PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 JUNI 2023 Hal : 1 dari 134
No. Revisi : Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
LEMBAR PENGESAHAN
PROGRAM MUTU
SURVEY KONDISI JEMBATAN
PERSETUJUAN
Pihak Penyedia Jasa Pihak Pengguna Jasa
Dibuat Oleh:
PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA
Yudha Hidayat Direktur
Disahkan Oleh:
Pejabat Pembuat Komitmen Sub Kegiatan Survey Jalan/Jembatan
Herry Dinarsyah Yudi, S.T.
NIP. 19880612 202012 1 007
UNIT PENERIMA
No
. Unit Kerja Jumlah
Buku
Tanggal Terima
Tanda Tangan
1
2
3
4
5
Status Dokumen Status
No. Registrasi Tanggal
ASLI
SEJARAH DOKUMEN
Tanggal
Catatan Perubahan Keterangan
Pengesahan Perubahan 25 Juni
2023
Program Mutu Diterbitkan Perdana
KATA PENGANTAR
PT. Secon Dwitunggal Putra selaku Konsultan Pekerjaan Survey Kondisi Jembatan berkewajiban untuk membuat Laporan Program Mutu pekerjaan ini. Penyusunan laporan ini didukung dari hasil KAK dan hasil diskusi ataupun arahan dari instansi yang terkait dengan pekerjaan ini, sehingga laporan ini diharapkan sudah merupakan kesamaan pandang terhadap pelaksanaan pekerjaan. Secara umum laporan ini berisi tentang Informasi Pekerjaan, Organisasi Kerja, Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, Metodologi Pelaksanaan Kerja, Pengendalian Pekerjaan dan Pelaporan.
Dengan laporan ini diharapkan akan dapat memenuhi dan membantu tercapainya sasaran pekerjaan. Demikian kami ucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan untuk penyelesaian pekerjaan ini.
Bandung, 25 Juni 2023 PT. Secon Dwitunggal Putra
Yudha Hidayat Direktur
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...1
UNIT PENERIMA...2
SEJARAH DOKUMEN...3
KATA PENGANTAR...4
DAFTAR ISI...5
DAFTAR GAMBAR...7
DAFTAR TABEL...10
BAB 1 INFORMASI PEKERJAAN...11
1.1 Kontrak Pekerjaan...11
1.2 Lingkup Kegiatan...12
BAB 2 ORGANISASI KERJA...15
2.1 Struktur Organisasi Penyedia Jasa...15
2.2 Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang...16
2.2.1 Tenaga Ahli...16
2.2.2 Tenaga Teknisi...17
2.2.3 Tenaga Pendukung...17
BAB 3 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN...18
BAB 4 DETAILING PROSEDUR DAN TATA CARA PELAKSANAAN...21
4.1 Prosedur Pemeriksaan Jembatan...21
4.1.1 Sistem Pemeriksaan Jembatan...22
4.1.2 Sistem Referensi Pemeriksaan Jembatan...24
4.1.3 Verifikasi dan Validasi Data...33
4.2 Elemen-Elemen Jembatan...34
4.2.1 Sistem Hierarki Jembatan...34
4.2.2 Kode Bangunan Atas (BA)...37
4.2.3 Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Jalan Pendekat...38
4.2.4 Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Aliran Sungai...38
4.2.5 Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Bangunan Bawah...39
4.2.6 Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Bangunan Atas...39
4.2.7 Kode elemen di dalam Komponen Perlengkapan...39
4.2.8 Kode Elemen Utama dan Elemen padA Komponen Gorong-gorong...40
4.2.9 Kode Elemen Utama pada Lintasan Basah...40
4.3 Kerusakan Bahan dan Elemen Jembatan...40
4.3.1 Penjelasan Penggunaan Kode Kerusakan Bahan Dan Elemen...40
4.3.2 Sistem Penilaian Elemen...41
4.3.3 Kerusakan...43
4.3.4 Kriteria Penilaian Kerusakan...43
BAB 5 PELAKSANAAN KERJA...47
5.1 Bagan Alir Pekerjaan...47
5.1.1 Tahap Pendahuluan...51
5.1.2 Tahap Survey Lapangan...52
5.1.3 Tahap Akhir...77
5.2 Rencana Kerja...143
BAB 6 PENGENDALIAN PEKERJAAN...145
6.1 Checklist Kegiatan...145
6.2 Pelaporan...146
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Penyedia Jasa...15
Gambar 5. 1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Survey Kondisi Jembatan...50
Gambar 5. 2 Diagram alir Kegiatan Survey Inventarisasi Jembatan...53
Gambar 5. 3 Diagram Alir Survey Detail Jembatan...55
Gambar 5. 4 Alat Survei Topografi dan Geometri...58
Gambar 5. 5 Alat Hammer Test...59
Gambar 5. 6 Skema Pengujian Hammer Test...60
Gambar 5. 7 Grafik Hasil Perhitungan Hammer Test...62
Gambar 5. 8 Alat UPV (Ultrasonic pulse Velocity)...63
Gambar 5. 9 Metoda Uji Ultrasonic Pulse Velocity (UPV)...65
Gambar 5. 11 Skema Uji BS Method...67
Gambar 5. 12 contoh grafik hubungan kecepatan dengan mutu beton...69
Gambar 5. 13 Alat Rebar Scan...71
Gambar 5. 14 Hardness Test...74
Gambar 5. 15 Typikal Pembersiahan Rangka Baja...79
Gambar 5. 16 Typikal Pembersihan Jembatan Girder...79
Gambar 5. 18 Contoh Keretakan pada Pilar Jembatan...86
Gambar 5. 19 Pembersihan Kotoran dan Debu...90
Gambar 5. 20 Pemasangan Nepel Plastik...90
Gambar 5. 21 Penutupan Retak dengan Epoxy...91
Gambar 5. 22 Proses Injeksi Dengan Mini Kompresor...91
Gambar 5. 23 Proses Injeksi Dengan Tabung Suntikan...92
Gambar 5. 24 Tipe Tulangan FRP Yang Sering Digunakan (Roberts, C.L.,2006)...92
Gambar 5. 25 Jenis-jenis FRP Di Jepang (UEDA,T.,2004)...93
Gambar 5. 26 FRP Yang Sudah Terpasang Pada Pilar Jembatan...96
Gambar 5. 27 Mesin Alat Pemasang FRP...97
Gambar 5. 28 Spalling Pada Pilar Jembatan...99
Gambar 5. 29 Spalling yang Melebihi Selimut Beton...99
Gambar 5. 30 Beton Keropos...105
Gambar 5. 31 Jacketing Tampak Melintang Pilar Jembatan...109
Gambar 5. 32 Jacketing Tampak Atas Pilar Jembatan...109
Gambar 5. 33 Beton Rontok...110
Gambar 5. 34 Pengerjaan Shotcrete...113
Gambar 5. 35 Korosi Tulangan Pada Abutmen Jembatan...114
Gambar 5. 36 Korosi Tulangan Pada Pilar Jembatan...115
Gambar 5. 37 Proses Korosi Tulangan...115
Gambar 5. 38 Korosi Beton Pada Bangunan Bawah Jembatan...118
Gambar 5. 39 Korosi Pada Tiang Pancang Baja...120
Gambar 5. 40 Jembatan Kayu Sebagai Jembatan Pejalan Kaki...125
Gambar 5. 41 Jembatan Kayu Sebagai Lalu Lintas...126
Gambar 5. 42 KVF Fender...133
Gambar 5. 43 KAF Fender...134
Gambar 5. 44 KCEF Fender...134
Gambar 5. 45 KCF Fender...134
Gambar 5. 46 KWF Fender...135
Gambar 5. 47 K8F Fend...135
Gambar 5. 48 KDF dan KRCF Fender...135
Gambar 5. 49 KSF Fender...136
Gambar 5. 50 Super Cone Fender...136
Gambar 5. 51 Unit Elemen Fender...137
Gambar 5. 52 Landasan yang Tertahan...138
Gambar 5. 53 Kerusakan Mortar Pad...139
Gambar 5. 54 Landasan Neoprene yang Retak dan Pecah...140
Gambar 5. 55 Perubahan Bentuk Landasan...142
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Alat Pemeriksaan Khusus...13
Tabel 3. 1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan...19
Tabel 3. 2 Jadwal Personil Inti dan Pendukung...20
Tabel 4. 1 Kode Bangunan Atas...37
Tabel 4. 2 Kriteria penentuan nilai kondisi...42
Tabel 4. 3 Prosedur pelaksanaan pekerjaan dan instruksi kerja...44
Tabel 4. 4 Penilain Nilai Kondisi...77
Tabel 4. 5 Penentuan Program Penanganan... Tabel 5. 1 Kualitas Permukaan Beton Berdasarkan Rata-rata Angka Pantulan...62
Tabel 5. 2 Lebar Retak Maksimum yang Diijinkan (Sumber: ACI Committee 244, 1972)...70
Tabel 5. 2 Kategori Umur Proteksi Cat...122
Tabel 5. 3 Klasifikasi Keawetan Kayu Berdasarkan Umur Pakai Di Lapangan...126Y Tabel 6. 1 Checklist Kegiatan...145
Tabel 6. 2 Pelaporan...146
BAB 1
INFORMASI PEKERJAAN
1.1 Kontrak Pekerjaan
Nama Pekerjaan : Survey Kondisi Jembatan Lokasi Pekerjaan : Provinsi Jawa barat
Nomor Kontrak : 06/PUR.11.06/SKJbt/PPK-SKJJ/2023 Tanggal Kontrak : 27 Juni 2023
Nama Pengguna Jasa : Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat PPK : Herry Dinarsyah Yudi, S.T.
