• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUBES EVAPER

N/A
N/A
nabila

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN TUBES EVAPER"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN AKHIR EVALUASI PROGRAM PENANGANAN ABRASI PANTAI MELALUI PENGHIJAUAN MANGROVE KOTA SEMARANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Perencanaan (TKP 507)

Dosen Pengampu : Widjonarko, ST., MT Dr. Eng. Maryono, ST, MT Dr. Ing. Santi Paula D, ST., MT

Dr.Ars. Rina Kurniati, ST. MT

Disusun Oleh: Kelompok 4

Hanna Audya 21040119130084

Goklas Rihardo Situmorang 21040119120038

Fitra Fadila Sari 21040119120004

Muhammad Hassan Ramadhan 21040119130051 Putri May Indah Ribka Harianja 21040119130072

Intan Rizkiani 21040119120034

Gabriel Simalango 21040119120036

Urip Sumoharjo 21040119120001

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2022

(3)

ii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.3.1 Tujuan ... 2

1.3.2 Sasaran... 2

1.4 Ruang Lingkup ... 2

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 2

1.4.2 Ruang Lingkup Materi ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PROGRAM... 4

2.1 Gambaran Umum Wilayah ... 4

2.2 Gambaran Umum Program... 5

BAB III KERANGKA KERJA LOGIS ... 7

3.1 Logical Framework... 7

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI PROGRAM ... 12

4.1 Evaluasi Realisasi Program ... 12

4.2 Evaluasi Kinerja Pembangunan ... 13

4.2.1 Relevansi... 13

4.2.2 Efektivitas ... 14

4.2.3 Efisiensi... 15

4.2.4 Dampak ... 15

4.2.5 Keberlanjutan ... 16

4.3 Analisis Multikriteria ... 17

4.4 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ... 19

BAB V PENUTUP ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

5.2 Rekomendasi Rencana Tindak... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

(4)

iii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ruang Lingkup Wilayah ... 2

Gambar 2. Peta Administrasi Kelurahan Mangunharjo ... 4

Gambar 3. Perbandingan kawasan pesisir di Kelurahan Mangunharjo Tahun 2002 dan 2022 . 6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Logical Framework ... 8

Tabel 2. Evaluasi Realisasi Program... 12

Tabel 3. Evaluasi Indikator Relevansi... 13

Tabel 4. Evaluasi Indikator Efektivitas ... 14

Tabel 5. Evaluasi Indikator Efisiensi ... 15

Tabel 6. Evaluasi Indikator Dampak... 16

Tabel 7. Evaluasi Indikator Keberlanjutan ... 17

Tabel 8. Analisis Multikriteria... 18

Tabel 9. AMDAL ... 19

Tabel 10. Rekomendasi Rencana Tindak ... 22

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kota Semarang merupakan bagian wilayah administrasi Jawa Tengah yang memiliki wilayah pesisir di enam kecamatan yaitu Kecamatan Tugu, Semarang Utara, Semarang Barat, Genuk, Semarang Timur dan Gayamsari. Kondisi wilayah pesisir yang tergolong kritis di Kota Semarang ialah Pantai Semarang Barat dan Kecamatan Tugu tepatnya di Kelurahan Mangunharjo dan Mangkang Wetan yang menghadap atau berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan Kota Semarang mengalami kerusakan pantai berupa abrasi. Abrasi merupakan fenomena kerusakan garis pantai akibat terlepasnya material pantai, seperti pasir yang terus menerus dihantam oleh gelombang laut. Secara singkat abrasi terjadi karena perubahan keseimbangan angkutan sedimen di perairan pantai (Gabriel et al., 2017). Menurut Hakim et al (2012) terjadinya abrasi menimbulkan masalah yang mengancam kondisi pesisir, merusak tambak, merusak lokasi persawahan yang berada di pinggir pantai serta bangunan yang difungsikan sebagai tempat tinggal penduduk dan penunjang wisata.

Kelurahan Mangunharjo yang berada dalam administrasi Kota Semarang merupakan salah satu kawasan pesisir di Kota Semarang yang memiliki permasalahan lingkungan pesisir salah satunya abrasi pantai. Tingkat kerusakan yang terjadi di Kelurahan Mangunharjo akibat abrasi sudah dapat diklasifikasikan menjadi kerusakan parah, yang dapat diidentifikasi melalui rusaknya tambak serta tempat tinggal penduduk setempat. Luas kerusakan yang dialami masyarakat sendiri mencapai 96,17 Ha (Situmorang & Handayani, 2013). Kegiatan‐kegiatan pengelolaan lingkungan khususnya penanaman hutan mangrove yang dilakukan di Kelurahan Mangunharjo sudah sangat sering dilakukan. Definisi dari hutan mangrove sendiri merupakan hutan yang memiliki kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan ini tumbuh di wilayah pesisir yang secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh pasang surut laut namun tidak oleh iklim (Syah, 2020). Ekosistem hutan mangrove merupakan habitat yang dinilai penting untuk makhluk hidup laut serta sebagai penjaga dari adanya abrasi dari pantai (Syah, 2020).

Pihak atau stakeholder yang mengadakan kegiatan penanaman hutan mangrove di Kelurahan Mangunharjo juga bervariasi. Terdiri dari pihak pemerintah baik provinsi Jawa Tengah maupun Kota Semarang, swasta, komunitas atau kelompok kerja pecinta lingkungan dan juga masyarakat (Situmorang & Handayani, 2013). Namun, berdasarkan data yang ditemukan pada media berita diketahui telah terjadi pengurangan luasan hutan mangrove di Kawasan Pesisir Mangunharjo, luasan tersebut hanya tersisa 1,5 ha dari total luas sebelumnya adalah 10 ha. Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan evaluasi program penanganan abrasi pantai melalui penghijauan mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Kota Semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Program penanganan abrasi pantai melalui penghijauan mangrove di Kota Semarang meliputi penanaman bibit mangrove dalam upaya untuk mencegah abrasi dalam melindungi Kota Semarang dari bencana lingkungan, terutama banjir. Untuk melihat sejauh mana pengembangan dari program tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap program penanganan abrasi pantai melalui penghijauan mangrove.

Evaluasi yang akan dilakukan akan berlandaskan rumusan masalah berupa “Sejauh mana perkembangan dari penanaman bibit mangrove dari penyelenggaraan program penanganan abrasi pantai melalui penghijauan mangrove di Kota Semarang?”.

(6)

2 1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Evaluasi program ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai dan mengetahui apakah program penanganan abrasi melalui penghijauan mangrove yang telah banyak dilakukan oleh pihak atau stakeholder di Kelurahan Mangunharjo telah berhasil mencegah abrasi serta memberikan dampak kehidupan yang lebih sejahtera kepada masyarakat di kawasan tersebut.

1.3.2 Sasaran

Dalam mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa sasaran pelaksanaan evaluasi ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Program Penanganan Abrasi Pantai

2. Melakukan analisis dan evaluasi keberhasilan program dalam mencegah terjadinya abrasi pantai di Kelurahan Mangunharjo.

3. Melakukan kajian manfaat dan dampak program terhadap kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Mangunharjo.

4. Merumuskan rekomendasi hasil evaluasi untuk langkah tindak lanjut pada Program Penanganan Abrasi pantai di masa yang akan datang.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam evaluasi ini yaitu hutan mangrove yang berada di pesisir Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang.

