• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Atas Nama Tersangka Ardhito Bhirawa Desatria, S.E.

N/A
N/A
Graha Moychi

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Atas Nama Tersangka Ardhito Bhirawa Desatria, S.E."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Legal Opinion

Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Atas Nama Tersangka Ardhito Bhirawa Desatria, S.E.

A. Kasus Posisi

Bahwa terdakwa ARDHITO BHIRAWA DESATRIA selaku Tenaga Kerja Ikatan Kontrak (TKIK) Analis Kredit PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 050/984/SDM tanggal 01 Desember 2012 bersama-sama dengan LEONARDO SAPUTRA WIRADHANA (diajukan dalam penuntutan terpisah), pada bulan Mei tahun 2013 sampai dengan bulan Juli tahun 2013 atau setidak tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2013 bertempat di kantor PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya Jalan Basuki Rahmat No. 98-104. sebagai orang yang melakukan atau turut serta melakukan perbuatan, secara melawan hukum, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut yaitu :

1. Bahwa pada bulan Mei tahun 2013 s/d Juli tahun 2013 telah dilakukan penyaluran kredit dari PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Kantor Cabang Utama Surabaya kepada Leonardo Saputra Wiradhana dengan jenis Kredit Investasi (KI) berdasarkan Perjanjian Kredit dan Pengakuan Utang Nomor : 22 tanggal 4 Juli 2013 dihadapan Notaris YATININGSIH SH.MH dengan pagu maksimum kredit sebesar Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dalam jangka waktu kredit selama 60 (enam puluh) bulan sejak ditandatangani, dengan jenis skim kredit investasi umum angsuran setiap bulan.

2. Bahwa penyaluran kredit oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya kepada Leonardo Saputra Wiradhana tersebut tersebut tidak dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, baik dalam kebijakan pokok perkreditan, tata cara penilaian kualitas kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan, sehingga terjadi penyimpangan dalam pemberian kredit yang melibatkan terdakwa Ardhito Bhirawa Desatria selaku analis TKIK PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya dan pihak debitur yaitu Leonardo Saputra Wiradhana.

3. Bahwa penyaluran kredit oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya kepada Leonardo Saputra Wiradhana tersebut tersebut tidak dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, baik dalam kebijakan pokok perkreditan, tata cara penilaian kualitas kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan, sehingga terjadi penyimpangan dalam pemberian kredit yang melibatkan terdakwa Ardhito Bhirawa Desatria selaku analis TKIK PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya dan pihak debitur yaitu Leonardo Saputra Wiradhana.

B. Identifikasi Perkara

Proses kejahatan tindak pidana korupsi dilakukan oleh pelaku Ardhito Bhirawa Desatria, S.E. sebagai analis TKIK PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 050/984/SDM

(2)

tanggal 01 Desember 2012, kejahatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut:

1. Bahwa modus operandi penyimpangan pemberian kredit oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya kepada Leonardo Saputra Wiradhana, sebagaimana telah tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a) Proses kredit dilakukan tanpa didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan asas- asas perkreditan yang sehat, jujur, obyektif dan profesional;

b) Agunan tambahan pada saat proses pengajuan kredit bukanlah milik debitur, dan terdapat perubahan agunan tambahan pada saat proses persetujuan kredit yang tidak disertai dengan perhitungan taksasi agunan, on the spot dan persetujuan pimpinan;

c) Menggunakan dokumen fiktif ataupun dokumen palsu ;

d) Dana kredit modal kerja dipergunakan tidak sesuai dengan peruntukannya (Side Streaming).

2. Bahwa sejak bulan Juni 2014, Kredit Investasi (KI) atas nama debitur Leonardo Saputra Wiradhana untuk Plafon sebesar Rp. 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) berstatus macet.

3. Bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa Ardhito Bhirawa Desatria, bersama- sama Leonardo Saputra Wiradhana dengan menggunakan dokumen fiktif dalam proses kredit yang dilakukan tanpa didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan asas- asas perkreditan yang sehat, jujur, obyektif dan profesional sehingga PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. Cabang Utama Surabaya mengucurkan dana kredit dan setelah dana tersebut cair ternyata dialokasikan untuk kegiatan yang tidak sesuai peruntukannya, sehingga merugikan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya, merupakan perbuatan melawan hukum yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku yaitu : a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan b) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor : 27/162/Kep/Dir tanggal 31

Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank, yang didalamnya mengatur prinsip kehati-hatian dalam perkreditan.

c) Surat Edaran Direksi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Nomor : 048/009/DIR/KMK Tanggal 09 Maret 2010 tentang mekanisme analisa dan pengusulan kredit.

4. Akibat perbuatan terdakwa Ardhito Bhirawa Desatria, S.E. sebagai analis TKIK PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 050/984/SDM tanggal 01 Desember 2012, dengan sengaja melakukan tindak pidana Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yaitu Leonardo Saputra Wiradhana, yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya sebesar Surabaya sebesar Rp. 707.413.287,52 (tujuh ratus tujuh juta empat ratus tiga belas ribu dua ratus delapan puluh tujuh rupiah lima puluh dua sen) dengan perhitungan pokok hutang Rp.800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dikurangi jumlah uang sudah dibayarkan oleh Leonardo Saputra Wiradhana sebesar Rp.92.586.712,48 (sembilan puluh dua juta lima ratus delapan puluh enam juta tujuh ratus dua belas rupiah empat puluh delapan).