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen Sub Kegiatan Survei Kondisi Jalan/Jembatan
Alamat : Jl. Asia Afrika No. 79, Kota Bandung Nama Penyedia 1 : PT. Secon Dwitunggal Putra
Alamat : Ruko Randusari Residance Kav.2 Bandung Nilai Kontrak : 2.407.066.080
Sistem Kontrak : Lumpsum
Pembayaran : Termin
Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran 2023
Waktu Pelaksanaan : 165 (Seratus Enam Puluh Lima ) Hari Kalender
1.2 Lingkup Kegiatan
Pemeriksaan Jembatan dilaksanakan terhadap 163 Jembatan dengan Nilai Kondisi (NK)
≥ 3, dan berdasarkan usulan longlist penanganan jembatan prioritas serta jembatan yang belum terinventarisasi, yang terdapat pada ruas jalan provinsi di wilayah UPTD Pengelolaan Jalan dan Jembatan Wilayah Pelayanan I s.d. VI Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat.
1) Pemeriksaan Inventarisasi
Pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material dan data tambahan lainnya di setiap jembatan temasuk lokasi jembatan bentang panjang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang dan sifat karakteristik sungai dan data pelebaran jembatan.
Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan pada :
a. Jembatan yang dilaksanakan pemeriksaan detail;
b. Jembatan yang baru dibangun;
c. Jembatan lama yang setelah dilakukan perbaikan besar termasuk rehabilitasi,penggantian, duplikasi dan pelebaranjembatan;
2) Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang ada pada elemen jembatan dan menetapkan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen, elemen utama, dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi jembatan secara keseluruhan merupakan nilai kondisi maksimum elemen struktural dari level dibawahnya.
Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk mendapatkan pemutakhiran nilai kondisi.
3) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus merupakan pengamatan / pengujian yang dilakukan lebih cermat dan mendetail yang merupakan tindak lanjut dari pengamatan kerusakan secara visual atau ketika inspektur kekurangan sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai kondisi jembatan secara tepat. Pemeriksaan khusus dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus untuk memperoleh data yang lebih akurat dari kerusakan yang terjadu pada elemen-elemen jembatan, khususnya elemen struktural sesuai dengan kondisi kerusakannya. Pemeriksaan khusus yang akan dilaksanakan menggunakan metode Non Destructive Test (NDT) terhadap Minimum 50 Bentang Jembatan sesuai skala prioritas penanganan dan/atau yang direkomendasikan
berdasarkan hasil pemeriksaaan detail jembatan. Pemeriksaan khusus yang akan dilaksanakan antara lain :
Tabel 1. 1 Alat Pemeriksaan Khusus
BAB 2
ORGANISASI KERJA
2.1 Struktur Organisasi Penyedia Jasa
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Penyedia Jasa
2.2 Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang 2.2.1 Tenaga Ahli
a. Ketua Tim / Ahli Jembatan
Ketua Tim dalah seorang lulusan sarjana (S-1) Teknik Sipil atau strata yang lebih tinggi dari universitas/ perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK berupa SKA Ahli Madya Teknik Jembatan dengan pengalaman profesi minimal 3 tahun. Tugas dan tanggung jawab Ketua Tim meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut :
1) Memimipin dan mengkordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dinyatakan selesai.
b. Ahli Teknik Jembatan/Survey A
Adalah seorang lulusan sarjana (S-1) Teknik Sipil atau strata lebih tinggi dan berasal dari universitas/ perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK berupa SKA Ahli Madya Teknik Jembatan dengan pengalaman profesi minimal 1 tahun.Tugas dan tanggung jawab Ahli Teknik Jembatan mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut:
1) Melakukan inventarisasi, Pemeriksaan Menganalisis dan memberikan kesimpulan dan rekomendasi terhadap setiap kondisi jembatan yang diperiksa.
c. Ahli K3 Konstruski
Ahli K3 adalah seorang lulusan sarjana (S-1) Teknik Sipil atau strata lebih tinggi dari universitas / perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi. Memiliki NPWP serta sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK berupa SKA Ahli K3 Konstruksi subkualifikasi Ahli Muda dengan pengalaman profesi minimal 1 tahun. Tugas dan tanggung jawab Ahli Lingkungan:
1) Menerapkan kententuan perundang undangan tentang terkait K3 kontruksi 2.2.2 Tenaga Teknisi
a. Surveyor
Surveyor untuk pekerjaan Survey Kondisi Jembatan adalah teknisi dengan latar belakang pendidikan (STM/D-3/S-1) Jurusan Teknik Sipil atau Teknik Geodesi yang pernah melakukan pekerjaan SurveyKondisi Jembatan
2.2.3 Tenaga Pendukung a. Sekretaris
Tenaga pendukung dalam melakukan kegiatan ini adalah Sekretaris dan Operator Komputer yang mampu menjalankan program Microsoft Excel dan Microsoft Word untuk menyiapkan Laporan.
b. Operator Komputer
Tenaga pendukung dalam melakukan kegiatan ini adalah Sekretaris dan Operator Komputer yang mampu menjalankan program Microsoft Excel dan Microsoft Word untuk menyiapkan Laporan.
BAB 3
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Tugas Pekerjaan Paket Survey Kondisi Jembatan bahwa pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud harus dapat diselesaikan selambat – lambatnya 165 (Seratus Enam Puluh Lima) Hari terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja dari Pihak Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat dan dapat dilihat pada halaman berikut:
Tabel 3. 1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Tabel 3. 2 Jadwal Personil Inti dan Pendukung
BAB 4
DETAILING PROSEDUR DAN TATA CARA PELAKSANAAN
4.1 Prosedur Pemeriksaan Jembatan1
Gambar 4. 1 Sistem Manajemen Jembatan 4.1.1 Sistem Pemeriksaan Jembatan
4.1.1.1 Tujuan Pemeriksaan Jembatan
Tujuan dari pemeriksaan jembatan adalah untuk memastikan bahwa kondisi jembatan memenuhi semua ketentuan pelayanan, dipantau secara sistematis untuk memastikan kondisi yang mengakibatkan kerusakan atau keruntuhan struktural dapat diidentifikasi sesegera mungkin agar intervensi atau tindakan perbaikan yang tepat dapat dilakukan.
Selain itu, data yang dikumpulkan dari pemeriksaan-pemeriksaan dapat digunakan untuk:
1. Mengembangkan program pemeriksaan dan penanganan jembatan;
2. Melakukan penilaian kapasitas beban;
3. Memberikan umpan balik untuk proses perancangan struktur jembatan;
4. Memantau keefektifan penanganan jembatan;
5. Mengevaluasi permasalahan pelayanan jembatan dengan berbagai penyebab.
1 Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jembatan 2021 Jembatan (PENJELASAN UMUM PROSEDUR PEMERIKSAAN JEMBATAN – Direktorat Jenderal Bina Marga
4.1.1.2 Sasaran penerapan Pedoman Pemeriksaan Jembatan 2021
Pedoman diperuntukan untuk dapat diterapkan pada struktur-struktur jembatan dan gorong- gorong dengan panjang lebih besar atau sama dengan 2 meter pada saat pemeriksaan inventarisasi, termasuk jembatan dengan kriteria-kriteria struktur yang masuk dalam ketentuan Permen PUPR 41/2015 diantaranya:
1. Jembatan dengan bentang paling sedikit 100 m dan/atau panjang total paling sedikit 3.000 m;
2. Jembatan pelengkung dengan bentang paling sedikit 60 m, jembatan gantung, dan jembatan beruji kabel untuk lalu lintas kendaraan;
3. Jembatan dengan ketinggian pilar di atas 40 m;
4. Jembatan dan/atau terowongan jalan yang memiliki kompleksitas struktur tinggi atau memiliki nilai strategis tinggi atau didesain menggunakan teknologi baru; dan
5. Jembatan yang dimintakan secara khusus dengan persetujuan Ketua Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan;
4.1.1.3 Pemeriksaan jembatan
Tujuan dari pemeriksaan jembatan adalah untuk meyakinkan jembatan dapat berfungsi dengan aman, selamat, nyaman, dan menentukan tindakan preservasi jembatan tepat yang dapat diambil.
