• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Pengampu di Universitas Lampung

N/A
N/A
Kadek Elli

Academic year: 2024

Membagikan " Praktik Pengampu di Universitas Lampung"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN RANAH AFEKTIF

Penulis : 1. Diah Widianingsih 2113053171 2. Negi Titin Widyaningtius 2113053167

Kelompok : 9 (Sembilan) Kelas : 6C

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Dosen Pengampu : 1. Dr. Handoko, S.T, M.Pd

2. Prof. Dr. Herpratiwi, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

METRO 2024

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, dan dengan segala

ketulusan serta kerendahan hati sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang “Penilaian ranah afektif”

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makaah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Metro, 26 Maret 2024

Penulis

(3)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Pembelajaran ... 1

B. Kompetensi ... 1

C. Petunjuk pengerjaan lembar kerja ... 2

D. Estimasi Waktu ... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ranah Afektif ... 3

B. Tujuan Penilaian Ranah Afektif ... 3

C. Pengukuran Ranah Afektif ... 4

D. Teknik Penilaian Ranah Afektif ... 5

E. Karakteristik Penilaian Ranah Afektif ... 8

F. Tingkatan Ranah Afektif ... 10

G. Jenis Jenis Skala Sikap ... 12

H. Pengembangan Instrumen Ranah Afektif ... 14

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 19

B. Saran ... 20

GLOSARIUM ... ..21

DAFTAR PUSTAKA ... ..22

LAMPIRAN ... 23

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Tujuan

Tujuan mempelajari materi tentang penilaian ranah afektif antara lain:

1. Memahami perilaku emosional peserta didik dan bagaimana hal itu memengaruhi proses belajar dan interaksi sosial.

2. Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan sosial seperti empati, kerjasama, dan komunikasi yang efektif.

3. Membantu pendidik menyesuaikan strategi pengajaran mereka agar lebih memperhatikan aspek emosional dan afektif siswa.

4. Mendorong pertumbuhan emosional peserta didik

5. Menilai perkembangan pribadi: melalui penilaian ranah afektif, guru dapat menilai perkembangan pribadi siswa dalam hal sikap, nilai-nilai, dan kesiapan untuk berinteraksi dengan orang lain, bukan hanya fokus pada aspek akademik semata.

6. Memberikan umpan balik yang bermakna: penilaian ranah afektif memungkinkan guru untuk memberikan umpan balik yang lebih holistik dan berarti kepada siswa, tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik tetapi juga aspek-aspek emosional dan sosial.

B. Materi yang ingin dicapai

Materi yang harus dicapai dalam makalah ini yaitu untuk:

1. Mengetahui pengertian penilaian ranah afektif 2. Mengetahui tujuan penilaian ranah afektif 3. Mengetahui pengukuran ranah afektif 4. Mengetahui teknik penilaian ranah afektif 5. Mengetahui karakteristik penilaian ranah afektif 6. Mengetahui tingkatan ranah afektif

(5)

7. Mengetahui jenis-jenis skala sika

8. Mengetahui cara pengembangan instrumen ranah afektif

C. Petunjuk pengerjaan lembar kerja

Agar mendapatkan hasil maksimal saat belajar maka disediakan beberapa petunjuk penggerjaan lembar kerja sebagai berikut:

1. Berdoalah sebelum memulai mengerjakan 2. ⁠Persiapkan alat yang dibutuhkan

3. ⁠Cantumkan identitas diri kalian 4. Menuliskan menggunakan tinta hitam

5. Bacalah dan pahami dengan baik uraian materi yang disajikan pada masing-masing kegitan pembelajaran. Apabila terdapat materi yang kurang jelas segera tanyakan kepada guru atau dosen.

6. Kerjakan setiap soal latihan dengan baik untuk melatih kemampuan penguasaan pengetahuan konseptual.

7. ⁠Kumpulkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

D. Estimasi waktu

Estimasi waktu yang diberikan dalam pengerjaan soal yaitu 4 x 5 menit yang artinya setiap 1 butir soal diberikan waktu 5 menit.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude. Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Sikap melibatkan beberapa pengetahuan tentang situasi, namun aspek yang paling esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan.

