• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ILMU QIRA’AT

N/A
N/A
saifudin zuhri MPdI

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH ILMU QIRA’AT"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU QIRA’AT

MAJELIS TAKLIM DAARUL HIDAYAH

(2)

Mudahnya Mempelajari Ilmu Qiraat

Ilmu qiraat kerap dianggap rumit untuk dipelajari hingga peminatnya kian sedikit. Padahal ilmu ini tidaklah susah jika kita mau mulai mengenalnya. Gaung

“ilmu qiraat itu rumit” sepertinya sudah menyusup pada diri sebagian besar penuntut ilmu syariat dan para santri.

Gaung yang menyebutnya ilmu rumit dan hanya sebatas qila wa qal ini telah menyebabkan minimnya peminat ilmu qiraat, terlebih ahlinya. Bagaimana tidak?

Banyak dari kalangan santri beranggapan bahwa ilmu qiraat itu rumit dan untuk mempelajarinya membutuhkan waktu yang tidak singkat, sedang pengaplikasiannya di masyarakat sangat jarang dibutuhkan. Sehingga hal tersebut turut menjadi penyebab keengganan santri mempelajari qiraat. Jika terus berkelanjutan, maka akan menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kelestarian ilmu qiraat di Nusantara.

Pelestarian ilmu qiraat sangatlah penting dilakukan.

Dan itu hanya bisa dilakukan oleh para santri, penuntut ilmu agama. Sebab, jika rumitnya ilmu qiraat merupakan asumsi para santri, maka bagaimana dengan mereka yang bukan santri?

Menganggap rumit ilmu qiraat hanyalah asumsi tanpa dasar. Yang menjadi penyebab utama “kerumitan”

itu tersemat dalam pikiran ialah rumus yang hanya terus dipikirkan tanpa dilanjutkan dengan mengambil langkah untuk mempelajarinya. Sehingga tanpa disadari asumsi

“rumit” tersebut merasuk ke dalam hati hingga melahirkan keyakinan. Ya, keyakinan bahwa ilmu qiraat

(3)

itu rumit mampu memberhentikan langkah untuk mempelajarinya.

Ilmu qiraat tidaklah serumit asumsi di pikiran yang tanpa aksi. Untuk membuktikan hal ini, kita perlu mengenal salah satu ilmu keislaman ini terlebih dulu meskipun secara singkat. Apa itu ilmu qiraat? Apa saja pembahasan yang ada di dalamnya? Dan bagaimana rumus berikut praktik membacanya di dalam Al-Quran?

MENGENAL ILMU QIRAAT DAN PARA IMAMNYA

Ilmu qiraat adalah ilmu yang membahas tentang tata cara para ulama (qurra') dalam membaca atau mengucapkan sebagian huruf-huruf Al-Quran, baik persamaannya maupun perbedaannya. Adapun jumlah qiraat yang sampai kepada kita sampai saat ini ada 14 macam qiraat. Di antaranya 10 qiraat boleh diamalkan (dibaca) di dalam salat dan 4 sisanya hanya boleh dipelajari, tidak boleh diamalkan di dalam salat. Empat qiraat yang tidak boleh diamalkan di dalam salat inilah yang disebut dengan qira'ah syadzdzah.

Sementara sepuluh qiraat yang boleh dipelajari sekaligus diamalkan ini menyandang nama para imam.Masing-masing imam tersebut memiliki dua rawi (pembawa riwayat) sebagaimana berikut:

1. Imam Nafi’ Al-Madani memiliki rawi: Imam Qalun dan Imam Warsy

(4)

