• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ANTI KORUPSI

N/A
N/A
NOVITA SARI OPERATOR

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH ANTI KORUPSI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ANTI KORUPSI

LEMBAGA ANTIKORUPSI NON PEMERINTAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

OKI PRAMUDITO (1910005311002) MUTIARA FADILA (2210005530102) MUHAMMAD FAUZI (2210005530110)

DOSEN PENGAMPU :

Dr.HAFRIZAL OKTA ADE PUTRA S.E, M.M

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “LEMBAGA ANTI KORUPSI NON PEMERINTAH dan Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan untuk baginda Rasulullah SAW.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah anti korupsi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang karangan ilmiah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak sebagai Dosen Pengampu mata kuliah anti korupsi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang di tulis ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan di nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 3 Desember 2022

Penulis Kelompok 4

(3)

DAFTAR ISI

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

1. 1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 TUJUAN...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

2.1. BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional)...2

2.2 Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara)...3

2.3. LAN (Lembaga Administrasi Negara)...3

2.4. BIG (Badan Informasi Geopasial)...4

2.5. Lemhannas RI (Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia)...6

2.6. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)...7

2.8. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)...9

2.9. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)...10

2.11. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)...14

2.12. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)...15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki masalah dalam penyelenggaraan negara. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya permasalahan yang muncul di negara ini. Permasalahan yang paling sering muncul terutama menyangkut masalah pembangunan ekonomi. Masalah pembangunan ekonomi ini muncul akibat dari berbagai hal dan salah satunya adalah korupsi.

Korupsi termasuk salah satu bentuk tindakan yang dilarang di Indonesia karena merupakan tindak pidana. Hal tersebut tertera pada Undang Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme pasal 1 ayat 3 yang berbunyi, korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.

1.2 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaturan hukum internasional dalam hal ini Konvensi UNCAC 2003 serta hukum nasional tentang tindak pidana korupsi, khususnya dalam hal pencegahan tindak pidana korupsi.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana kebijakan hukum pidana di Indonesia dalam mengupayakan pencegahan Tindak Pidana Korupsi.tindak pidana korupsi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis Kebijakan dalam UNCAC 2003 yang dapat di adopsi kedalam Kebijakan Hukum Pidana Indonesia dalam kaitan Pencegahan terhadap

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) Kedudukan:

Sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan Keppres RI No. 64 Tahun 2005, BATAN ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

BATAN dipimpin oleh seorang Kepala dan dikoordinasikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Tugas pokok BATAN adalah melaksanakan tugas pemerintahan dibidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BATAN menyelenggarakan fungsi:

 Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir.

 Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN.

 Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir.

 Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

BATAN mengoperasikan 3 buah reaktor nuklir di Indonesia, 2 buah reaktor Triga mark II dan sebuah reaktor nuklir 30 MW di Serpong.

(6)

2.2 Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara) Kedudukan:

Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor

OT.001/PERKA.122/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Sandi Negara, Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang persandian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Lemsaneg menyelenggarakan fungsi:

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang persandian;

2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lemsaneg;

3. Fasilitas dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang persandian;

4. Penyelenggaraan pembinaan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

2.3. LAN (Lembaga Administrasi Negara) Kedudukan:

Lembaga Adminstrasi Negara berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 57 tahun 2013 mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya LAN, menyelenggarakan fungsi:

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional tertentu di bidang administrasi negara;

(7)

2. Pengkajian administrasi nagara di bidang kebijakan reformasi administrasi, desentralisasi dan otonomi daerah, sistem administrasi negara dan hukum administrasi negara;

3. Pengembangan inovasi administrasi Negara di bidang tata pemerintahan, pelayanan publik, serta kelembagaan dan sumber daya aparatur;

4. Pemberian fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi negara;

5. Pembinaan, penjaminan mutu dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya aparatur negara;

6. Pembinaan jabatan fungsional tertentu yang menjadi kewenangan LAN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan;

7. Pengembangan kapasitas administrasi negara; dan

8. Pembinaan dan penyelenggaraan duku-ngan administrasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

2.4. BIG (Badan Informasi Geopasial) Kedudukan:

Berdasarkan Bab 1 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011, Badan Informasi Geospasial adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BIG dipimpin oleh seorang Kepala.

