• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI BIOLOGI MODUL I PLANKTON

N/A
N/A
Meta purnamasari

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI BIOLOGI MODUL I PLANKTON "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI BIOLOGI MODUL I PLANKTON

Disusun sebagai laporan dalam pelakasanan praktikum mata kuliah Oseanografi Biologi (OS2104)

Dosen Pengampu : Dr. Susanna Nurdjaman, M.T.

Asisten :

Bimo Sheva Prihantoro 12920025 Disusun Oleh :

Meta Purnamasari 12920008

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2022

(2)

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 2

DAFTAR GAMBAR ... 3

DAFTAR TABEL ... 4

BAB I ... 5

PENDAHULUAN ... 5

1.1. Latar Belakang ... 5

1.2. Tujuan... 5

BAB II ... 6

TEORI DASAR ... 6

2.1. Definisi Plankton ... 6

2.2 Klasifikasi Plankton ... 6

2.3 Kelimpahan Plankton ... 7

2.4 Marak Alga Bahaya (MAB) ... 8

BAB III ... 9

METODOLOGI ... 9

3.1 Metode dan Daerah Kajian ... 9

3.2 Alat dan Bahan ... 10

3.3 Langkah Kerja ... 13

BAB IV ... 16

HASIL DAN ANALISIS ... 16

4.1 Hasil ... 16

4.2 Analisis ... 20

4.3 Tugas Akhir ... 20

BAB V ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN... 22

5.1 Kesimpulan... 22

5.2 Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN ... 24

(3)

3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Daerah Kajian Plankton ... 9

(4)

4

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Alat dan Bahan... 10

Tabel 4. 1 Kelimpahan Plankton dari Hasil Pengamatan Stasiun 2 ... 16

Tabel 4. 2 Identifikasi Jenis Plankton Stasiun 2 ... 16

Tabel 4. 3 Identifikasi Plankton di Tiga Stasiun ... 18

Tabel 4. 4 Tabel Perhitungan Kelimpahan Plankton ... 19

(5)

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara geografis, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia, serta terletak di antara dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia disebut juga sebagai negara maritim karena sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan. Wilayah laut Indonesia yang begitu luas tentu saja menjadi sumber daya alam yang sangat besar serta berpotensi untuk menjadikan laut sebagai sumber penting bagi kelangsungan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bersama.

Di laut ada mikroorganisme yang berperan penting dalam keberlangsungan rantai makanan dan kehidupan di bumi, yaitu plankton. Plankton tidak mempunyai kemampuan untuk berenang secara aktif, sehingga pergerakan plankton cenderung mengikuti arus. Mikroorganisme ini sangat berperan penting dalam kehidupan, plankton dapat menghasilkan setengah dari jumlah oksigen di atmosfer

1.2. Tujuan

1. Untuk memahami cara pengambilan sampel plankton dengan menggunakan plankton net dengan beberapa metode serta perbedaan tujuan penggunaan pada setiap metode

2. Untuk mengidentifikasikan jenis-jenis plankton

3. Untuk memahami perhitungan serta analisis dari kelimpahan plankton dari suatu perairan

(6)

6

BAB II TEORI DASAR

2.1. Definisi Plankton

Plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, yang berasal dari bahasa Yunani, “Planktos” yang artinya menghanyut atau mengembara (Harris et al, 2000 dalam Khaerunnisa 2015, hlm.10). Sementara menurut Arinardi (1995), Plankton merupakan sekelompok biota akuatik baik berupa tumbuhan maupun hewan yang hidup melayang maupun terapung secara pasif di permukaan perairan yang pergerakannya di pengaruhi oleh arus. Pada umumnya plankton merupakan perenang pasif yang tidak dapat berenang bergerak secara vertical (bidang x dan y) sehingga cenderung berderak mengkuti pergerakan arus perairan. Akan tetapi, plankton tetap dapat bergerak secara vertical dengan memanfaatkan perubahan massa jenis tubuhnya. Pergerakan ini dapat dilihat melalui migrasi vertikal zooplankton harian yang dilakukan oleh Ceriodaphnia sp. yang terjadi di Danau Batur, Bali (Toruan, 2013). Migrasi vertikal zooplankton dilakukan untuk melindungi diri mereka dari predator ketika siang hari dan naik ke malam hari untuk mencari makan (fitoplankton). Namun, beberapa organisme yang memiliki karakteristik perenang aktif dimasukkan kedalam organisme plankton seperti ubur-ubur dan krill (Fase larva dari euphausiid).