2. Imam Ibnu Katsir memiliki rawi: Imam Al-Bazzi dan Imam Qunbul

3. Imam Abu ‘Amr memiliki rawi: Imam Ad-Duri dan Imam As-Susi

4. Imam Ibnu Amir memiliki rawi: Imam Hisyam dan Imam Ibnu Dzakwan

5. Imam 'Ashim memiliki rawi: Imam Syu’bah dan Imam Hafsh

6. Imam Hamzah memiliki rawi: Imam Khalaf dan Imam Khallad

7. Imam Al-Kisai memiliki rawi: Imam Abu Al-Harits dan Imam Ad-Duri

8. Imam Abu Ja’far memiliki rawi: Imam Ibnu Wardan dan Imam Ibnu Jammaz

9. Imam Ya’qub memiliki rawi: Imam Ruwais dan Imam Rauh

10. Imam Khalaf (Al-‘Asyir) memiliki rawi: Imam Ishaq dan Imam Idris

Itulah nama sepuluh imam qurra’ beserta para rawinya. Jika dijumlahkan seluruhnya maka ada dua puluh riwayat. Setiap rawi itu pun memiliki riwayat (bacaan) yang berbeda-beda.

Adapun empat qiraat syadzdzah memiliki nama-nama imam sebagai berikut:

(5)

1. Ibnu Muhaishin 2. Yahya Al-Yazidi 3. Al-Hasan Al-Bashri 4. Al-A'masy

Inti atau pokok pembahasan dalam ilmu qiraat dibagi menjadi dua, yaitu: ushul dan farsy. Ushul adalah pembahasan kaidah setiap imam (rawi) seperti hukum mad dan qashr, idgham, hamzah, imalah, taqlil, dan lain- lain. Sebagai contoh: riwayat Qalun membaca mad munfashil dengan qashr (2 harakat) dan tawassuth (4 harakat), dan riwayat Warsy membaca mad munfashil juga mad muttashil dengan isyba’ (6 harakat). Contoh lain: Jika ada dua hamzah qath’i dalam satu kalimat, maka Madaniyyan (Qalun & Abu Ja’far) dan Bashri (Abu ‘Amr) membacanya dengan tashil (membunyikan suara antara hamzah dan alif) pada hamzah yang kedua.

Adapun farsy adalah perbedaan riwayat setiap imam pada suatu lafal atau kalimat di dalam Al-Quran.

Misalnya seperti lafal وهو , Imam Qalun, Imam Abu

‘Amr, Imam Al-Kisai, dan Imam Abu Ja’far membacanya dengan mematikan (sukun) huruf ha ’ menjadi wahwa, sementara imam yang lain membacanya dengan memberi harakat dhammah pada huruf ha' menjadi wahuwa. Contoh lain seperti lafal مهيلع , Imam Hamzah dan Imam Ya’qub membacanya dengan

(6)

memberi harakat dhammah pada huruf ha ’sehingga berbunyi 'alaihum, dan selainnya membacanya dengan kasrah pada huruf ha ’sehingga berbunyi 'alaihim.

Setelah mengetahui macam qiraat beserta imamnya secara runtut, juga memahami pembahasan yang ada di dalamnya, hal penting lain yang harus diketahui adalah rumusnya. Nah, sebelum membahas rumus, maka kita perlu sedikit mengenal pencetusnya. Beliau adalah seorang penyandang tunanetra yang dikenal sebagai salah satu Nabih Al-Azhar (Yang Cemerlang dari Al- Azhar). Beliaulah Imam Asy-Syathibi rahimahullah.

Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Al- Qasim bin Fairuh bin Abi Al-Qasim Khalaf bin Ahmad Ar-Ru’aini Asy-Syathibi. Dilahirkan di Syathibah, Andalusia pada tahun 538 H. Asy-Syathibi kecil menimba ilmu kepada banyak ulama besar Negeri Andalusia. Kepada gurunya, Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Abi Al-‘Ash An-Nafari ia mempelajari ilmu qiraat. Kemudian pergi ke Valencia, ia menyetorkan hafalannya atas kitab At-Taisir karya Abu 'Amr Ad-Dani dan menyetorkan qiraat kepada Imam Ibnu Hudzail. Ia juga mempelajari hadis kepadanya.