Tugas:

Badan Informasi Geospasial mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Informasi Geospasial.

Fungsi:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2Perpres Nomor 94 Tahun 2011, BIG menyelenggarakan fungsi :

(8)

1. Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang informasi geospasial;

2. Penyusunan rencana dan program di bidang informasi geospasial;

3. Penyelenggaraan informasi geospasial dasar yang meliputi pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial dasar;

4. Pengintegrasian informasi geospasial tematik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

5. Penyelenggaraan informasi geospasial tematik yang belum diselenggarakan selain BIG meliputi pengumpulan data, pengolahan,penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial tematik;

6. Penyelenggaraan infrastruktur informasi geospasial meliputi penyimpanan, pengamanan, penyebarluasan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial;

7. Penyelenggaraan dan pembinaan jaringan informasi geospasial;

8. Akreditasi kepada lembaga sertifikasi di bidang informasi geospasial;

9. Pelaksanaan kerjasama dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri;

10. Pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di lingkungan BIG;

11. Pelaksanaan koordinasi perencanaan, pelaporan, penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum;

12. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, keprotokolan, kehumasan, kerjasama, hubungan antar lembaga, kearsipan, persandian, barang milik negara, perlengkapan, dan rumahtangga BIG;

13. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta promosi dan pelayan produk dan jasa di bidang informasi geospasial;

14. Perumusan, penyusunan rencana, dan pelaksanaan pengawasan fungsional.

(9)

2.5. Lemhannas RI (Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia) Kedudukan

Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut Lemhannas RI, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Lemhannas RI dipimpin oleh Gubernur Lemhannas RI. Dalam melaksanakan tugasnya, Gubernur Lemhannas RI dibantu oleh seorang Wakil Gubernur.

Tugas

Lemhannas RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam :

1. Menyelenggarakan pendidikan penyiapan kader dan pemantapan pimpinan tingkat nasional yang berpikir integratif dan profesional, memiliki watak, moral dan etika kebangsaan, berwawasan nusantara serta mempunyai cakrawala pandang yang universal.

2. Menyelenggarakan pengkajian yang bersifat konsepsional dan strategis mengenai berbagai permasalahan nasional, regional dan internasional yang diperlukan oleh Presiden, guna menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Menyelenggarakan pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai-nilai Pancasila serta nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an.

4. Membina dan mengembangkan hubungan kerja sama dengan berbagai instansi terkait di dalam dan di luar negeri.

(10)

Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, Lemhannas RI menyelenggarakan fungsi:

1. Mendidik, menyiapkan kader dan memantapkan pimpinan tingkat nasional melalui segala usaha kegiatan dan pekerjaan meliputi program pendidikan, penyiapan materi pendidikan, operasional pendidikan dan pembinaan peserta dan alumni serta evaluasi.

2. Mengkaji berbagai permasalahan strategik nasional, regional dan internasional baik di bidang geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, hukum dan keamanan, ekonomi, sosial budaya dan ilmu pengetahuan serta permasalahan internasional.

3. Memantapkan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa, semangat bela negara, transformasi nilai-nilai universal, sistem nasional serta pembudayaan nilai-nilai kebangsaan.

4. Kerja sama pendidikan pasca sarjana di bidang strategi ketahanan nasional dengan lembaga pendidikan nasional dan/atau internasional.

5. Kerja sama pengkajian strategik dan kerja sama pemantapan nilai-nilai kebangsaan dengan institusi di dalam dan di luar negeri.