Panjang hutan mangrove di Pesisir Mangunharjo ini mencapai 3 (tiga) kilometer dengan luas mencapai 10 hektar. Berdasarkan data terakhir diketahui telah terjadi pengurangan luasan hutan mangrove di Kawasan Pesisir Mangunharjo menjadi tersisa 1,5 ha. Maka dari itu, diadakan program penghijauan mangrove untuk menangani abrasi pantai di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Kota Semarang. Program penanaman bibit mangrove ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Semarang berkerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), PT Djarum, dan Koperasi Serbaguna Mandiri Raharja.

Gambar 1. Ruang Lingkup Wilayah

Sumber: http://geoportal.jatengprov.go.id/ dan https://darilaut.id/

(7)

3 1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Program yang akan dievaluasi adalah program penanganan abrasi pantai melalui penghijauan mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Kota Semarang. Program ini bertujuan untuk mencegah abrasi serta memberikan dampak kehidupan yang lebih sejahtera kepada masyarakat di kawasan tersebut.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka akan dilakukan evaluasi untuk menilai dan mengetahui ketercapaian program penanganan abrasi melalui penghijauan mangrove yang telah banyak dilakukan oleh pihak atau stakeholder di Kelurahan Mangunharjo. Evaluasi dilakukan dengan cara mengkaji kondisi eksisting dari berbagai literatur dan kebijakan serta berpedoman pada data primer dan sekunder yang didapatkan melalui survei.

1.5 Sistematika Penulisan

Proposal teknis evaluasi program penanganan abrasi pantai melalui penghijauan mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Kota Semarang ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PROGRAM

Bab ini menjelaskan gambaran umum wilayah studi serta program program penanganan abrasi pantai melalui penghijauan mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Kota Semarang.

BAB III KERANGKA KERJA LOGIS

Bab ini menjelaskan logical framework, metode pengumpulan data, metode penyajian data, dan metode pengolahan data.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI PROGRAM

Bab ini menjelaskan evaluasi realisasi program penanganan abrasi pantai melalui penghijauan mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Kota Semarang, evaluasi kinerja pembangunan, analisis multikriteria, analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan serta memberikan rekomendasi rencana tindak.

(8)

4 BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PROGRAM 2.1 Gambaran Umum Wilayah

Kelurahan Manguharjo merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Tugu.

Berdasarkan Kecamatan Tugu dalam Angka yang dipublikasikan oleh BPS Kota Semarang, Kelurahan Mangunharjo memiliki luas wilayah sebesar 4,22 km2 yang memiliki 5 (lima) RW dan 29 RT. Kelurahan Mangunharjo berada dalam administrasi Kota Semarang yang merupakan salah satu kawasan pesisir di Kota Semarang. Kawasan Pesisir Mangunharjo memiliki hutan mangrove yang dilestarikan untuk mengurangi tingkat abrasi pantai dan banjir rob yang tinggi di wilayah pesisir Kota Semarang. Hutan Mangrove Pesisir Mangunharjo menjadi satu-satunya hutan mangrove yang masih terjaga kelestariannya dan menjadi hutan mangrove paling luas di Kota Semarang.

Gambar 2. Peta Administrasi Kelurahan Mangunharjo

Sumber: http://geoportal.jatengprov.go.id/

Ekosistem yang ada di Pesisir Mangunharjo termasuk unik, karena hasil interaksi antara ekosistem pantai, ekosistem muara sungai, dan ekosistem hutan mangrove.

Wilayah tersebut dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan memiliki vegetasi mangrove yang masih cukup baik dibandingkan dengan daerah lainya di Kota Semarang (Solichin et al.,2018). Beberapa kawasan hutan mangrove di Mangunharjo telah diubah menjadi alih fungsi lahan, seperti pembangunan kawasan industri. Kondisi tersebut membuat hutan mangrove mengalami kerusakan serta penurunan kualitas air dan dapat mengancam keberadaan salah satu biota yang ada disekitar mangrove tersebut.

(Ermiliansa et al.,2014; Martuti et al.,2019). Selain itu, dapat meningkatkan munculnya abrasi pantai dan banjir rob akibat kenaikan permukaan laut.

Program penanaman mangrove di Pesisir Mangunharjo merupakan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Jawa Tengah bekerja sama dalam program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA), Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama masyarakat Kelurahan Mangunharjo, didukung oleh PT Djarum, dan dan Koperasi Serbaguna Mandiri Raharja.

(9)

5 2.2 Gambaran Umum Program

Kelurahan Mangunharjo merupakan kawasan pesisir di Kota Semarang yang memiliki 17 kelompok masyarakat, yang terdiri dari kelompok pengolah ikan, kelompok nelayan, kelompok budidaya, dan kelompok peduli lingkungan. Melalui kelompok- kelompok tersebut masyarakat melakukan upaya-upaya dan mencari jalan keluar dalam menghadapi masalah lingkungan di wilayahnya. Kelompok -kelompok masyarakat di Mangunharjo tidak hanya melakukan adaptasi untuk perbaikan ekonomi, tetapi juga melakukan adaptasi untuk perbaikan lingkungan. Kapasitas adaptasi menurut Sakuntaladewi & Sylviani (2014) meliputi perbaikan lingkungan biofisik, variasi sumber penghasilan, ekstensifikasi lahan usaha, penerapan teknologi pertanian dan perikanan, penyesuaian jadwal kegiatan usaha dengan perkiraan musim, alih profesi tetap pada kegiatan lama dan berharap pada keuntungan, kuatnya kelembagaan masyarakat, bantuan atau program pembangunan desa, dan pendampingan yang intensif.

Selama ini, kelompok masyarakat pesisir Mangunharjo melakukan upaya perbaikan lingkungan dengan menanam mangrove dan membuat sabuk pantai atau breakwater dari beton. Sebagaimana disampaikan oleh Hartati et al. (2016), pendekatan dalam perencanaan pembangunan perlindungan pantai buatan dapat dilakukan dengan:

(a) mengurangi energi gelombang yang mengenai pantai dengan membangun pemecah gelombang lepas pantai (breakwater/APO); (b) memperkuat tepi pantai sehingga tahan terhadap gempuran gelombang dengan membangun revetment atau sea wall; (c) menambah suplai sedimen ke pantai dengan cara sand by passing atau beach nourishment; dan (d) melakukan penghijauan pantai dengan pohon bakau, api-api, atau nipah.

Program penanganan abrasi melalui penanaman/penghijauan mangrove pada dasarnya ada sebuah kegiatan restorasi ekosistem mangrove sehingga daya dukung kawasannya dapat sesuai dengan semestinya. Restorasi mangrove mendapat perhatian luas mengingat tingginya nilai sosial-ekonomi dan ekologi ekosistem ini. Restorasi dapat menaikkan sumber daya hayati mangrove, memberi mata pencaharian pe nduduk, mencegah kerusakan pantai, menjaga biodiversitas, produksi perikanan, dan lain -lain.

Konsepsi dasar pemulihan (Restorasi) kawasan mangrove dalam bidang konservasi dapat dilakukan melalui: (1) penanganan dan pengendalian lingkungan fisik dari berbagai bentuk faktor penyebabnya, (2) pemulihan secara ekologis baik terhadap habitat maupun kehidupannya, (3) mengharmoniskan perilaku lingkungan sosial untuk tujuan mengenal, mengetahui, mengerti, memahami hingga pada akhirnya merasa peduli dan ikut bertanggung jawab untuk mempertahankan, melestarikannya, serta (4) meningkatkan akuntabilitas kinerja institusi yang bertanggung jawab dan pihak -pihak terkait lainnya (dalam Mudjab, 2017).