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap, moral dan nilai (Noviansah, 2020). Ranah afektif mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Dengan demikian kaitan antara nilai, moral, sikap dan tingkah laku akan tanpak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain nilai-nilai perlu dikenal lebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nila-nilai tersebut pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nila-nilai yang dimaksud (Hidayati, 2020).

B. Tujuan Penilaian Ranah Afektif

Suharsimi Arikunto (2003) menjelaskan pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilainya. Sasaran penilaian afektif adalah perilaku peserta didik bukan pengetahuannya.

(7)

Sesuai dengan karakteristik afektif dalam proses pembelajaran adalah minat, sikap, konsep diri dan nilai maka tujuan penilaian afektif adalah:

a. Memperoleh informasi minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran jika ternyata minatnya rendah.

b. Mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Akuntansi. Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran dapat positif atau negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk peserta didik.

c. Mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Informasi ini dapat digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh peserta didik untuk menentukan jenjang karir.

d. Mengungkap nilai individu. Informasi yang diperoleh ini berupa nilai yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif diperkuat dan yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan.

C. Pengukuran Ranah Afektif

Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri.

Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.

Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan.

(8)

D. Teknik Penilaian Ranah Afektif

Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data yang di inginkan oleh guru atau seorang pendidik, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba untuk membuat keputusan. Sudah tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan penilaian yang direncanakan sebelumnya. Penilaian merupakan kegiatan yang sistematis. Maksudnya penilaian merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu program pendidikan tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program pendidikan berlangsung, dan pada akhir program pendidikan setelah program itu dianggap selesai.

Teknik yang digunakan untuk penilaian ranah afektif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan non tes. Tes dapat diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Sedangkan non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.

Sehubungan dengan ranah afektif maka akan dijelaskan beberapa model atau alat penilaian non tes yang dapat digunakan dalam menilai ranah afektif ini, di antaranya adalah observasi, wawancara, kuesioner (angket) dan skala:

a. observasi (pengamatan)

Observasi ialah model, metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.9 Dari pengertian observasi itu sendiri memiliki pengertian yang sempit dan pengertian yang luas. Dalam arti yang sempit observasi berarti mengamati secara langsung terhadap gejala yang ingin diselidiki. Sedangkan observasi dalam arti yang luas berarti mengamati secara langsung terhadap gejala- gejala yang dihadapi. Sebagai alat penilaian, observasi

(9)

dapat dipakai untuk: menilai minat, sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri siswa. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang siswa maupun Kelompok.

b. Wawancara (Interview)

Sebagai model penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Lebih dari itu, hubungan dapat dibina dengan baik sehingga siswa bebas mengungkapkan pendapatnya.

Wawancara baik dipergunakan untuk mengukur sikap dan minat siswa, sebab biasanya siswa gemar memperbincangkan hobinya dan aktifitas lain yang menarik hatinya. Tapi disamping mengadakan wawancara terhadap siswa, perlu pula mengadakan wawancara dengan orang tua siswa, karena orang tua siswa dapat memberikan bantuan yang cukup banyak untuk mengetahui sikap dan minat siswa.

Ada beberapa keuntungan menggunakan wawancara sebagai metode untuk menilai afektif (sikap dan minat) siswa, yaitu:

➢ Sering diperoleh respon yang lebih berarti dibandingkan dengan pertanyaan tertulis. Sebab informan dapat mengikuti bimbingan dari pewawancara selama wawancara berlangsung.

➢ Kita tidak hanya memperoleh data tentang sikap dan minat informan terhadap sesuatu, tetapi juga mengetahui alasan-alasan mengapa informan berbuat demikian.

Disamping segi-segi keuntungan dari wawancara sebagai metode untuk menilai afektif siswa, wawancara juga mempunyai beberapa segi kelemahan, yaitu:

➢ Jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan dapat dipengaruhi oleh situasi yang di timbulkan pewawancara, maksudnya yaitu data yang di informasikan bisa saja di buat-buat. Data yang di informasikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

(10)

➢ Wawancara membutuhkan waktu yang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan angket.

c. Kuisioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya.

Dalam penggunaan kuesioner ini, ada beberapa keuntungan yang dapat didapat oleh guru dalam melakukan penilaian, yaitu:

➢ Praktis, yaitu dalam waktu yang singkat dapat memperoleh data yang banyak dan juga dapat dijalankan walaupun guru tidak berhadapan langsung dengan siswa.