2.6. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tugas:

Menyusun kebijakan, strategi, dan program nasional di bidang penanggulangan terorisme;

Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme;

(11)

Melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme dengan membentuk satuan-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing- masing. Bidang penanggulangan terorisme meliputi pencegahan, perlindungan, deradikalisasi, penindakan, dan penyiapan kesiapsiagaan nasional.

Kedudukan: Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dalam menjalankan tugasnya, BNPT menyelenggarakan fungsi :

penyusunan kebijakan, strategi dan program nasional di bidang penanggulangan terorisme;

monitoring, analisa dan evaluasi di bidang penanggulangan terorisme;

koordinasi dalam pencegahan dan pelaksanaan kegiatan melawan propaganda ideologi radikal di bidang penanggulangan terorisme;

koordinasi pelaksanaan deradikalasi;

koordinasi pelaksanaan perlindungan terhadap obyek-obyek yang potensial menjadi target serangan terorisme;

koordinasi pelaksanaan penindakan, pembinaan kemampuan dan kesiapsiagaan nasional;

pelaksanaan kerjasama internasional di bidang penanggulangan terorisme;

perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya serta kerjasama antar instansi;

(12)

pengoperasian Satuan Tugas-Satuan Tugas dilaksanakan dalam rangka pencegahan, perlindungan, deradikalisasi, penindakan dan penyiapan kesiapsiagaan nasional di bidang penanggulangan terorisme.

2.7. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kedudukan

Berdasarkan Pasal 67 Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, BPOM melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.

Fungsi

1. Pengaturan, regulasi, dan standardisasi

2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan Cara-cara Produksi yang Baik

3. Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar

4. Post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan penegakan hukum.

5. Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk

6. Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan;

7. Komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik.

2.8. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Kedudukan

(13)

Merupakan salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.7/1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang No. 43/2009 Tentang Kearsipan dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dibidang kearsipan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas

ANRI mempunyai tugas yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan saat ini karena Arsip sendiri memiliki fungsi yang sangat vital sebagai memori kolektif bangsa, selain itu ANRI juga berperan sebagai pembina Kearsipan Nasional sesuai dengan Pasal 8 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009.

Fungsi

Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan

 Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lembaga

 Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kearsipan

 Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

(14)

2.9. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Kedudukan:

adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang pariwisata. Badan Ekonomi Kreatif merupakan badan yang pertama kali dibentuk oleh Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015. Semula urusan ekonomi kreatif menjadi bagian dari Kementerian Pariwasata dan Ekonomi Kreatif yang dibentuk pada Kabinet Indonesia Bersatu II tahun 2011 sampai 2014. Saat ini Kepala Badan Ekonomi Kreatif dijabat oleh Triawan Munaf

Badan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif di bidang:

1. aplikasi dan game developer, 2. arsitektur,

3. desain interior,

4. desain komunikasi visual, 5. desain produk,

6. fashion,

7. film, animasi, dan video, 8. fotografi,

9. kriya, 10. kuliner, 11. musik, 12. penerbitan, 13. periklanan, 14. seni pertunjukan, 15. seni rupa, dan

(15)

16. televisi dan radio.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan fungsi:

1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi, dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio;

2. perancangan dan pelaksanaan program ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi, dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio;

3. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dan program ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi, dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio;

4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan dan program ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi, dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio;

5. pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan kepada semua pemangku kepentingan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi, dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio;

(16)

6. pelaksanaan komunikasi dan koordinasi dengan Lembaga Negara, Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, dan pihak lain yang terkait; dan

7. pelaksanaan fungsi lain yang ditugaskan Presiden yang terkait dengan ekonomi kreatif

2.10. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Kedudukan

Lembaga pemerintah nonkementerian Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang berupa Audit, Konsultasi, Asistensi, Evaluasi, Pemberantasan KKN serta Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Hasil pengawasan keuangan dan pembangunan dilaporkan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan- kebijakan dalam menjalankan pemerintahan dan memenuhi kewajiban akuntabilitasnya. Hasil pengawasan BPKP juga diperlukan oleh para penyelenggara pemerintahan lainnya termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam pencapaian dan peningkatan kinerja instansi yang dipimpinnya

