan mangkok tersebut maka dapat dihitung jumlah putaran serta kecepatan anginnya (Pangestu dkk, 2015).

(5)

Anemometer adalah perangkat untuk mengukur kecepatan dan arah angin. Anemometer memiliki fungsi untuk mengukur kecepatan angin, memperkirakan cuaca dan memperkirakan kecepatan serta arah angin. Anemometer terdiri atas tiga atau empat buah mangkok. Mangkok tersebut terpasang di jari-jarinya. Perputaran rotor pada mangkok anemometer terjadi dengan bantuan sistem mekanik. Sistem mekanik tersebut mengandung roda gigi di dalamnya (Legg, 2017).

Gambar 2.4.1 Cup Counter Anemometer Sumber: Pangestu dkk, 2015

2.5 Panci Penguapan (Open Pan Evaporimeter)

Panci penguapan atau open pan evaporimeter merupakan alat yang ada di stasiun klimatologi. Panci penguapan memiliki fungsi untuk mengukur alat penguapan. Penguapan merupakan unsur penting dari proses hidrologi. Evaporasi merupakan proses penguapan dari permukaan air, tanah dan bentuk permukaan. Evaporasi bukan vegetasi dari proses fisika.

Evaporasi memiliki dua unsur utama dalam keberlangsungannya. Unsur tersebut yaitu energi radiasi matahari dan ketersediaan air (Gani dkk, 2019).

Dalam panci penguapan mengandung alat hook gauge. Hook gauge memiliki fungsi untuk mengukur perubahan tinggi air yang berada pada panci. Panci penguapan juga mengandung termometer yang memiliki fungsi sebagai pelengkap dari alat evaporasi. Memiliki fungsi sebagai pengukur suhu pada permukaan air yang berada di permukaan tanah. Cara kerjanya adalah dengan melihat skala yang berada pada panci. Kemudian bisa dihitung dengan cara mengurangi nilai dari pengukuran pada hari pengamatan sebelumnya (Panda et al, 2017).

Gambar 2.5.1 Panci Penguapan Sumber: Panda et al, 2017 2.6 Lysimeter

Lysimeter merupakan alat yang berada pada stasiun klimatologi. Lysimeter merupakan alat yang berisi empat kotak dengan masing-masing ukuran 1 m2. Lysimeter berfungsi untuk evapotranspirasi. Evapotranspirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membuat pengukurannya tidak mudah dilakukan dengan cara langsung. Empat kotak dari lysimeter berisi

(6)

tanah dan tanaman yang berbeda-beda jenis. Namun ada juga yang tidak mengandung tanaman di dalamnya (Adha dkk, 2016).

Lysimeter mengandung perangkat di dalamnya yang berfungsi untuk menghubungkan lysimeter dengan drainase. Drainase atau yang biasa disebut dengan air sisa akan merembes dan terkumpul di bawah lysimeter. Jumlah air yang masuk dan keluar tidak sama dan dapat diukur. Hal ini terjadi karena vegetasi yang ditanam dalam empat container yang terkurung dalam lysimeter. Dari proses tersebut air yang keluar dinamakan air perkolasi (Meissner et al, 2020).

Gambar 2.6.1 Lysimeter Sumber: Meissner et al, 2020

2.7 Campbell Stokes

Campbell stokes merupakan alat yang berada pada stasiun klimatologi. Alat ini merupakan alat yang berfungsi sebagai pengukur dari lamanya penyinaran matahari dalam kurun waktu sehari. Alat ini memiliki bentuk bulat kaca dan memiliki diameter 10 cm. Selain itu, alat ini juga memiliki kertas pias yang berfungsi sebagai kertas pembaca lamanya sinar matahari berlangsung. Diantara banyaknya alat pengukur yang digunakan, campbell stokes merupakan alat yang dipilih untuk alat resmi pengukur lamanya penyinaran matahari (Hamdi, 2014).

Cara penggunaan Campbell stokes adalah dengan memasukkan kertas khusus dan diganti selama sehari sekali. Kertas khusus tersebut akan terbakar karena ada alat tersebut. Kertas tersebut terbakar karena adanya intensitas radiasi matahari yang melalui bola kaca dan dilakukan pemfokusan. Terkadang apabila data lama penyinaran matahari didapatkan secara manual dapat terjadi kesalahan. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan pada pembacaan lama penyinaran matahari dilakukan pendataan dengan menggunakan digital (Fitri dkk, 2018).