Pemeriksaan jembatan mempunyai beberapa sasaran spesifik yaitu:
1. Memeriksa keamanan jembatan pada saat terdapat lalu lintas;
2. Mencegah perlunya penutupan jembatan;
3. Mencatat kondisi jembatan pada saat pemeriksaan;
4. Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan;
5. Memeriksa pengaruh dari beban kendaraan dan jumlah kendaraan;
6. Memantau kinerja jangka panjang jembatan;
7. Memberikan informasi mengenai peringkat pembebanan jembatan;
8. Melaporkan tindakan darurat yang diperlukan.
Adapun jenis pemeriksaan secara umum dibagi menurut tujuan pemeriksaan, tingkat kedetailan data jembatan yang dikumpulkan, skala dan intensitas, dan frekuensi pemeriksaan, sebagaimana yang terlihat pada Gambar dibawah ini menjadi:
Gambar 4. 2 Sistem Pemeriksaan Jembatan
1. Pemeriksaan Inventarisasi yang dilanjutkan dengan Pemeriksaan Detail;
2. Pemeriksaan Detail;
3. Pemeriksaan Rutin;
4. Pemeriksaan Khusus dilaksanakan dalam beberapa keadaan.
4.1.2 Sistem Referensi Pemeriksaan Jembatan 4.1.2.1 Penomoran Jembatan
Nomor jembatan pada umumnya terdiri atas 16 (Enam belas) karakter angka/huruf atau kombinasi angka dan huruf untuk setiap jembatan. Sebagaimana yang terlihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar 4.1 Kodefikasi Penomoran Jembatan (i) Ruas Jalan Nasional dan Provinsi, (ii) Ruas Jalan Kabupaten dan Kota, (iii) Jembatan Ruas Jalan Tol
Nomor jembatan, sebagaimana yang terlihat pada Gambar A.2, menunjukkan urutan posisi jembatan sepanjang ruas jalan dimana;
1. a - Satu huruf menunjukan status kepemilikan aset Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota/
Tol/ Non Status;
a. N : aset nasional di bawah Kementerian PUPR;
b. NS : aset belum jelas kepemilikannya;
c. P : aset milik Pemerintah Provinsi;
d. KB : aset milik Pemerintah Kabupaten;
e. KT : aset milik Pemerintah Kota;
2. bb - Dua angka menunjukkan Kode Provinsi;
3. cccc - Empat angka menunjukkan Nomor Kabupaten/Kota atau tiga huruf untuk Kode Ruas Tol;
4. ddd - Tiga angka untuk Nomor Ruas Jalan Nasional dan Provinsi, empat angka untuk Nomor Ruas Jalan Kabupaten/Kota atau empat angka menunjukan Nomor Urut Ruas Tol;
5. ee - Dua huruf menunjukan Kode Unik Ruas Jalan Tol yang ditentukan terkait pertimbangan untuk penomoran pada jembatan yang berada diluar main road seperti ruas ramp keluar atau masuk tol, interchange/ simpang susun, dan Jembatan Khusus;
6. fff - Tiga angka menunjukkan : i) Nomor Urut Jembatan di Ruas Jalan Nasional dan Provinsi atau ii) Nomor Jembatan di Ruas Kabupaten/Kota; atau iii) Nomor Jembatan Ruas Jalan Tol;
7. gg - Dua huruf menunjukkan nomor tambahan untuk penggandaan (A/B/C) atau Dua angka menunjukkan nomor tambahan dalam urutan nomor jembatan;
8. hh - Dua angka tadi menunjukan penomoran suffix sistem jaringan jalan pada jalan antar kota dan dalam kota di jalan nasional. Untuk suffix antar kota dimulai dengan angka 1 dan untuk dalam kota dimulai dengan angka 11. Penggunaan angka “1” dan “K” bukan persyaratan untuk mengidentifikasikan bahwa hal tersebut adalah antar kota atau kota.
Di dalam sistem pengolahan data digunakan angka 01,02 dan seterusnya untuk antar kota dan 11, 12 .. dan selanjutnya untuk dalam kota. Jika tidak ada ruas suffix, maka di dalam IRMS ditulis angka “00”;
4.1.2.2 Jembatan tambahan/jembatan yang belum tercatat sebelumnya
Jembatan tambahan yang belum tercatat diberi nomor tambahan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Nomor tambahan ini merupakan perbandingan jarak antara jembatan tambahan dan sebelumnya dengan jarak jembatan sebelum dan sesudahnya yang telah tercatat;
b) Nomor tambahan memiliki nilai nomor bulat antara 1 sampai 9 untuk jembatan yang berurutan. Jembatan-jembatan di atas sungai satu, sungai dua, jalan kereta api dan jalan besar seperti yang terlihat pada Error: Reference source not found telah tercatat dalam data base. Oleh karena itu, jembatan tersebut telah memiliki nomor yang berurut (dari 001 sampai 004);
c) Jembatan sungai tambahan (seperti tertera pada Error: Reference source not found) berada di antara Sungai dua dan kereta api belum tercatat dalam data base, sehingga jembatan sungai tambahan diberi nomor tambahan 4. Karena jarak antara sungai tambahan dengan sungai dua adalah empat per sepuluh dari jarak antara sungai dua dan jembatan jalan kereta api.
Sistem penomoran untuk kelima jembatan pada ruas jalan nasional nomor 012 dalam Gambar 4. 3 dapat dilihat pada Gambar 4. 3
Gambar 4. 4 Penomoran jembatan
Gambar 4. 5 Penggunaan nomor tambahan untuk penomoran jembatan nasional tambahan 4.1.2.3 Jembatan ganda
Bila suatu jalan digandakan, sehingga badan jalan menjadi ganda, maka dibangun jembatan yang terpisah pada setiap badan jalan di atas sungai atau jalur kereta api. Sebagai contoh dapat dilihat pada Error: Reference source not found. Jembatan yang digandakan diberi tanda dengan suatu akhiran berupa huruf abjad secara berurutan.
Akhiran A - digunakan untuk jembatan di jalur paling kiri dari km (kilometer) kecil lokasi jembatan
Akhiran B - digunakan untuk jembatan di jalur sebelah kanan
Gambar 4. 6 Penggunaan nomor tambahan huruf untuk penomoran jembatan nasional yang digandakan
4.1.2.4 Lokasi jembatan (terkait konsep asal tujuan)
Kota asal merupakan jarak dari lokasi jembatan pada suatu ruas jalan. Setiap kota asal mempunyai kode huruf berjumlah tiga, misalnya JKT untuk Jakarta dan BDG untuk Bandung dengan satuan ukuran kilometer. Pada setiap awal pemeriksaan dimulai dari km (kilometer) kecil, yaitu jarak terdekat lokasi jembatan dari kota asal. Jembatan diperiksa secara berurutan sepanjang ruas jalan tersebut untuk menghindari pencatatan ganda. Angka odometer pada km (kilometer) kecil dari kota asal dicatat untuk menentukan lokasi jembatan.
Bila jembatan akan ditambahkan pada database, maka jarak dari kota asal dapat dihitung dengan acuan dari jembatan atau patok kilometer yang sudah ada sebagaimana yang terdapat pada Gambar 4. 7.
Gambar 4. 8 Lokasi jembatan
Selain dengan odometer, lokasi jembatan juga ditentukan dengan menggunakan sistem koordinat yang biasa digunakan pada alat Global Positioning System (GPS) atau smartphone
dengan GPS. Koordinat Lintang dan Bujur lokasi jembatan biasanya ditandai (marking) dalam format desimal. Jembatan yang mempunyai panjang total kurang dari atau sama dengan 20 meter, maka koordinatnya ditandai pada posisi tengah bentang jembatan. Sedangkan jembatan yang mempunyai panjang total lebih dari 20 meter, maka koordinatnya ditandai pada posisi pangkal dan ujung kepala jembatan.
