• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPSUS EKLAMPSIA

N/A
N/A
Sal

Academic year: 2024

Membagikan "LAPSUS EKLAMPSIA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

G1P0A0 Gravid 35 minggu + Eklampsia

Nama : Salwa Rafh Wahwa, S.Ked NIM : K1B122146

Pembimbing : dr. Indra Magda Tiara, M.Kes., Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO LAPORAN KASUS

APRIL 2024

(2)

KASUS

(3)

Anamnesi s

Pemeriksaan

Fisik Penunjang

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien rujukan dari PKM Lambandia dengan keluhan kejang pukul 15.30 dengan durasi 15 menit, setelah kejang pasien tidak sadar dan keluar busa dari mulut. Pasien langsung dibawa ke Puskesmas, dan saat di Puskesmas pasien mengalami kejang dengan durasi 3 menit. Kemudian saat perjalanan ke RS pasien mengalami kejang dengan durasi 5 menit.

Keluhan lain: keluar lendir dari jalan lahir (+), darah (-), air-air (-). Nyeri perut tembus belakang (-), pusing dan nyeri kepala (+) sejak 3 hari SMRS dan memberat 1 hari SMRS, nyeri ulu hati (+) 1 hari SMRS, penglihatan kabur (-). Kaki bengkak (+) 1 minggu SMRS. BAB dan BAK dalam batas normal.

Kejang 3 kali sejak 4 jam SMRS

Keluhan Utama

Identitas Pasien

Nama Ny. RN

Umur 25 tahun

Suku Bugis

Alamat Desa Iwoimea Jaya, Kec.

Aere, Kolaka Timur

Agama Islam

Pekerjaan IRT Pendidika

n SMA

Tanggal

Masuk 20.38 WITA, 18 Maret 2024

No. RM 06 46 XX

(4)

Anamnesi s

Pemeriksaan

Fisik Penunjang

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Hipertensi (-), epilepsy (-), DM (-), Asma (-)

Saat di Puskesmas diberikan IVFD RL 28 tpm, Inj.

MgSO4 40% 10 cc (IV) jam 18.07 WITA, Inj. MgSO4 2,5 cc (IV) jam 18.22 WITA, Nifedipin 10 mg Sublingual jam 18.30 WITA.

Riwayat Pengobatan Riwayat Alergi

Obat (-), Makanan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi (+) ayah pasien, DM (-), Asma (-), Hipertensi dalam Kehamilan (+) saudara pasien

Riwayat Operasi

Tidak Ada

Riwayat Psikososial

Merokok (-), Alkohol (-)

Riwayat Haid

Menarche umur 14 tahun, siklus haid 28-30 hari, lama haid 4-6 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut/hari.

HPHT: 29/07/2023.

Riwayat Perkawinan

Pernikahan sejak tahun 2023 dan merupakan pernikahan pertama

Riwayat KB

Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi

Riwayat ANC

Riwayat ANC 2 kali di Posyandu, Riwayat USG (-)

Riwayat Obstetrik

G1P0A0

(5)

Anamnesi s

Pemeriksaan

Fisik Penunjang

Keadaan Umum

Sakit berat

Tanda Vital

Tekanan darah : 200/100 mmHg Nadi : 124x/menit

Pernapasan : 22x/menit Suhu : 37.1 ⁰C

Kesadaran

Apatis, GCS E4V5M4

(6)

Anamnesi s

Pemeriksaan

Fisik Penunjang

Kepala

Normochepal

Hidung Mata

Pembesaran KGB (-) Pembesaran tiroid (-)

Mulut Leher

Pupil isokor (+/+), konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)

Rinore (-/-) epistaksis (-/-) septum deviasi (-/-)

Bibir pucat (+) sianosis (-) stomatitis (-)

Status Generalisata

Thorax

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak Palpasi : Iktus kordis teraba

Perkusi :

Batas atas ICS III LPS sinistra Batas kanan ICS IV LPS dextra Batas kiri ICS V LMC sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, bising (-)

(7)

Anamnesi s

Pemeriksaan

Fisik Penunjang

Pemeriksaan Obstetri

Pemeriksaan Luar

Pemeriksaan Luar

L1 : Antara pusat – proc.