Sejarawan Ibnu Khallikan di dalam bukunya Wafayat Al-A’yan menggambarkan sosoknya dengan pernyataan, “Asy-Syathibi adalah seorang yang alim dalam ilmu Al-Quran dari segi qiraat juga tafsirnya, alim dalam ilmu hadis. Jika dibacakan kepadanya Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Al-

(7)

Muwaththa’ ia mampu membetulkan hadis-hadis yang sudah di-nasakh (dihapus) dengan hafalannya. Ia juga merupakan alim nahwu dan ilmu bahasa, ahli tafsir mimpi, ikhlas dalam berucap dan beramal, membaca Al- Quran dengan riwayat, dan aku mengetahui banyak murid-muridnya di Mesir”.

Penguasaannya terhadap ilmu qiraat terbukti dengan masterpiece-nya berjudul Hirz Al-Amani wa Wajh At-Tahani yang sering disebut dengan Matan Asy- Syathibiyyah. Di dalamnya, Asy-Syathibi membahas kaidah tujuh macam qiraat (al-qira’at as-sab’ah) dari Surah Al-Fatihah sampai Surah An-Nas.

Ia menuliskan kitab matan itu dengan cara membuat rumus-rumus yang disarikan dari para imam qurra’ yang terdiri dari rumus infirad dan ijtima’ untuk mempermudah siapa saja yang hendak mempelajarinya.

Rumus ini terdiri dari huruf-huruf abjadiah yang setiap hurufnya mengandung nama imam qurra’ atau rawi.

Rumus infirad terkumpul dalam kalimat:

ْتَس َر ْقَضَف ْعَصَن ْمِلَك ْيِِّطُح ْزَهَد ْجَبَأ Huruf hamzah adalah Imam Nafi’, huruf ba’ adalah Imam Qalun, huruf Jim adalah Imam Warsy, dan begitu seterusnya berurutan sampai Imam Ad-Duri Al-Kisai (rawi dari Imam Al-Kisai) berakhir pada huruf ta'.

Adapun rumus ijtima’, yaitu seperti ةبحص maksudnya adalah Imam Hamzah, Al-Kisai, dan Syu’bah. امس maksudnya adalah Imam Nafi’, Ibnu

(8)

Katsir, dan Abu ‘Amr. مع adalah Imam Nafi’ dan Ibnu Amir. Dan lain-lain.

Rumus infirad dan ijtima’ di atas adalah yang terdapat dalam Matan Asy-Syathibiyah. Adapun tiga imam qiraat lainnya dibahas dalam kitab Ad-Durrah Al-Mudhi’ah fi Al-Qira'at Ats-Tsalats Al-Mardhiyyah karya Ibnu Al- Jazari sebagai pelengkap dari tujuh qiraat menjadi sepuluh.

MUDAHNYA MEMBACA AL-QURAN DENGAN 10 QIRAAT

Untuk sekadar bisa membaca Al-Quran dengan tujuh atau sepuluh qiraat, sebenarnya tidak mesti memahami rumus tersebut terlebih dulu. Cukup dengan memahami kaidah setiap imam, mengetahui letak farsy al-huruf, dan urutan nama imamnya maka membaca Al- Quran dengan qira’at sab’ah (tujuh) atau ’asyrah (sepuluh) sudah bisa dipraktikkan. Apalagi dengan adanya mushaf qira’at asyrah, saat ini mempelajari qiraat sudah semakin mudah. Kemudahan tersebut diharapkan dapat memikat para santri untuk mempelajarinya. Sehingga ilmu qiraat tetap lestari sampai generasi-generasi mendatang.

Namun, seorang yang mempelajari qiraat hendaknya mempunyai bekal hafalan serta pemahaman yang baik atas Matan Asy-Syathibiyah untuk sab’ah dan ditambah Ad-Durrah Al-Mudhi’ah untuk ’asyrah. Paham dan hafal kedua matan tersebut mampu menghindarkan pelajar

(9)

dari kesalahan atau ketertukaran antar riwayat satu dengan yang lainnya. Maka, rasanya kurang afdal jika seorang yang mempelajari qiraat tidak menghafal dan memahami kedua matan tersebut.