Plankton merupakan organisme laut yang sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan hidupnya, sehingga apabila terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kelimpahan dan dominansi plankton di suatu perairan baik secara horizontal maupun secara vertikal. Penelitian terhadap populasi plankton sangat penting untuk dilakukan, karena kelimpahan plankton sangat berpengaruh terhadap populasi makhluk hidup lain di suatu perairan. Studi terkait plankton juga dapat digunakan untuk menentukan kualitas air laut dan kadar polutan di dalam air laut (Solomon, 2017).

2.2 Klasifikasi Plankton

Plankton dapat dibedakan menjadi dua golongan besar berdasarkan kemampuan mereka untuk memproduksi makanan, yaitu fitoplankton (plankton nabati) yaitu plankton yang menyerupai tumbuhan karena dapat melakukan fotosintesis sehingga disebut produsen primer dalam ekosistem air dan zooplankton (plankton hewani) yaitu plankton yang menyerupai hewan karena memiliki alat gerak seperti hewan pada umumnya dan berperan sebagai konsumen tingkat I (satu) didalam ekosistem air .

(7)

7

Keduanya merupakan organisme yang tidak dapat bergerak aktif relatif terhadap air laut, namun bergerak bersama dengan arus air laut. Fitoplankton, merupakan tumbuhan. Sering disebut plankton nabati. Sel tubuhmengandung klorofil sehingga merupakan organisme autotrof yang mampu berfotosintesis secara langsung dan merupakan penyumbang makanan alami padakehidupan perairan (Nybakken, 1988). Fitoplankton umumnya mencakup Bacillariophyceae, Dinophyceae, Haptophyceae dan Chlorophyceae.

Zooplankton, ditemukan pada semua kedalaman atau lapisan air, karena mereka memiliki kekuatan untuk bergerak, yang meskipun lemah tetapi dapat membantunya untuk naik atau turun (Michael, 1994). dan zooplankton berperan dalam mengatur kelimpahan fitoplankton dalam suatu badan air agar tidak terjadi blooming. Secara umum Zooplankton memiliki pembagian berdasarkan ukuran tubuhnya, dan siklus hidupnya. Pembagian Zooplankton berdasarkan siklus hidupnya mencakup meroplankton dan holoplankton. Meroplankton adalah kelompok plankton yang hanya pada tahap awal daur hidupnya dijalani sebagai plankton, yakni pada tahap telur dan larva saja (Contohnya telur dan larva ikan)vdan seiring perkembangan dan pertumbuhan, akan berkembang dan tumbuh menjadi nekton (organisme laut yang dapat bergerak aktif dan berenang bebas melawan arus air laut) dan bentos (organisme laut yang hidup di dasar laut). Holoplankton adalah kelompok plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton (Contohnya: Copepoda, amfipod dan kaetognat).

2.3 Kelimpahan Plankton

Kelimpahan fitoplankton ditentukan berdasarkan pada konsentrasi nutrisi (umumnya kadar N, P, dan C) pada suatu daerah di permukaan air laut. Nutrisi yang berada di dalam permukaan laut juga dapat terbawa naik ke atas apabila terjadi upwelling dan hal tersebut dapat memengaruhi kelimpahan dari fitoplankton di permukaan laut. Kelimpahan fitoplankton sangat besar di daerah permukaan air laut (zona fotik terutama pada subzona eufotik) karena pada zona ini, proses fotosintesis dapat berlangsung secara optimal dan cahaya yang menembus lapisan ini masih membawa energi yang cukup untuk proses fotosintesis.

Sementara kelimpahan zooplankton bergantung pada kelimpahan fitoplankton. Area yang mengandung fitoplankton lebih banyak, akan memiliki kelimpahan zooplankton yang tinggi pula.

Zooplankton dapat mengalami pergerakan vertikal setiap harinya (Dial Vertical Motion) sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan, dan efisiensi energi. Umumnya zooplankton akan melakukan pergerakan vertikal naik menuju permukaan laut pada malam hari, di saat fitoplankton

(8)

8

telah mengakumulasikan nutrisi hasil fotosintesis di sekitar permukaan laut. Pergerakan vertikal pada malam hari juga ditujukan untuk menghindari predator yang dapat memangsa mereka apabila berada di sekitar permukaan laut pada siang hari. Adanya cahaya matahari memungkinkan mereka terlihat oleh pemangsa dan dapat mengancam zooplankton tersebut.