Tujuan utama dari program penanganan abrasi melalui penanaman mangrove yaitu untuk menjaga garis pantai dari abrasi juga mengatasi masalah adanya pencemaran lingkungan baik di laut maupun di darat serta di lingkungan kawasan hutan mangrove.

Selain itu, kegiatan ini juga untuk mengembalikan karakteristik dan fungsi ekosistem mangrove. Melalui hal tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan kembali fungsi utama dari ekosistem hutan mangrove sehingga dampak daya dukungnya terhadap lingkungan juga optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya tidak hanya dilakukan dengan upaya penanaman saja, akan tetapi juga perlu didukung dengan upaya perawatan dan pengelolaannya, sehingga selain bermanfaat untuk lingkungan adanya restorasi mangrove ini diharapkan juga dapat mengembangkan sosial ekonomi masyarakat pesisir yang ada di sekitarnya.

(10)

6

Gambar 3. Perbandingan kawasan pesisir di Kelurahan Mangunharjo Tahun 2002 dan 2022

Sumber: Google Earth Pro

Beberapa kelompok masyarakat pesisir melakukan penanaman mangrove karena inisiatif sendiri, tetapi banyak juga yang melakukan penanaman karena dorongan (stimulan) dari pihak luar. Selain melakukan penanaman, kelompok- kelompok lingkungan tersebut juga melakukan pembibitan mangrove sebagai alternatif penghasilan. Pembibitan mangrove yang dikembangkan di Kelurahan Mangunharjo terdiri dari jenis Rhizophora sp dan Avicennia marina. Avicennia marina merupakan salah satu jenis mangrove yang termasuk tumbuhan pionir pada kawasan pesisir yang terlindungi, serta mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada habitat pasang-surut yang mempunyai salinitas tinggi. Akar Avicennia marina sering membantu mengikat sedimen dan mempercepat proses pembentukan sedimentasi (Martuti, et.al, 2016).

Selain berperan untuk menanggulangi abrasi, mangrove juga mempunyai peran sebagai tempat berpijah berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya, menyerap logam, dan menjaga stok karbon yang tinggi, sehingga mempunyai peran yang baik untuk menjaga lingkungan (Martuti, et.al, 2017).

Tahun 2022 Tahun 2002

(11)

7 BAB III

KERANGKA KERJA LOGIS 3.1 Logical Framework

Pada evaluasi program penanganan abrasi pantai melalui penghijauan mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Kota Semarang menggunakan pendekatan logical framework. Logical framework merupakan alat atau pendekatan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi suatu program. Logical framework disusun secara logis dengan menggunakan indikator logis. Tujuan yang terdapat dalam logical framework ini adalah " Kawasan Pesisir Kelurahan Mangunharjo lebih aman terhadap bencana rob dan abrasi serta masyarakat pesisir dapat menjadi lebih sejahtera".

Selain tujuan, komponen yang termuat dalam logical framework juga diantaranya adalah impact, outcome, output, dan input aktivitas. Impact adalah adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. outcome adalah ukuran kinerja dari program dalam memenuhi sasarannya. Output adalah produk atau keluaran langsung dari suatu aktivitas atau program yang dilaksanakan. Input aktivitas merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu program untuk menghasilkan keluaran atau memberikan pelayanan. Input aktivitas dapat berupa dana, sumber daya manusia, sarana, informasi, dan sebagainya. Dimana setiap komponen tersebut masing-masing memiliki indikator serta parameternya. Indikator berfungsi sebagai suatu alat ukur untuk menggambarkan tingkatan atau capaian suatu sasaran atau target yang telah ditetapkan ketika melakukan perencanaan awal, dan dapat merupakan variabel kuantitatif atau kualitatif. Indikator juga berguna untuk menetapkan target kinerja, untuk menilai kemajuan pencapaian target tersebut, serta untuk membandingkan kinerja dari unit suatu lembaga atau unit yang berbeda. Sedangkan parameter merupakan sebuah ukuran dalam evaluasi yang harus diperkirakan.

Di Dalam evaluasi program yang dianalisis terdapat beberapa parameter terkait berkurangnya luasan kawasan yang terdegradasi, luasan hutan mangrove (ha), terjaganya ekosistem mangrove sebagai tempat hidup biota primer serta meminimalisir dampak abrasi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan dari indikator dan parameter ini adalah untuk mengidentifikasi pencapaian dari suatu proyek atau program yang dalam proses penentuannya didasarkan pada logical framework yang sudah ditetapkan. Berikut merupakan rincian indikator dan parameter dari " Evaluasi Program Penanganan Abrasi Pantai melalui Penghijauan Mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tu gu Kota Semarang".

(12)

8 Tabel 1. Logical Framework

Hierarki

Logis Deskripsi Indikator Parameter Baseline 2022 Target 2042 MoV Asumsi dan Risiko

Tujuan

-

Kawasan Pesisir Kelurahan

Mangunharjo lebih aman terhadap bencana rob dan abrasi

-

Masyarakat pesisir dapat menjadi lebih sejahtera

Luasan kawasan terdegradasi bencana pesisir

Berkurangnya luasan kawasan yang terdegradasi di Kelurahan

Mangunharjo

Kawasan pesisir terdegradasi dan

kemampuan daya dukung lingkungannya menurun

Kapasitas dan daya dukung lingkungan meningkat dan terjaganya keberlanjutan kawasan pesisir

Observasi

Peningkatan kapasitas dan daya dukung kawasan pesisir akan menjaga

keberlanjutan dan kelestarian kawasan pesisir

Impact

Proses rehabilitasi kawasan mangrove lebih efisien

Luas lahan mangrove yang

direhabilitasi

Luasan hutan mangrove (HA) Terjaganya ekosistem

mangrove sebagai tempat hidup biota primer

Meminimalisir dampak abrasi

Kerusakan hutan mangrove dan

menurunnya luasan hutan mangrove

Hutan mangrove tetap lestari dan luasannya tidak berkurang

Observasi

Hutan mangrove yang ada

memberikan manfaat ekologis dan ekonomis

Outcome

Peningkatan kapasitas masyarakat setempat dalam budidaya tanaman mangrove

Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam budidaya tanaman

Persentase peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap budidaya tanaman mangrove

Tidak adanya masyarakat yang memahami budidaya mangrove (0%)

100% masyarakat pesisir mengetahui bagaimana

membudidayakan tanaman mangrove di Kelurahan

Observasi

-

Hutan mangrove pada kawasan pesisir terkelola dengan baik

-

Terjaganya fungsi hutan mangrove

(13)

9

mangrove Bandarharjo secara alami

Output

-

Terjadinya pelatihan dan pemeliharaan tanaman

mangrove kepada masyarakat setempat

Jumlah peserta

pelatihan yang mengikuti kegiatan pelatihan penanaman mangrove di kelurahan Mangunharjo

-

Jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam penanaman tanaman mangrove

Belum adanya masyarakat yang

mendapatkan pelatihan penanaman mangrove

Sebanyak 15-30 masyarakat mendapatkan pelatihan tentang penanaman mangrove

Survey Primer (Observas i dan Hasil Kuesioner )