Al-Qur’an diturunkan dengan Tujuh Huruf

Hadis yang menerangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf adalah hadis yang sahih, karena hadis ini diriwayatkan oleh para imam hadis dalam kitab-kitab sahih atau kitab musnad mereka.

Mereka juga meriwayatkan hadis ini dari jalur Sahabat yang sangat banyak.

Imam Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan mengatakan bahwa hadis-hadis mengenai hal ini diriwayatkan oleh sekitar 21 orang sahabat. (Mana’ Qathan: Nuzulul Qur’an ala Sab’ati Ahruf: 19).

Di antara hadis tersebut adalah hadis dari Umar bin Khatab ra, beliau berkata:

Aku mendengar Hisyam bin Hakim membacakan surat Al-furqan pada pada masa hidup Rasulullah. Aku perhatikan bacaannya, tiba-tiba, ia membacanya dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku memukulnya di saat salat, tetapi aku berusaha sabar menunggunya sampai salam.

(10)

Begitu salam, aku tarik seledangnya dan bertanya,

‘Siapakah yang membacakan (mengajarkan bacaan) surah itu kepadamu? Dia menjawab: Rasululllah yang membacakannya kepadaku’. Lalu aku katakan kepadaya; Dusta kau, Demi Allah, Rasulullah juga telah membacakan kepadaku surah yang engkau dengar tadi, engkau membacanya (tapi tidak seperti bacaanku).

Kemudian aku bawa dia ke hadapan Rasulullah saw, dan aku menceritakan kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini membaca surat al-furqan dengan huruf-huruf yang tidak pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, padahal beliau sendiri telah membacakan surah al-furqan ini kepadaku.

Maka Rasulullah saw bersabda; ‘Lepaskan dia, wahai Umar. Bacalah surah tadi, wahai Hisyam. Hisyam pun membacanya dengan bacaan seperti kudengar tadi.

Maka kata Rasulullah, ‘Begitulah surah ini diturunkan’.

Ia berkata lagi, ‘Bacalah wahai Umar’. Lalu, aku membacanya dengan bacaan sebagaimana diajarkan Rasulullah kepadaku. Maka kata Rasulullah, ‘Begitulah surah ini diturunkan’, Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah di antaranya, dengan huruf yang mudah bagimu”.

HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Imam Malik

(11)

5 Pendapat Ulama tentang Makna Tujuh Huruf Qira’ah Sab’ah

Selama ini kita sudah mengenal berbagai variasi bacaan Al Qur’an yang dikenal dengan qiro’ah sab’ah.

Variasi bacaan Al Qur’an yang tersambung hingga ke Rasulullah itu diriwayatkan oleh tujuh imam bacaan Al Qur’an yang akan dijelaskan dalam tulisan ini.

Variasi bacaan (qira‘at) dalam Al Qur’an yang mutawatir, bersumber dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Bacaan yang mutawatir itu yang popular disebut dengan qira‘ah sab‘ah atau tujuh qira‘at yang disandarkan kepada para Imam Qira‘at yang berjumlah tujuh.

Penisbahan qira‘at Al Qur’an sama halnya dengan penisbahan hadis.

Qira‘at-qira‘at tersebut diajarkan secara turun- temurun dari guru pertama, yakni Rasulullah shalallahu

‘alaihi wa sallam, sebagai penerima wahyu Al Qur’an yang diajarkan langsung dari malaikat Jibril bagaimana cara membaca Al Qur’an. Setelah itu, Rasulullah mengajarkan ke para sahabat dan terus menurun pada murid-muridnya hingga pada penetapan para Imam Qira‘at.

(12)

Al Qurraa’ As Sab’ah (Tujuh Ahli Qira’at) yang terkenal, yang disebutkan oleh Abu Bakr bin Mujahid rahimahullah, dan dikhususkan penyebutan mereka dikarenakan –menurut Abu Bakr bin Mujahid- terkenal dengan ketelitian, amanah, dan lamanya mereka dalam menggeluti ilmu Qira’at, dan kesepakatan pendapat para Ulama untuk mengambil Qira’at dari mereka.