Turunnya zooplankton pada siang hari juga ditujukan untuk menghemat energi. Hal tersebut mungkin terjadi disebabkan ketika zooplankton turun ke kedalaman tertentu pada laut, suhu air laut juga turut menurun yang berdampak pada penurunan laju reaksi metabolik dalam tubuh (sel) dari zooplankton, sehingga energi dapat tersimpan dalam waktu yang lebih lama (Lalli, 2006).

2.4 Marak Alga Bahaya (MAB)

Alga berbahaya, yang lazim dikenal sebagai harmful algae blooms, adalah organisme eukariotik (1) bersel tunggal dan mikroskopik yang sebagian hidup di laut. Hampir sebagian besar spesies alga atau fitoplankton tidak berbahaya dan berfungsi sebagai penghasil energi pada rantai makanan di laut. Pada waktu tertentu, alga tumbuh sangat cepat atau bloom dan berakumulasi dengan densitas sangat padat sehingga menimbulkan penampakan berupa perubahan warna pada permukaan air laut yang sangat jelas. Red tide (1,2) adalah nama untuk menggambarkan fenomena tersebut di mana spesies fitoplankton tertentu yang terdiri dari pigmen kemerah-merahan atau reddish pigments dan bloom tersebut mengakibatkan perairan menjadi berwarna merah.

Sejumlah spesies alga manghasilkan toksin yang dapat ditransferkan melalui jaringan makanan di mana mereka dapat mempengaruhi dan bahkan membunuh organisme yang lebih tinggi tingkatannya, seperti zooplankton, kerang-kerangan, ikan, burung, mamalia laut, dan bahkan manusia yang mengkonsumsinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sekarang para peneliti lebih memakai istilah harmful algae blooms (HABs) (3) untuk menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan toksin maupun dampak negatif dari alga.

(9)

9

BAB III METODOLOGI

3.1 Metode dan Daerah Kajian

Pada praktikum ini ada 3 metode yang akan digunakan, yaitu:

3.1.1 Metode Pengambilan Sampel Plankton

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Metode tidak langsung dibagi menjadi 2 yaitu metode sampling horizontal dan metode sampling vertikal. Lalu untuk metode tidak langsung dilakukan menggunakan ember dalam pengambilannya.

3.1.2 Metode Klasifikasi Plankton

Metode Kualitatif digunakan untuk menentukan jenis-jenis plankton.

3.1.3 Metode Enumerasi

Metode enumerasi adalah proses perhitungan untuk mengetahui kelimpahan plankton pada suatu perairan. Enumerasi plankton dapat dilakukan menggunakan Haemocytometer dan Sedgewick Rafter Cell (SRC). Pada praktikum ini akan menggunakan metode SRC dimana akan mengambil 3 sampel preparat dari 3 lokasi yang berbeda dan akan melakukan enumerasi kelimpahan plankton tersebut lalu membandingkan serta menganalisis penyebab perbedaan hasil enumerasi pada ketiga lokasi tersebut.

3.1.4 Daerah Kajian Plankton

Gambar 3. 1 Daerah Kajian Plankton

(10)

10

Latitude dan longitude daerah kajian yang digunakan dalam proses pembuatan laporan praktikum ini sekitar -5.94461 dan 106.10883.

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 3. 1 Alat dan Bahan NO Alat dan

Bahan Gambar Fungsi

1 Gps

Handled

Untuk menentukan koordinat lokasi pengambilan sampel

2 Jam

Tangan

Untuk menentukan waktu pengambilan sampel 3 Plankton

Net

Untuk mengambil sampel plankton dari laut

4 Pemberat (dibuat dari botol yang di isi dengan air)

Untuk menambah

beban dari

plankton net agar dapat tenggelam saat pengambilan sampel

(11)

11

5 Tali Untuk menarik

plankton net saat pengambilan sampel

6 Botol sampel plankton

Untuk wadah sampel plankton yang akan diamati

7 Logsheet Untut mencatat

data pengambilan sampel plankton

8 Alat Tulis Mencatat data

pengambilan sampel plankton

(12)

12

9 Ember Sebagai wadah air

laut

10 Lakban Hitam

Untuk melapisi botol sampel plankton

11 Coolbox Tempat untuk

menjaga sampel plankton agar tidak rusak

12 Formalin Untuk

mengawetkan sampel plankton sebelum diamati

13 Pipet Tetes

Untuk mengambil formalin

(13)

13

14 Mikroskop Untuk

memperbesar ukuran plankton agar dapat diamati lebih detail

15 Preparat Mikroskop

Tempat utnuk meletakkan sampel plankton yang akan diamati melalui mikroskop 16 Sedgewick

Rafter Cell (SRC)

Untuk mengukur kelimpahan plankton

3.3 Langkah Kerja

3.3.1 Metode Pengambilan Sampel Plankton

Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan logsheet untuk mencatat teknik pengambilan, volume air, koordinat dan waktu pengambilan sampel plankton. Lalu langkah kerja akan dibagi berdasarkan jenis pengambilan data.