-

Tersedianya dana pembelian bibit mangrove

-

Terdapat

partisipasi warga setempat

-

Terealisasikan pemeliharaan tanaman mangrove

Input Aktivitas

- Kajian/analisis luas kawasan pantai yang terancam abrasi pantai

- Besaran anggaran penyediaan bibit dan pelaksanaan penanaman mangrove - Pelatihan bagi panitia, pelaksana dan masyarakat

- Survei dan observasi lapangan

Sumber: Analisis Kelompok 4C, 2022

(14)

10 Evaluasi Input - Input

Evaluasi input berfokus pada penilaian terhadap kesiapan pra -kegiatan penghijauan mangrove untuk menangani abrasi pantai di Kelurahan Mangunharjo. Pra- kegiatan penghijauan mangrove merupakan langkah untuk menyiapkan keberjalanan pelaksanaan program agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini evaluasi input dalam program penanganan abrasi pantai melalui penanganan mangrove dikaitkan dengan terlaksananya tindakan-tindakan yang menjadi input program yaitu meliputi kajian/analisis luas kawasan pantai yang terancam abrasi pantai, besaran anggaran penyediaan bibit dan pelaksanaan penanaman mangrove, pelatihan bagi panitia, pelaksana dan masyarakat, serta survei dan observasi lapangan. Berdasarkan hal tersebut maka indikator yang digunakan untuk mengevaluasi input program penghijauan mangrove untuk menangani abrasi pantai di Kelurahan Mangunharjo hanya berupa ceklist variabel input pada program. Sedangkan untuk selanjutnya tiap variabel tersebut dievaluasi kembali dalam evaluasi proses-activities.

Ceklist variabel input program penanganan abrasi pantai dengan penghijauan mangrove dapat dilakukan apabila memenuhi indikator sebagai berikut.

1. Telah dilakukan survey dan observasi lapangan

2. Tersusunnya hasil kajian /analisis luas kawasan pantai yang terancam abrasi pantai berdasarkan data hasil survey dan observasi lapangan

3. Telah dilakukan pelatihan bagi panitia, pelaksana dan masyarakat

4. Telah ditetapkannya besaran anggaran penyediaan bibit d an pelaksanaan penanaman mangrove.

Evaluasi Proses – Activities

Evaluasi proses meneliti dan menilai apakah intervensi atau layanan program telah dilaksanakan seperti yang direncanakan dan apakah target populasi yang direncanakan telah dilayani. Evaluasi ini juga menilai mengenai strategi pelaksanaan program.

Evaluasi proses dalam Program Penanganan Abrasi Pantai Melalui Penghijauan Mangrove Di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Kota Semarang diperkuat oleh adanya kajian oleh SIAHAAN, Irene Natalia and Hidayat, Jafron Wasiq and Kismartini, Kismartini dengan judul STRATEGI PENGELOLAAN MANGROVE SEBAGAI UPAYA KONSERVASI BERKELANJUTAN DI PESISIR KOTA SEMARANG. Dalam penelitian mengemukakan bahwa kawasan pesisir mangrove di Kecamatan Tugu, Semarang Utara dan Genuk Kota Semarang telah ditumbuhi tanaman mangrove dengan jenis Rhizophora mucronata dan Avicennia marina yang tumbuh dengan lebat, namun masih memerlukan upaya berupa edukasi kepada masyarakat sekitar terkait pentingnya menjaga dan merawat kawasan mangrove. Aspek teknis yang menjadi kriteria evaluasi dalam Program Penanganan Abrasi Pantai Melalui Penghijauan Mangrove meliputi: Sasaran Lokasi, Penyediaan Bibit, Pembuatan Tanaman dan Pemeliharaan Tanaman (Yasin, 2013).

Selanjutnya Kebijakan dan strategi Pengembangan Pola Ruang dalam lingkup RTRW Kota Semarang yang berkaitan erat dengan adanya kawasan mangrove berupa strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan pantai melalui Pengelolaan dan pengembangan reklamasi pantai yang mendukung kelestarian lingkungan dan keberlanjutan penghidupan masyarakat; Pengembangan kolam tampung air dan tanggul pantai untuk menanggulangi potensi banjir dan rob; serta Penghijauan kawasan pantai.

Evaluasi Produk - Output

Kondisi ekosistem mangrove penting untuk diketahui karena terkait dengan keberlangsungan dan ketersediaan jasa ekosistem. Jasa ekosistem sangat terkait dengan

(15)

11 ekosistem dalam memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat (Elliff &

Kikuchi, 2015). Penilaian kondisi hutan mangrove juga sangat penting untuk perencanaan konservasi dan pengelolaan termasuk penelitian dan pengukuran ekonomi dan valuasi (Schmitt & Duke, 2015). Dukungan data dan informasi spasial dengan penginderaan jauh dapat membantu memberikan gambaran wilayah (Damayanti, et al., 2017) dan kondisi ekosistem mangrove. Prediksi yang akurat terhadap kondisi mangrove dapat mendukung perencanaan yang lebih baik, meminimalkan dan mengantisipasi kerugian, mengurangi ancaman pembangunan pesisir, da n untuk keamanan masyarakat pesisir (Omo-irabor et al., 2011).

Evaluasi program penghijauan mangrove ini dapat menjadi informasi mengenai konsekuensi terhadap jasa ekosistemnya yang sangat terkait dengan Kawasan pesisir utara Semarang merupakan salah satu ekosistem di perairan Semarang yang mengalami tekanan lingkungan. Tekanan tersebut salah satunya diakibatkan adanya penumpukan konsentrasi penduduk sebagai dampak dari perkembangan kawasan yang mengalami pertumbuhan berbagai sektor seperti pusat perdagangan, permukiman, pusat pemerintahan, rekreasi, pendidikan, dan lain-lain (Agus et al., 2014). Pelatihan dan pemeliharaan tanaman mangrove menjadi solusi untuk menjawab tekanan tersebut dengan memberdayakan masyarakat lokal dalam pengembangan program in i secara berkelanjutan. Ekosistem Mangrove Mangunharjo sebagai salah satu ekosistem di pesisir utara Semarang yang masih tersisa dan memiliki sejumlah jasa ekosistem, saat ini menghadapi potensi ancaman degradasi sehingga sangat penting untuk mengetahui kondisinya.

Evaluasi Produk - Outcome

Evaluasi produk terhadap Program Penanganan Abrasi Pantai melalui Penghijauan Mangrove Kota Semarang salah satunya peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap budidaya tanaman mangrove. Peningkatan pengetahuan merupakan salah satu pengelolaan sumber daya manusia yang menjadi prioritas sebelum melakukan program penanganan abrasi pantai. Program penangan abrasi pantai ini tidak lepas dari pemberdayaan masyarakat yang dimana pemberdayaan masyarakat merupakan program yang sangat penting sebagai upaya dalam mengangkat kualitas hidup masyarakat.