4.1.2.5 Penomoran komponen dan elemen utama Jembatan
Untuk mencatat kondisi komponen dan elemen utama suatu jembatan atau mencatat lokasi setiap elemen utama atau elemen yang rusak/cacat, mutlak diperlukan suatu sistem penomoran pada komponen dan elemen utama atau elemen jembatan sebagaimana yang terlihat pada Gambar-Gambar dibawah ini.
Gambar 4. 9 Identifikasi penomoran elemen
Gambar 4. 10 Identifikasi penomoran elemen untuk jembatan yang terdapat ramp jembatan (New York DOT. 2017)
4.1.2.6 Lokasi komponen dan elemen utama
Pencatatan lokasi komponen dan elemen utama digunakan hanya untuk menandai komponen dan elemen utama atau elemen yang rusak sesuai dengan ketentuan. Secara individual elemen seperti gelagar, kolom, dan bagian dari sistem rangka seperti batang tepi atas, batang tepi bawah dan batang diagonal diberi nomor secara memanjang, melintang, dan vertikal. Elemen ini diberi nomor lokasi sesuai dengan sumbu X, Y, dan Z seperti yang terlihat pada Error: Reference source not found.
Gambar 4. 11 Penomoran lokasi elemen utama dan elemen
Gambar 4. 12 Penomoran lokasi elemen arah memanjang
Gambar 4. 13 Penomoran elemen arah melintang
Gambar 4. 14 Penomoran komponen atau elemen arah vertikal 4.1.2.7 Tipikal alur pemeriksaan
Secara skematis urutan pemeriksaan harus diawali dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (A1) dengan posisi kilometer terkecil, seperti terlihat pada Error: Reference source not found.
Namun demikian urutan pemeriksaan tersebut hanya berlaku khusus di jembatan non- kompleks/khusus. Selain itu pada gambar tersebut tidak menutup kemungkinan kalau seandainya harus dilakukan pemeriksaan di tengah sungai yang diperkirakan kerusakan daerah sungai dan gerusan di bangunan jembatan berpotensi mengganggu integritas struktur jembatan. Urutan untuk Pemeriksaan jembatan kompeks khusus diperbolehkan tidak mengikuti urutan sebagaimana yang ada di Error: Reference source not found untuk mendapatkan hasil yang efektif terkaitnya cukup luasnya area pemeriksaan jembatan kompleks/khusus.
Gambar 4. 15 Tipikal alur pemeriksaan jembatan non-kompleks/khusus (warna merah menandakan posisi pemeriksaan di atas jembatan, warna hijau menandakan posisi pemeriksaan di bawah
jembatan)
Selama Pemeriksaan foto seluruh dan setiap bentang jembatan dan jembatan pendekat perlu ambil dengan memperlihatkan hal-hal di bawah ini:
a) Tampak masuk dan tampak keluar jembatan dari kota asal;
b) Tampak samping jembatan (ketinggian sisi jembatan) minimal 45o dari titik pusat jalan termasuk apabila ada juga tampak samping yang memperlihatkan bentuk pelebaran jembatan;
c) Tampak bawah jembatan yang memperlihatkan jenis tipe bangunan atas termasuk apabila ada tampak bawah bentuk pelebaran jembatan;
d) Papan nama atau prasasti;
e) Bagian Bangunan atas (perletakan dan siar-muai), bangunan bawah, dan perlengkapan jembatan (termasuk sistem monitoring kesehatan struktur jembatan, penerangan, dan lain sebagainya), dan bagian, sub-bagian, dan komponen jembatan lainnya sebagaimana yang diuraikan pada Buku 2 Elemen-elemen Jembatan ;
f) Jenis kendaraan ringan dan berat yang lewat di atas jembatan dan kepadatan lalu- lintas yang terjadi di atas jembatan;
g) Tampak situasi sekitar jembatan atau foto udara yang memperlihatkan salah-satu terkait: i) kondisi sungai, ii) kondisi perlintasan dan aktivitas perlintasan, iii) aktivitas konstruksi dan operasionalisasi bangunan di sekitar jembatan, iv) aktivitas pertambangan di sekitar jembatan, dan sebagainya;
h) Tampak atas lantai jembatan dari as jalan;
i) Foto drone jembatan terutama jembatan yang masuk dalam kategori yang diatur dalam Permen PUPR No. 41 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan;
4.1.3 Verifikasi dan Validasi Data
Bagian terpenting dari kualitas suatu data adalah tentang kehandalan dan tingkat kepercayaan data tersebut oleh pengguna. Verifikasi dan validasi data dilakukan untuk dapat memberikan jaminan terhadap kualitas dari suatu data dan merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengolahan data hasil pemeriksaan jembatan yang terintegrasi dalam suatu sistem manajemen informasi jembatan. Verifikasi dan validasi data jembatan dilakukan dengan cara memeriksa hasil pemeriksaan jembatan dengan suatu kriteria tertentu yang ditetapkan secara bertahap dan sesuai dengan kewenangannya baik di tingkat pemeriksa jembatan, pengelola data wilayah dan pengelola data pusat.
Pelaksanaan verifikasi dan validasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dimana salah satu caranya adalah dengan menggunakan aplikasi sistem informasi. Data dan dokumen verifikasi dan validasi tersimpan ke dalam sistem informasi berbasis jaringan untuk kemudahan penelusuran historisnya sebagai bagian dari manajemen SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) agar dapat dimanfaatkan lebih luas dan mudah untuk dipantau oleh masing-masing pengelola.
Gambar 4. 16 Alur proses verifikasi dan validasi data jembatan
4.2 Elemen-Elemen Jembatan2 4.2.1 Sistem Hierarki Jembatan
Jembatan didefinisikan terbagi menjadi lima level hierarki elemen. Masing-masing level terdiri dari komponen dan elemen, yang masing-masing dalam suatu kode unik. Level tertinggi dalam pemeriksaan adalah Level 1 yaitu jembatan dan lintasan basah, yang saat ini didefiniskan menjadi:
a) 1.000 - Jembatan;
b) 1.900 - Lintasan Basah.
Level 1 dibagi menjadi komponen jembatan dalam hirarki Level 2 berupa:
a) 2.100 - Jalan Pendekat/Tanah Timbunan;
b) 2.200 - Aliran Sungai;
c) 2.300 - Bangunan Bawah;
d) 2.400 - Bangunan Atas;
e) 2.700 - Perlengkapan;
f) 2.800 - Gorong-gorong.
Level 2 dibagi menjadi elemen utama dalam hirarki Level 3. Misalnya komponen jembatan dengan kode elemen 2.300 dibagi menjadi:
a) 3.310 - Fondasi
b) 3.320 - Kepala jembatan/pilar
Selanjutnya Level 3 tersebut kemudian dibagi menjadi elemen dalam hirarki Level 4 jembatan, yang merupakan kumpulan elemen-elemen individual atau dinamakan klaster elemen dan elemen individual itu sendiri. Misalnya kode elemen 3.310 dibagi menjadi 7 klaster utama dan beberapa elemen individual seperti:
a) Klaster elemen 4.311 - Sistem Struktur Fondasi dengan 4 elemen individual yaitu:
- 4.311 a - Tiang pancang;
- 4.311 b - Tiang bor;
- 4.311 c - Tiang ulir;
- 4.311 d - Tiang sekan;
b) Klaster elemen 4.312 - Fondasi sumuran dengan 2 elemen individual yaitu:
- 4.312 a - Fondasi sumuran;
- 4.312 b – Caisson;
c) 4.313 Fondasi langsung
2 Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jembatan 2021 Jembatan (ELEMEN-ELEMEN JEMBATAN) – Direktorat Jenderal Bina Marga
d) 4.314 Fondasi balok pelengkung e) 4.315 Sambungan Fondasi dan Lainnya
f) Klaster elemen 4.316 Perkuatan Fundasi dengan 2 elemen individual yaitu:
- 4.316 a Perkuatan Jacketing - 4.316 b Penambahan fundasi baru
g) Klaster elemen 4.317 Struktur Jembatan Apung dengan 3 elemen individual yaitu:
- 4.317 a Ponton jembatan apung;
- 4.317 b Penambat ponton (mooring);
- 4.317 c Pengaman kebocoran ponton;
Dan akhirnya definisi Level 5 adalah penilaian di tingkat elemen Level 4 yang selanjutnya disebut subelemen sebagai elemen yang mempunyai referensi lokasi. Selain itu untuk kemudahan untuk menetapkan kriteria kerusakan untuk fungsi (F) dan pengaruh (P) maka elemen dibagi menjadi dua yaitu:
1. elemen non struktural dengan definisi adalah elemen jembatan yang tidak berfungsi untuk menerima beban yang bekerja di atas jembatan secara langsung.
