G1P0A0 Gravid 35 minggu + Eklampsia
Nama : Salwa Rafh Wahwa, S.Ked NIM : K1B122146
Pembimbing : dr. Indra Magda Tiara, M.Kes., Sp.OG (K)
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO LAPORAN KASUS
APRIL 2024
KASUS
Anamnesi s
Pemeriksaan
Fisik Penunjang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari PKM Lambandia dengan keluhan kejang pukul 15.30 dengan durasi 15 menit, setelah kejang pasien tidak sadar dan keluar busa dari mulut. Pasien langsung dibawa ke Puskesmas, dan saat di Puskesmas pasien mengalami kejang dengan durasi 3 menit. Kemudian saat perjalanan ke RS pasien mengalami kejang dengan durasi 5 menit.
Keluhan lain: keluar lendir dari jalan lahir (+), darah (-), air-air (-). Nyeri perut tembus belakang (-), pusing dan nyeri kepala (+) sejak 3 hari SMRS dan memberat 1 hari SMRS, nyeri ulu hati (+) 1 hari SMRS, penglihatan kabur (-). Kaki bengkak (+) 1 minggu SMRS. BAB dan BAK dalam batas normal.
Kejang 3 kali sejak 4 jam SMRS
Keluhan Utama
Identitas Pasien
Nama Ny. RN
Umur 25 tahun
Suku Bugis
Alamat Desa Iwoimea Jaya, Kec.
Aere, Kolaka Timur
Agama Islam
Pekerjaan IRT Pendidika
n SMA
Tanggal
Masuk 20.38 WITA, 18 Maret 2024
No. RM 06 46 XX
Anamnesi s
Pemeriksaan
Fisik Penunjang
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Hipertensi (-), epilepsy (-), DM (-), Asma (-)
Saat di Puskesmas diberikan IVFD RL 28 tpm, Inj.
MgSO4 40% 10 cc (IV) jam 18.07 WITA, Inj. MgSO4 2,5 cc (IV) jam 18.22 WITA, Nifedipin 10 mg Sublingual jam 18.30 WITA.
Riwayat Pengobatan Riwayat Alergi
Obat (-), Makanan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (+) ayah pasien, DM (-), Asma (-), Hipertensi dalam Kehamilan (+) saudara pasien
Riwayat Operasi
Tidak Ada
Riwayat Psikososial
Merokok (-), Alkohol (-)
Riwayat Haid
Menarche umur 14 tahun, siklus haid 28-30 hari, lama haid 4-6 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut/hari.
HPHT: 29/07/2023.
Riwayat Perkawinan
Pernikahan sejak tahun 2023 dan merupakan pernikahan pertama
Riwayat KB
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi
Riwayat ANC
Riwayat ANC 2 kali di Posyandu, Riwayat USG (-)
Riwayat Obstetrik
G1P0A0
Anamnesi s
Pemeriksaan
Fisik Penunjang
Keadaan Umum
Sakit berat
Tanda Vital
Tekanan darah : 200/100 mmHg Nadi : 124x/menit
Pernapasan : 22x/menit Suhu : 37.1 ⁰C
Kesadaran
Apatis, GCS E4V5M4
Anamnesi s
Pemeriksaan
Fisik Penunjang
Kepala
Normochepal
Hidung Mata
Pembesaran KGB (-) Pembesaran tiroid (-)
Mulut Leher
Pupil isokor (+/+), konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Rinore (-/-) epistaksis (-/-) septum deviasi (-/-)
Bibir pucat (+) sianosis (-) stomatitis (-)
Status Generalisata
Thorax
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi :
Batas atas ICS III LPS sinistra Batas kanan ICS IV LPS dextra Batas kiri ICS V LMC sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, bising (-)
Anamnesi s
Pemeriksaan
Fisik Penunjang
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan LuarL1 : Antara pusat – proc.