Gambar 2.7.1 Campbell Stokes Sumber: Hamdi, 2014

2.8 Termometer Apung Maksimum Minimum

Termometer apung maksimum merupakan alat yang berada pada stasiun klimatologi.

Termometer apung maksimum merupakan termometer air raksa yang memiliki fungsi untuk mengukur suhu maksimum. Cara penggunaan alat ini adalah dengan melihat skala temperatur yang berada pada ujung air raksa. Langkah selanjutnya adalah kembalikan ke kolom air raksa

(7)

yang terputus tadi ke bagian yang sempit. Satuan dari termometer ini adalah derajat (Allouhi et al, 2018).

Termometer apung minimum merupakan salah satu alat juga yang berada di stasiun klimatologi. Termometer apung minimum merupakan termometer air raksa yang dipakai untuk mengukur suhu rendah. Termometer apung minimum dan maksimum memiliki perbedaan.

Perbedaan dari termometer apung minimum dengan termometer apung maksimum ada pada bagian sempit yang berada pada tabung dekat bola termometernya. Cara membaca termometernya adalah dengan melihat dari indeks atau batang gelas kecil yang memiliki warna hitam (Gani dkk, 2019).

Gambar 2.8.1 Termometer Apung Maksimum dan Termometer Apung Minimum Sumber: Allouhi et al, 2018

2.9 Penakar Hujan (Observasi)

Dalam mengamati cuaca dapat melakukan pengamatan secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan secara langsung adalah dengan bantuan penakar hujan. Penakar hujan merupakan alat yang berada pada stasiun klimatologi. Alat ini memiliki fungsi untuk mengukur curah hujan. Penakar hujan memiliki dua jenis yaitu otomatis dan observasi. Penakar hujan observasi merupakan alat model biasa yang tidak dapat merekam data secara otomatis (Kurniawan, 2020).

Penakar hujan ini memiliki bagian corong dan botol penampung. Corong dan botol penampung ini berada pada tabung silinder dari penakar hujan. Fungsi dari corong dan botol penampung adalah untuk menakar hujan. Penakar hujan observasi harus diletakkan di tempat yang terbuka. Selain itu, tidak boleh dipengaruhi gedung maupun pepohonan yang berada di sekitarnya. Cara kerja dari penakar hujan ini adalah air hujan yang jatuh ke corong akan tertampung di dalam tabung silinder. Kemudian hitung volume setelahnya (Petonengan, 2016).

Gambar 2.9.1 Penakar Hujan Observasi Sumber: Kurniawan, 2020

2.10 Gun Bellani

Gun bellani adalah alat yang berguna untuk mengukur jumlah radiasi matahari yang dalam satu hari akan menyinari bumi. Gun bellani adalah alat pengukuran pemanasan bumi dengan memanfaatkan matahari atau penguapan pada permukaan bumi. Perhitungan pada alat ini

(8)

menggunakan satuan joule/cm2. Dalam gun bellani terdapat bola hitam yang berisi air, skala ukur air penguapan, dan pupa kaca yang memiliki bentuk seperti lampu bohlam (Nurhamiddin, 2019).

Cara kerja pada gun bellani yaitu mengoperasikannya pada pagi hari dengan membalik posisi dari bola hitam diatas untuk mengkalibariskannya. Air yang terdapat di dalam bola hitam tersebut memiliki volume yang tetap sehingga tidak perlu ditambahkan lagi. Apabila gun bellani terkena sinar matahari maka air di dalam bola hitam akan menguap dan menciptakan embun- embun air pada pupa kaca melalui proses kondensasi (Sarjito, 2016).

Gambar 2.10.1 Gun Bellani Sumber: Sarjito, 2016

(9)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Penakar Hujan Otomatis (Hellman)

Penakar hujan adalah alat yang berfungsi untuk mengukur curah hujan. Penakar hujan otomatis atau hellman merupakan penakar hujan dari jenis rekam. Dengan kata lain adalah penakar hujan yang secara otomatis akan mencatat curah hujan dalam kurun waktu tertentu.

Cara kerja dari penakar hujan ini adalah dengan mengukur tinggi hujan seakan-akan air hujan yang turun ini ditampung di dalam permukaan kolom air. Kemudian dari air yang tertampung akan dibagi volumenya dengan luas corong penampung. Kemudian hasilnya akan menjadi data curah hujan di dalam kurun waktu tertentu (Manullang dan Tamba, 2013).