Xhyphoideus

L2 : Punggung sebelah kiri L3 : Bagian terbawah kepala L4 : Belum masuk PAP

His : -

TFU : 30 cm LP : 76 cm TBJ : 2280 gram

Abdomen

Pemeriksaan Dalam

Ekstremitas

Tidak dilakukan Inspeksi : cembung, ikut gerak

napas

Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

Palpasi : Nyeri tekan (-) regio epigastrium

Perkusi : Timpani (+)

1. Atas: turgor kulit baik, udem (-/-), akral hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik

2. Bawah: turgor kulit baik, udem (-/-), akral hangat, sianosis (-), CRT

< 2 detik

Status Generalisata

(8)

Anamnesi s

Pemeriksaan

Fisik Penunjang

Darah Rutin

(19/03/24)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Satuan

WBC 21.2 4.0 - 10.0 103/µL

RBC 4.54 4.0 - 6.0 106/µL

HB 14.2 12 – 16 g/dL

HCT 39.7 37 – 48 %

PLT 142 150 – 450 103/µL

Kimia Darah (19/03/24)

Imunoserologi (19/03/24)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Satuan

GDS 131 < 200 mg/dl

CT 7’44’’ 1.00 - 9.00 menit

BT 2’56’’ 1.00 - 3.00 menit

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan HbsAg

Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif

HIV Non Reaktif Non Reaktif

Urin Rutin (19/03/24)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Satuan Makroskopis:

Warna

Dark

yellow Kuning

Glukosa urine Negatif Negatif mg/dL Protein urine 300 Negatif mg/dL

Bilirubin Positif

1+ Negatif mg/dL

Urobilinogen 0.2 Normal (<1.0)

pH 6.0 4.5-8.0

Berat jenis 1.030 1.000-1.030 Eritrosit Positif

4+ Negatif mg/dL

Keton Negatif Negatif mg/dL

Nitrit Negatif Negatif

Leukosit Negatif Negatif Leu/uL

(9)

Resume Diagnosis Terapi

Pasien Ny. RN, 25 tahun rujukan dari PKM Lambandia dengan keluhan kejang pukul 15.30 dengan durasi 15 menit, setelah kejang pasien tidak sadar dan keluar busa dari mulut. Pasien langsung dibawa ke puskesmas lambandia, dan saat di Puskesmas pasien mengalami kejang dengan durasi 3 menit. Kemudian saat perjalanan ke RS pasien mengalami kejang dengan durasi 5 menit. Keluhan lain: keluar lendir dari jalan lahir (+), pusing dan nyeri kepala (+) sejak 3 hari SMRS dan memberat 1 hari SMRS, nyeri ulu hati (+) sejak 1 hari SMRS, kaki bengkak (+) sejak 1 minggu SMRS.

Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit dalam keluarga: Hipertensi (+) ayah pasien dan Hipertensi dalam Kehamilan (+) saudara pasien. Riwayat pengobatan:

di Puskesmas diberikan IVFD RL 28 tpm, Inj. MgSO4 40% 10 cc (IV) jam 18.07 WITA, Inj.

MgSO4 2,5 cc (IV) jam 18.22 WITA, Nifedipin 10 mg Sublingual jam 18.30 WITA. Menarche umur 14 tahun, lama haid 4-6 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut. HPHT: 29/07/2023.

Riwayat ANC 2x di Posyandu, Riwayat USG (-) Riwayat KB (-). Riwayat Obstetrik G1P0A0

Kondisi umum Pasien sakit berat dan kesadaran apatis GCS E4M5V4, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 200/100 mmHg, Nadi 124x/m, pernapasan 22x/m, suhu 37,1oC.

Pemeriksaan Leopold: (1) Antara pusat – proc. Xyphoideus (2) Punggung sebelah kiri (3)

Kepala (4) Belum masuk PAP. His (-) TBJ: 2280 gram. Pemeriksaan fisis umum didapatkan

edema pada tungkai bawah. Pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit meningkat,

protein urine 300 mg/dL.