Letak perbedaan qira’ah para imam, secara umum terletak pada delapan hal, yaitu:

Lajnah (dialek),

Tafkhim (penyahduan bacaan), Tarqiq (pelembutan),

Imla (pengejaan),

Madd (panjang nada), Qasr (pendek nada),

Tasydid (penebalan nada), dan Takhfif (penipisan nada).

Contoh perbedaan qira’at yang paling sering kita jumpai adalah pengejaan. Pada beberapa lafal Alquran, sebagian orang Arab mengucapkan vocal ‘e’ sebagai ganti dari ‘a’. Misalnya, ucapan ‘wadh-dhuhee wallaili idza sajee. Maa wadda’aka rabuka wa maa qolee‘.

(13)

Kendati masing-masing imam punya beberapa lafal bacaan yang berbeda, dalam mushaf yang kita pakai sehari-hari tidak terdapat tanda perbedaan bacaan itu.

Perbedaan lafal bacaan ini hanya bisa kita temui dalam kitab-kitab tafsir yang klasik. Biasanya, dalam kitab- kitab klasik tersebut, akan ditemukan penjelasan tentang perbedaan para imam dalam membaca masing-masing lafal itu.

Menurut berbagai literatur sejarah, perbedaan dalam melafalkan ayat-ayat Alquran ini mulai terjadi pada masa Khalifah Utsman bin Affan ra. Ketika itu, Utsman mengirimkan mushaf ke pelosok negeri yang dikuasai Islam dengan menyertakan orang yang sesuai qira’atnya dengan mushaf-mushaf tersebut.

Qira’at ini berbeda satu dengan lainnya karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula.

Perbedaan ini berlanjut pada tingkat tabi’in di setiap daerah penyebaran. Demikian seterusnya sampai munculnya imam qurra’.

Syarat Kesahihan Qira’at

Pembagian Qira’at Ditinjau dari Segi Sanad

Dari segi sanad, qiraat dibagi menjadi enam bagian.

Qiraat Mutawatir. Yaitu qiraat yang diriwayatkan oleh rawi yang banyak dan semuanya tidak mungkin sepakat

(14)

untuk berdusta. Para ulama sepakat bahwa qiraat sab’ah merupakan qiraat mutawatir.

Qiraat Masyhur. Yaitu qiraat yang sanadnya sahih, tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir sesuai dengan kaedah bahasa Arab dan sesuai pula dengan rasm usmani. Qiraat Mutawatir dan Masyhur harus dijadikan pegangan dalam membaca Al-Qur’an baik ketika dalam salat atau di luar salat.

Qiraat Ahad. Yaitu qiraat yang sanadnya sahih, tetapi berbeda dengan rasm usmani atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Selain itu, tidak terkenal di kalangan imam qiraat.

Qiraat Syadzah. Yaitu qiraat yang sanadnya cacat atau tidak bersambung kepada Rasulullah saw.

Qiraat Maudhu‘. Yaitu qiraat yang disandarkan pada sanad atau rawi yang tidak dikenal atau tidak diterima.

Qiraat Mudraj. Yaitu qiraat yang memperoleh tambahan kalimat yang merupakan tafsir dari ayat tersebut.

Imam-Imam Qira’at

Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci yang terjaga melalui periwayatan langsung kepada Rasulullah Saw.

Di antara para periwayat Al-Quran yang sudah disepakati oleh para ulama sekaligus berjasa menyampaikan Al-Quran kepada kita berjumlah

(15)

tujuhImam Qira‘at ditambah tiga imam Qira’at sebagai pelengkap (yang menggenapkan) Qira’at sepuluh adalah:

1. Abu Amr bin Al Ala

Nama lengkapnya Zabban bin Al Alaa bin Ammar Al Mazini Al Bashri rahimahullah. Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Yahya. Dia wafat di Kufah pada tahun 154 H.