➢ Menghemat tenaga. Siswa yang menjadi sasaran dapat menjawab dengan leluasa.

Kelemahan-kelemahan dalam penggunaan kuesioner ini sebagai metode penilaian, di antaranya yaitu:

➢ Karena ada kemungkinan tidak dapat berhadapan langsung dengan siswa, atau apabila ada pertanyaan kurang jelas tidak akan dapat dijelaskan lebih lanjut

➢ Karena kurang jelasnya pertanyaan-pertanyaan, menyebabkan kurang validnya data yang diperoleh.

➢ Sifatnya kaku, karena pertanyaan-pertanyaan telah terarah sehingga tidak dapat dirubah sesuai dengan kemampuan siswa atau orang yang menjadi sasaran yang akan menjawabnya.

➢ Sukar untuk mengadakan cheking terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa yang dikenai kuesioner. Biasanya tidak semua kuesioner dapat kembali

d. Skala Sikap.

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa ketegori sikap, yakni mendukung (positif),

(11)

menolak (negatif) dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang.

Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapi, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut

E. Karakteristik penilaian ranah afektif

Zaenal Arifin. (2009) menjelaskan ada dua hal yang berhubungan dengan penilaian afektif yang harus dinilai. Pertama, kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respon, apresiasi, penilaian dan internalisasi. Kedua, sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat 4 tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep diri,dan nilai.

1. Sikap

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.

Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999).

2. Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat berhubungan dengan perhatian, seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk

(12)

karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk:

➢ mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran

➢ mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya

➢ pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,

➢ menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas

➢ mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama

➢ acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi

➢ mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,

bahan pertimbangan menentukan program sekolah meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

3. Konsep diri

Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Konsep diri ini penting bagi peserta didik untuk menentukan jenjang karir mereka yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri maka bisa dipilih alternatif karir yang tepat bagi dirinya. Informasi tentang konsep diri peserta didik ini penting bagi pendidik untuk memotivasi belajar peserta didik dengan tepat.

Sejalan dengan pendapat Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.

Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.

(13)

4. Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.

Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.

Beberapa ranah afektif yang tergolong penting adalah

➢ Kejujuran: peserta didik harus belajar untuk menghargai kejujuran dalam beriteraksi dengan orang lain

➢ Integritas: peserta didik harus dapat dipercaya oleh orang lain, mengikat pada kode nilai.

Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang memperoleh perlakuan hukum yang sama.

➢ Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara demokratis harus memberi kebebasan secara maksimum kepada semua orang.

(14)

F. Tingkatan ranah afektif

Domain afektif, Krathwohl membaginya atas lima kategori atau tingkatan yaitu; Pengenalan (receiving), pemberian respon (responding), penghargaan terhadap nilai (valuing), pengorganisasian (organization) dan pengamalan (characterization) (WS. Winkel: 150).

1. Receiving (Pengenalan) adalah kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Contohnya mendengarkan orang lain dengan seksama, mendengarkan dan mengingat nama seseorang yang baru dikenalnya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.

Tugas pendidik adalah mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Kata kerja operasional pada tingkat ini adalah: bertanya, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, menyeleksi, mengulangi, menggunakan.

2. Responding (tanggapan) mencakup kemampuan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar pengenalan. Dalam hal ini peserta didik diharapkan untuk menunjukkan prilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan tanggapan secara sukarela, contohnya berpartisipasi di kelas, bertanya tentang konsep, model dan sebagainya agar memperoleh pemahaman, dan menerapkannya. Kata kerja operasional pada tingkat ini adalah: menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormati, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, menulis

3. Valuing (penghargaan) merupkan hal yanh berkaitan terhadap nilai, perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berfikiir tertentu mempunyai nilai.

Contohnya peka terhadap perbedaan individu dan budaya, menunjukkan kemampuan memecahkan masalah, mempunyai komitmen. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku. Indikatornya

(15)

adalah peserta didik: melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian, mempelajari. Dalam tujuan pembelajaran penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap.