(10)

Resume Diagnosis Terapi

Diagnosa Kerja Terapi

G1P0A0 gravid 35 minggu + Eklampsia

1. Observasi KU dan TTV 2. O2 4 lpm via Nasal Kanul 3. Pasang infus RL

4. MgSO4 40% 10 cc + aquades 10 cc → Bolus IV

5. MgSO4 40% 15 cc + RL 500 cc → 28 tpm 6. Nifedipin tab 10 mg/8 jam

7. Ranitidin 50mg/12 jam/IV 8. CITO SC

(11)

Dokument

asi Follow Up

(12)

Dokument

asi Follow Up

(13)

Dokument

asi Follow Up

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

EKLAMPSI

A

(15)

Definisi Epidemiol ogi

Etiopatofisiolog i

Eklampsia merupakan kasus dimana penderita preeklampsia mengalami kejang dan/atau koma, dimana kejang yang ditimbulkan tidak disebabkan oleh kemungkinan penyakit atau kondisi lain. Kejang bersifat generalisata dan dapat timbul sebelum, selama dan setelah persalinan.

Eklampsia merupakan komplikasi atau perburukan dari

preeklampsia yang terjadi pada kehamilan dan dihubungkan

dengan morbiditas dan mortalitas baik pada ibu maupun janin

Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang

ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon

maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi

endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan

berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan

kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya

pada usia kehamilan diatas 20 minggu.

(16)

Definisi Epidemiol ogi

Etiopatofisiolog i

Hipertensi dalam kehamilan, termasuk hipertensi kronis, hipertensi gestasional, preeklamsia, eklampsia, dan superimposed preeklampsia, mempengaruhi sebanyak 10% dari seluruh kehamilan di seluruh dunia

Di Indonesia, pendataan preeklampsi-

eklampsia, terutama di tingkat nasional

masih terbatas. Insidens preeklampsia di

Indonesia berkisar antara 3-10%, dengan

39,5% menyebabkan kematian di tahun

2001 dan 55,56% di tahun 2002.

(17)

Definisi Epidemiol ogi

Etiopatofisiolog i

Eklampsia → berasal dari preeklampsia. Patogenesis preeklampsia terkait dengan plasentasi abnormal hingga muncul gejala sistemik

• Suplai darah yang tidak normal menyebabkan peningkatan resistensi arteri uterina dan vasokonstriksi, yang pada akhirnya menghasilkan iskemia plasenta dan stres oksidatif.

• Radikal bebas dan sitokin, seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular atau VEGF, dilepaskan sebagai akibat langsung dari stres oksidatif, yang menyebabkan kerusakan endotel.

• Gangguan endotel terjadi tidak hanya di lokasi rahim tetapi juga di endotel serebral, yang menyebabkan gangguan neurologis, menyebabkan eklampsia.

Mekanisme lain yang diusulkan adalah bahwa peningkatan tekanan darah dari preeklampsia menyebabkan disfungsi autoregulasi pembuluh darah otak, yang menyebabkan hipoperfusi, kerusakan endotel, atau edema cerebral.

(18)

Faktor

Risiko Gejala

Klinis Diagnosis

Karakteristik maternal yang dihubungkan kuat dengan risiko terjadinya PE-Eklampsia, (ISSHP, 2014)

• Riwayat PE sebelumnya, terutama early onset

• Kondisi medis yang dimiliki (HT Kronis, peny. Ginjal, DM)

• Sindroma anti fosfolipid antibody

• Kehamilan multiple Faktor lainnya, yaitu:

• Primiparitas

• Primipaternitas

• Interval kehamilan >5 tahun

• Durasi hubungan seksual dgn kehamilan yang pendek (<6 bulan)

• Obesitas

• Usia ibu semakin tua, atau terlalu muda

• Riwayat keluarga PE

Eklampsia ditandai dengan kejang tonik-klonik onset baru pada wanita yang mengalami preeklampsia.