Prinsip kerja dari penakar hujan otomatis atau hellman adalah ketika hujan turun maka air hujan akan masuk ke dalam corong melalui pipa. Kemudian air akan dialirkan dan ditampung dalam tabung. Dalam tabung terdapat pelampung yang akan dikaitkan dengan pena. Pena tersebut akan bergerak dengan arah vertical untuk mencatat curah hujan. Pena akan naik dan turun secara vertical berulang kali apabila hujan turun terus menerus. Dari prinsip tersebut maka jumlah curah hujan dapat dihitung berdasarkan garis yang tercatat oleh pena di kertas pias (Manullang dan Tamba, 2013).

Dalam bidang teknik pertanian, penakar hujan otomatis sangat diperlukan. Dari penakar hujan otomatis atau hellman akan didapatkan data curah hujan. Data curah hujan memiliki peran untuk mengetahui keadaan cuaca. Selain itu, berfungsi juga untuk memperkirakan tanaman apa yang cocok untuk ditanam. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil panen secara maksimal.

Data curah hujan juga digunakan untuk menentukan waktu yang tepat untuk memulai pra panen (Muliantara dkk, 2015).

3.2 ARWS (Automatic Rain Water Sampler)

Automatic Rain Water Sampler memiliki fungsi untuk mengambil air hujan. Alat ini berfungsi dalam menentukan curah hujan. Selain itu, berfungsi untuk menentukan nilai pH dari air hujan.

Sampel air hujan ini dapat dicari dengan cara metode wet dan metode dry. Prinsip kerja dari Automatic Rain Water Sampler atau ARWS adalah apabila terjadi hujan, maka secara otomatis akan membuka tutup penampungan air (Huth dan Radan, 2018).

Hal ini terjadi karena Automatic Rain Water Sampler memiliki sensor yang merangsang sistem kontrol. Penampungan air itu akan bergerak dengan motor listrik dan akan mati apabila hujan berhenti. Di bidang pertanian alat ini sangat berfungsi dan berperan penting. Alat ini berfungsi karena pH dari air hujan akan mempengaruhi kualitas tanah. Sehingga kualitas tanaman yang ditanam juga akan terpengaruh. Selain itu, kita juga dapat mengetahui kesuburan tanah melalui bantuan alat ini (Kurniawan, 2020).

3.3 Termometer Bola Kering dan Termometer Bola Basah

Termometer bola kering dan termometer bola basah merupakan alat yang berfungsi untuk mengetahui tingkat kelembaban dari udara. Alat ini akan menghasilkan data yang nantinya dapat dijadikan data kelembaban. Termometer bola kering berfungsi untuk mengukur suhu kering. Termometer bola basah berfungsi untuk mengukur suhu basah. Hygrometer mempunyai prinsip untuk menggunakan dua termometer. Tabung air raksa yang berada pada termometer bola kering akan dibiarkan kering. Hal ini berfungsi agat suhu udara dapat terukur secara aktual (Renaldi, 2015).

Kemudian tabung air raksa yang berada pada termometer bola basah akan diberi kain basah agar suhu yang nantinya didapat merupakan suhu saturasi. Suhu saturasi merupakan suhu yang dibutuhkan agar uap air bisa berkondensasi. Dalam bidang teknik pertanian, alat ini sangat berguna. Biasanya digunakan dalam proses pencarian data Ratio Humidity atau disingkat RH. Data ini memiliki fungsi agar kita dapat mengetahui tingkat kelembapan dari udara. Kemudian kita juga dapat mengetahui kapan ideal kelembaban udara (45%-65%).

(10)

Fungsi yang lain yaitu alat ini dapat digunakan untuk menguji kinerja dari alat pengering gabah (Laurensius, 2015).

3.4 Cup Counter Anemometer

Anemometer adalah alat yang memiliki fungsi untuk mengukur kecepatan angin dan arah angin. Alat ini terdapat pada stasiun klimatologi. Cara kerja dari anemometer yaitu dipasang pada daerah terbuka dan tidak boleh terhalang oleh benda apapun. Contohnya adalah seperti pohon atau gedung dalam jarak tertentu. Cup counter anemometer memiliki tiang panjang setinggi 0.5 atau 2 meter dan terpasang pada tanah. Pada ujung tiang terdapat tiga buah piringan seperti mangkok dan dipasang secara searah. Piringan mangkok tersebut akan bergerak searah dengan arah angin. Apabila angin bertiup secara cepat, maka piringan dari cup counter anemometer juga akan berputar secara cepat. Cup counter anemometer mengandung alat yang menunjukkan angka kecepatan angin saat itu. Display tersebut akan menampilkannya secara otomatis (Pangestu dkk, 2015).

Cara kerja dari anemometer adalah dengan memanfaatkan rotasi yang terjadi saat angin bertiup kencang. Sehingga piringan pada cup counter anemometer akan bergerak. Alat ini memiliki fungsi lain yaitu untuk mengukur besarnya tekanan angin. Pada intinya, sistem kerja dari alat cup counter anemometer berkaitan dengan angin. Pada bidang teknik pertanian, alat ini sangat penting karena memiliki fungsi dan berdampak pada bidang teknik pertanian. Cup counter anemometer akan memberikan informasi yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi karena angin memiliki hubungan dengan pertumbuhan tanaman. Selain itu, cup counter anemometer juga berfungsi untuk analisis penyerbukan tanaman (Azwar dan Kholiq, 2013).

3.5 Panci Penguapan (Open Pan Evaporimeter)

Panci penguapan merupakan panci yang memiliki ukuran diameter 120 cm dan memiliki ukuran tinggi 25 cm. Panci penguapan atau Open Pan Evaporimeter merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur penguapan. Satuan dari alat ini adalah mm. Panci ini memiliki bejana dan sukat kail di dalamnya yang berfungsi untuk menghitung air yang hilang. Selain itu didasarkan berdasarkan penurunan muka air yang berada dalam panci. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengukur evaporasi air yang berada dalam panci. Caranya adalah dengan memperhitungkan kelembaban udara, kecepatan angin dan lokasi panci yang diletakkan dengan vegetasi di sekelilingnya (Panda et al, 2017).

Panci penguapan atau Open Pan Evaporimeter sangat dibutuhkan di dalam proses penguapan. Dalam bidang teknik pertanian, alat ini sangat berfungsi. Ketersediaan air dalam sistem irigasi wajib diperhitungkan karena air memiliki pengaruh banyak terhadap perkembangan tanaman. Selain itu, dengan memperhatikan sistem irigasi pertanian maka tanaman akan mendapatkan kualitas yang optimal. Hal ini terjadi karena tanaman memiliki air yang cukup sehingga mendapatkan hasil panen yang bagus. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya keterbatasan data menjadi masalah. Akibatnya besaran penguapan tidak dapat dicari dengan proses perhitungan data, oleh karena itu diperlukan panci penguapan atau open pan evaporimeter (Gani dkk, 2019).

3.6 Lysimeter

Lysimeter merupakan alat yang memiliki perangkat di dalamnya. Perangkat ini berfungsi untuk menghubungkan drainase atau air sisa. Cara kerjanya adalah drainase atau air sisa ini akan merembes dan akan terkumpul di bawah lysimeter. Jumlah air yang masuk dan keluar tidak sama. Hal ini disebabkan oleh adanya vegetasi yang ditanam di empat container.

Container tersebut terkurung di dalam lysimeter. Air yang keluar dari proses ini dinamakan air perkolasi. Dikarenakan jumlah air yang masuk dan keluar tidak sama maka dapat diukur (Meissner et al, 2020).

Lysimeter biasa digunakan untuk mengamati evapotranspirasi pada tanaman padi.

Tanaman padi memerlukan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, agar bisa dikonsumsi dengan layak oleh konsumennya. Lysimeter digunakan untuk mengukur

(11)

banyaknya evapotranspirasi. Dengan kata lain, bisa juga digunakan sebagai manajemen air.

Dalam bidang teknik pertanian alat ini sangat membantu. Hal ini dikarenakan air pada tanaman memiliki sifat dinamis dan mudah hilang. Oleh karena itu, dapat berpengaruh pada lingkungan tumbuh. Selain itu, alat ini juga dapat digunakan sebagai analisis dari ketersediaan air. Alat ini juga dapat digunakan untuk kapasitas pompa irigasi (Sirait dkk, 2013).