Xhyphoideus
L2 : Punggung sebelah kiri L3 : Bagian terbawah kepala L4 : Belum masuk PAP
His : -
TFU : 30 cm LP : 76 cm TBJ : 2280 gram
Abdomen
Pemeriksaan Dalam
Ekstremitas
Tidak dilakukan Inspeksi : cembung, ikut gerak
napas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-) regio epigastrium
Perkusi : Timpani (+)
1. Atas: turgor kulit baik, udem (-/-), akral hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik
2. Bawah: turgor kulit baik, udem (-/-), akral hangat, sianosis (-), CRT
< 2 detik
Status Generalisata
Anamnesi s
Pemeriksaan
Fisik Penunjang
Darah Rutin
(19/03/24)
Pemeriksaan Hasil Nilai RujukanSatuan
WBC 21.2 4.0 - 10.0 103/µL
RBC 4.54 4.0 - 6.0 106/µL
HB 14.2 12 – 16 g/dL
HCT 39.7 37 – 48 %
PLT 142 150 – 450 103/µL
Kimia Darah (19/03/24)
Imunoserologi (19/03/24)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Satuan
GDS 131 < 200 mg/dl
CT 7’44’’ 1.00 - 9.00 menit
BT 2’56’’ 1.00 - 3.00 menit
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan HbsAg
Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
HIV Non Reaktif Non Reaktif
Urin Rutin (19/03/24)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Satuan Makroskopis:
Warna
Dark
yellow Kuning
Glukosa urine Negatif Negatif mg/dL Protein urine 300 Negatif mg/dL
Bilirubin Positif
1+ Negatif mg/dL
Urobilinogen 0.2 Normal (<1.0)
pH 6.0 4.5-8.0
Berat jenis 1.030 1.000-1.030 Eritrosit Positif
4+ Negatif mg/dL
Keton Negatif Negatif mg/dL
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif Leu/uL
Resume Diagnosis Terapi
Pasien Ny. RN, 25 tahun rujukan dari PKM Lambandia dengan keluhan kejang pukul 15.30 dengan durasi 15 menit, setelah kejang pasien tidak sadar dan keluar busa dari mulut. Pasien langsung dibawa ke puskesmas lambandia, dan saat di Puskesmas pasien mengalami kejang dengan durasi 3 menit. Kemudian saat perjalanan ke RS pasien mengalami kejang dengan durasi 5 menit. Keluhan lain: keluar lendir dari jalan lahir (+), pusing dan nyeri kepala (+) sejak 3 hari SMRS dan memberat 1 hari SMRS, nyeri ulu hati (+) sejak 1 hari SMRS, kaki bengkak (+) sejak 1 minggu SMRS.
Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit dalam keluarga: Hipertensi (+) ayah pasien dan Hipertensi dalam Kehamilan (+) saudara pasien. Riwayat pengobatan:
di Puskesmas diberikan IVFD RL 28 tpm, Inj. MgSO4 40% 10 cc (IV) jam 18.07 WITA, Inj.
MgSO4 2,5 cc (IV) jam 18.22 WITA, Nifedipin 10 mg Sublingual jam 18.30 WITA. Menarche umur 14 tahun, lama haid 4-6 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut. HPHT: 29/07/2023.
Riwayat ANC 2x di Posyandu, Riwayat USG (-) Riwayat KB (-). Riwayat Obstetrik G1P0A0
Kondisi umum Pasien sakit berat dan kesadaran apatis GCS E4M5V4, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 200/100 mmHg, Nadi 124x/m, pernapasan 22x/m, suhu 37,1oC.
Pemeriksaan Leopold: (1) Antara pusat – proc. Xyphoideus (2) Punggung sebelah kiri (3)
Kepala (4) Belum masuk PAP. His (-) TBJ: 2280 gram. Pemeriksaan fisis umum didapatkan
edema pada tungkai bawah. Pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit meningkat,
protein urine 300 mg/dL.
Resume Diagnosis Terapi
Diagnosa Kerja Terapi
G1P0A0 gravid 35 minggu + Eklampsia
1. Observasi KU dan TTV 2. O2 4 lpm via Nasal Kanul 3. Pasang infus RL
4. MgSO4 40% 10 cc + aquades 10 cc → Bolus IV
5. MgSO4 40% 15 cc + RL 500 cc → 28 tpm 6. Nifedipin tab 10 mg/8 jam
7. Ranitidin 50mg/12 jam/IV 8. CITO SC
Dokument
asi Follow Up
Dokument
asi Follow Up
Dokument
asi Follow Up
TINJAUAN PUSTAKA
EKLAMPSI
A
Definisi Epidemiol ogi
Etiopatofisiolog i
Eklampsia merupakan kasus dimana penderita preeklampsia mengalami kejang dan/atau koma, dimana kejang yang ditimbulkan tidak disebabkan oleh kemungkinan penyakit atau kondisi lain. Kejang bersifat generalisata dan dapat timbul sebelum, selama dan setelah persalinan.