3.3.1.1 Metode Langsung Vertikal

1. Sampel plankton diambil secara vertikal di kedalaman 10 meter menggunakan plankton net khusus zooplankton.

2. Sampel plankton dimasukkan kedalam botol sampel yang telah dilapisi oleh lakban hitam agar plankton tidak melakukan proses fotosintesis, sehingga plankton didalamnya memiliki kelimpahan yang tetap.

3. 2% formalin ditambahkan dengan perhitungan eksak dari volume sampel total pada botol penyimpanan untuk mengawetkan plankton.

4. Pada masing-masing botol berilah label yang sesuai agar tidak tertukar.

5. Lalu gunakan coolbox untuk menyimpan botol sampel.

(14)

14 3.3.1.2 Metode Langsung Horizontal

1. Sampel plankton diambil secara vertikal di kedalaman 5 meter menggunakan plankton net khusus zooplankton.

2. Sampel plankton dimasukkan ke dalam botol sampel yang telah dilapisi oleh lakban hitam agar plankton tidak melakukan proses fotosintesis, sehingga plankton di dalamnya memiliki kelimpahan yang tetap.

3. 2% formalin ditambahkan dengan perhitungan eksak dari volume sampel total pada botol penyimpanan untuk mengawetkan plankton.

4. Pada masing-masing botol berilah label yang sesuai agar tidak tertukar.

5. Lalu gunakan coolbox untuk menyimpan botol sampel.

3.3.1.3 Metode Tidak Langsung

1. Sampel air diambil menggunakan ember.

2. Ember diturunkan sedalam 1 meter lalu air disaring menggunakan plankton net . Proses ini dilakukan sebanyak 10 kali jika kapasitas ember 5 liter hingga mendapatkan 50 liter sampel air.

3. Gunakan botol penyimpanan yang telah di lakban hitam untuk menaruh hasil penyaringan air agar tidak ada proses fotosintesis.

4. 2% formalin ditambahkan dengan perhitungan eksak dari volume sampel total pada botol penyimpanan untuk mengawetkan plankton.

5. Pada masing-masing botol berilah label yang sesuai agar tidak tertukar.

6. Lalu gunakan coolbox untuk menyimpan botol sampel.

3.3.2 Metode Klasifikasi dan Identifikasi Plankton

Pada Metode Klasifikasi dan Identifikasi Plankton terbagi menjadi langsung di lapangan atau di laboratorium.

3.3.2.1 Metode Klasifikasi dan Identifikasi di Lapangan

1. Sampel air laut diambil dari botol penyimpanan untuk di identifikasi.

2. Gunakan pipet tetes lalu sampel diletakkan di preparat.

3. Lalu gunakan penjepit kaca untuk menutup preparat.

4. Preparat diletakkan di atas foldscope.

5. Lalu identifikasi plankton yang ada pada preparat, ambil fotonya lalu buat sketsa dari plankton yang telah di amati.

(15)

15

3.3.2.2 Metode Klasifikasi dan Identifikasi di Laboratorium

1. Sampel air laut diambil dari botol penyimpanan untuk di identifikasi.

2. Gunakan pipet tetes lalu sampel diletakkan di preparat.

3. Lalu gunakan penjepit kaca untuk menutup preparat.

4. Preparat diletakkan di atas mikroskop.

5. Lalu identifikasi plankton yang ada pada preparat, ambil fotonya lalu buat sketsa dari plankton yang telah di amati.

3.3.3 Metode Enumerasi Plankton

Pada Enumerasi plankton dilakukan dengan cara menggunakan metode Sedgewick Raft Chamber (SRC). SRC merupakan preparat dengan jumlah kotak 50 x 20 = 1000 kotak. Dalam menghitung sampling SRC, harus dilakukan sampling pada 50 kotak secara random di dalam SRC. Akan tetapi, akibat keterbatasan sampel SRC. Perhitungan hanya dilakukan pada 1 kotak random. Langkah kerja dari enumerasi plankton adalah:

1. Sampel plankton dituangkan ke gelas ukur berukuran 500 ml lalu catat volumenya.

2. Gelas ukur di goyangkan agar endapan terangkat dari air sampel menjadi homogen.

3. Sampel diambil menggunakan pipet dengan volume 1 ml (sub-sampling atau fraksi).

4. Volume fraksi dicatat sesuai dengan yang telah diamati.

5. Sampel di tuang dari pipet ke dalam chamber SRC.

6. Preparat SRC ditutup menggunakan gelas penutup SRC agar tidak terbentuk gelembung.

7. Preparat dilihat melalui mikroskop lalu atur fokus serta pembesaran mikroskop hingga sampel pada chamber SRC dapat di amati dengan jelas.