2. elemen struktural dengan definisi adalah elemen jembatan yang berfungsi untuk menerima beban yang bekerja di atas jembatan secara langsung.
4.2.2 Kode Bangunan Atas (BA)
Tabel 4. 1 Kode Bangunan Atas
4.2.3 Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Jalan Pendekat Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Jalan Pendekat terdiri dari:
1. Elemen Utama 3.110 Perkerasan Jalan Pendekat;
2. Elemen Utama 3.120 Tanah Timbunan;
3. Elemen Utama 3.130 Struktur Penahan Tanah Jalan Pendekat; dan 4. Elemen Utama 3.140 Pengaman lalu-lintas;
4.2.4 Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Aliran Sungai Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Aliran Sungai terdiri dari:
1. Elemen Utama 3.210 Aliran Sungai;
2. Elemen Utama 3.220 Bangunan Pengaman;
4.2.5 Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Bangunan Bawah Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Bangunan Bawah terdiri dari :
1. Elemen Utama 3.310 Fondasi;
2. Elemen Utama 3.320 Kepala Jembatan/Pilar;
4.2.6 Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Bangunan Atas Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Bangunan Atas terdiri dari:
1. Elemen Utama 3.410 Gelagar,
2. Elemen Utama 3.420 Jembatan Pelat, 3. Elemen Utama 3.430 Pelengkung, 4. Elemen Utama 3.440 Balok Pelengkung, 5. Elemen Utama 3.450 Rangka,
6. Elemen Utama 3.460 Jembatan-Beruji-Kabel (Cable-stayed), 7. Elemen Utama 3.470 Jembatan Gantung,
8. Elemen Utama 3.480 Pilon,
9. Elemen Utama 3.490 Gelagar Boks, 10. Elemen Utama 3.500 Sistem Lantai,
11. Elemen Utama 3.600 Sambungan / Siar muai, 12. Elemen Utama 3.610 Perletakan,
13. Elemen Utama 3.620 Pengaman Pengguna Jalan,
14. Elemen Utama 3.630 Perlengkapan Aerodinamik Jembatan, 4.2.7 Kode elemen di dalam Komponen Perlengkapan
Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Perlengkapan terdiri dari:
1. Elemen Utama 3.710 Perlengkapan Umum, 2. Elemen Utama 3.720 Penerangan,
3. Elemen Utama 3.730 Utilitas,
4. Elemen Utama 3.740 Pengaman Struktur dan Lingkungan,
5. Elemen Utama 3.750 SMKS (Sistem Monitoring Kesehatan Jembatan), 6. Elemen Utama 3.760 Perlengkapan Jembatan Gerak/moveable bridge, 7. Elemen Utama 3.770 Fasilitas Pemeriksaan Tetap.
4.2.8 Kode Elemen Utama dan Elemen padA Komponen Gorong-gorong Kode Elemen Utama dan Elemen pada Komponen Gorong-gorong terdiri dari:
1. Elemen Utama 3.810 Tanah di dalam Struktur Gorong-gorong, 2. Elemen Utama 3.820 Gorong gorong Persegi Boks,
3. Elemen Utama 3.830 Gorong-gorong Pipa,
4. Elemen Utama 3.840 Gorong-gorong Pelengkung Baja Gelombang, 5. Elemen Utama 3.850 Struktur Pendukung Gorong-gorong,
6. Elemen Utama 3.860 Perkuatan Gorong-gorong.
4.2.9 Kode Elemen Utama pada Lintasan Basah
Kode Elemen Utama pada Komponen Struktur Lintasan Basah terdiri dari:
1. Elemen Utama 3.910 Lintasan dengan Perkerasan, 2. Elemen Utama 3.920 Lintasan Alam (tanpa perkerasan),
3. Elemen Utama 3.930 Lintasan dengan struktur semi-permanen.
4.3 Kerusakan Bahan dan Elemen Jembatan3
4.3.1 Penjelasan Penggunaan Kode Kerusakan Bahan Dan Elemen
Dasar dari sistem pemeriksaan detail adalah penilaian kondisi komponen dan elemen menurut tingkat kerusakannya.
Pemeriksaan Detail bertujuan untuk mengevaluasi kondisi jembatan secara menyeluruh, dari level terendah (Level 5) yaitu elemen kecil secara individual sampai level tertinggi (Level 1) yaitu jembatan itu sendiri.
Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya elemen yang mengalami kerusakan saja yang dicatat.
Setiap elemen yang memiliki kerusakan akan dinilai kondisinya berdasarkan nilai:
a. Struktur (S);
b. Kerusakannya (R);
c. Kuantitas (volume) (K);
d. Fungsi (F);
e. Pengaruh (P).
Sesudah melakukan penilaian kondisi elemen pada Level 5, Level 4, atau Level 3, maka baru kemudian menilai kondisi untuk elemen pada level yang lebih tinggi dalam hierarki.
Penilaiannya dilakukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada level yang lebih rendah mempengaruhi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya.
Nilai kondisi untuk elemen Level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini dan dicatat dalam formulir pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan nilai kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk menentukan strategi penanganan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan.
4.3.2 Sistem Penilaian Elemen
Sistem penilaian elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas lima pertanyaan mengenai kerusakan yang ada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
1. Struktur ditinjau dari struktur apakah kerusakan berbahaya atau tidak? ;
3 Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jembatan 2021 Jembatan (KERUSAKAN BAHAN & ELEMEN JEMBATAN) – Direktorat Jenderal Bina Marga
2. Kerusakan apakah tingkat kerusakan parah atau tidak? ;
3. Kuantitas (Volume) apakah jumlah kerusakan lebih atau sama dengan 30 % untuk elemen struktural dan 50 % untuk elemen non struktural? ;
4. Fungsi apakah elemen masih berfungsi? ;
5. Pengaruh apakah kerusakan mempunyai pengaruh terhadap elemen lain?
Nilai sebesar 1 atau 0 diberikan pada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada, menurut kriteria yang diperlihatkan pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4. 2 Kriteria penentuan nilai kondisi
Dalam menggunakan sistem ini, nilai kondisi diberikan pada Level 5, Level 4, atau Level 3. Bila penilaian awal suatu elemen (individual) diberikan pada Level 5, kelompok elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi, yaitu level 4 dan level 3, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai kelompok elemen secara keseluruhan.
Dimana hasil penilaian kondisi dapat menghasilkan:
1. NK = 0 yang berarti jembatan dalam kondisi baik;
2. NK = 1 yang berarti jembatan dalam kondisi rusak ringan, dimana kerusakan dapat diperbaiki melalui pemeliharaan rutin, dan tidak berdampak pada keamanan atau fungsi jembatan. Contoh : scouring sedikit, karat pada permukaan, papan kayu yang longgar;
3. NK = 2 yang berarti jembatan dalam kondisi rusak sedang, dimana kerusakan memerlukan pemantauan atau pemeliharaan pada masa yg akan datang. Contoh : pembusukan sedikit pada struktur kayu, penurunan mutu pada elemen pasangan batu, penumpukan sampah atau tanah di sekitar perletakan - kesemuanya merupakan tanda-tanda yang membutuhkan penggantian;
4. NK = 3 yang berarti jembatan dalam kondisi rusak berat, dimana kerusakan yang membutuhkan perhatian karena kerusakan mungkin menjadi serius dalam 12 bulan.
Contoh: Struktur beton dengan sedikit retak, rangka kayu yang membusuk, lubang pada permukaan lantai kendaraan, adanya gundukan aspal pada permukaan lantai
kendaraan dan pada kepala jembatan, scouring dalam jumlah sedang pada pilar/kepala jembatan, rangka baja berkarat;
5. NK = 4 yang berarti jembatan dalam kondisi kritis, dimana kerusakan serius membutuhkan perhatian segera. Contoh: Kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan lantai beton, pondasi yang terkikis, kerangka beton yang memiliki tulangan yang terlihat dan berkarat, sandaran pegangan/pagar pengaman yang tidak ada;
6. NK = 5 yang berarti jembatan dalam kondisi runtuh, dimana jembatan runtuh dan tidak berfungsi. Contoh : bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah yang hanyut.