Eklampsia merupakan komplikasi atau perburukan dari
preeklampsia yang terjadi pada kehamilan dan dihubungkan
dengan morbiditas dan mortalitas baik pada ibu maupun janin
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon
maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi
endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan
berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan
kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya
pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
Definisi Epidemiol ogi
Etiopatofisiolog i
Hipertensi dalam kehamilan, termasuk hipertensi kronis, hipertensi gestasional, preeklamsia, eklampsia, dan superimposed preeklampsia, mempengaruhi sebanyak 10% dari seluruh kehamilan di seluruh dunia
Di Indonesia, pendataan preeklampsi-
eklampsia, terutama di tingkat nasional
masih terbatas. Insidens preeklampsia di
Indonesia berkisar antara 3-10%, dengan
39,5% menyebabkan kematian di tahun
2001 dan 55,56% di tahun 2002.
Definisi Epidemiol ogi
Etiopatofisiolog i
Eklampsia → berasal dari preeklampsia. Patogenesis preeklampsia terkait dengan plasentasi abnormal hingga muncul gejala sistemik
• Suplai darah yang tidak normal menyebabkan peningkatan resistensi arteri uterina dan vasokonstriksi, yang pada akhirnya menghasilkan iskemia plasenta dan stres oksidatif.
• Radikal bebas dan sitokin, seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular atau VEGF, dilepaskan sebagai akibat langsung dari stres oksidatif, yang menyebabkan kerusakan endotel.
• Gangguan endotel terjadi tidak hanya di lokasi rahim tetapi juga di endotel serebral, yang menyebabkan gangguan neurologis, menyebabkan eklampsia.
Mekanisme lain yang diusulkan adalah bahwa peningkatan tekanan darah dari preeklampsia menyebabkan disfungsi autoregulasi pembuluh darah otak, yang menyebabkan hipoperfusi, kerusakan endotel, atau edema cerebral.
Faktor
Risiko Gejala
Klinis Diagnosis
Karakteristik maternal yang dihubungkan kuat dengan risiko terjadinya PE-Eklampsia, (ISSHP, 2014)
• Riwayat PE sebelumnya, terutama early onset
• Kondisi medis yang dimiliki (HT Kronis, peny. Ginjal, DM)
• Sindroma anti fosfolipid antibody
• Kehamilan multiple Faktor lainnya, yaitu:
• Primiparitas
• Primipaternitas
• Interval kehamilan >5 tahun
• Durasi hubungan seksual dgn kehamilan yang pendek (<6 bulan)
• Obesitas
• Usia ibu semakin tua, atau terlalu muda
• Riwayat keluarga PE
Eklampsia ditandai dengan kejang tonik-klonik onset baru pada wanita yang mengalami preeklampsia.
Gejala klinis preeklampsia antara lain:
a. Fase Tonik: penurunan kesadaran, kadang disertai jeritan, dapat menjadi sianotik. Otot lengan, kaki, dada dan punggung menjadi kaku, berlangsung 1 menit
b. Fase Klonik: 1-2 menit setelah fase klonik, otot mulai menyentak dan berkedut, mulai terjadi kejang. Lidah dapat tergigit, hematoma lidah, perdarahan lidah.
c. Fase Pascakejang: setelah fase klonik selesai.
Dalam keadaan tidur dalam, bernafas dalam, dan bertahap sadar kembali disertai nyeri kepala.
Biasanya pasien kembali sadar dalam 10-20 menit setelah kejang
Kemudian dapat disertai gejala neurologis berupa defisit memori, defisit persepsi visual, gangguan status mental
Kondisi janin dapat terjadi fetal bradikardia saat dan setelah kejang, hilangnya variabilitas dan kadang ditemukan deselerasi pada pemeriksaan NST.
Faktor
Risiko Gejala
Klinis Diagnosis
Eklampsia merupakan komplikasi dari preeklampsia yang ditandai dengan kejang tonik-klonik onset baru.
Preeklampsia: didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan/diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan organ.
Preeklampsia dengan Gejala Berat : apabila terdapat beberapa gejala klinis dan temuan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada preeklampsia, dan dikategorikan menjadi kondisi pemberatan dari preeklampsia.