Gejala klinis preeklampsia antara lain:

a. Fase Tonik: penurunan kesadaran, kadang disertai jeritan, dapat menjadi sianotik. Otot lengan, kaki, dada dan punggung menjadi kaku, berlangsung 1 menit

b. Fase Klonik: 1-2 menit setelah fase klonik, otot mulai menyentak dan berkedut, mulai terjadi kejang. Lidah dapat tergigit, hematoma lidah, perdarahan lidah.

c. Fase Pascakejang: setelah fase klonik selesai.

Dalam keadaan tidur dalam, bernafas dalam, dan bertahap sadar kembali disertai nyeri kepala.

Biasanya pasien kembali sadar dalam 10-20 menit setelah kejang

Kemudian dapat disertai gejala neurologis berupa defisit memori, defisit persepsi visual, gangguan status mental

Kondisi janin dapat terjadi fetal bradikardia saat dan setelah kejang, hilangnya variabilitas dan kadang ditemukan deselerasi pada pemeriksaan NST.

(19)

Faktor

Risiko Gejala

Klinis Diagnosis

Eklampsia merupakan komplikasi dari preeklampsia yang ditandai dengan kejang tonik-klonik onset baru.

Preeklampsia: didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan/diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan organ.

Preeklampsia dengan Gejala Berat : apabila terdapat beberapa gejala klinis dan temuan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada preeklampsia, dan dikategorikan menjadi kondisi pemberatan dari preeklampsia.

(20)

1. Panggil bantuan (dokter spesialis obgyn, dokter anestesi, bidan, perawat, dan lainnya) hendaknya tidak meninggalkan pasien seorang diri

2. Pastikan pasien tidak mengalami cedera saat kejang (akibat benturan dengan benda dilingkungannya, terjatuh, atau mengigit lidah)

3. Setelah selesai kejang, tempatkan pasien pada posisi miring kiri, posisi kepala dimiringkan dan diarahkan ke bawah untuk mencegah aspirasi dan pasang oksigen

4. Nilai jalan napas dan pernapasan, bebaskan jalan napas (ABC/Airway Breathing Circulation)

5. Jika memungkinkan, dapat dipasang pulse oximetry untuk menilai oksigenasi jaringan 6. Berikan MgSO4 sebelumnya. Jika ibu sudah pernah mendapatkan MgSO4 maka berikan

sesuai dosis regimen ulangan kejang

7. Jika kejang masih menetap dengan dosis ulangan, maka dapat dipertimbangkan pemberian obat alternatif lain (Diazepam dan Thiopentone)

8. Jika kejang masih menetap perlu dipertimbangkan intubasi untuk melindungi jalan nafas dan mempertahankan oksigenasi

9. Jika kondisi ibu sudah stabil, harus disiapkan perawatan lanjutan di faskes yang lebih tinggu (sekunder-tersier) yang memiliki fasilitas ICU dan NICU

Langkah-langkah penatalaksanaan kegawatdaruratan Eklampsia

Penatalaksan

aan Komplikas

i Pencegahan

(21)

Rekomendasi perawatan ekspektatif pada preeklampsia tanpa gejala berat:

• Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia tanpa gejala berat dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan evaluasi maternal dan janin yang lebih ketat

• Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus preeklampsia tanpa gejala berat.

• Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:

 Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien

 Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara poliklinis

 Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu

 Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam seminggu)

 Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi menggunakan doppler velocimetry terhadap arteri umbilikal direkomendasikan

1. Manajemen Ekspektatif

Penatalaksan

aan Komplikas

i Pencegahan

(22)

Rekomendasi perawatan ekspektatif pada preeklampsia berat:

• Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia berat dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu dan janin yang stabil

• Manajemen ekspektatif pada preeklampsia berat juga direkomendasikan untuk melakukan perawatan di fasilitas kesehatan yang adekuat dengan tersedianya perawatan intensif bagi maternal dan neonatal

• Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif preekklamsia berat, pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan paru janin

• Pasien dengan preeklampsia berat direkomendasikan untuk melakukan rawat inap selama melakukan perawatan ekspektatif

1. Manajemen Ekspektatif

Penatalaksan

aan Komplikas

i Pencegahan

(23)