3.7 Campbell Stokes

Campbell stokes merupakan alat yang digunakan dengan bantuan kertas khusus. Cara kerjanya adalah dengan memasukkan kertas khusus tersebut. Kemudian kertas khusus harus diganti selama sehari sekali. Kertas khusus tersebut nantinya akan terbakar. Hal ini terjadi karena alat Campbell stokes. Selain itu, kertas ini terbakar karena adanya intensitas dari radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari tersebut difokuskan melalui bola kaca (Fitri dkk, 2018).

Campbell stokes memiliki peran dalam bidang teknik pertanian. Campbell stokes berfungsi untuk memberikan informasi mengenai lamanya sinar matahari yang berlangsung. Hal ini membantu para petani agar dapat mengetahui waktu yang tepat untuk menanam. Selain itu, untuk memaksimalkan hasil panen para petani. Kesalahan pada saat pembacaan lamanya penyinaran matahari dapat dihindari. Caranya adalah dengan menggunakan data lama penyinaran matahari secara digital (Hamdi, 2014).

3.8 Termometer Apung Maksimum Minimum

Termometer apung maksimum merupakan alat yang memiliki fungsi untuk mengukur suhu maksimum. Suhu yang diukur berada pada permukaan air di panci penguapan. Termometer apung minimum merupakan alat yang berfungsi untuk mengetahui suhu minimumnya. Prinsip dari alat ini adalah bekerja saat suhu udara menurun. Alkohol yang berada pada benda D akan menurun dan mengakibatkan raksa di benda C naik. Selain itu, mengakibatkan juga pembentukan keping baja yang menunjuk angka minimum. Saat suhu sedang naik, maka alkohol di D ikut naik dan raksa pada ruang C menjadi menyusut. Sehingga keping baja akan menunjuk angka maksimum. Dapat disimpulkan bahwa setiap ruang akan berbanding terbalik sesuai pada kegunaannya (Allouhi et al, 2018).

Dalam bidang teknik pertanian, alat ini sangat berfungsi karena memiliki peran di dalamnya.

Alat ini sering digunakan bersamaan dengan open pan evaporimeter atau panci penguapan.

Tujuannya adalah untuk mengukur penguapan air dengan satuan millimeter. Dengan bantuan alat ini, maka dapat diketahui suhu minimum serta maksimum pada permukaan air. Sehingga ketersediaan air di sistem irigasi dapat diperhitungkan. Apabila sistem irigasi diperhatikan, maka petani akan mendapatkan hasil panen yang optimal. Besaran tidak dapat diabaikan karena penguapan sangat penting (Gani dkk, 2019).

3.9 Penakar Hujan (Observasi)

Penakar hujan observasi merupakan salah satu contoh dari alat pengamatan yang dilakukan secara langsung. Penakar hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan. Oleh karena itu, alat ini terdapat pada stasiun klimatologi. Penakar hujan terdiri dari dua jenis yaitu penakar hujan otomatis dan penakar hujan observasi (Kurniawan, 2020).

Prinsip kerja dari penakar hujan observasi adalah menampung air hujan pada penampungan air. Apabila air sudah penuh maka air tersebut akan dikeluarkan dari kran. Pada teknik pertanian, alat ini sangat membantu. Hal ini dikarenakan alat ini memiliki kegunaan untuk memperkirakan lamanya musim hujan dan musim kemarau. Apabila musim hujan dan musim kemarau dapat diperkirakan, maka para petani dapat memperkirakan waktu untuk menanam (Permana dkk, 2015).

3.10 Gun Bellani

Gun bellani merupakan alat yang memiliki fungsi untuk membaca intensitas cahaya matahari. Intensitas cahaya matahari dapat dicari dengan menggunakan rumus selisih pembacaan skala dikali dengan konstanta dan dibagi 21. Kemudian hasilnya akan ditulis dalam

(12)

satuan kalori per cm2. Gun bellani juga dapat digunakan untuk menghitung radiasi matahari dalam satu hari. Satuan yang dicatat dari hasil yaitu satuan J/cm2. Gun bellani mengandung bola hitam yang berada di dalam alat ini. Bola hitam ini akan menguap apabila terkena cahaya matahari. Kemudian akan menyebabkan air menempel pada pipa kaca dan turun ke bawah (Nurhamiddin, 2019).