Guna menjamin fungsi ekosistem hutan mangrove berjalan dengan baik bagi lingkungan secara keseluruhan maka diperlukan strategi kebijakan pengelolaan ekosistem yang efektif yang berlandaskan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, yaitu pengelolaan lingkungan yang dilakukan secara terpadu (integral) dan menyeluruh (holistik)

(16)

12 BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI PROGRAM 4.1 Evaluasi Realisasi Program

Evaluasi realisasi program dilakukan dengan memeriksa atau cross check tiap indikator output dan outcome yang telah ditetapkan dalam logical framework. Pada evaluasi ini, crosscheck indikator dilakukan dengan memanfaatkan data-data yang telah diperoleh sesuai dengan means of verification (MoV) yang disusun pada logframe. Evaluasi realisasi program penanganan abrasi pantai melalui penanaman mangrove di Kelurahan Mangunharjo Kota Semarang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2. Evaluasi Realisasi Program

Deskripsi Indikator

Realisasi

Keterangan Ya Tidak

Outcome

Peningkatan kapasitas masyarakat setempat dalam budidaya tanaman mangrove

Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam budidaya tanaman mangrove

Telah terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat dalam budidaya tanaman mangrove. Hal tersebut dilihat dari terbentuknya kelompok petani mangrove di Kelurahan Mangunharjo yaitu Mangrove Lestari yang berfokus pada pembibitan, penanaman, serta pelatihan dan menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai tempat wisata, dan buah mangrove diolah menjadi aneka olahan jajanan seperti macam-macam kue dan sirup. Selain itu peningkatan pengetahuan masyarakat juga terlihat dari adanya partisipasi Masyarakat petani tambak p ada Kelompok Mangrove Lestari dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat yang fokusnya pada penghijauan kembali hutan mangrove di Kelurahan Mangunharjo.

Output

Terjadinya pelatihan dan pemeliharaan tanaman mangrove kepada masyarakat setempat

Jumlah peserta pelatihan yang mengikuti kegiatan pelatihan penanaman mangrove di

kelurahan Mangunharjo

Telah dilaksanakan pelatihan pembibitan dan penanaman mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kota Semarang. Pelatihan tersebut bekerja sama dengan pihak swasta dan LSM seperti Kelompok Kerja Mangrove Kota Semarang, Yayasan Konservasi Alam Nusantara, PT Djarum, dan KeSEMaT. Peserta pelatihan adalah perwakilan warga Kelurahan Mangunharjo akan tetapi tidak ditemukan data pasti mengenai jumlah peserta yang mengikuti pelatihan tersebut.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4C, 2022

(17)

13 4.2 Evaluasi Kinerja Pembangunan

4.2.1 Relevansi

Penilaian relevansi merupakan penilaian suatu pelaksanaan pembangunan berdasarkan konsistensi kegiatan dengan prioritas dan kebijakan pembangunan. Sehingga suatu program dapat dikatakan relevan ketika implementasi sesuai terhadap kebijakan pembangunan yang ada. Berikut merupakan penilaian relevansi program Penanganan Abrasi Pantai Melalui Penghijauan Mangrove.

Tabel 3. Evaluasi Indikator Relevansi

Kebijakan Keterangan Kebijakan Implementasi Ket

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Kebijakan

dan Strategi

Pengelolaan

Ekosistem Mangrove Provinsi Jawa Tengah

Kebijakan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Daerah Provinsi Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai berikut:

1. Pengendalian pemanfaatan dan konversi ekosistem mangrove dengan prinsip kelestarian.

2. Peningkatan fungsi ekosistem mangrove dalam perlindungan keanekaragaman hayati, perlindungan garis pantai dan sumberdaya pesisir serta peningkatan produk yang dihasilkan untuk kesejahteraan masyarakat.

3. Perlindungan kawasan ekosistem mangrove yang sudah mantap dengan menetapkan kawasan mangrove sebagai kawasan ekosistem esensial.

4. Pengelolaan ekosistem mangrove sebagai bagian integral dari pengelolaan wilayah pesisir terpadu, pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), dan diselaraskan RTRW dan RZWP3K.

5. Koordinasi dan kerjasama antar instansi dan para pihak terkait secara vertikal dan horizontal untuk menjamin terlaksananya Kebijakan Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Daerah.

6. Pengelolaan ekosistem mangrove berbasis masyarakat dengan memperhatikan nilai ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.

Pengembangan riset, iptek dan sistem informasi yang diperlukan untuk memperkuat pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan.

● Terbangunnya tanggul pantai dengan penanaman bibit mangrove

● Pembangunan seawall sepanjang 1200 meter dengan ketinggian mercu 3 meter. Konstruksi seawall berfungsi untuk menjaga kemunduran garis pantai (abrasi) dari besarnya

gelombang yang

diakibatkan oleh global warming dan hembusan angin yang besar.

Pelibatan masyarakat dalam memberikan aspirasi dan pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan mangrove.

Relevan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4C, 2022

(18)

14 4.2.2 Efektivitas

Penilaian kriteria efektivitas dalam proses evaluasi bertujuan untuk menunjukkan pencapaian suatu tujuan yang diukur dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Penilaian efektivitas pada evaluasi pro gram Penanganan Abrasi Melalui Penanaman Mangrove di Kelurahan Mangunharjo didasarkan pada capaian sasaran maupun tujuan yang diharapkan dapat terealisasi pada program tersebut. Secara lebih lanjut penilaian efektivitas dijelaskan secara rinci pada ta bel dibawah ini:

Tabel 4. Evaluasi Indikator Efektivitas

Efektivitas Rencana Realisasi

Efektif

Terwujudnya Kawasan Pesisir Kelurahan Mangunharjo yang lebih aman terhadap bencana rob dan abrasi serta masyarakatnya menjadi lebih sejahtera

● Bertambahnya luasan hutan mangrove yang berfungsi menghambat gelombang dan angin, guna menjaga kestabilan pantai sehingga terh indar dari bencana rob dan abrasi. Hal ini merupakan bentuk realisasi dari telah terlaksananya kegiatan penanaman bibit mangrove.

● Bertambahnya luasan hutan mangrove mampu meningkatkan kapasitas dan daya dukung lingkungan serta menjaga keberlanjutan kawasan pesisir di Kelurahan Mangunharjo

● Terjadinya peningkatan kapasitas dan daya dukung lingkungan serta terjaganya keberlanjutan kawasan pesisir berdampak pada kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4C, 2022

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Program Penanganan Abrasi Melalui Penanaman Mangrove di Kelurahan Mangunharjo dinilai efektif. Hal ini dikarenakan tujuan yang ingin dicapai dapat direalisasikan dengan cukup baik. Keadaan ef ektif ini dapat dilihat secara fisik dengan kondisi luasan hutan mangrove yang berdampak pada peningkatan kapasitas dan daya dukung lingkungan serta terjaganya keberlanjutan kawasan tersebut, sehingga masyarakat setempat juga jauh lebih sejahtera hidupnya dikarenakan tidak lagi terdampak oleh bencana rob dan abrasi.