4. Organization (pengorganisasian) berkaitan dengan memadukan nilai- nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Contohnya mengakui adanya kebutuhan keseimbangan antara kebebasan dan tanggungjawab, menyelaraskan antara kebutuhan organisasi, keluarga dan diri sendiri. Indikatornya adalah peserta didik: mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, merumuskan, menggeneralisasikan, mengidentifikasikan, mengintegrasikan, memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan, mengsintesiskan.

5. Characterization (pengamalan) berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai kedalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui prilaku yang konsisten dengan sistem nilai tersebut. Contohnya menunjukkan kemandiriannya saat bekerja sendiri, kooperatif dalam kegiatan kelompok, objektif dalam memecahkan masalah, menghargai orang berdasarkan yang mereka katakan bukan siapa mereka.

Kata kerja operasional pada tingkat ini adalah: menunjukkan sikap, menolak, mendemonstrasikan dan menghindari.

G. Jenis-jenis skala sikap

Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap (afektif) yaitu: (1) Skala likert, (2) Skala pilihan ganda, (3) Skala thurstone, (4) Skala guttman, (5) Skala differential, dan (6) Pengukuran minat.

(16)

1. Skala likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap sesuatu. Skala Likert menggunakan skala dengan lima angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan skala 5 (lima) berarti sangat positif.

Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang menunjukkan tingkatan. Contoh pilihan respon:

SS = sangat setuju S = setuju R = ragu-ragu TS = tidak setuju STS = sangat tidak setuju

Langkah-langkah untuk membuat skala likert untuk menilai afektif antara lain adalah:

a. Pilih variabel afektif yang akan diukur

b. Buat pernyataan positif terhadap variabel yang diukur

c. Minta pertimbangan kepada beberapa orang tentang pernyataan positif dan negatif yang dirumuskan

d. Tentukan alternatif jawaban yang digunakan e. Tentukan penskorannya dan

f. Tentukan dan hilangkan pernyataan yang tidak berfungsi dengan pernyataan lainnya.

2. Skala pilihan ganda

Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat.

3. Skala thurstone

Skala thurstone merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale karena merupakan suatu instrumen yang responsnya dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Pada descriptive graphic rating scale, skala terdiri dari 5 tingkatan, sedangkan pada skala thurstone jumlah skala yang digunakan berkisar antara 7 sampai 11.

4. Skala guttman

Skala ini sama dengan skala yang disusun Bogardus yaitu pernyataan yang durumuskan empat atau tiga pernyataan. Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek secara berurutan.

(17)

Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan pada nomor urut tertentu, maka diasumsikan juga setuju dengan pernyataan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.

5. Skala differential

Skala ini bertujuan untuk mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi yang akan diukur dalam kategori : baik – tidak baik kuat – lemah cepat – lambat aktif – pasif

6. Pengukuran minat.

Untuk mengetahui atau mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran terlebih dahulu ditentukan indikatornya misalnya : kehadiran di kelas, keaktifan bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, kerapian.

Catatan, mengerjakan latihan, mengulan pelajaran dan mengunjungi perpustakaan dan lainlain. Untuk mengukur minat ini lebih tepat digunakan kuesioner skala likert dengan skala lima yaitu; sangat sering, sering, netral, jarang dan tidak pernah.

H. Pengembangan instrumen ranah afektif

Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri dan nilai.Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur domain afektif di antaranya adalah dengan menggunakan skala sikap, observasi, laporan diri, dan wawancara.

Mengembangkan sebuah instrumen langkah-langkah tertentu. Ada sepuluh langkah pengembangan instrumen penilaian afektif, yaitu: (1) menentukan spesifikasi instrumen, (2) menulis instrumen, (3) menentukan skala instrumen, (4) menentukan sistem penskoran, (5) menelaah instrumen, (6) merakit instrumen, (7) melakukan uji coba, (8) menganalisis instrumen, (9) melaksanakan pengukuran, dan (10) menafsirkan hasil pengukuran (Mardapi, 2012: 148-149).

(18)

1. Menentukan spesifikasi instrumen

Ditinjau dari tujuan ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif yaitu :

a. Instrumen sikap

Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat.

b. Instrumen minat

Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.

c. Instrumen konsep diri

Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya.

d. Instrumen nilai

Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan peserta didik. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang bersifat positif diperkuat sedangkan yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan.