BPKP melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, BPKP menyelenggarakan fungsi:

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan;

2. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan;

(17)

3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP;

4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan;

5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai kewenangan : 1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;

3. Penetapan sistem informasi di bidangnya;

4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya;

5. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;

6. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat penimbunan, dan sebagainya; meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan, surat-surat bukti, notulen rapat panitia dan sejenisnya, hasil survei laporan-laporan pengelolaan, dan surat- surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan; pengawasan kas, surat- surat berharga, gudang persediaan dan lain-lain; meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil pengawasan BPKP sendiri maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan, dan lembaga pengawasan lainnya.

(18)

2.11. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Kedudukan

Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia. LKPP dibentuk melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengembangan Barang/Jasa Pemerintah. Kepala LKPP pertama pertama kali dijabat oleh Dr. Ir. Roestam Sjarief, MNRM, digantikan oleh Ir.

Agus Rahardjo, M.S.M. pada tahun 2010 (sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Utama LKPP) kemudian digantikan oleh Dr. Ir. Agus Prabowo, M.Eng pada tahun 2015 yang sebelumnya menjabat sebagai Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia/Kepegawaian LKPP.

LKPP mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan perumusan kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah.

Fungsi:

1. Penyusunan dan perumusan strategi serta penentuan kebijakan dan standar prosedur di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah termasuk pengadaan badan usaha dalam rangka kerjasama pemerintah dengan badan usaha;

2. Penyusunan dan perumusan strategi serta penentuan kebijakan pembinaan sumber daya manusia di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah;

3. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya;

4. Pembinaan dan pengembangan sistem informasi serta pengawasan penyelenggaraan pengadaan barang/jasa Pemerintah secara elektronik;

5. Pemberian bimbingan teknis, advokasi dan pendapat hukum;

(19)

6. Pembinaan dan penyelenggaraan dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di LKPP; dan

7. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LKPP.

2.12. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)

Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BAPETEN bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia melalui peraturan perundangan, perizinan, dan inspeksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. BAPETEN didirikan pada tanggal 8 Mei 1998 dan mulai aktif berfungsi pada tanggal 4 Januari 1999.

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BAPETEN bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia melalui peraturan perundangan, perizinan, dan inspeksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

BAPETEN didirikan pada tanggal 8 Mei 1998 dan mulai aktif berfungsi pada tanggal 4 Januari 1999.

Dasar Hukum Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)

 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran tanggal 10 April 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 No. 23, Tambahan Lembaran Negara No. 3676);

 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 76 Tahun 1998 tentang Badan Pengawas Tenaga Nuklir tanggal 19 Mei 1998;

 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen;

(20)

 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2002 tentang Perubahan Keputusan Presiden No. 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya membuat laporan keuangan kegiatan kepanitiaan dengan jujur.

Dalam buku ini mengupas tentang Pendidikan Anti Korupsi, yang memberikan edukasi kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya untuk mengenal arti korupsi, dampak dari

Artikel ini berjudul Pendidikan Anti Korupsi Untuk Generasi Muda, para generasi muda dapat memiliki sifat anti korupsi, dimana korupsi ini menjadi penyakit yang

Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia,

Penanaman sikap anti korupsi melalui pelajaran matematika merupakan integrasi pendidikan anti korupsi kedalam salah satu mata pelajaran yang dapat dijadikan

Lingkungan yang tertutup sangat memungkinkan terjadinya kasus korupsi karena mereka akan dapat dengan mudah melakukan tindakan korupsi secara berjama’ah dalam

dimunculkan oleh individu didasari oleh adanya intensi perilaku korupsi/anti- korupsi yang didalamnya terjadi sinergi tiga faktor kognisi, afeksi dan

peraturan, antara lain Tap MPR XI tahun 1980, kemudian tidak kurang dari 10 UU anti korupsi, diantaranya UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang