• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN SUMBER SUMBER HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

N/A
N/A
thamara riani

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN SUMBER SUMBER HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN SUMBER SUMBER HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Hukum Perlindungan Konsumen HALAMAN COVER

Disusun Oleh

Kelompok 6 _ HESy.5

Nahdia Isni Jauharani

Nurul Khasanah Rangkuti

Dosen Pengampuh : Neri Aslina,Shi.,Ma

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SAYRIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

2023

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER...1

DAFTAR ISI...2

BAB 1 PENDAHULUAN...3

1.1 Latar Belakang...3

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan...4

BAB II PEMBAHASAN...5

2.1 Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen...5

2.2 Prinsip Dan Dasar Hukum Perlindungan Konsumen...5

2.3 Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen...7

2.4 Hak Dan Kewajiban Konsumen...8

2.5 Hak Dan Kewajiban Pelaku Usahaterhadap Konsumen...9

BAB III PENUTUP...10

3.1 Kesimpulan...10

DAFTAR PUSTAKA...11

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yangcukup baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Denganadanya keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen dapatmenciptakanrakyat yang

sejahtera dan makmur. Negeri-negeri yang sekarang ini disebutnegara-negara maju telah menempuh pembangunannya melalui tiga tingkatunifikasi, industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat yang pertamayang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan nasional. Tingkat kedua perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan modernisasi politik. Akhirya pada tingkat ketigatugas negara yang utama adalah melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi,membetulkan kesalahan-kesalahan pada tahap sebelumnya dengan menekankankesejahteraan masyarakat.

Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahanini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan dimasyarakat.

Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas.

Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perludiperhatikan. Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermatisecara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam produk

barang/pelayanan jasa yangdipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran barang secara langsung.

Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang

diinginkan,konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa yang dikonsumsinya. Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang menyangkut pada kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itusendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwamereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukanundang-undang serta peraturan-

peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebutdengan baik.

Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungankonsumen yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dankesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalammenyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang dilindungioleh undang-undang perlindungan

(4)

konsumen sehingga dapat melakukan sasialkontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Denganlahirnya undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumendiharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.

Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana

perlindungan terhadap konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen.Dalam makalah ini kami juga akan menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dantujuan

perlindungan konsumen yang mungkin akan berguna bagi pembacakhususnya mahasiswa/I dimasa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Perlindungan Konsumen?

2. Bagaimana dasar dan Prinsip hukum perlindungan konsumen?

3. Apa SajaAsas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen?

4. Apa hak dan kewajiban konsumen?

5. Apa Hak Dan Kewajiban Pelaku usaha terhadap Konsumen?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum perlindungan konsumen.

2. Untuk mengetahui dasar dan prinsip hukum perlindungan konsumen 3. Untuk Mengetahui Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen 4. Untuk Mengetahui hak dan Kewajiban Konsumen

5. Untuk mengetahui hak dan kewajiban Pelaku usaha terhadap konsumen.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang lebih luas. Az. Nasution, misalnya berpendapat bahwa hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat megatur dan juga mengatur sifat yang melindungi kepntenigan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas- asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaintan dengan barang dan/atau jasa konsumen, didalam pergaulan hidup.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, defini Hukum Perlindungan Konsumen adalah keseluruhan asas-asas serta kaidah-kaidah hukum yang mengatur mengenai hubungan dan masalah antara berbagai pihak yang satu dengan yanglain, dan berkaitan dengan barang dan jasa konsumen didalam pergaulan hidup masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen didalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa perlindungan konsumen merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk menberikan perlindungan kepada konsumen.

Perlindungan hukum bagi konsumen merupakan sebuah perangkat hukum yang diciptakan oleh lembaga pemerintah untuk dapat memberikan perlindungan hukun dan jaminan kepastian hukum bagi para konsumen dari berbagai permasalahan ataupun sengketa konsumen karena merasa dirugikan oleh pelakuusaha. (Eli, 2015)

Sebagaimana dikatakan Ensiklopedi Wikipedia, Hukum Konsumen adalah hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara konsumen selaku individu dan pelaku usaha yang menjual barang dan jasa. Perlindungan konsumen meliputi masalah yang luas, yang tidak hanya terbatas pada tanggung jawab produk, hak-hak konsumen, praktik usaha tidak sehat, penipuan, penafsiran yang keliru, hubungan lain

konsumen/pelaku usaha. Hukum konsumen berhubungan dengan pelunasan kredit, pencairan pinjaman, keamanan produk, pelayan dan perjanjian penjualan, peraturan nota kolektif, harga, pembatalan, konsolidasi, pinjaman seseorang yang mungkin menjadi bangkrut, dan masih banyak lagi.

2.2 Prinsip Dan Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Secara garis besar prinsip-prinsip tanggung jawab produk didalam hukum perlindungan konsumen dibedakan sebagai berikut:

1. Let The Buyer Beware

 Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak perlu proteksi.

 Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab sendiri.

(6)

 Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak terbuka.

 Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.

2. The due Care Theory

 Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasarkan produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak

dapatdipersalahkan.

 Pasal 1865 KUHP secara tegas menyatakan, barangsiapa yangmengendalikan mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya ataumembantah hak orang lain, atau menunjuk pada suatu peristiwa, maka iadiwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.

 Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.

3. The Privity of Contract

 Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantaramereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapatdisalahkan atas hal hal diluar yang diperjanjikan.

 Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di

masyarakatmerupakan petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumenmenghadapi dominasi pelaku usaha.

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapatmengajukan perlindungan adalah:

1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat(1), Pasal 27 , dan Pasal 33.

2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821

3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli danPersaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 TentangArbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa

5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan danPenyelenggaraan Perlindungan Konsumen

6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.

235/DJPDN/VII/2001Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinasIndag Prop/Kab/Kota

7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No.

795/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen,

dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antarakonsumen dan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisamengadukan dan

(7)

memproses perkaranya secara hukum di badan penyelesaiansengketa konsumen (BPSK).

Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan Konsumen,masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang bisa dijadikan sebagaisumber atau dasar hukum sebagai berikut:

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21Juli tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

PerlindunganKonsumen.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa KonsumenPemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat,Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang,dan Kota Makassar.

5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan

KonsumenSwadaya Masyarakat.

6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan

PenyelesaianSengketa Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, KotaSurabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.

2.3 Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyatakan perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asasyang relevan dalam pembangunan nasional yaitu:

1. Asas Manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upayadalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaatsebesar- besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha.

2. Asas Keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkansecara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelakuusaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas Keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

antarakepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemeritah dalam arti materiil ataupunspiritual.

4. Asas Keamanan, dan Keselamatan konsumen dimaksudkan untuk meberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,

(8)

pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi ataudigunakan.

5. Asas Kepastian Hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupunkonsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen mengemukakan, Perlindungan konsumen bertujuan:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannyadari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan danmenuntut hak-haknya sebagai konsumen.

d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian hukumdan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungankonsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalamusaha.

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsunganusaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,

dankeselamatan konsumen.

2.4 Hak Dan Kewajiban Konsumen Hak Konsumen:

1. Hak atan pendidikan konsumen

2. Hak untuk mendapatkan ganti rugi atas praktik bisnis yang tidak adil, praktik bisnis yang mengekang, atau eksploitasi konsumen yang berlebihan.

3. Hak untuk didengar dan diyakinkan bahwa kepentingan konsumen akanditerirma berdasarkan pertimbangan pihak-pihak pada forum yang layak.

4. Hak untuk terjamin untuk mendapatkan akses ke barang dan jasa dengan hargayang bersaing, sebisa mungkin.

5. Hak untuk mendapatkan informasii tentang mutu dan jumlah barang dan jasasehinggan dapat terlindungi dari praktik bisnis yang tidak adil.