4.3.3 Kerusakan
Pencatatan hanya dilakukan untuk elemen yang memiliki kerusakan. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan prosedur pemeriksaan.
Yang dimaksud dengan kerusakan adalah :
1. kerusakan tersebut merugikan dan telah berkembang sampai tingkat yang berat, atau 2. kerusakan tersebut membahayakan dan telah meluas,
3. kerusakan tersebut membahayakan, telah berkembang sampai tingkat kerusakan yang berat, dan telah meluas Ini berarti bahwa elemen-elemen yang memiliki kerusakan yang berarti akan mendapat Nilai Kondisi paling sedikit 2.
Bila suatu elemen memiliki nilai kondisi kurang dari 2 (yaitu 0 atau 1), maka elemen ini berada dalam kondisi yang baik atau memiliki cacat yang kecil dan belum meluas. Elemen seperti ini tidak memerlukan pemeliharaan atau dapat diperbaiki dalam pemeliharaan rutin.
Elemen dengan nilai kondisi 2 memiliki kerusakan kecil yang telah meluas atau kerusakan besar yang belum meluas. Elemen-elemen dengan kondisi ini membutuhkan pemantauan.
Pemantauan biasanya bertujuan agar perbaikan atau pemeliharaan dilaksanakan pada masa yang akan datang.
4.3.4 Kriteria Penilaian Kerusakan
Kriteria penilaian kerusakan dibagi berdasarkan jenis-jenis elemen yang mengalami kerusakan diantaranya:
1. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K elemen pasangan 2. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K elemen beton 3. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K elemen baja 4. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K elemen kayu
5. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K,F,P untuk elemen di dalam Komponen Jalan Pendekat
6. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K,F,P untuk elemen di dalam Komponen Aliran Sungai
7. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K,F,P untuk elemen di dalam Komponen Bangunan Bawah
8. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K,F,P untuk elemen di dalam Komponen Bangunan Atas
9. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K,F,P untuk elemen di dalam Komponen Perlengkapan
10. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K,F,P untuk elemen di dalam Komponen Gorong- gorong
11. Kriteria penilaian kerusakan S,R,K,F,P untuk elemen di dalam Lintasan Basah.
Pelaksanan setiap tahapan aktivitas dilaksanakan sesuai prosedur/intruksi kerja yang digunakan dan dimuat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Prosedur pelaksanaan pekerjaan dan instruksi kerja No
. Kegiatan Prosedur/Instruksi Kerja/Acuan lain yang
diperlukan Kode
1 Persiapaan 1. Mobilisasi personil . 2. Koordinasi dan konfirmasi.
3. Pengumpulan data awal.
4. Pengumpulann Data Sekunder 2 Antara
a. Survei Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan
b. Survei Pemeriksaan detail Jembatan
Tujuan dari survei ini adalah mengumpulkan data dasar admintrasi geometri, material dan data tambahan lainya di setiap jembatan termasuk lokasi jembatan bentang jembatan dan jenis kontruksi untuk setiap bentang dan sifat karakteristik sungai dan data pelebaran jembatan.
Tujuan dari survei ini mendata semua kerusakan pada elemen jembatan dan menetapkan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen, elemen utama dan komponen utama jembatan nilai kondisi
No
. Kegiatan Prosedur/Instruksi Kerja/Acuan lain yang
diperlukan Kode
c. Survei Pemeriksaan Khusus Jembatan
jembatan secara keseluruhan merupakan nilai kondisi maksimum elemen struktural dan level dibawahnya.
Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk mendapatkan pemuktahiran nilai
Pemeriksaan khusus merupakan pengamatan / pengujian yang dilakukan lebih cermat dan mendetail yang merupakan tindak lanjut dari pengamatan kerusakan secara visual atau ketika inspektur kekurangan sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai kondisi jembatan secara tepat. Pemeriksaan khusus dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus untuk memperoleh data yang lebih akurat dari kerusakan yang terjadu pada elemen-elemen jembatan, khususnya elemen struktural sesuai dengan kondisi kerusakannya.
Pemeriksaan khusus yang akan dilaksanakan menggunakan metode Non Destructive Test (NDT)
3 Tahap Akhir 1. Penyusunan Data kondisi Jembatan
2. Kesimpulan dan rekomendasi penanganan
BAB 5
PELAKSANAAN KERJA
5.1 Bagan Alir Pekerjaan
Bagan alir menjelaskan tahapan aktifitas konsultan yang dimulai dari persiapan, implementasi, sampai dengan pelaporan dan menjelaskan pemeriksaan pada aktifitas yang memerlukan pemeriksaan.
PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA
Gambar 5. 1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Survey Kondisi Jembatan
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 44 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
5.1.1 Tahap Pendahuluan
Tahap ini merupakan langkah awal dari kegiatan pelaksanaan pekerjaan, berupa mobilisasi personil, pengenalan situasi/lingkungan lokasi pekerjaan, pembuatan program kerja, pengurusan izin-izin survei dan mobilisasi peralatan survei, serta tahap pengembangan metodologi perencanaan yang meliputi penyusunan konsep dan metoda survei. Hasil tahap persiapan ini disampaikan pada Laporan Pendahuluan.
Tahap Persiapan juga dimaksudkan untuk mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal terkait pekerjaan, serta untuk menetapkan Jembatan yang akan di survey.
a. Standar Teknis
- Pedoman Pemeriksaan Jembatan No. 01/P/BM/2022.
- Peraturan menteri pu no 13/prt/m/2011
- Panduan Pemeriksaan Jembatan - Bridge Management System (BMS) tahun 1993.
5.1.1.1 Tahap Persiapan
1) Mobilisasi Personil
Pekerjaan administrasi yang akan dilakukan terdiri dari:
Dokumen Kontrak, Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), serta Surat Pengantar yang diterbitkan oleh pihak pemberi kerja.
Surat pengantar dari pihak pemberi pekerjaan dan pihak konsultan, untuk pelaksanaan pekerjaan survey lapangan dan guna mendapatkan data-data yang berhubungan dengan pekerjaan ini pada instansi yang terkait.
2) Kegiatan Koordinasi
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 45 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
Dalam koordinasi ini, Konsultan akan menyampaikan penjelasan langkah-langkah pengumpulan data sekunder yang sudah diperoleh ataupun yang akan dilaksanakan
5.1.2 Tahap Survey Lapangan
Tahap antara merupakan tahapan yang dilakukan untuk pengumpulan data-data aktual di lapangan. Data-data tersebut digunakan untuk perencanaan detail pekerjaan.
A. Survei Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan
Pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material dan data tambahan lainnya di setiap jembatan temasuk lokasi jembatan bentang panjang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang dan sifat karakteristik sungai dan data pelebaran jembatan.
Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan pada :
Jembatan yang dilaksanakan pemeriksaan detail;
Jembatan yang baru dibangun;
Jembatan lama yang setelah dilakukan perbaikan besar termasuk rehabilitasi, penggantian, duplikasi dan pelebaran jembatan;
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 46 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 47 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
Gambar 5. 2 Diagram alir Kegiatan Survey Inventarisasi Jembatan B. Survey Pemeriksaan Detail Jembatan
Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang ada pada elemen jembatan dan menetapkan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen, elemen utama, dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi jembatan secara keseluruhan merupakan nilai kondisi maksimum elemen struktural dari level dibawahnya.
Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk mendapatkan pemutakhiran nilai kondisi.
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 48 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
Gambar 5. 3 Diagram Alir Survey Detail Jembatan C. Survey Pemeriksaan Khusus Jembatan
Pemeriksaan khusus merupakan pengamatan / pengujian yang dilakukan lebih cermat dan mendetail yang merupakan tindak lanjut dari pengamatan kerusakan secara visual atau ketika inspektur kekurangan sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai kondisi jembatan secara tepat. Pemeriksaan khusus dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus untuk memperoleh data yang lebih akurat dari kerusakan yang terjadu
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 49 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
pada elemen-elemen jembatan, khususnya elemen struktural sesuai dengan kondisi kerusakannya. Pemeriksaan khusus yang akan dilaksanakan menggunakan metode Non Destructive Test (NDT) terhadap Minimum 50 Bentang Jembatan sesuai skala prioritas penanganan dan/atau yang direkomendasikan berdasarkan hasil pemeriksaaan detail jembatan. Pemeriksaan khusus yang akan dilaksanakan antara lain :
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 50 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
1. SURVEI TOPOGRAFI DAN GEOMETRI
Pekerjaan Survey Topografi dan Geometri bertujuan untuk mengetahui kondisi existing bentuk geometri jembatan.