1. Manajemen Ekspektatif

Data Maternal Data Janin

 Hipertensi berat yang tidak terkontrol

 Gejala preeklampsia berat yang tidak berkurang (nyeri kepala, pandangan kabur, dsbnya)

 Penuruan fungsi ginjal progresif

 Trombositopenia persisten atau HELLP Syndrome

 Edema paru

 Eklampsia

 Solusio Plasenta

 Persalinan atau ketuban pecah

 Usia kehamilan 34 minggu

 Pertumbuhan janin terhambat

 Oligohidramnion persisten

 Profil biofisik < 4

 Deselerasi variabel dan lambat pada NST

 Doppler a. umbilikalis: reversed end diastolic flow

 Kematian janin

Penatalaksan

aan Komplikas

i Pencegahan

(24)

2. Pemberian MgSO4

Terapi antikonvulsif adalah terapi terpenting untuk kasus eklampsia. Obat yang direkomendasikan untuk digunakan adalah magnesium sulfat (MgSo4) intravena, yang merupakan pengobatan lini pertama untuk kejang eklampsia.

Penatalaksan

aan Komplikas

i Pencegahan

3. Anti Hipertensi

Rekomendasi pemberian antihipertensi pada kasus preelampsia:

• Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan hipertensi berat, atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg

• Target penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 110 mmHg

• Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah nifedipin oral short acting, hidralazine dan labetalol parenteral

• Alternatif pemberian antihipertensi yang lain adalah nitogliserin, metildopa, labetalol.

(25)

Komplikasi

PE dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas maternal perinatal terutama pada PE early onset , pada ibu dgn penyakit dasar lainnya, dan pada negara-negara berkembang

Komplikasi Maternal:

1. Solusio Plasenta (1-4%)

2. Sindroma HELLP/DIC (10-20%) 3. Edema Paru (2-5%)

4. Gangguan ginjal akut (2-5%) 5. Gangguan liver (<1%)

6. Stroke 7. Kematian

8. Penyakit jantung dimasa mendatang Komlikasi Neonatal

9. Persalina premature 10.Ggn pertumbuhan janin 11.Lesi neurologis hipoksia 12.Kematian perinatal

Penatalaksan

aan Komplikas

i Pencegahan

Pencegahan

(26)

Kasus Teori

• Pasien usia 25 tahun dengan keluhan kejang 3x SMRS Keluhan lain: Pusing dan nyeri kepala (+) sejak 3 hari SMRS dan memberat 1 hari SMRS, nyeri ulu hati (+) sejak 1 hari SMRS, kaki bengkak (+) sejak 1 minggu SMRS.

• Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada.

Riwayat penyakit dalam keluarga: Hipertensi (+) saudara pasien. Riwayat ANC 2x di Posyandu, Riwayat USG (-) Riwayat KB (-).

Riwayat Obstetrik G1P0A0  

 Preeklampsia adalah sindrom yang terutama mencakup perkembangan hipertensi yang baru timbul pada paruh kedua kehamilan. Pada preeklamsia dengan gejala berat dapat ditemukan gejala impending eclampsia. Nyeri kepala akibat tekanan arteri intra kranial yang meningkat, pandangan kabur yang disebabkan oleh edema retina dan spasme arteri retina, serta nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson)

 Usia <20 tahun dan >35 tahun bisa menjadi faktor risiko PE, namun peranan faktor risiko lain seperti primipara, durasi hubungan seksual dan kehamilan yang pendek serta riwayat HDK pada keluarga mungkin berpengaruh. Selain itu frekuensi ANC yang kurang akan membuat skrining kehamilan tidak maksimal dan kejadian PE tidak dapat dideteksi lebih dini.

(27)

Kasus Teori

Kondisi umum Pasien sakit berat dan kesadaran apatis GCS E4M5V4, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 200/100 mmHg, Nadi 124x/m, pernapasan 22x/m, suhu 37,1oC.

Pemeriksaan fisis umum didapatkan edema pada tungkai bawah. Pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit meningkat, protein urine 300 mg/dL.