2. Menulis instrumen

Menulis dalam sebuah instrumen harus memperhatikan suatu pertanyaan/pernyataan adalah informasi apa yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, dan pemilihan kata-kata. Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah tertentu, positif atau negatif. Penulisan instrumen harus menggunakan kata kerja operasional untuk merumuskan TIK atau

(19)

kompetensi dasar yang mengukur jenjang kemampuan dalam ranah afektif.

3. Menentukan skala instrumen

Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelitian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik jika instrumen yang digunakan adalah angket atau kuesioner. Jika menggunakan instrumen observasi maka harus ditentukan dengan skala penilaian atau rubric scoring. Jika instrumen yang digunakan adalah interviu maka penilaian yang digunakan adalah analisa hasil secara kualitatif, dan bila ingin dikuantitatifkan maka hasil penilaian bisa dikategorisasikan sesuai dengan tingkatan kesimpulan akhir yang didapat.

4. Menentukan sistem penskoran

Kegiatan menentukan cara memberi skor harus sesuai dengan konteks tujuan penilaian dan karakteristik aspek yang dinilai, seperti yang dikemukakan oleh Anderson dan Anderson (2006: 525):

“correct interpretation always requires examination of the scores within the context of the purpose of the assessment (principle 1) and the nature of the characteristic being assessed (principle 2)”.

Sistem penskoran pada instrumen ini adalah untuk mengukur sikap, dan perilaku, maka digunakan skala Likert yang dapat mengungkap sejauh mana sikap yang dimiliki oleh responden, sedangkan untuk observasi sistem penskoran yang digunakan adalah dengan kategorisasi yang disusun dari rentang skor paling tinggi sampai yang paling rendah.

5. Menelaah instrumen

Telaah instrumen dilakukan oleh pakar yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan tujuan penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah selanjutnya digunakan untuk memperbaiki instrumen.

(20)

6. Merakit instrumen

Instrumen yang telah diperbaiki selanjutnya dirakit, yaitu menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/pernyataan. Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. Urutkan pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.

7. Melakukan uji coba

Langkah lanjut instrumen diujicobakan kepada responden sesuai dengan tujuan penilaian. Saat uji coba yang perlu dicatat adalah saran- saran dari responden atas kejelasan pedoman pengisian instrumen, kejelasan kalimat yang digunakan, dan waktu yang diperlukan untuk mengisi instrumen. Waktu yang digunakan disarankan bukan waktu saat responden sudah lelah. Perlu diingat bahwa pengisian instrumen penilaian afektif bukan merupakan tes, sehingga walau ada batasan waktu namun tidak terlalu ketat.

8. Menganalisis instrumen

(Basrowi & Siskandar, 2012: 118) mengatakan bahwa analisis hasil uji coba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan atau pernyataan.

Semakin besar variasi jawaban tiap butir maka akan semakin baik instrumen. Bila variasi skor suatu butir sangat kecil berarti bukan variabel yang baik. Indikator lain yang diperhatikan adalah indeks kehandalan yang dikenal dengan indeks reliabilitas. Besarnya indeks minimum 0.70, bila indeks lebih kecil dari 0.70 maka kesalahan pengukuran akan melebihi batas.

9. Melaksanakan pengukuran

Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan ruangan yang digunakan. Waktu pelaksanaan bukan pada waktu responden sudah lelah. Ruang untuk mengisi instrumen harus memiliki cahaya (penerangan) yang cukup dan sirkulasi udara yang baik. Tempat duduk juga diatur agar responden tidak terganggu satu sama lain. Diusahakan agar responden tidak saling bertanya pada responden yang lain agar

(21)

jawaban kuesioner tidak sama atau homogen. Pengisian instrumen dimulai dengan penjelasan tentang tujuan pengisian, manfaat bagi responden, dan pedoman pengisian instrumen

10. Menafsirkan hasil pengukuran

Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran atau bisa disebut dengan penilaian, diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan.

(22)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku.

2. Tujuan Pengukuran ranah afektif yaitu: memperoleh informasi minat peserta didik, mengetahui sikap peserta didik, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan mengungkap nilai individu. Informasi yang diperoleh ini berupa nilai yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif diperkuat dan yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan.

3. Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri.

4. Teknik yang digunakan untuk penilaian ranah afektif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan non tes. Tes dapat diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Sedangkan non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.

5. Dalam proses pembelajaran terdapat 4 tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep diri,dan nilai.

6. Domain afektif, Krathwohl membaginya atas lima kategori atau tingkatan yaitu; Pengenalan (receiving), pemberian respon (responding),penghargaan terhadap nilai (valuing), pengorganisasian ( organization) dan pengamalan (characterization)

7. Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap (afektif) yaitu: (1) Skala likert, (2) Skala pilihan ganda, (3) Skala

(23)

thurstone, (4) Skala guttman, (5) Skala differential, dan (6) Pengukuran minat.

8. Mengembangkan sebuah instrumen langkah-langkah tertentu. Ada sepuluh langkah pengembangan instrumen penilaian afektif, yaitu: (1) menentukan spesifikasi instrumen, (2) menulis instrumen, (3) menentukan skala instrumen, (4) menentukan sistem penskoran, (5) menelaah instrumen, (6) merakit instrumen, (7) melakukan uji coba, (8) menganalisis instrumen, (9) melaksanakan pengukuran, dan (10) menafsirkan hasil pengukuran (Mardapi, 2012: 148-149).

B. Saran

Kami berharap dengan adanya makalah ini para pembaca umumnya dan kami sebagai penulis khususnya dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran, oleh karenanya penulis juga berharap kepada semua pihak yang membaca makalah ini kiranya dapat memberi masukan, kritik, dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan penyusunan makalah penulis selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca

(24)

GLOSARIUM

Afeksi :Rasa kasih sayang serta perasaan dan emosi yang lunak

Angket :Bagian dari daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan.

Informan :Orang atau yang memberi informasi.

Kognisi :Kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.

Konasi :Bagian dari kehidupan mental yang banyak hubungan dengan usaha termasuk di dalamnya keinginan atau kemauan

Observasi :Peninjauan secara cermat.

Psikologi :Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya terhadp perilaku organisme.

Sistematis :Teratur menurut sistemnya yang diatur baik-baik.

Watak :Sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.

Wawancara :Tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi .

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Anderson, J.C. 2006. “Affective Assessment Is Necessary and Possible”. Educational Leadership. Apr12. Vol. 39 Issue 7. p 524-525.

Aulia Rahman, Arief; Eva Nasryah, C. (2019). Evaluasi Pembelajaran.

Basrowi & Siskandar. 2012. Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung: Karya Putra Darwati.

Darmadji, A. (2011). Urgensi Ranah Afektif Dalam Evaluasi Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi. Unisia, 181–192.

Hidayati, E. W. (2020). Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Moral Remaja SMP di Desa Samirplapan Gresik. Attaqwa: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 16(1), 76–94.

Kusumawati, T. (2015). Pengembangan Instrumen Penilaian Ranah Afektif Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, Dan Tradisi), 1(1).

Mardapi, D. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:

Nuha Medika

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 3-4.

Noviansah, A. (2020). Objek Dalam Assesment Penilaian (Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik). Al-Hikmah: Jurnal Studi Islam, 1(2), 114–127

Sugiyono, Metode Penelitan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2013), 144.

Sukanti, S. (2011). Penilaian afektif dalam pembelajaran Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 9(1).

Zaenal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik. Prosedur. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

(26)

LAMPIRAN

(27)

SOAL

1. Dalam tingkatan ranah afektif terdapat tingkatan organization. Berikan contoh tingkatan tersebut dan indikator tingkatan tersebut !

2. Dalam teknik penilaian ranah afektif terdapat 2 cara yaitu teknik tes dan non tes. Jelaskan kedua teknik tersebut?

3. Apa saja model atau alat penilaian non tes yang dapat digunakan dalam menilai ranah afektif ?

4. Dalam karakteristik penilaian ranah afektif terdapat 2 penilaian afektif yang harus dicapai, Pertama meliputi tingkatan pemberian respon, apresiasi, penilaian dan internalisasi. Kedua, sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat 4 tipe karakteristik afektif yang penting.sebutkan dan jelaskan 4 tipe karakteristik tersebut!