Dua orangmeriwayatkan Qira’at darinya adalah: Ad Duuriyy dan As Suusiyy.

Ad Duuriyy dia adalah Abu ‘Umar Hafsh bin ‘Umar bin

‘Abdil ‘Aziz Ad Duuriyy An Nahwi rahimahullah. Ad Duur adalah nama sebuah tempat di Baghdad. Dia wafat pada tahun 246 H.

Sedangkan As Suusiyy adalah Abu Syu’aib Shalih bin Ziyad bin ‘Abdillah As Suusiyy rahimahullah, wafat tahun 261 H.

2. Ibnu Katsir

Nama lengkapnya Abdullah bin Katsir Al Makkiy, beliau adalah imam dalam hal qira’at di kota Mekkah/

Selain itu, dia adalah salah seorang Tabi’in yang pernah hidup bersama sahabat Abdullah ibnu Jubair, Abu Ayyub Al-Anshari, dan Anas bin Malik. Wafat di Makkah tahun 120 H.

(16)

Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:

Al Bazzi dan Qunbul.

Al Bazziyy adalah Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdillah bin Abi Bazzah Al Muadzin Al Makkiyrahimahullah, memiliki nama kunyah Abul Hasan, wafat di Makkah tahun 250 H.

Qunbul adalah Muhammad bin ‘Abdirrahman bin Muhammad bin Khalid bin Sa’id Al Makki Al Makhzumi rahimahullah, memiliki nama kunyah Abu

‘Amr, mendapat julukan Qunbul. Ada yang mengatakan:”Mereka adalah Ahlul Bait di Makkah yang dikenal dengan Al Qanabilah.”. Dia (Qunbul) wafat di Mekah tahun 291H.

3. Nafi’ Al Madani

Nama lengkapnya Abu Ruwaim Nafi’ bin ‘Abdirrhaman bin Abi Nu’aim Al Laitsiy, berasal dari Ashfahan, wafat di Madinah tahun 169 H.

Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:

Qaaluun dan Warasy.

Qaaluun adalah ‘Isa bin Mainaa Al Madani rahimahullah, seorang pengajar bahasa Arab, memiliki nama kunyah Abu Musa, dan julukan Qaaluun.

Diriwayatkan bahwa Nafi’ menjulukinya dengan julukan tersebut karena bagusnya bacaannya. Karena kata

(17)

“Qaaluun” dalam bahasa Romawi berarti bagus. Dia wafat di Madinah tahun 220 H.

Warasy dia adalah ‘Utsman bin Sa’id bin Al Mishri rahimahullah, memiliki nama kunyah Abu Sa’id, dan Warasy adalah nama julukannya karena kulitnya yang sangat putih. Wafat di Mesir tahun 197 H.

4. Ibnu ‘Amir Asy Syaami

Nama lengkapnya Abdullah bin ‘Amir Al Yahshubiy, seorang hakim di Dimasyq (Damaskus) pada masa kekhalifahan Al Walid bin ‘Abdil Malik.

Memiliki nama kunyah Abu ‘Imraan, dan dia termasuk salah seorang Tabi’in. Dia wafat di Dimasyq tahun 118 H.

Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:

Hisyamdan Ibnu Dzakwan.

Adapun Hisyam dia adalah Hisyam bin ‘Ammaar bin Nashir Al Qaadhi Ad Dimasyqi rahimahullah diberi nama kunyah Abul Walid, dan dia wafat di sana pada tahun 240 H.

Sedangkan Ibnu Dzakwan dia adalah ‘Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Zakwan Al Qurasi Ad Dimasyqi rahimahullah, dan diberi nama kunyah Abu ‘Amr. Dia lahir tahun 173 dan wafat di Dimasyq (Damaskus) tahun 242 H.