6. Hak unruk dapat perlindungan terhadap pemasaran barang dan jasa yang berbahaya bagi kehidupan dan harta benda.

Kewajiban Konsumen:

1. Bersikukuh untuk meminta tanda pembelian atau kwitansi tanpa kecualiterhadap barang yang sudah dibeli.

2. Membaca dengan teliti informasi diatas barang sebelum membeli.

3. Jangan tergiur dengan iklan yang menyesatkan.

4. Membeli barang yang terstandardisasi.

(9)

5. Mengajukan tuntutan tehadap barang yang tidak baik pelayanannya, atauterhadap praktik bisnis yang tidak adil.

2.5 Hak Dan Kewajiban Pelaku Usahaterhadap Konsumen

Pasal 6 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumenmengatakan, Hak pelaku usaha adalah:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

menganaikondisi dan nilai tukar barang da/atau jasa yang diperdagangkan.

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dar tindakan konsumen yang beritikad tidak baik.

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukumsengkata konsumen.

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwakerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yangdiperdagangkan.

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.

Pasal 7 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumenmenyatakan, Kewajiban pelaku usaha adalah;

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/ataudiperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasayang berlaku.

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mecoba barang dan/atau jasa tertentu serta meberi jaminan dan/atau garansi atas barangyang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yangdiperdagangkan.

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Dalam penjelasan Pasal 7 dalam Huruf c. Pelaku usaha dilarangmembeda- bedakan konsumen dalam memberikan pelayanan. Pelaku usahadilarang membeda- bedakan mutu pelayanan kepada konsumen. Huruf e. Yangdimaksud dengan barang dan/atau jasa tertantu adalah barang yang dapat diujiatau dicoba tanpa mengakibatkan kerusakan atau kerugian.

(10)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak,kewajiban serta perlindungan hukum atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkankualitas pendidikan yang layak atas mereka, mengingat faktor utama perlakuanyang semena-mena oleh produsen kepada konsumen adalah kurangnya kesadaranserta pengetahuan konsumen akan hak- hak serta kewajiban mereka.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberi penjelasan dan

dapatmengingatkan para pembaca bahwa kita sebagai konsumen memiliki hak-hak serta kewajiban yang harus kita laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan penuh atas hukum dan UU yang berlaku yang bisa digunakan kapan saja ketikadiri kita endapat perlakuakuan yang tidak sesuai dengan apa-apa yang telahditetapkan bagi konsumen.

Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi paramahasiswa/mahasiswi, dan bisa dijadikan referensi dalam melakukankajian-kajian ilmiah tentang hukum perlindungan konsumen.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Mawadi dkk,Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Akademia, JakartaBarat, 2012.

Dewi, Eli W. Hukum Perlindungan Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2015.

Kristiyanti, Celina T S. Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,Jakarta 2009.

https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/07/06/makalah-perlindungan- konsumen/&hl=id-ID.

Referensi

Dokumen terkait

Pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban pelaku usaha tersebut harus ditingkatkan, dengan demikian hak-hak konsumen akan mudah terpenuhi, karena kewajiban pelaku usaha

Sesuai dengan yang diatur dalam UUPK, bahwa tiap konsumen memiliki hak dan kewajiban tersendiri, sehingga penting untuk melakukan kewajibannya membaca dan memeriksa dengan

UU Perlindungan Konsumen ini juga mengatur tentang Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha, pada Pasal 6 mengatur tentang haknya yaitu: hak; hak untuk mendapatkan

Konsumen di Indonesia masih cenderung pasif meskipun sudah ada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur tentang hak-hak konsumen, kewajiban

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) sebagai dasar hukum yang memberikan jaminan kepastian hukum untuk para konsumen, telah menyatakan bahwa pelaku usaha memiliki hak

8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa konsumen memiliki hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

Hak-hak Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen adalah: 1 Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau

Disamping ada hak-hak konsumen yang harus diwujudkan, terdapat juga kewajiban konsumen yang harus diperhatikan oleh konsumen agar konsumen dapat terhindar dari kerugian akibat