Dalam bidang teknik pertanian, gun bellani sangat diperlukan karena memiliki peran penting. Stock air perlu diperhatikan di dalam bidang pertanian, dikarenakan air sangat berdampak terhadap perkembangan tanaman. Tanaman akan memiliki kandungan air yang cukup apabila sistem irigasinya diperhatikan. Sehingga hasil panen yang diperoleh juga menjadi optimal. Penguapan tidak dapat diabaikan karena penguapan merupakan hal yang penting.

Selain itu, gun bellani juga secara tidak langsung membantu petani dalam memperkirakan waktu yang tepat untuk menanam. Hal ini juga membantu petani untuk mendapatkan hasil panen yang optimal (Sarjito, 2016).

(13)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Pada praktikum Ilmu Pertanian dan Biosistem materi Praktikum Lapang Stasiun Klimatologi kali ini, memiliki tujuan praktikan diharapkan mampu mengetahui jenis-jenis alat stasiun klimatologi yang umum digunakan. Kemudian mahasiswa juga diharapkan mampu mengetahui prinsip kerja dan fungsi masing-masing alat di stasiun klimatologi. Yang terakhir, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui aplikasi dari alat-alat di stasiun klimatologi dalam bidang teknik pertanian. Cuaca merupakan kondisi fisik udara pada suatu lokasi dan waktu. Iklim adalah kumpulan dari kondisi cuaca yang disusun dan dihitung untuk membentuk rata-rata kondisi cuaca. Informasi yang mengandung cuaca dan iklim sangat diperlukan karena berfungsi untuk penjelas gejala dan perilaku cuaca setempat. Stasiun klimatologi pertanian merupakan tempat yang berfungsi untuk mengamati cuaca dalam jangka waktu yang panjang secara teratur.

Stasiun klimatologi harus ditempatkan di daerah yang luas. Stasiun klimatologi juga tidak diperbolehkan untuk pindah dalam jangka waktu minimal 10 tahun. Stasiun klimatologi terbagi dari dua tempat yaitu taman alat dan daerah terbuka. Taman alat merupakan sebidang tanah yang berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur unsur cuaca di pasang. Daerah terbuka merupakan sebidang tanah di sekeliling taman alat.

Penakar hujan merupakan alat yang ada di stasiun klimatologi. Penakar hujan memiliki fungsi untuk mengukur curah hujan. Penakar hujan ini memiliki dua jenis yaitu otomatis dan observasi. Automatic Rain Water Sampler adalah alat yang berada pada stasiun klimatologi. Alat ini merupakan alat yang memiliki fungsi untuk mengambil sampel air hujan secara basah (wet) maupun secara kering (dry). Pada thermometer bola kering dan basah digunakan untuk mengetahui tingkat kelembaban. Anemometer merupakan perangkat untuk mengukur kecepatan dan arah angin. Alat ini berfungsi untuk mengukur kecepatan angin, memperkirakan cuaca, dan memperkirakan kecepatan dan arah angin. Panci penguapan atau evaporimeter adalah salah satu alat yang ada di stasiun klimatologi yang berfungsi sebagai alat ukur penguapan.

Lysimeter adalah salah satu alat yang terdapat di stasiun klimatologi yang dapat didefiniskan sebagai alat yang berisi empat kotak dengan ukuran 1m2 yang berfungsi sebagai evapotranspirasi. Campbell stokes adalah salah satu alat yang ada pada stasiun klimatologi. Alat ini merupakan alat pengukur lamanya penyinaran matahari dalam sehari. Thermometer Apung Maksimum merupakan alat yang biasanya digunakan untuk mengukur suhu tinggi yang diukur dalam tenggat waktu harian. Sedangkan Thermometer Apung Minimum merupakan alat yang biasanya di gunakan untuk mengukur suhu rendah. Penakar Hujan (Observasi) atau yang biasa disebut dengan ombrometer merupakan alat berbentuk seperti corong yang di gunakan untuk menampung air hujan. Gun Bellani merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi matahari yang akan menyinari bumi dalam satu hari.

4.2 Saran

Pada praktikum kali ini, pemaparan materi oleh asisten praktikum sudah sangat baik.

Terutama dalam pemberian video materi. Saran yang dapat praktikan berikan adalah pemberian video dalam pemaparan materi dilakukan di setiap pertemuan. Karena pemberian video materi sangat baik dan membuat praktikan lebih paham dalam menguasai materi yang diberikan.