8. Perhitungan kelimpahan dilakukan menggunakan persamaan yang telah di berikan.

(16)

16

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Hasil

Hasil dari nilai-nilai yang didapatkan dari pengukuran yang dicatat di Log Sheet.

Tabel 4. 1 Kelimpahan Plankton dari Hasil Pengamatan Stasiun 2

Metode Sampling

Waktu Pengambilan

Koordinat Lintang

Koordinat Bujur

Jumlah Fitoplankton

Jumlah

Zooplankton Ratio

vertikal 07.27 -5.94461 106.10883 0 4 0 : 4

Tidak

langsung 07.29 -5.94461 106.10883 6 1 6 : 1

4.1.1 Pengambilan Sampel di Stasiun 2

Tabel 4. 2 Identifikasi Jenis Plankton Stasiun 2

METODE TIDAK LANGSUNG METODE VERTIKAL

Terpsinoe Musica, Fitoplankton Anabaena sp., Zooplankton

Zooplankton

(17)

17 Dinophysis fortii, Zooplankton

Microspora sp, fitoplankton

Zooplankton

Coscinidiscus gigas, fitoplankton

Zooplankton

Dictyocha octonatia, fitoplankton

(18)

18 Rhizosolenia, Fitoplankton

Gonatozygon monotaenium, Fitoplankton

4.1.2 Identifikasi Plankton di Tiga Stasiun

Tabel 4. 3 Identifikasi Plankton di Tiga Stasiun

Stasiun METODE TIDAK

LANGSUNG METODE VERTIKAL

1

Dinophysis acuminata Proboscia

4

Bryozoan Doliolids

(19)

19 6

Anabaeda sp. Scytonema

4.1.3 Perhitungan Kelimpahan Plankton Per Satuan Volume 𝐷 = 𝑙

𝑝 𝑞1 𝑉 𝐷 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑛𝑘𝑡𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑞 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑛𝑘𝑡𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑙 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑉 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟

Tabel 4. 4 Tabel Perhitungan Kelimpahan Plankton METODE VERTIKAL

Stasiun 2

Jumlah Fitoplankton 0

Jumlah Zooplankton 4

Ratio 0:4

METODE TIDAK LANGSUNG

Stasiun 2

Jumlah Fitoplankton 6

Jumlah Zooplankton 1

Ratio 6:1

Jumlah Plankton 11

• Jumlah plankton total di stasiun 2 = 11

𝐷 = 140𝑚𝑙

0,05𝑚𝑙 11 1 1000𝑚𝑙 𝐷 = 31 𝑝𝑙𝑎𝑛𝑘𝑡𝑜𝑛/𝑚𝑙

(20)

20 4.2 Analisis

Dari Tabel 4.1 kelimpahan planton pada stasiun 2 yang terletak pada koordinat -5.94461 dan 106.10883 didapatkan rasio jumlah fitoplankton dan zooplankton secara vertikal sebanyak 0:4 sedangkan secara horizontal sebanyak 6:1. Jenis plankton yang didapatkan secara tidak langsung adalah Terpsinoe Musica, Dinophysis fortii, Microspora sp, Coscinidiscus gigas, Dictyocha octonatia, Rhizosolenia, Gonatozygon monotaenium dapat dilihat pada Tabel 4.2 di atas.

Lalu pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa merupakan identifikasi dari tiga stasiun pengamatan, yaitu stasiun 1,4 dan 6. Dari table tersebut plankton yang di dapatkan dengan metode vertikal adalah Proboscia, Doliolids, Scytonema. Sedangkan pada metode tidak langsung didapatkan plankton Dinophysis acuminata, Bryozoan, Anabaeda sp. Di setiap stasiun didapatkan plankton yang berbeda-beda lalu jumlah nya pun berbeda-beda, pada stasiun yang dekat dengan Pelabuhan Grenyang pasti di dapatkan lebih banyak karena dekat dengan muara dan banyak sumber nutrient yang terdapat di daerah itu.