Pekerjaan dilakukan sebagai berikut:
a. Perelatan
- UAV DJI Camera 1 unit
- Komputer note book sebanyak 1 unit - Batrry/Accu sebanyak 1 buah
- Radio HT sebanyak 1 set - Theodolite TS sebanyak 1 set
- GPS merek Garmin 585 sebanyak 1 unit - Tripod sebanyak 2 buah
- Jalon sebanyak 2 buah
- Roll meter 50 m sebanyak 1 buah b. Langkah Kerja
- Orientasi Lapangan
- Pemasangan Bench Mark/Penentuan Titik Ukur
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 51 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
- Pengukuran Poligon
- Pengukuran Topografi dan Detail Situasi.
- Pengukuran berbasi 3 dimensi
Gambar 5. 4 Alat Survei Topografi dan Geometri 2. PENGUJIAN HAMMER TEST
Hammer test merupakan suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban tumbukan (impact) pada permukaan beton. Data hasil pengujian akan diperoleh dalam waktu yang relatif singkat
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 52 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
Gambar 5. 5 Alat Hammer Test Specification:
• Rentang uji 10-60 MPa atau 100-600 kg/cm² (1450.38- 8702.26 psi)
• Energi tumbukan 2,207 J atau N-m / 1,6278 ft-lb
• Pukulan tumbukan 75 ± 0,3 mm / 2,95 ± 0,012 in
• Kekakuan pegas 785 J atau N-m / 578,99 ft-lb
• Nilai pantulan rata-rata (untuk kalibrasi) 80 ± 2
• Radius ujung bulat 25 ± 1 mm / 0,99 ± 0,04 in
• Adhesi ujung pengukuran 0,65-0,15 N
• Rentang nilai pantulan 0 hingga 100 (tanpa dimensi)
Tabel konversi Di bagian belakang instrumen dan di manual pengguna; untuk mengonversi nilai pantulan yang ditunjukkan ke kg/cm² dan MPa (dengan pengenalan sudut tumbukan)
• Berat Kira-kira. 1 kg / 2,21 pon
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 53 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
• Dimensi Kira-kira. 66 x 280 mm / 2,6 x 11,02 inci
Rebound Hammer Test (Schmid’s Hammer Test) merupakan metode uji tidak merusak (non-destructive test) untuk memperkirakan mutu beton. Prinsip kerja alatini adalah memberikan beban impact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan massa tertentu . Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton (benda uji) diindikasikan sebagaikekerasan beton. Dalam pengujian Rebound Hammer Test, hanya beton yang berdekatan dengan plunger yang akan mempengaruhi nilai rebound. Oleh karena itu hasil ujinya akan sangat peka terhadap kondisi lokal dimana pengujian dilakukan. Jika plunger terletak diatas agregat keras/tulangan, maka nilai rebound akan tinggi. Sebaliknya, jika plunger terletak pada rongga udara, maka nilai rebound akan rendah. Pada permukaan beton yang mengalami karbonasi/pelapukan juga menujukkan angka/nilai yang lebih tinggi.
Gambar 5. 6 Skema Pengujian Hammer Test
ASTM C 805 mensyaratkan jumlah pukulan dalam satutitik pengujian adalah 10 pukulan. Jika bacaan berbeda lebih dari 7
PROGRAM MUTU
PEKERJAAN : SURVEY KONDISI JEMBATAN
No. Dokumen : 01/SDP/SKJ-JBR/2023 Tgl. Diterbitkan : 25 jUNI 2023 Hal : 54 dari 134
No. Revisi : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :
unit dari rata-rata, maka bacaan tersebut harus dibuang dan rata- rata baru dihitung berdasarkan pada sisa bacaan. Jika lebih dari dua bacaan berbeda 7 unit dari nilai rata-rata, maka seluruh rangkaian pembacaannya harus dibuang.
Karena pengujian rebound Hammer Test hanya pada permukaan lapisan beton, maka nilai rebound belum tentu menggambarkan kondisi inti beton. Karbonasi pada permukaan beton dapat menghasilkan nilai rebound yang lebih tinggi, begitu pula dengan permukaan beton yang kering akan memberikan nilai rebound yang tinggi apabila dibandingkan dengan inti beton yang lembab.
Pengujian hammer yang dilakukan pada studi ini mengacu pada standar ASTM C 805-89. Secara umum alat ini dapat digunakan untuk :
a. Memeriksa keseragaman kualitas beton pada struktur.
b. Mendapatkan perkiraan nilai kuat tekan permukaan beton.
Tabel 5. 1 Kualitas Permukaan Beton Berdasarkan Rata-rata Angka Pantulan
Rata-Rata Angka Pantul KualitasPermukaan dan SelimutBeton
>40 Baik, LapisanKeras
36 – 40 Cukup
31- 35 Kurang Baik
20 -30 Jelek
<20 Terdapat Voids ataupunRetak
Posisi pengujian:
a. Horizontal α = 0o
b. Vertikal ke bawah α = - 90o c. Vertikal ke atas α = + 90o d. Sudut ke bawah α = - 45o e. Sudut ke atas α = + 45o
Gambar 5. 7 Grafik Hasil Perhitungan Hammer Test 3. PENGUJIAN UPV (ULTRASONIC PULSE VELOCITY)
merupakan salah satu metode Non Destructive Test dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang didasari pengukuran waktu tempuh gelombang. Waktu tempuh gelombang dibaca
oleh pengukur waktu pada UPV dan ditampilkan dalam bentuk kecepatan gelombang
Gambar 5. 8 Alat UPV (Ultrasonic pulse Velocity) Specification:
EN 12504 PART 4; ASTM C597; BS 1881:203; NF P18-418
Instrumen tersebut memberikan data tentang homogenitas beton, dengan menghasilkan pulsa suara ke dalam beton dan mengukur waktu perjalanan suara dari probe pemancar ke probe penerima melalui material. Selain itu dimungkinkan untuk memiliki data indikatif kekuatan beton.
Jangkauan pengukuran: 0 - 3000 µs - akurasi +/- 0,1 µs
Pemilihan amplitudo pulsa ultrasonik yang dapat disesuaikan dari250 hingga 1000V
Pengukuran waktu yang dibutuhkan oleh pulsa ultrasonik untuk melewati bahan yang diuji.
Mode akuisisi tunggal atau berkelanjutan dengan penyimpanan otomatis atau manual.
Kalibrasi nol dengan penghilangan waktu pulsa melewati probe.
Kalibrasi nilai waktu yang ditentukan.
Kapasitas perolehan data, pemrosesan dan pengarsipan data uji hingga 30.000 sampel.
Interface mini USB untuk koneksi PC.
Dua outlet untuk koneksi ke osiloskop.
Bahasa: Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Italia.
Penggunaan instrumen dipermudah karena berbasis sistem yang user friendly.
Alat standar meliputi:
Instrumen dalam konfigurasi dasar dalam wadah palmer yang praktis.
Dua probe 55kHz dengan kabel sambungan.
Silinder kalibrasi dan pasta kontak.
Paket isi ulang baterai NiMh 4,8V > 2000m/A dengan alarm kondisi baterai rendah.
Casing anti kejut yang menahan unit dan aksesorinya.
Pengumpan eksternal 230V dan pengisi baterai 12V 500m/A.
Dimensi casing: 400x340x110 mm
Berat: kira-kira 2 kg.
Pengujian Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) diukur melalui pengiriman energi gelombang suara pada beton melalui Transmitter dan Receiver. Pulsa ditransfer melalui impuls listrik dan mencatat waktu tempuh dari Transmitter ke Receiver.
Pengujian dapat dilakukan dengan dua muka berhadapan (Direct test), dua muka tidak berhadapan (semi- direct test) dan melalui satu permukaan (Indirect test). Dari ketiga cara tersebut hanya cara Direct dan Semi-direct test yang berguna
untuk uji kualitatif, kecuali bila perbaikan permukaan diperlukan. Uji ini memberikan indikasi kualitatif, apakah retak terisi penuh, sebagian atau tidak terisi.
Gambar 5. 9 Metoda Uji Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) Pulse dihasilkan oleh suatu transducer elektrik pertama yang mengeluarkan suara pada permukaan yang akan diuji dan merambat keseluruh massa beton, dan pada jarak tertentu pulsa yang dipancarkan transducer pertama akan ditangkap oleh alat dalam bentuk sinyal oleh transducer yang kedua.
Waktu perjalanan yang diperlukan untuk menempuh
dari transducer kesatu dan yang kedua diukur dengan alat pencatat waktu dengan ketelitian 0.1 mikron detik. Dengan demikian dapat ditentukan kecepatan rambatan pulsa dapat dihitung melalui Persamaan.
V = L / T x 106 dimana:
V = kecepatan rambatan pulsa L = Jarak lintasan pengukuran T = waktu tempuh rambatan
Pengujian ini mengacu pada SNI 03 - 4802 - 2012 / ASTM C 597. Pada pengujian ini hanya akan diambil nilai kecepatan rambat suara pada beton (t) saja, kemudian nilai “t” tersebut dimasukkan kedalam rumus perhitungan Persamaan.
Untuk memperkirakan kedalaman suatu retakan pada penampang beton, ada beberapa metoda perhitungan yang dapat digunakan, antara lain:
a. British Standard Method (BS Method)
Pada metoda British Standard ini menggunakan dua pengukuran yang diambil dengan transduser ditempatkan dengan jarak yang sama dari celah retakan
pada jarak x, dan 2 x, seperti pada Gambar dibawah diasumsikan bahwa kecepatan pulse ultrasonik adalah sama.
Rumus perkiraan kedalaman retak metoda British Standard:
dimana :
h = Perkiraan kedalaman retak (mm) x = Jarak antar transducer (mm)
T1 = Waktu rambatan dengan jarak x (ms) T2 = Waktu rambatan dengan jarak 2 x (ms)
Gambar 5. 10 Skema Uji BS Method
Gelombang ultrasonik disalurkan dari transmitter transducer yang ditempatkan dipermukaan beton melalui
material beton menuju receiver transducer dan waktu tempuh.
gelombang tersebut diukur oleh Read-Out unit PUNDIT Portable Unit Non Destructive Indicator Tester dalam m detik. Kedua transducer tersebut dapat ditempatkan secara direct, semi direct atau indirect.
Karena jarak antara kedua transducer ini telah diketahui, maka kecepatan gelombang ultrasonik dalam material beton dapat dihitung.
Karena kecepatan rambat gelombang adalah merupakan fungsi dari kepadatan material, maka dengan diketahuinya cepat rambat gelombang ultrasonik di dalam beton, kecepatan tersebut dapat dikorelasikan ke nilai kepadatan beton, yang selanjutnya dikorelasikan lagi ke mutu beton, berdasarkan grafik empiris hubungan kecepatan rambat gelombang dengan mutu beton.
Berikut contoh grafik hubungan kecepatan dengan mutu beton
Gambar 5. 11 contoh grafik hubungan kecepatan dengan mutu beton
b. Retakan beton
Pengujian keretakan pada struktur beton pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat uji retak guna mengetahui tingkat keretakan mulai dari kedalaman, sampai lebar retakan pada suatu objek pengujiannya. Lebar retakan minimum yang dapat dilihat secara kasat mata yaitu sebesar 0,13 mm, dan dikenal dengan retak mikro.
Retak mikro apabila terus dibebani maka akan menjadi retak mayor atau retakan yang lebih besar lebar retak maksimum yang diijinkan dapat dilihat pada Tabel 5-2 di bawah ini.
Pada dasarnya untuk lebar retakan pada beton dapat terlihat secara visual dimana terdapat adanya retakan makro dan retakan mikro sehingga akan di tunjukan lebar retak yang di ijinkan pada saat kondisi tertentu
Tabel 5. 2 Lebar Retak Maksimum yang Diijinkan (Sumber: ACI Committee 244, 1972) No Jenis struktur dan Kondisi Toleransi Lebar reta
(mm) 1 Struktur dalam ruangan, udara kering,
pemberian lapisan kedap air 0,41
2 Struktur luar, kelembaban sedang, tidak pengaruh korosi
a 0,3
3 Struktur luar, kelembaban tinggi, pengar
kimiawi 0,18
4 Struktur dengan kelembaban tinggi 0,15
5 Struktur berkaitan dengan air 0,1
4. PENGUJIAN REBAR SCANER / COVER METER
Concrete Rebar Scanner atau sering disebut juga dengan Cover Meter Test adalah pengujian atau pengecekan untuk mengukur tebal selimut beton, jarak antar tulangan dan perkiraan diameter tulangan.
Spesifikasi Alat
Gambar 5. 12 Alat Rebar Scan a. metode Covermeter Test/Re-Bar Scan
Metode cover meter test menggunakan cara induksi pulsa berdasarkan teknologi pulsa elektromagnetik untuk melakukan deteksi tulangan. Kumparan yang ada di dalam
probe secara berkala diisi berupa pulsa arus untuk menghasilkan medan magnetik.
Pada permukaan bahan yang mampu menghantarkan arus listrik, arus eddy dihasilkan. Apabila bahan tersebut berada di dalam medan magnet. Cara induksi medan magnet dapat dilakukan dengan arah berlawanan.
Perubahan pada tegangan dapat digunakan untuk pengukuran. Tulangan yang berada di dekat probe dapat memberikan medan magnet kuat.
Metode yang digunakan pada covermeter tidak dapat dipengaruhi oleh bahan non kondukstif. Beberapa diantaranya meliputi, kayu, batu, plastik dan lain sebagainya. sedangkan, bahan yang memiliki sifat konduktif dapat memepengatuhi hasil pengukuran.
Perubahan pada medan magnetik yang mentimpang dapat dilakukan pengukuran. Alat yang digunakan terdiri atas prober yang dikenal sebagai coil tungga maupun ganda.
Prober tersebut ditempatkan pada muka beton ready mix dan alat ukur memiliki tanggapan perubahan medan secara digital. Peralatan tersebut memiliki kinerja pada gelombang frekuensi 1 kilohertz sehingga sangat peka terhadap logam yang ada di sekitarnya.
Penggunaan alat covermeter dapat digunakan sebagai pengontrol kualitas untuk mengetahui nilai atau ketepatan ketebalan selimut, menentukan informasi elemen bangunan yang sudah tidak ada, menentukan
posisi tulangan sebelum dilakukan pengecoran pada beton dan melakukan deteksi elemen baja.
b. pengujian Covermeter Test/ Re-Bar Scan
Sinyal deteksi yang dikeluarkan oleh alat covermeter dapat membantu dalam pembacaan baja tulangan sesuai lokasi, menentukan nilai diameter tulangan dan ketebalan cover atau lapisan selimut beton. Metode ini hanya berlaku pada material yang memiliki sifat konduktif, sedangkan material seperti kayu maupun plastik tidak dapat digunakan karena bersifat non konduktif.
Pengujian dengan menggunakan alat deteksi covermeter dimanfaatkan untuk mengetahui keadaan yang ada di dalam beton. Alat ini dapat menentukan hasil kedalaman selimut melalui proses secara berulang-ulang. Hubungan timbal balik tersebut terjadi pada tulangan dan frekuensi tingkat rendah pada medan elektromagnetik.
5. Pengujian Portable Hardness Test
Portable Hardness Tester adalah alat yang digunakan untuk menguji atau mengukur nilai kekerasan suatu benda tanpa mengganggu struktur dan integritas dari objek yang diuji.
Untuk mengukur nilai kekerasan, yang menghasilkan dampak mekanis pada permukaan objek yang diuji, dan hasilnya dapat menentukan nilai kekerasan. Pengujian kekerasan baja adalah jenis uji pantulan, terutama pada sifat plastis maupun sifat elastis dari bahan yang diuji.
Hasil yang diperoleh merupakan indikasi dari kekuatan mutu baja, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian merusak
(destructive test) dengan memotong sampel dari elemen jembatan.
Gambar 5. 13 Hardness Test Specification:
Nilai kekerasan: Rockwell (HRB, HRC), Richter (HL), Vickers (HV), Shore (HS), HB
Rentang pengukuran: 170 - 960 HLD
Berbagai arah pengukuran: lurus ke atas/bawah, horizontal, miring ke atas/bawah
Bahan yang Berlaku: Baja/Baja Cor, Baja Paduan, Baja Tahan Karat, Besi Cor Kelabu, Besi Cor Nodular, Kuningan, Perunggu, Tembaga, Baja Tempa
LCD: 2,4 inci dengan lampu latar
Memiliki printer untuk mencetak hasil di tempat langsung (lebar kertas 57+- 0.5mm dengan diameter 30 mm)
Versi bahasa Inggris dengan manual bahasa Inggris
Penyimpanan Data untuk 800 set data
Catu Daya: Isi ulang 1800 mAh (16 jam)
Dimensi: 206x80x36,5 mm a. Pengujian