Dalam materi Praktikum Lapang Stasiun Klimatologi di dalam teknologi pertanian bisa dibahas lebih dalam dan rinci lagi sehingga praktikan bisa memahami penerapannya. Selain itu, bisa menjadi informasi dan mengundang daya tarik praktikan dalam mencoba memanfaatkan teknologi pertanian dalam konsep materi Praktikum Lapang Stasiun Klimatologi. Namun, sejauh ini materi Praktikum Lapang Stasiun Klimatologi sudah tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adha, Fadhiatul., dkk. 2016. Evaluasi Penggunaan Lysimeter untuk Menduga Evapotranspirasi Standard an Evapotranspirasi Tanaman Kedelai Glycine max (L) Merril). Jurnal Teknotan.

10(2): 71-79

Allouhi, Amine, et al. 2018. Energy Auditing. Comprehensive Energy Systems. 5(1): 1-44

Azwar T, Kholiq A. 2013. Anemometer Digital Berbasis Mikrokontroler Atmega-16. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia. 2(3): 41-45

Gani, Ilham D., dkk. 2019. Sistem Monitoring Tinggi Permukaan Air Panci Penguapan Berbasis Node MCU dengan Menggunakan Teknologi Internet of Things (IoT). Jurnal PROtek. 6(2):

53-57

Hamdi S. 2014. Mengenal Lama Penyinaran Matahari sebagai Salah Satu Parameter Klimatologi. Berita Dirgantara. 15(1): 7-16

Kurniawan, Agusta. 2020. Evaluasi Pengukuran Curah Hujan Antara hasil Pengukuran Permukaan (AWS, HELLMAN, OBS) dan Hasil Estimasi (Citra Satelit = GSMaP) di Stasiun Klimatologi Mlati Tahun 2018. JGEL. 4(1): 1-7

Laurensius N. 2015. Mesin Pengering Pakaian Sistem Terbuka dengan Debit Aliran Udara 0,054 m3 /detik. Skripsi. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta

Legg, Roger. 2017. Properties of Humid Air. Air Conditioning System Design. Chap. 1(1): 1-28 Manullang VS dan Tamba T. 2013. Modifikasi Penakar Hujan Otomatis Tipe Tipping Bucket dengan Hall Effect Sensor ATS276. Fisika Instrumentasi FMIPA Universitas Sumatra Utara Meissner, R., et al. 2020. Use of Lysimeter for Monitoring Soil Water Balance Parameters and

Nutrient Leaching. Climate Change and Soil Interactions. 1(7): 171- 205

Muliantara, Agus., dkk. 2015. Perancangan Alat ukur Ketinggian Curah Hujan Otomatis berbasis Mikrokontroler. Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer. 8(2): 31-37

Panda, et al. 2017. Conceptual View of Low-Cost Sensory Evaporimeter Based on Internet of Things (IoT). ISCO. 1(1): 363-367

Pangestu, Yudo., dkk. 2015. Rancang Bangun Anemometer Mangkok Dengan Uji Laboratorium Dan Lapangan (Design Cup Anemometer with Laboratory and Field). Tesis. Semarang:

Universitas Diponegoro

Permana, Ran G., dkk. 2015. Perancangan dan Pengujian Penakar Hujan Tipe Tipping Bucket dengan Sensor Photo-Interrupter Berbasis Arduindo. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia. 4(3):

71-76

Petonengan, Andriano. 2016. Pola Distribusi hujan Jam-Jaman di Das Tondano bagian Hulu.

Jurnal Sipil Stasik. 4(1): 21-28

Renaldi, Evan. 2015. Mesin Pengering pakaian Sistem Terbuka dengan Debit Aliran Udara 0,032m3/s. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Sirait, Master R. 2013. Pendugaan Evapotranspirasi pada Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan menggunakan Model Simulasi Neraca Air. COCOS.

1(1): 1-11

(15)

LAMPIRAN 1. Bukti SS Literatur

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

2. Dokumentasi

(36)

Gambar

Gambar 2.5.1 Panci Penguapan  Sumber: Panda et al, 2017  2.6 Lysimeter
Gambar 2.4.1 Cup Counter Anemometer  Sumber: Pangestu dkk, 2015
Gambar 2.6.1 Lysimeter  Sumber: Meissner et al, 2020
Gambar 2.8.1 Termometer Apung Maksimum dan Termometer Apung Minimum  Sumber: Allouhi et al, 2018
+2

Referensi

Dokumen terkait