(19)

15 4.2.3 Efisiensi

Penilaian kriteria efisiensi dalam suatu proses evaluasi bertujuan untuk mengukur output yang berhasil dicapai dari input yang telah dilakukan serta dapat mengukur sejauh mana input yang dilakukan dapat mempengaruhi output yang dicapai. Berdasarkan pengamatan dan kegiatan evaluasi terhadap program Penanganan Abrasi Melalui Penanaman Mangrove di Kelurahan Mangunharjo didasarkan pada hasil capaian kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang didapati bentuk efisiensi sebagai berikut:

Tabel 5. Evaluasi Indikator Efisiensi

Variable Luas Lahan dan Jumlah Bibit yang ditanam Waktu Rencana 81,098 Ha dengan jumlah 81.098bibit mangrove (1000 bibit/Ha) 6 Tahun Realisasi 81,167 Ha dengan jumlah 81.167 bibit mangrove (1000 bibit/Ha) 6 Tahun

Efisiensi Efisien Efisien

Keterangan Target capaian pada program terealisasi dengan persentase sebesar 100,085%

Semua output yang ditargetkan tercapai sesuai dengan timeline yang ditetapkan pada rencana Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4C, 2022

Secara keseluruhan program ini sangat efisien karena setiap input yang dilakukan dapat menghasilkan suatu output yang menjadi target pelaksanaan program. Berdasarkan analisis input dan output pelaksanaan juga didapati hasil bahwa persentase output lebih dari 100%. Kondisi ini dapat terjadi karena pada proyek penanggulangan abrasi melalui penanaman mangrove ini juga dibantu oleh pihak-pihak swasta dalam bentuk program CSR. Selain itu program ini juga efisien dalam hal waktu pengerjaan. Hal ini karena periode/durasi proyek sesuai dengan target waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan yaitu 6 tahun.

4.2.4 Dampak

Penilaian kriteria dampak dalam proses evaluasi merupakan suatu penilaian yang dilakukan untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan untuk memutuskan suatu kegiatan layak atau tidak untuk dilaksanakan. Berikut adalah hasil penilaian dampak dari Program Penanganan Abrasi Pantai melalui Penghijauan Mangrove Kota Semarang:

(20)

16 Tabel 6. Evaluasi Indikator Dampak

Kondisi Awal Kondisi Akhir Keterangan

Masyarakat enggan berkontribusi dalam program penanaman mangrove

Pemerintah dan pelaksana program mengadakan pendekatan dengan masyarakat terkait program penanganan

Positif

Belum adanya kegiatan pasca konstruksi yang membutuhkan ruang cukup luas untuk mobilisasi alat berat

Adanya kegiatan pasca konstruksi yang membutuhkan ruang yang cukup luas untuk memindahkan alat berat sehingga menimbulkan kemacetan dan kebisingan di sekitar kawasan proyek

Negatif

Belum adanya penanaman bibit mangrove secara masif

Adanya penanaman bibit mangrove sehingga menyebabkan Bertambahnya luasan hutan mangrove yang secara fisik berfungsi untuk menghambat gelombang dan angin, guna menjaga kestabilan pantai sehingga terhindar dari abrasi

Positif

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4C, 2022 4.2.5 Keberlanjutan

Keberlanjutan suatu program dapat dinilai melalui tingkat efisiensi dan efektivitas pada penyelesaian output hingga pada pencapaian outcome dari program tersebut. Fokus utama keberlanjutan program terletak pada kapasitas dan status dalam operasional dan pemeliharaannya (JBIC, 2006). Keberlanjutan merupakan pemeliharaan atau pengaruh tambahan perubahan positif yang dihasilkan oleh program atau proyek sesudah proyek berakhir dilaksanakan. Melalui tindakan keberlanjutan diharapk an program/proyek dapat dilanjutkan meskipun intervensi sudah berakhir, baik oleh organisasi yang sama ataupun oleh organisasi yang berbeda. Melalui keberlanjutan, dapat diketahui dampak serta manfaat yang akan dihasilkan oleh pelaksanaan program. Berikut merupakan penilaian terkait keberlanjutan Program Penanganan Abrasi Pantai melalui Penghijauan Mangrove Kota Semarang:

(21)

17 Tabel 7. Evaluasi Indikator Keberlanjutan

Kriteria Analisis Keterangan

Efisiensi

Program penanaman bibit mangrove dinilai efektif. Hal ini dikarenakan tujuan yang ingin dicapai dapat direalisasikan dengan baik.

Ditinjau dari kriteria efisiensi dan efektivitasnya, program penanganan abrasi pantai dinilai sudah cukup efektif dan sudah efisien. Keefektifan program dilihat dari output yang dihasilkan dan dibandingkan dengan target yang telah dibuat. Sedangkan tingkat efisiensi dinilai dari perbandingan input pada perencanaan dengan realisasi yang dilaksanakan.

Efektifitas

- Penggunaan input berupa pelatihan bagi panitia pelaksana dan masyarakat telah mampu menghasilkan output yang berkaitan dengan pencapaian target yang sesuai.

- Pada program penanaman bibit mangrove melalui survei yang dilakukan sudah terlihat dan dapat dirasakan efektivitasnya. Sudah terdapat output yang dianggap efektif seperti penyelenggaraan pelatihan, pemeliharaan tanaman mangrove dan pencegahan abrasi pantai.

Sumber : Analisis Kelompok 4C, 2022 4.3 Analisis Multikriteria

Analisis Multikriteria merupakan metode yang dikembangkan serta digunakan untuk pengambilan keputusan dan dapat digunakan untuk mengakomodasi aspek-aspek yang diluar ekonomi dan finansial sehingga dapat juga menyertakan berbagai pihak yang terkait dalam suatu proyek secara komprehensif dan scientific secara kualitatif maupun kuantitatif (Sulistyorini, R & Herianto, D. 2010). Met ode yang digunakan dalam analisis ini yaitu penetapan Peringkat (Ranking) yang digunakan untuk menggambarkan derajat kepentingan re latif elemen tersebut terhadap keputusan yang dibuat serta penetapan Nilai (Rating) yaitu elemen keputusan diberi skor 0 -100. Apabila elemen diberi skor tinggi maka elemen lain diberikan skor rendah.

Pada Evaluasi Program Penanganan Abrasi Pantai Melalui Penghijauan Mangrove Kota Semarang, analisis multi kriteria menggunakan jenis stakeholder antara lain regulator dan operator. Stakeholder regulator sendiri berperan dalam pembuatan arah an dan kebijakan serta pengawasan kegiatan. Stakeholder regulator melip uti: Pemerintah Kota Semarang, Pemerintah Kelurahan Mangunharjo, BPBD Kota Semarang, DLH Kota Semarang, Dinperkim Kota Semarang. Sedangkan stakeholder operator yang berperan dalam pelaksanaan proyek baik pembiayaan hingga operasional Program Penanganan Abrasi Pantai Melalui Penghijauan Mangrove Kota Semarang, seperti PT Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), PT Djarum, Koperasi Serbaguna Mandiri Raharja.

(22)

18 Tabel 8. Analisis Multikriteria

Prinsip Kriteria Indikator Deskripsi

Perhitungan Peringkat Penilaian Stakeholder Regulator Operator Skor Skor Akhir

1

Terwujudnya Penerapan Teknologi untuk mempercepat persemaian mangrove sebagai upaya rehabilitasi Green Belt untuk mengatasi abrasi

1.1

Terwujudnya kerjasama stakeholder dalam penerapan teknologi 1.1.1 Terda pat kerja sama ya ng melibatkan

pemerintah, swa sta, dan petani mangrove 5 5 2 200

1.2

Terciptanya pemberdayaan komunitas (Community Empowering)

1.2.1

Seba gai sarana bagi petani mangrove dalam memproduksi benih mangrove siap tanam seca ra efektif dan efisien.