Lalu pada Tabel 4.4 dilakukan perhitungan untuk kelimpahan plankton, didapatkan 31 plankton/ml. Kelompok kami mengambil sampel tidak begitu jauh dari Pelabuhan Grenyang mungkin itu penyebab besarnya kelimpahan plankton yang kami dapatkan. Kelimpahan di setiap lokasi bisa berbeda karena terdapat faktor faktor yang mempengaruhinya seperti suhu, kecerahan, arus, salinitas, pH, oksigen terlarut, dan komponen nutrient. Suhu yang baik untuk kelimpahan plankton berkisar antara 24 ̊C – 30 ̊C. Kecerahan akan sangat mempengaruhi kelimpahan fitoplankton, semakin besar nilai kecerahan makan kelimpahan fitoplankton akan semakin besar.

Arus laut akan menyebabkan habitat plankton berpindah. Salinitas mempengaruhi kelimpahan plankton, pada salinitas yang ekstrim akan menurunkan tingkat kelimpahan plankton. pH yang baik untuk kelimpahan plankton berkisar antara 6 sampai 9.

Perbedaan nilai kelimpahan juga dapat disebabkan karena adanya pergerakan arus yang kecepatannya cukup besar sehingga mampu menggeser plankton dan mikroorganisme lainnya ke perairan lain. Selain itu, ada kemungkinan di lokasi tersebut terjadi peristiwa upwelling, sehingga mendorong pertumbuhan plankton lebih cepat daripada area perairan lainnya.

4.3 Tugas Akhir

Di daerah Teluk Manila tepatnya di pantai Limay Bataan terbukti masih terdeteksi adanya cyst yang berbahaya yaitu Pyrodinium bahamense var compresum yang mengandung racun

(21)

21

saxitoxin dan dapat menimbulkan gejala Paralytic Shellfish Poisoning (PSP). Sedangkan di Pantai Ciamis Selatan tidak terdeteksi adanya cyst Pyrodinium bahamense var compresum, melainkan jenis alga lain yang juga berbahaya yaitu jenis diatom, Pseudonitzschia dimana racunnya (domoic acid) dapat menyebabkan gejala Amnestic shellfish poisoning (ASP) yang menyebabkan gangguan gastrointestinal dan neurological. Pada kedalaman tertentu telah terjadi dominasi spesies dari sel yang berganti-ganti,. yang sangat boleh jadi pada kondisi tertentu pada waktu mendatang akan terjadi bloom, sehingga harus diwaspadai sejak dini.

Seperti diketahui bahwa Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) disebabkan oleh konsumsi kerang-kerangan yang terkontaminasi dengan sederetan heterocyclic guanidines yang disebut saxitoxins (STXs). Pada beberapa laporan menyebutkan bahwa hampir 2000 kasus keracunan pada manusia dilaporkan setiap tahunnya, dengan tingkat kematian sebesar 15%. Sedangkan Amnesic Shellfish Poisoning (ASP) adalah satu-satunya keracunan kerang yang disebabkan oleh diatom.

Apabila mahluk hidup mengkonsumsi kerang-kerangan yang telah terkontaminasi oleh racun yang setelah diidentifikasi dikenal sebagai domoic acid.

Gejala-gejalanya PSP biasanya neurological dan serangannya cepat. Lamanya pengaruh racun tersebut biasanya beberapa hari pada kasus yang tidak letal. Gejala yang umum berupa rasa tebal, rasa terbakar pada daerah mulut, kejang, kehilangan keseimbanagan, penurunan kesadaran, demam, gangguan pada kulit, dan gerakan yang tidak terkontrol. Pada kasus yang berat dapat mengakibatkan gangguan pernapasan dalam waktu 24 jam setelah konsumsi kerang-kerangan yang beracun. Jika pasien tidak dapat bernapas atau detak tidak terdeteksi, pernapasan buatan diperlukan sebagai pertolongan pertama. Tidak ada penawarnya dan terapi merupakan cara terbaik untuk penyembuhan pasien. PSP dapat dihindari dengan program monitoring proaktif dalam skala besar, yaitu dengan mengukur tingkat toksin pada kerangkerangan dan penutupan segera pada area yang terkontaminasi ini.

Sumber : Wisjachudin Faisal, Kris Tri Basuki dan Boy Rahardjo Sidharta. STUDI ANALISIS KISTA (CYST) HARMFUL ALGAL BLOOM, Prosiding PPI – PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju – BATAN Jogjakarta, 12 Juli 2005

(22)

22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari praktikum yang sudah dilakukan, kita dapat menyimpulkan bahwa untuk pengambilan sampel plankton kita dapat melakukan secara langsung (secara horizontal atau vertikal) dan secara tidak langsung, dengan tujuan masing-masing. Dimana metode langsung untuk mendapatkan hasil data yang lebih terperinci sedangkan metode tidak langsung lebih banyak digunakan untuk memastikan hasil datanya tidak terlalu melenceng.