(3)

C. Legal Isue

Bahwa setelah melihat identifikasi perkara diatas maka isu hukum yang dapat di ambil adalah :

1. Telah terjadi suatu perbuatan melawan hukum oleh Ardhito Bhirawa Desatria, S.E. sebagai tergugat yang merupakan pegawai bank selaku analis TKIK PT.

Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya dengan sengaja melakukan kejahatan korporasi, yang mengakibatkan kerugian pada usaha bank milik negara.

2. Ardhito Bhirawa Desatria, S.E. sebagai tergugat merupakan analis TKIK PT.

Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya berkewajiban menjalankan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5 (lima) Tahun dan 6 (enam) Bulan dan denda sejumlah Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) Bulan.

D. Dasar Hukum

Dasar hukum tindak pidana terkait dengan korporasi yaitu :

1. Pasal 18 ayat (1) Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur tentang pidana tambahan yang dapat dijatuhkan berupa : a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimano tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang- barang tersebut;

b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;

c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun;

d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana.

2. Pasal 18 ayat (2) Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur "jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut":

3. Pasal 18 ayat (3) Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur "dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengam pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan

(4)

dalam undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan".

4. Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18 ayat (1), (2), (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dirubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

5. Pasal 3 Jo Pasal 18 ayat (1), (2), (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dirubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

E. Analisis Hukum

Dengan fakta-fakta hukum diatas maka dasar hukum yang digunakan sebagai alat bukti pada bulan April 2021 hingga Mei 2021 terdakwa selaku Tenaga Kerja Ikatan Kontrak (TKIK) Analis Kredit PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya telah melakukan tindak pidana korporasi guna memperkaya diri sendiri.

Bahwa ternyata terdakwa menggunakan dokumen fiktif dalam proses kredit yang dilakukan tanpa didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat, jujur, obyektif dan profesional sehingga PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. Cabang Utama Surabaya mengucurkan dana kredit dan setelah dana tersebut cair ternyata dialokasikan untuk kegiatan yang tidak sesuai peruntukannya, sehingga merugikan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya.

Akibat perbuatan terdakwa Ardhito Bhirawa Desatria, S.E. sebagai analis TKIK PT.

Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 050/984/SDM tanggal 01 Desember 2012, dengan sengaja melakukan tindak pidana Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yaitu Leonardo Saputra Wiradhana, yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya sebesar Surabaya sebesar Rp. 707.413.287,52 (tujuh ratus tujuh juta empat ratus tiga belas ribu dua ratus delapan puluh tujuh rupiah lima puluh dua sen) dengan perhitungan pokok hutang Rp.800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dikurangi jumlah uang sudah dibayarkan oleh Leonardo Saputra Wiradhana sebesar Rp.92.586.712,48 (sembilan puluh dua juta lima ratus delapan puluh enam juta tujuh ratus dua belas rupiah empat puluh delapan). Dengan melihat alat bukti yang dikemukakan diatas maka dasar hukum yang kuat untuk mengajukan gugatan ke pengadilan adalah berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana:

1. Pasal 18 ayat (1) Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur tentang pidana tambahan yang dapat dijatuhkan berupa :

(5)

e. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimano tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang- barang tersebut;

f. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;

g. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun;

h. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana.

2. Pasal 18 ayat (2) Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur "jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut":

3. Pasal 18 ayat (3) Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur "dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengam pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan".

4. Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18 ayat (1), (2), (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dirubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana 5. Pasal 3 Jo Pasal 18 ayat (1), (2), (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dirubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

F. Kesimpulan

Dalam kejahatan yang dilakukan oleh Ardhito Bhirawa Desatria, S.E. sebagai analis TKIK PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya

(6)

berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 050/984/SDM tanggal 01 Desember 2012, maka dapat diselesaikan melalui jalur peradilan melalui jalur peradilan karena terdakwa telah membuat kerugian terhadap PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya sebesar Rp. 707.413.287,52 (tujuh ratus tujuh juta empat ratus tiga belas ribu dua ratus delapan puluh tujuh rupiah lima puluh dua sen) dengan perhitungan pokok hutang Rp.800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dikurangi jumlah uang sudah dibayarkan oleh Leonardo Saputra Wiradhana sebesar Rp.92.586.712,48 (sembilan puluh dua juta lima ratus delapan puluh enam juta tujuh ratus dua belas rupiah empat puluh delapan). Sehingga apabila dilakukan penyelesaian melalui jalur peradilan maka pihak PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya berhak mengajukan perkara ini dimuka hakim terkait kasus korupsi dengan undang-undang yang sudah diatur dalam undang- undang tindak pidana korupsi. Sehingga pada akhirnya pihak PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya dapat memperoleh hak nya dan mendapat ganti rugi secara materil serta pihak PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Utama Surabaya atas kerugian negara yang dilakukan oleh Ardhito Bhirawa Desatria, S.E.

Referensi

Dokumen terkait

extra-ordinary measure. Salah satu upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yaitu dengan adanya pengaturan pidana tambahan pembayaran uang pengganti. Namun dalam

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang.

“Tindak pidana korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

Dalam ayat (4) disebutkan: dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf

31 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-undang No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan

- Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi pasal 2 ayat (1) yang berbunyi “setiap orang yang secara melawan hukum melakukan

Dalam pasal 12 B ayat 1 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, mengatakan bahwa setiap