 Hipertensi adalah tekanan darah sekurang- kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama. Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik.

 Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah

edema. Edema terjadi pada sebagian besar ibu

hamil dalam kondisi normal sehingga sulit

dibedakan dengan edema yang terjadi pada

pasien karena preeklampsia Sebelumnya

deskripsi edema yang digunakan adalah edema

pada tungkai, tetapi saat ini edema tungkai tidak

dipakai lagi.

(28)

Kasus Teori

Terapi Awal

1. Observasi KU dan TTV 2. O2 4 lpm via Nasal Kanul 3. Pasang infus RL

4. MgSO4 40% 10 cc + aquades 10 cc → Bolus IV

5. MgSO4 40% 15 cc + RL 500 cc → 28 tpm 6. Nifedipin tab 10 mg/8 jam

7. Ranitidin 50mg/12 jam/IV 8. CITO SC

Terapi Awal

• Guideline RCOG merekomendasikan dosis loading magnesium sulfat 4 gr selama 5 – 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1-2 gr/jam selama 24 jam post partum atau setelah kejang terakhir, kecuali

terdapat alasan tertentu untuk melanjutkan pemberian magnesium sulfat. Pemantauan produksi urin, refleks patella, frekuensi napas dan saturasi oksigen penting dilakukan saat memberikan magnesium sulfat.

Pemberian ulang 2 gr bolus dapat dilakukan apabila terjadi kejang berulang.

• Nifedipin merupakan salah satu calcium channel blocker

yang sudah digunakan sejak dekade terakhir untuk

mencegah persalinan preterm (tokolisis) dan sebagai

antihipertensi. Nifedipin selain berperan sebagai

vasodilator arteriolar ginjal yang selektif dan bersifat

natriuretik, dan meningkatkan produksi urin. Regimen

yang direkomendasikan adalah 10 mg kapsul oral,

diulang tiap 15 – 30 menit.

(29)

Kasus Teori

Terapi Post SC

1. Inj. Cefotaxime 1 gr/12J/IV 2. Inj. Ketorolac 1 amp/8J/IV 3. Inj. Ranitidin 50mg/12J/IV 4. Oksitosin 20 IU

5. Cek Hb & Lab Post Op 6. Rawat ICU

Terapi Pulang

7. Cefadroxil 3x500 mg

8. Asam mefenamat 3x500 mg 9. Nifedipin 3x10 mg

10. SF 1x1

Terapi Post SC

• Pemberian antibiotik profilaksis telah terbukti dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi luka operasi pasca bedah sesar. WHO merekomendasikan pemakaian antibiotik profilaksis bedah sesar adalah golongan Sefalosporin generasi pertama atau golongan Penisilin.

Penelitian prospektif observasional menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik golongan Sefalosporin dan penisilin ditemukan memiliki kemanjuran yang sama pada bedah sesar dalam mencegah infeksi luka operasi.

Terapi Pulang

• Dosis nifedipin yang direkomendasikan berkisar antara

10-30 mg per hari.

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan rerata kadar Klorida antara penderita Preeklampsia Berat/Eklampsia dengan kehamilan normal. DIAGNOSIS N Mean

METODE : Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain potong lintang untuk menetukan ekspresi Bax jaringan plasenta pada kehamilan preeklampsia

· 66% dari kasus preeklampsia-eklampsia yang di rawat inap di Rumah Sakit Immanuel peri ode Juti 2003-jlmi 2004 adalah penderita preeklampsia berat, 11% adalah penderita

Preeklampsia merupakan penyakit pada kehamilan dengan gejala edema, hipertensi, serta proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Faktor risiko

Pada kasus preeklampsia yang memburuk dapat berlanjut ke keadaan yang. lebih berat

Adakah hubungan antara usia ibu, pendidikan paritas, usia kehamilan, dan preeklampsia berat dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit

1 Preeklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan TRIAS hipertensi, edema dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera

Tingkat terjadinya komplikasi pada neonatal pada usia kehamilan kurang dari 25 minggu dengan preeklampsia berat sangat tinggi mencapai 85 %, sedangkan maternal