• Tidak ada hasil yang ditemukan

COVER LAPORAN PENDAHULUAN DYSPEPSIA

N/A
N/A
amin udin

Academic year: 2023

Membagikan " COVER LAPORAN PENDAHULUAN DYSPEPSIA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN DYSPEPSIA

OLEH:

ANAK AGUNG AYU DWI IRMA RIYANTI NIM. P07120014091

PRODI JURUSAN DIII KEPERAWATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN 2017

(2)

BAB I

KONSEP PENYAKIT DISPEPSIA

A. DEFINISI

Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2001).

Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual- mual.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2007).

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2009).

Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (2008).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.

B. ETIOLOGI

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan

(3)

dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

 Menelan udara (aerofagi)

 Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

 Iritasi lambung (gastritis)

 Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

 Kanker lambung

 Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

 Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

 Kelainan gerakan usus

 Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

 Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).

b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

C. MANIFESTASI KLINIS

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :

1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala : a. Nyeri epigastrum terlokalisasi

b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid c. Nyeri saat lapar

d. Nyeri episodic

2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti : a. Mudah kenyang

b. Perut cepat terasa penuh saat makan c. Mual

(4)

d. Muntah

e. Upper abdominal boating

f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer, et al, 2007).

Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.

Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).

Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.

D. PATOFISIOLOGI

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

E. PATHWAY

DISPEPSIA

(5)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

Nyeri

Nyeri Akut

Perubahan pada status kesehatan

Defisit Pengetahuan

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

Nikotin & Alkohol Stres

Respon mukosa lambung Merangsang saraf simpati

N. Ke-V (Nervus Vagus)

Eksfeliasi (Pengelupasan) Vasodilatasi mukosa gaster

↑ Produksi HCL di Lambung

Ansietas HCL kontak dengan

mukosa gaster Mual

Muntah

Hipovolemia

Nausea Defisit Nutrisi

(6)

2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori.

3. Endoskopi

a. CLO (Rapid urea test) b. Patologi anatomi

c. Kultur mikroorganisme jaringan d. PCR (Polymerase Chain Reaction)

G. PENATALAKSANAAN

Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasida 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

(7)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.

Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)

Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005). Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:

 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.

 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.

 Atur pola makan.

(8)

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISPEPSIA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nausea b.d. iritasi lambung

2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis 3. Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif

4. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrien 5. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang

terpapar informasi

6. Ansietas b.d. krisis situasional

(9)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari / tgl / waktu Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan Nausea b.d. iritasi lambung NOC:

- Nausea

- Fluid volume, risk for dificient

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … mual pasien teratasi dengan kriteria hasil:

a. Pasien menyatakan penyebab mual dan muntah

b. Pasien mengambil langkah untuk mengatasi episode mual dan muntah c. Pasien mengingesti zat gizi yang cukup

untuk mempertahankan kesehatan d. Pasien mengambil langkah untuk

meyakinkan nutrisi yang adekuat pada saat mual reda

e. Pasien mempertahankan berat badan dalam rentang tertentu yang diharapkan

NIC :

- Nausea management

a. Tanyakan pada pasien penyebab mual

b. Observasi asupan makanan dan cairan

c. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang kering, lunak

d. Berikan obat anti mual sesuai yang diresepkan

e. Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu pasien untuk menggunakan tehnik tersebut selama waktu makan f. Pada saat mual mereda anjurkan

untuk makan makanan yang berlebih

- Fluid/ Electrolit Management a. Berikan terapi IV sesuai dengan

(10)

anjuran

b. Berikan obat antimetic sesuai anjuran c. Pantau tanda-tanda vital, bila

diperlukan

d. Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap hari, jika diperlukan

e. Pantau status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, keadekuatan nadi, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan

- Medication Management

a. Memantau efektivitas modalitas administrasi pengobatan

b. Memantau pasien untuk efek terapi obat

c. Pantau tanda – tanda dan gejala dari keracunan obat

d. Memonitor efek samping obat e. Memonitor interaksi obat

nontherapeutic

(11)

Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis

NOC :

-

Pain level,

-

Pain control,

-

Comfort level

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang

dengan menggunakan manajemen nyeri

c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah

nyeri berkurang

NIC :

-

Pain management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komperehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan interpersonal)

e. Ajarkan tentang tehnik non farmakologi

f. Evaluasi keefektifan control nyeri

-

Analgesic administration

a. Tentukan lokasi, karakteristik,

(12)

kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemeberian obat

b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

c. Cek riwayat alergi

d. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat

e. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala.

Hipovolemia b.d.

kehilangan cairan aktif

NOC :

- Fluid balance - Hydration

- Nutritional status: Food and Fluid Intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…kekurangan cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal

NIC :

- Fluid management

a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

b. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.

c. Monitor vital sign

d. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian

(13)

b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

c. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

e. Kolaborasikan pemberian cairan IV f. Monitor status nutrisi

g. Dorong masukan oral

h. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

i. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)

j. Atur kemungkinan transfuse k. Persiapan transfuse

- Hypovolemia management

a. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan

b. Pelihara IV line

c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit d. Monitor tanda vital

e. Dorong pasien untuk menambah intake oral

Defisit Nutrisi b.d.

ketidakmampuan mencerna

NOC :

- Nutritional status:

NIC :

- Nutrition management

(14)

makanan dan mengabsorbsi nutrien

- Nutritional status: Food and Fluid Intake

- Nutritional status: Nutrient Intake - Weight control

Setelah dilakukan asuhan selama....

diharapkan ada peningkatan BB pada pasien dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi dengan kriteria hasil:

a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi e. Menunjukkan peningkatan fungsi

pengecapan dari menelan

f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

a. Kaji adanya alergi makanan b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menunjukkan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien c. Berikan makanan yang terpilih

(sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

- Nutrition monitoring

a. BB pasien dalam batas normal b. Monitor adanya penurunan berat

badan

c. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

d. Monitor turgor kulit e. Monitor mual dan muntah

f. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.

g. Monitor pertumbuhan dan

(15)

perkembangan

h. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva i. Monitor kalori dan intake nutrisi Defisit Pengetahuan b.d.

ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang terpapar informasi

NOC :

- Knowledge : disease process - Knowledge : helat behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… pasien tidak mengalami masalah pada nafasnya dengan kriteria hasil:

a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan.

b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.

c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya.

NIC :

- Teaching : disease process

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tantang proses penyakit yang spesifik

b. Jelaksan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat

c. Gambarakan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

d. Gambarakan proses penyakit, dengan cara yang tepat

e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

(16)

f. Sedikan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

g. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit.

h. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

i. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

Ansietas b.d. krisis situasional

NOC :

- Anxiety self - control - Anxiety level

- Coping

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… pasien tidak mengalami masalah

NIC :

- Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan.

b. Nyatakan dengan jelas harapan

(17)

pada nafasnya dengan kriteria hasil:

a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.

c. Vital sign dalam batas normal

d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

terhadap pelaku pasien.

c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.

d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut e. Dengarkan penuh perhatian.

f. Identifikasi tingkat kecemasan

g. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.

h. Dorong pasien mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.

i. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

j. Berikan obat untuk mengurangai kecemasan.

(18)

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana/intervensi keperawatan oleh perawat terhadap pasien.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC Doengoes. E. M, et al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni

Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017 Edisi 10. EGC : Jakarta

Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita

Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius Price & Wilson.1994. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC

Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Warpadji Sarwono, et al.1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI

Referensi

Dokumen terkait

Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom yaitu kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati

Manifestasi klinis pada sindrom dispepsia antara lain rasa nyeri atau ketidaknyamanan di perut, rasa penuh di perut setelah makan, kembung, rasa kenyang lebih

Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman diulu hati, kembung, mual,

Kasus dengan dispepsia fungsional diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut (Djojoningrat, 2009)..

Definisi dispepsia sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang gastroenterologi adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan

Definisi dispepsia sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang gastroenterologi adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan

Dispepsia fungsional merupakan salah satu kondisi fisik dengan gejala sakit atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, rasa penuh, dan rasa cepat kenyang setelah

• Dispepsia pada sindroma malabsorpsi : Pada penderita ini di samping mempunyai keluhan rasa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus, kembung, keluhan utama lainnya