(18)

5. ‘Ashim Al Kuufi

Dia adalah ‘Ashim bin Abi An Najuud, ada yang menamainya Ibnu Bahdalah, Abu Bakr dan dia adalah salah seorang Tabi’in. Wafat di Kufah tahun 128 H.

Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:

Syu’bah dan Hafsh. Adapun Syu’bah dia adalah Abu Bakr bin Syu’bah bin ‘Abbas bin Salim Al Kuufiyrahimahullah, wafat di Kufah pada tahun 193 H.

Sedangkan Hafsh dia adalah Hafsh Sulaiman bin Al Mughirah Al Bazzaz Al Kuufiyrahimahullah, diberi nama kunyah Abu ‘Amr, dan dia adalah orang yang tsiqah (kredibel). Ibnu Ma’in rahimahullah berkata:”Dia lebih menguasai qira’at dibandingkan dengan Abu Bakr”. Dia wafat tahun 180 H.

6. Hamzah Al Kuufi

Dia adalah Hamzah bin Habib bin ‘Imarah az-Zayyat Al Faradhi at-Taimiy, diberi nama kunyah Abu ‘Imarah.

Dia wafat di Bahlawan pada masa kekhilafahan Abu Ja’far Al Manshur tahun 156 H.

Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:

Khalaf dan Khalad. Adapun Khalaf dia adalah Khalaf bin Hisyam Al Bazzaz rahimahullah, diberi nama kunyah Abu Muhammad, wafat di Baghdad pada tahun 229 H.

(19)

Sedangkan Khallad dia adalah Khallad bin Khalid ash- Shairafi Al Kuufi rahimahullah, diberi nama kunyah Abu ‘Isa, dan wafat di sana tahun 220 H.

7. Al Kisaa’i Al Kuufi

Dia adalah ‘Ali bin Hamzah, Imam ahli Nahwu (tata bahasa Arab) kalangan Kufiyun, diberi nama kunyah Abul Hasan. Dinamakan Al Kissaa’i karena dia ihram memakai Kisaa’ (kain penutup Ka’bah). Dia wafat di Ranbawaih salah satu daerah di perkampungan ar-Ray, ketika hendak menuju ke Khurasan bersama ar-Rasyid tahun 189 H.

Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:Abul Harits dan Hafsh Ad Duuriy. Adapun Abul Harits dia adalah Al Laits bin Khalid Al Baghdadi rahimahullah, wafat pada tahun 240 H.

Sedangkan Hafsh Ad Duuri dia adalah perawi (yang meriwayatkan Qira’at) dari Abi ‘Amr dan telah berlalu penjelasannya.

Adapun tiga imam Qira’at sebagai pelengkap (yang menggenapkan) Qira’at sepuluh adalah:

8. Abu Ja’far Al Madaniy

Dia adalah Yazid bin Al Qa’qa’, wafat di Madinah pada tahun 128, dan ada yang mengatakan tahun 132 H.

(20)

Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:Wardan dan Ibnu Jammaaz. Adapun Wardan dia adalah Abul Harits ‘Isa bin Wardan Al Madanirahimahullah, wafat di Madinah sekitar tahun 160 H.

Sedangkan Ibnu Jammaaz dia adalah Abu ar-Rabi’

Sulaiman bin Muslim bin Jammaaz Al Madaniy, wafat di sana (Madinah) tidak lama setelah tahun 170 H..

9. Ya’qub Al Bashriy

Dia adalah Abu Muhammad Ya’qub bin Ishaq bin Zaid Al Hadrami, wafat di Bashrah pada tahun 205 H, dan ada yang mengatakan tahun 185.

Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:Ruwais dan Rauh. Adapun Ruwais dia adalah Abul ‘Abdillah Muhammad bin Al Mutawakkil Al Lu’lu Al Bashri rahimahullah, dan Ruwais adalah julukannya.

Dia wafat di Bashrah pada tahun 238 H.

Sedangkan Rauh dia adalah Abul Hasan Rauh bin ‘Abdil Mu’min Al Bashri An Nahwiy, wafat tahun 234 H atau 235 H.