(28)

RUBRIK DAN SKOR PENILAIAN

No Jawaban Skor

1. Mengakui adanya kebutuhan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab, menyelarasakan anatara kebutuhan organisaai,keluarga dan diri senidiri.

Indikator tingkatan organization mengubah, mengatur, menggabungkan,membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, merumuskan, menggerealisasikan, mengidentifikasikan, mengintegrasikan, memodifikasikan, mengorgamisir, menyiapkan, menggabungkan, mengsintesiskan.

25

Mengakui adanya kebutuhan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab, menyelarasakan anatara kebutuhan organisaai,keluarga dan diri sendiri.

10

Indikator tingkatan organization mengubah, mengatur, menggabungkan,membandingkan, melengkapi, mempertahankan

5

2. Tentu, dalam penilaian ranah afektif, terdapat dua teknik yang umum digunakan: teknik tes dan non-tes.

Teknik Tes: Teknik tes mengukur aspek-aspek afektif dengan menggunakan instrumen formal, seperti kuesioner atau skala penilaian. Contohnya adalah penggunaan tes psikologis untuk mengukur sikap, nilai, atau perilaku seseorang. Teknik tes ini dapat memberikan data yang kuantitatif dan mudah diukur, namun mungkin kurang mampu menangkap kompleksitas dari aspek afektif.

Teknik Non-Tes: Teknik non-tes melibatkan pengamatan langsung terhadap perilaku atau ekspresi seseorang tanpa menggunakan instrumen formal. Ini dapat mencakup observasi guru terhadap respons siswa terhadap suatu materi pelajaran atau situasi tertentu.

Teknik ini lebih mampu menangkap nuansa dan konteks dari aspek afektif, meskipun data yang dihasilkan mungkin lebih sulit untuk diinterpretasi secara kuantitatif.

25

(29)

Kedua teknik ini dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah, tergantung pada tujuan penilaian dan kompleksitas aspek afektif yang ingin diukur.

Teknik Tes: Teknik tes mengukur aspek-aspek afektif dengan menggunakan instrumen formal, seperti kuesioner atau skala penilaian.

Teknik non-tes melibatkan pengamatan langsung terhadap perilaku atau ekspresi seseorang tanpa menggunakan instrumen formal.

10

3. a. Observasi ialah model, metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.

b. Wawancara, baik dipergunakan untuk mengukur sikap dan minat siswa, sebab biasanya siswa gemar memperbincangkan hobinya dan aktifitas lain yang menarik hatinya.

c. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya.

d. Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa ketegori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif) dan netral.

25

Observasi, wawancara, kuesioner (angket) dan skala sikap 10 4. a. Sikap, sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap

sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan.

b. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat berhubungan dengan perhatian, seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut.

c. Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya.

25

(30)

d. merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku.

sikap, minat, konsep diri,dan nilai. 10

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan remunerasi dosen di Universitas Lampung merupakan kebijakan yang didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 129/KMK.05/2009 tentang Penetapan Universitas

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS LAMPUNG TENTANG PENERIMAAN MAHASISWA BARU SEMESTER GANJIL PROGRAM DOKTOR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN AKADEMIK

bahwa Dosen yang diusulkan oleh Jurusan dilingkungan FISIP Universitas Lampung untuk ditetapkan sebagai dosen tetap di program studi dilingkungan unit kerja FISIF

Tentang Dosen Penguji Skripsi Program Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Lampung Pada Semester Genap Tahun Akademik 2016/2017..

Kedua : Menugasi dosen yang namanya tercantum dalam lampiran Keputusan ini sebagai Pembimbing Akademik Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRAK ANALISIS KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG DI TINJAU DARI PENDEKATAN MIDDLE INCOME TRAP Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bandar lampung TOTON.SE.M.Si Lampung masih

Berdasarkan penilaian ranah afektif yang dilakukan antara penilaian diri oleh siswa dengan pembandingnya penilaian antar teman maka didapatkan rata-rata hasil antara keduanya tidak jauh

Pembelajaran IPA dalam proses evaluasi yang belum mencapai tujuan secara menyeluruh, karena evaluasi tertentu penilaian ranah kognitif yang menggunakan tes, ranah afektif dilakukan