3 5 2 87,5

1.2.2

Ma syarakat pa ra petani ma ngrove mampu menempatkan mangrove tidak saja sebatas seba gai pena han ombak la ut dalam arti fisik, na mun seba gai ba gia n da ri rumah ta ngga mereka, seba gai pelindung seka ligus ba gia n da ri sumber mata pencaharian.

5 5 3 168,75

1.3

Terwujudnya konservasi lingkungan pantai yang bebas abrasi 1.3.1 Minimnya kerusa kan ka wa san pantai

ka rena bencana Tsunami a tau banjir a ir laut 5 5 3 168,75

1.3.2

Tercipta nya penerapan teknologi pemercepat persemaian mangrove berbasis teknologi pa da ska la industri perta nian (agroindustri) mangrove.

3 5 2 87,5

2

Terwujudnya nilai manfaat dari perluasan hutan mangrove

2.1

Terwujudnya nilai manfaat ekologi dari perluasan hutan mangrove 2.1.1 Terda pat peningkatan biodiversitas di

ekosistem mangrove 3 3 3 300

2.2

Terciptanya nilai manfaat ekonomi dari perluasan hutan mangrove 2.2.1 Terda pat pemanfaatan hutan ma ngrove

seba gai kawasan wisa ta 4 5 3 227,1

2.2.2 Terda pat pemanfaatan ekosistem mangrove

untuk budidaya perikanan masyarakat 1 2 1 24,3

2.3

Terwujudnya pemulihan ekosistem mangrove

2.3.1 Peningka tan luas ekosistem mangrove 5 5 3 300

Sumber: Analisis Kelompok 4C, 2022

(23)

19 Hasil analisis multikriteria pada proyek Evaluasi Program Penanganan Abrasi Pantai Melalui Penghijauan Mangrove Kota Semarang dihasilkan bahwa perhitungan stakeholder pada tiap kriteria dihasilkan stakeholder regulator memiliki peran atau keterlibatan tinggi pada kriteria Terwujudnya konservasi lingkungan pantai yang bebas abrasi. Sedangkan stakeholder operator berperan atau memiliki keterlibatan tinggi pada kriteria Terciptanya pemberdayaan komunitas (Community Empowering). Maka Perhitungan stakeholder pada tiap rincian indikator dihasilkan bahwa semua indikator rata-rata memiliki skor 2,75 yaitu dapat diterima, pada atau di atas normal untuk wilayah ini.

4.4 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup (PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL).

Pengertian lain menyebutkan AMDAL adalah suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan untuk memutuskan suatu kegiatan Iayak atau tidak berdasarkan aspek lingkungan, dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial- budaya, dan kesehatan masyarakat. Analisis dampak lingk ungan ini bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran sehingga meminimalisir dampak negatif. Prosedur AMDAL yaitu mulai dari proses penapisan (screening) wajib, untuk menentukan apakah suatu rencana wajib menyusun ANDAL atau tidak, proses pengumuman dan konsultasi masyarakat dengan waktu yang telah ditentukan, penyusunan dan penilaian KA-ANDAL untuk menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji, selanjutnya diajukan kepada komisi penilaian, dan penyusunan dan penilaian ANDAL, RPL, dan RKL.

Berikut merupakan parameter dan indikator dari AMDAL program Penanganan Abrasi Pantai Melalui Penghijauan Mangrove dari setiap tahapan dan kegiatan:

Tabel 9. AMDAL Tahapan

Kegiatan Kegiatan Dugaan Dampak

Negatif Dugaan Dampak Positif Sumber

Tahap Pra Konstruksi

Sosialisasi Program

Masyarakat enggan berkontribusi dalam program penanaman mangrove

Pendekatan sosial pemerintah dan pelaksana program kepada masyarakat terkait program penanaman mangrove yang akan dilaksanakan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ekosistem mangrove

-

Pengangkutan bibit mangrove

-

Pengangkutan bibit-bibit mangrove dari tempat pembibitan di daerah pantai menuju ke tempat penanaman

-

Tahap Konstruksi

Penanaman bibit mangrove

-

Bertambahnya luasan hutan mangrove yang secara fisik berfungsi untuk menghambat gelombang dan angin, guna menjaga kestabilan pantai sehingga terhindar dari abrasi

Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-

(24)

20 2031

Tahap Pasca Konstruksi

Demobilisasi Alat Konstruksi

Membutuhkan ruang yang cukup luas untuk memindahkan alat berat sehingga menimbulkan kemacetan dan kebisingan di sekitar kawasan proyek

Kemacetan dan kebisingan akan berkurang jika dibandingkan dengan pra dan saat konstruksi berlangsung

Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011- 2031

Sumber: Analisis Kelompok 4C, 2022

(25)

21 BAB V

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Program Penanggulangan Abrasi Melalui Penanaman Mangrove di Kelurahan Mangunharjo Kota Semarang merupakan bentuk upaya penanggulangan bencana pesisir yang memfokuskan pada ekosistem yang telah terdegradasi di kawasan pesisir.

Pelaksanaan program ini dilakukan karena adanya permasalahan ekosistem pesisir berupa abrasi pantai serta intrusi air laut yang kian memprihatinkan di kawasan pesisir Kota Semarang. Selain berfokus pada penanggulangan bencana pesisir berupa abrasi, program ini juga diupayakan untuk meningkatkan dan memberi dampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir khususnya di Kelurahan Mangunharjo. Hal ini karena pada dasarnya wujud dari keberlanjutan lingkungan tidak hanya menitik beratkan pada ekosistem dan lingkungan yang mempunyai peran sebagai wadah/container tetapi juga harus memikirkan keberlangsungan hidup masyarakat terdampak yang menjadi isi/content dari suatu ruang/kawasan. Berdasarkan dengan analisis dan evaluasi yang telah dilakukan terkait dengan Program Penanggulan gan Abrasi Melalui Penanaman Mangrove di Kelurahan Mangunharjo Kota Semarang didapat hasil sebagai berikut.

1. Evaluasi Realisasi Program

a. Outcome yang terkait dengan peningkatan kapasitas masyarakat setempat dalam budidaya tanaman mangrove telah terjadi, hal ini dapat dilihat dari terbentuknya kelompok petani mangrove yang ada di Kelurahan Mangunharjo.

b. Output berupa pelaksanaan pelatihan dan pemeliharaan tanaman mangrove kepada masyarakat setempat, hal ini dapat dilihat dari terlaksananya pelatihan tersebut bekerja sama dengan pihak swasta dan LSM seperti Kelompok Kerja Mangrove Kota Semarang, Yayasan Konservasi Alam Nusantara, PT Djarum, dan KeSEMaT.

2. Evaluasi Kinerja Pembangunan

a. Relevansi program sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah.

b. Efektivitas program ini telah terwujud hal ini dapat dilihat dari terwujudnya luasan lahan hutan mangrove dan peningkatan daya dukung lingkungan di kawasan pesisir Kelurahan Mangunharjo Kota Semarang.

c. Efisiensi program ini telah tercapai hal ini dapat dilihat dari adanya kesesuaian rencana dan realisasi dengan persentase ketercapaian sebesar 100,08 5%.

d. Dampak program ini mempunyai bentuk implikasi positif yang berupa adanya pendekatan terhadap masyarakat dari pemerintah dan pelaksana program serta adanya pertambahan luasan lahan hutan mangrove. Sementara bentuk dapat negatif berupa kegiatan konstruksi yang menimbulkan kemacetan dan kebisingan di sekitar kawasan pelaksanaan program.

e. Keberlanjutan dari program ini dapat dilihat dari telah terjadinya efektifitas dan efisiensi dari pelaksanaan program.