10. Khalaf

Dia adalah Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam bin Tsa’lab Al Bazzaar Al Baghdadiy, wafat tahun 229 H,

(21)

dan ada yang mengatakan bahwa tahun kematiannya tidak diketahui.

Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:

Ishaq dan Idris. Adapun Ishaq dia adalah Abu Ya’qub Ishaq bin Ibrahim bin’Utsman Al Warraq Al Marwazi Al Baghdadiy, wafat pada tahun 286 H.

Sedangkan Idris dia adalah Abul Hasan Idris bin ‘Abdil Karim Al Baghdadi Al Haddaad. Dia wafat pada hari

‘Idul Adha tahun 292 H.

Dan sebagian mereka (para Ulama) menambahkan empat Qira’at lagi di samping kesepuluh Qira’at di atas, yaitu:

11. Al Hasan Al Bashriy

mantan budak kaum Anshar, salah seorang Tabi’in senior yang terkenal dengan kezuhudannya. Dia wafat tahun 110 H.

12. Muhammad bin ‘Abdirrahman

yang dikenal dengan nama Ibnu Muhaishin wafat tahun 123 H. Dan dia adalah salah satu guru dari Abi ‘Amr.

13. Yahya bin Al Mubarak Al Yazidi an Nahwiy

dari Baghdad, dan ia mengambil (belajar Qira’at) dari Abi ‘Amr dan Hamzah. Ia adalah salah satu guru dari Ad Duuri dan As Suusiy. Ia wafat tahun 202 H.

(22)

14. Abil Farj Muhammad bin Ahmad Asy Syanbuudzi wafat tahun 388 H.

Silsilah Sanad Al-Qur’an

Sanad berarti silsilah keilmuan yang bersambung kepada Rasulullah. Sanad dalam Al-Qur’an berarti landasan atau sandaran bacaan menyambung kepada Rasulullah, sesuai dengan tata cara dan tuntunannya.

Saya telah mendapatkan satu poster Silsilah Sanad Al-Quran yang dibuat oleh Majalah Al-Wa’yu Al- Islami. Poster ini bisa menggambarkan silsilah sanad Al- Quran. Jika poster yang kami posting ini tidak jelas, sila unduh di link sumber poster ini.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Imam Abu Hanifah pernah berkata : “Aku mengambil hukum berdasarkan al- Quran, apabila tidak saya jumpai dalam al-Quran maka aku gunakan as-Sunnah dan jika tidak ada

Ucapan takbir yaitu kalimat “ ربكأ اللهو الله لاإ هلإلا ” atau sekurang-kurangnya “ الله ربكأ”. Dalam hal ini thariq al-Syathibi

Di antara yang menyatakan sebagai sahih adalah al-Tirmizi yang menyatakan sebagai hasan sahih, al-Bukhari yang menyatakan ini adalah hadis yang paling sahih dalam

Imam Asy-Syatibi menjelaskan beberapa fungsi hadist terhadap Al-Quran adalah 1) Memberikan tafshil , perincian dan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih mujmal. 2)

Dalam ulasan beliau, ditinjau dri segi aspek sumber, tasawuf dikategorikan sebagai salah satu dari ilmu syariah, yakni bersumber dari syariat al-quran dan hadis yang tidak

23 Terdapat perbezaan bacaan qiraat di dalam kalimah ( بين ) dan pecahan-pecahannya di dalam al-Quran, iaitu Imam Nafi' membacanya dengan penambahan huruf hamzah

Ayat-ayat Al-Quran seperti antara lain dikutip di atas, disamping menggambarkan bahwa alam raya dan seluruh isinya adalah intelligible (dapat dijangkau oleh akal dan daya

Misalnya ilmu hadis bercampur dengan ilmu ushhul fiqh, seperti dalam kitab Ar-Risalah yang ditulis oleh Asy-Syafi‟i atau cmapur dengan fiqh seperti kitab Al-Umm dan solusi