1. Panggil bantuan (dokter spesialis obgyn, dokter anestesi, bidan, perawat, dan lainnya) hendaknya tidak meninggalkan pasien seorang diri
2. Pastikan pasien tidak mengalami cedera saat kejang (akibat benturan dengan benda dilingkungannya, terjatuh, atau mengigit lidah)
3. Setelah selesai kejang, tempatkan pasien pada posisi miring kiri, posisi kepala dimiringkan dan diarahkan ke bawah untuk mencegah aspirasi dan pasang oksigen
4. Nilai jalan napas dan pernapasan, bebaskan jalan napas (ABC/Airway Breathing Circulation)
5. Jika memungkinkan, dapat dipasang pulse oximetry untuk menilai oksigenasi jaringan 6. Berikan MgSO4 sebelumnya. Jika ibu sudah pernah mendapatkan MgSO4 maka berikan
sesuai dosis regimen ulangan kejang
7. Jika kejang masih menetap dengan dosis ulangan, maka dapat dipertimbangkan pemberian obat alternatif lain (Diazepam dan Thiopentone)
8. Jika kejang masih menetap perlu dipertimbangkan intubasi untuk melindungi jalan nafas dan mempertahankan oksigenasi
9. Jika kondisi ibu sudah stabil, harus disiapkan perawatan lanjutan di faskes yang lebih tinggu (sekunder-tersier) yang memiliki fasilitas ICU dan NICU
Langkah-langkah penatalaksanaan kegawatdaruratan Eklampsia
Penatalaksan
aan Komplikas
i Pencegahan
Rekomendasi perawatan ekspektatif pada preeklampsia tanpa gejala berat:
• Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia tanpa gejala berat dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan evaluasi maternal dan janin yang lebih ketat
• Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus preeklampsia tanpa gejala berat.
• Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien
Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara poliklinis
Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam seminggu)
Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi menggunakan doppler velocimetry terhadap arteri umbilikal direkomendasikan
1. Manajemen Ekspektatif
Penatalaksan
aan Komplikas
i Pencegahan
Rekomendasi perawatan ekspektatif pada preeklampsia berat:
• Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia berat dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu dan janin yang stabil
• Manajemen ekspektatif pada preeklampsia berat juga direkomendasikan untuk melakukan perawatan di fasilitas kesehatan yang adekuat dengan tersedianya perawatan intensif bagi maternal dan neonatal
• Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif preekklamsia berat, pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan paru janin
• Pasien dengan preeklampsia berat direkomendasikan untuk melakukan rawat inap selama melakukan perawatan ekspektatif
1. Manajemen Ekspektatif
Penatalaksan
aan Komplikas
i Pencegahan
1. Manajemen Ekspektatif
Data Maternal Data Janin
Hipertensi berat yang tidak terkontrol
Gejala preeklampsia berat yang tidak berkurang (nyeri kepala, pandangan kabur, dsbnya)
Penuruan fungsi ginjal progresif
Trombositopenia persisten atau HELLP Syndrome
Edema paru
Eklampsia
Solusio Plasenta
Persalinan atau ketuban pecah
Usia kehamilan 34 minggu
Pertumbuhan janin terhambat
Oligohidramnion persisten
Profil biofisik < 4
Deselerasi variabel dan lambat pada NST
Doppler a. umbilikalis: reversed end diastolic flow
Kematian janin
Penatalaksan
aan Komplikas
i Pencegahan
2. Pemberian MgSO4
Terapi antikonvulsif adalah terapi terpenting untuk kasus eklampsia. Obat yang direkomendasikan untuk digunakan adalah magnesium sulfat (MgSo4) intravena, yang merupakan pengobatan lini pertama untuk kejang eklampsia.
Penatalaksan
aan Komplikas
i Pencegahan
3. Anti Hipertensi
Rekomendasi pemberian antihipertensi pada kasus preelampsia:
• Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan hipertensi berat, atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
• Target penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 110 mmHg
• Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah nifedipin oral short acting, hidralazine dan labetalol parenteral
• Alternatif pemberian antihipertensi yang lain adalah nitogliserin, metildopa, labetalol.
Komplikasi
PE dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas maternal perinatal terutama pada PE early onset , pada ibu dgn penyakit dasar lainnya, dan pada negara-negara berkembang
Komplikasi Maternal:
1. Solusio Plasenta (1-4%)
2. Sindroma HELLP/DIC (10-20%) 3. Edema Paru (2-5%)
4. Gangguan ginjal akut (2-5%) 5. Gangguan liver (<1%)
6. Stroke 7. Kematian
8. Penyakit jantung dimasa mendatang Komlikasi Neonatal
9. Persalina premature 10.Ggn pertumbuhan janin 11.Lesi neurologis hipoksia 12.Kematian perinatal
Penatalaksan
aan Komplikas
i Pencegahan
Pencegahan
Kasus Teori
• Pasien usia 25 tahun dengan keluhan kejang 3x SMRS Keluhan lain: Pusing dan nyeri kepala (+) sejak 3 hari SMRS dan memberat 1 hari SMRS, nyeri ulu hati (+) sejak 1 hari SMRS, kaki bengkak (+) sejak 1 minggu SMRS.
• Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada.
Riwayat penyakit dalam keluarga: Hipertensi (+) saudara pasien. Riwayat ANC 2x di Posyandu, Riwayat USG (-) Riwayat KB (-).
Riwayat Obstetrik G1P0A0
Preeklampsia adalah sindrom yang terutama mencakup perkembangan hipertensi yang baru timbul pada paruh kedua kehamilan. Pada preeklamsia dengan gejala berat dapat ditemukan gejala impending eclampsia. Nyeri kepala akibat tekanan arteri intra kranial yang meningkat, pandangan kabur yang disebabkan oleh edema retina dan spasme arteri retina, serta nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson)
Usia <20 tahun dan >35 tahun bisa menjadi faktor risiko PE, namun peranan faktor risiko lain seperti primipara, durasi hubungan seksual dan kehamilan yang pendek serta riwayat HDK pada keluarga mungkin berpengaruh. Selain itu frekuensi ANC yang kurang akan membuat skrining kehamilan tidak maksimal dan kejadian PE tidak dapat dideteksi lebih dini.
Kasus Teori
Kondisi umum Pasien sakit berat dan kesadaran apatis GCS E4M5V4, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 200/100 mmHg, Nadi 124x/m, pernapasan 22x/m, suhu 37,1oC.
Pemeriksaan fisis umum didapatkan edema pada tungkai bawah. Pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit meningkat, protein urine 300 mg/dL.
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang- kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama. Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik.
Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah
edema. Edema terjadi pada sebagian besar ibu
hamil dalam kondisi normal sehingga sulit
dibedakan dengan edema yang terjadi pada
pasien karena preeklampsia Sebelumnya
deskripsi edema yang digunakan adalah edema
pada tungkai, tetapi saat ini edema tungkai tidak
dipakai lagi.
Kasus Teori
Terapi Awal
1. Observasi KU dan TTV 2. O2 4 lpm via Nasal Kanul 3. Pasang infus RL
4. MgSO4 40% 10 cc + aquades 10 cc → Bolus IV
5. MgSO4 40% 15 cc + RL 500 cc → 28 tpm 6. Nifedipin tab 10 mg/8 jam
7. Ranitidin 50mg/12 jam/IV 8. CITO SC
Terapi Awal
• Guideline RCOG merekomendasikan dosis loading magnesium sulfat 4 gr selama 5 – 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1-2 gr/jam selama 24 jam post partum atau setelah kejang terakhir, kecuali
terdapat alasan tertentu untuk melanjutkan pemberian magnesium sulfat. Pemantauan produksi urin, refleks patella, frekuensi napas dan saturasi oksigen penting dilakukan saat memberikan magnesium sulfat.
Pemberian ulang 2 gr bolus dapat dilakukan apabila terjadi kejang berulang.
• Nifedipin merupakan salah satu calcium channel blocker
yang sudah digunakan sejak dekade terakhir untuk
mencegah persalinan preterm (tokolisis) dan sebagai
antihipertensi. Nifedipin selain berperan sebagai
vasodilator arteriolar ginjal yang selektif dan bersifat
natriuretik, dan meningkatkan produksi urin. Regimen
yang direkomendasikan adalah 10 mg kapsul oral,
diulang tiap 15 – 30 menit.
Kasus Teori
Terapi Post SC
1. Inj. Cefotaxime 1 gr/12J/IV 2. Inj. Ketorolac 1 amp/8J/IV 3. Inj. Ranitidin 50mg/12J/IV 4. Oksitosin 20 IU
5. Cek Hb & Lab Post Op 6. Rawat ICU
Terapi Pulang
7. Cefadroxil 3x500 mg
8. Asam mefenamat 3x500 mg 9. Nifedipin 3x10 mg
10. SF 1x1
Terapi Post SC
• Pemberian antibiotik profilaksis telah terbukti dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi luka operasi pasca bedah sesar. WHO merekomendasikan pemakaian antibiotik profilaksis bedah sesar adalah golongan Sefalosporin generasi pertama atau golongan Penisilin.
Penelitian prospektif observasional menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik golongan Sefalosporin dan penisilin ditemukan memiliki kemanjuran yang sama pada bedah sesar dalam mencegah infeksi luka operasi.
Terapi Pulang
• Dosis nifedipin yang direkomendasikan berkisar antara
10-30 mg per hari.