3. Analisis Multikriteria program ini menghasilkan bentuk simpulan berupa stakeholder regulator memiliki peran atau keterlibatan tinggi pada kriteria pada terwujudnya konservasi lingkungan pantai yang bebas abrasi. Sedangkan stakeholder operator berperan atau memiliki keterlibatan tinggi pada kriteria terciptanya pemberdayaan komunitas.

4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pada program ini menghasilkan uraian berupa dominasi dampak positif lingkungan berupa peningkatan kesadaran

(26)

22 masyarakat terkait dengan perhatian lingkungan kawasan pesisir dan juga bertambahnya luasan hutan mangrove. Sementara untuk dampak negatifnya berupa dugaan partisipasi masyarakat yang minim dan adanya mobilisasi alat berat yang berimplikasi terhadap kebingan dan kemacetan.

5.2 Rekomendasi Rencana Tindak

Rencana tindak adalah rencana yang disusun berdasarkan hasil evaluasi perencanaan. Hasil evaluasi tersebut ditindaklanjuti melalui program -program atau kegiatan yang terdapat dalam rencana tindak. Berdasarkan hasil evaluasi, program Penanganan Abrasi Pantai melalui Penghijauan Mangrove telah dinilai relevan, efektif, efisien, dan bersifat berkelanjutan. Namun, terdapat dugaan dampak negatif dari kegiatan pasca konstruksi, yaitu adanya kemacetan dan kebisingan yang timbul dari sekitar kawasan proyek dan partisipasi masyarakat yang rendah pada keberlanjutan program Penanganan Abrasi Pantai melalui Penghijauan Mangrove. Oleh karena itu, rekomendasi rencana tindak lanjutnya adalah sebagai berikut.

Tabel 10. Rekomendasi Rencana Tindak

Standar Operasional Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Penanggung Jawab Perawatan tanaman

mangrove

Penyiraman rutin tanaman mangrove, penyulaman mangrove, pembersihan gulma, dan pengendalian mangrove dari hama atau hewan ternak

1 bulan sekali DLH Kota Semarang dan Pemerintah Kelurahan Mangunharjo Pengecekan terhadap

partisipasi masyarakat

Survey partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan mangrive

6 bulan sekali Pemerintah Kota Semarang dan DLH Kota Semarang Monitoring kegiatan

pasca konstruksi

Observasi lapngan terkait kemacetan dan kebisingan yang ditimbulkan dari alat berat dari kegiatan pasca konstruksi terhadap kawasan permukiman sekitar hutan mangrove

6 bulan sekali Pemerintah Kota Semarang dan Disperkim

Pelaksanaan evaluasi tahunan program pasca penanaman mangrove

Observasi lapangan terhadap pertumbuhan tanaman mangrove, ekosistem hutan mangrove, dan kondisi perekonomian masyarakat sekitar pantai.

1 kali setahun pasca

pelaksanaan program

DLH Kota Semarang

Sumber: Analisis Kelompok 4C, 2022

(27)

23 DAFTAR PUSTAKA

Agus, D., Kusmana, C., & Ramadan, H. (2014). Strategi pengelolaan hutan lindung angke kapuk. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 4(1), 35 –42.

Damayanti, I. R., Wijaya, N. I., & Patwati, E. (2017). Perubahan luas dan kerapatan ekosistem mangrove di pantai Surabaya. Seminar Nasional Kelautan XII “Inovasi Hasil Riset dan Teknologi dalam Rangka Penguatan Kemandirian Pengelolaan Sumber Daya Laut dan Pesisir” Fakutaltas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 20 Juli 2017 (pp. 102–108).

Elliff, C. I., & Kikuchi, R. K. P. (2015). The ecosystem service approach and its application as a tool for integrated coastal management. Natureza & Conservação, 13(2), 105 –111.

Ermiliansa, D., Samekto, A., Purnawen, H. (2014). Peran Prenjak dalam Mewujudkan Daerah Konservasi Berbasis Eco Edu Wisata Mangrove di Dusun Tapak Tugurejo Kota

Semarang. Jurnal EKOSAINS, 6(1):62-67.

http://jurnal.pasca.uns.ac.id/index.php/ekosains/article/view/1690.

Martuti, N. K. T., Setyowati, D. L., Nugraha, S. B. (2019). Ekosistem Mangrove (Keanekaragaman, Fitoremidiasi, Stok Karbon, Peran dan Pengelolaan). Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Negeri Semarang.

Indonesia.101 pp.

Omo-irabor, O. O., B, S., Olobaniyi, Akunna, J., Venus, V., Maina, J. M., & Paradzayi, C.

(2011). Mangrove vulnerability modelling in parts of Western Niger Delta, Nigeria using satellite images, GIS techniques and Spatial Multi-Criteria Analysis (SMCA).

Environment Monitoring Assess, 178, 39–51. http:// doi.org/10.1007/s10661-010- 1669-z.

Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang Tahun 2016 -2021. (2016) Schmitt K, Duke NC. (2015). Mangrove Management, Assessment and Monitoring. Di dalam:

Tropical Forestry Handbook. hlm. 1–29.

SIAHAAN, I. N., Hidayat, J. W., & Kismartini, K. (2021). STRATEGI PENGELOLAAN MANGROVE SEBAGAI UPAYA KONSERVASI BERKELANJUTAN DI PESISIR KOTA SEMARANG (Doctoral dissertation, School of Postgraduate Studies).

Solichin, A., Viyoga, H. W., Latifah, N. (2018). Distribusi Dan Kelimpahan Larva Ikan Di Kawasan Perairan Desa Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang. Journal of Maquares, 7(1):86-98. https://doi.org/10.14710/marj.v7i1.22528.

Yasin, A. (2013). Evaluasi Kebijakan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Pesisir Sulawesi Tenggara dalam Rangka Pelestarian Lingkungan*. Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan, 2(1), 30-43.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah Perencanaan Wilayah merupakan mata kuliah yang membahas ; pengertian perencanaan wilayah, landasan/azas, fungsi dan manfaat, factor-faktor yang

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota memiliki mata kuliah wajib yang berbeda dengan mata kuliah pada prodi lain yaitu, mata kuliah studio yang dimulai dari semester 3 hingga

PENGANGKATAN DOSEN PEMBIMBINGAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, SEKOLAH ARSITEKTUR,PERENCANAAN.. DAN

Mata kuliah Perencanaan Wilayah merupakan mata kuliah yang membahas ; pengertian perencanaan wilayah, landasan/azas, fungsi dan manfaat,

METODOLOGI PERENCANAAN Id T Akhi Ide Tugas Akhir Perencanaan pengembangan Sistem Distribusi Air Minum PDAM Kabupaten Gresik Wilayah Kota

KK-4 Menerapkan metode dan teknik perencanaan wilayah dan kota dengan nilai tambah pada perencanaan perumahan dan permukiman.. CP Mata kuliah (CPMK) : Mahasiswa

“ Definisi Sitem Sosial dan Budaya dalam Perencanaan Wilayah dan Kota ”. Disusun Untuk

Untuk memenuhi target mata kuliah Karya Tulis Ilmiah di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung maka kami selaku pengajar mata kuliah