2. Jenis-jenis plankton sendiri terbagi dalam dua kelompok besar yakni zooplankton dan Fitoplankton. Dari hasil praktikum dapat kita amati bahwa, jumlah plankton yang sangat banyak di lautan secara otomatis membagi dua jenis plankton di atas menjadi banyak sekali kelompok-kelompok kecil lagi yang berdasarkan karakteristik khusus masing-masing kelompok kecil itu sendiri. Karakteristik khusus tersebut bisa berupa warna, ukuran, tempat tinggal, ataupun bentuk plankton.

3. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa kelimpahan plankton pada stasiun 2 sebesar 31 plankton/ml. Banyak factor yang dapat mempengaruhi kelimpahan plankton ini misalnya suhu, kecerahan, nutrien, arus, salinitas, derajat keasaman(pH), dan oksigen terlarut.

5.2 Saran

1. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran penulisan laporan praktikum dikemudian hari.

2. Sebelum memulai praktikum diharapkan membaca modul terlebih dahulu agar dapat mengikuti praktikum dengan baik.

3. Dalam pelaksanaan praktikum lapangan sebaiknya lebih terkordinasi lagi dengan sesame asisten lainnya agar tidak ada kesalahpahaman.

(23)

23

DAFTAR PUSTAKA

Apuadi, Muhammad. (2003). Materi Biologi Perairan KSEP : Plankton Air Tawar.

Jenis-Jenis Fitoplankton Pada Zona Litoral (Studi Kasus di Telogo Warno Dan Telogo Pengilon Dieng Plateu Wonosobo).

Perry, R. (2003). A Guide to the Marine Polution of Southern California 3rd Edition. California:

ULCA OceanGLOBE.

Rashidy, E.A., Litaay, M., Salam, M.A., & Umar, M.R., 2013, Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Pantai Kelurahan Tekolabbua, Kecamatan Pangkajene, Jurnal Alam Dan Lingkungan, 4(7):12–16

Sardet, C. (2015). Plankton Wonder of the Drifting World. Chicago: The University of Chicago Press.

Sunarto. (2018). Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut. Universitas Padjadjaran.

Tinjauan Tentang Keanekaragaman, Plankton, Fitoplankton, Ekosistem Air Tawar, dan Waduk Cirata.

(24)

24

LAMPIRAN

N o

Klasifikasi

Gambar Gambar Sketsa

Ilustrasi Taksonomi Hasil Klasifikasi

1 Kingdom:

Chromalveolata Phylum:

Dinoflagellata Class:

Dinophyceae Ordo:

Noctilucales Famili:

Noctilucaceae Genus: Noctiluca

N. Scintillans

2 Kingdom:

Chromista Phylum:

Ochrophyta Class:

Bacillariophycea e

Ordo:

Tabellarialles Famili:

Tabellariaceae Genus:

Asterionella

Asterionella Formosa

(25)

25 3 Kingdom:

Bacteria Phylum:

Cyanobacteria Class:

Cyanophyceae Ordo:

Oscillatoriales Famili:

Phormidiaceae Genus:

Planktothrix

Planktothrix isothrix Sumber: Swedish Meterological and Hydrological Institute (SMHI). (n.d.). Diakses pada 25 September 2021 dari

http://nordicmicroalgae.or g

/taxon/Planktothrix%20iso t hrix

4 Kingdom:

Chromista Phylum:

Dinoflagellata Class:

Dinophyceae Ordo:

Gonyaulacales Famili:

Ceratiaceae Genus:

Ceratium

Ceratium furca

Sumber:

Swedish Meterological and

Hydrological Institute (SMHI). (n.d.). Diakses pada 25 September 2021, dari

http://nordicmicroalgae.or g

/taxon/Ceratium%20furca

5

Kingdom:

Chromista Phylum:

Miozoa Class:

Dinophyceae Ordo:

Dinophysales Famili:

Dinophysaceae Genus:

Dinophysis

Dinophysis caudata

Sumber: Guiry, M. D.

(n.d.). Dinophysis caudata.

Diakses pada 25 September 2021, dari https://www.algaebase.or g/

search/species/detail/?spe ci

es_id=52226&sk=0&fro m

=results

(26)

26 6 Kingdom:

Chromista Phylum:

Ochrophyta Class:

Bacillariophycea e

Ordo:

Tabellarialles Famili:

Tabellariaceae Genus:

Asterionella

Asterionella Formosa

7 Kingdom:

Chromista Phylum:

Bacillariophyta Class:

Coscinodiscop hyceae Ordo:

Corethrales Famili:

Corethraceae Genus:

Corethron

Corethron

Criophilum Castracane

Sumber Fryxell, G. A.

and Hasle,

G. R. 1971. Corethron criophilum Castracane: Its distribution and

structure. Antarctic Research Series 17, Biology of the Antarctic Seas. 4: 335-346.

(27)

27 8 Kingdom:

Animalia Phylum:

Cnidaria Class:

Scyphozoa Ordo:

Semaeostomea e

Famili:

Phacellophorid ae Genus:

Phacellophora

Phacellophora camtschatica

Sumber: Straehler-Pohl, Ilka; Widmer, Chad L.;

Morandini, André C.

(2011-01-

17). "Characterizations of juvenile stages of some semaeostome Scyphozoa (Cnidaria), with

recognition of a new family

(Phacellophoridae)". Zoot axa. 2741 (1):

1.

doi:10.11646/zootaxa.27 41.1.1. ISSN 1175-5334.

9 Kingdom:

Protoctista Phylum:

Dinoflagellata Class:

Dinophyceae Ordo:

Gonyaulacales Famili:

Gonyaulacacea e

Genus:

Gonyaulax

Gonyaulax spinifera Clap. And J.Lachm.

Diesing, 1866

Sumber :Dodge, J. D.

1989. Some revisions of the family

Gonyaulacaceae

(Dinophyceae) Based on a scanning electron

microscope study.

Botanica Marina. 32:

275298.

(28)

28 Kelompok 2 :

1. Meta Purnamasari (12920008)

2. Muhammad Zen Nurdiansyah (12921003) 3. Putri Ardianty Maulida (12921008) 4. Christopher Raditya Putra (12921012) 5. Meisya Nurmadila (12921017)

6. Eko Julianto Siahaan (12921018) 10 Kingdom:

Chromista Phylum:

Heterokontoph yta Class:

Dictyochophyc eae Ordo:

Dictyochales Famili:

Dictyochaceae Genus:

Dictyocha

Dictyocha fibula Ehrenberg 1837

Sumber: Van Valkenburg, S. D. and Norrise, R. E.

1970. The growth and morphology of the

silicoflagellate Dictyocha fibula Ehrenberg in culture. Journal of Phycology. 6: 48-54.

11 Kingdom:

Animalia Phylum:

Arthropoda Class:

Hexanauplia Ordo: Cyclopoida Famili:

Cyclopidae Genus:

Cyclops

Cyclops strenuus Sumber: Elgmork, Kaare (1955). "A Resting Stage without Encystment in the Animal Cycle of the Freshwater Copepod Cyclops Strenuus Strenuus". Ecology. 36 (4):

739–

743. doi:10.2307/1931310.

Gambar

Gambar 3. 1 Daerah Kajian Plankton
Tabel 3. 1 Alat dan Bahan  NO  Alat dan
Tabel 4. 2 Identifikasi Jenis Plankton Stasiun 2
Tabel 4. 1 Kelimpahan Plankton dari Hasil Pengamatan Stasiun 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Database di atas adalah database administrasi pengambilan matakuliah mahasiswa sama seperti database pada tugas praktikum 4.1.1 hanya saja ada penambahan table kode dosen dan

Pada pukul 19.12 WITa mulai dilakukan pengambilan sampel plankton yang dilanjutkan dengan CTD- casting dan water sampling hingga kedalaman 1000 m. Usai melakukan pengukuran,

Pengambilan sampel plankton setiap stasiun dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan dengan 3 titik utama secara vertikal yaitu pengambilan yang dilakukan pada

iii Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini membahas mengenai metodologi penelitian yang mencakup pola pemikiran, identifikasi data, pengumpulan dan pengolahan dan metode analisis yang

BAB 3 METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum 3.1.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 tentang Pengukuran Intensitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Pada praktikum kali ini dilakukan dua percobaan sekaligus yaitu praktikum Analisis Disinfektan atau Klor Aktif Sisa Klor dengan Metode Iodometri dan

25 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada beberapa percobaan pada Praktikum Hidrolika oleh Kelompok X, diperoleh hasil sebagai berikut :

Laporan praktikum parasitologi 1 tentang identifikasi telur cacing nematoda pada sampel feses menggunakan metode langsung, lengkap dengan landasan teori dan tujuan