IMPLEMENTASI AKUNTANSI BIAYA DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah Akuntansi Biaya
DOSEN PENGAMPU:
MUHAMMAD WAFIQ, S.AK.,M.AK
Oleh:
Intan Rafli (2309132611007)
UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR BUKITTINGGI PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TA 2024/2025
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullah Wabaralatuh
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat danhidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan makalah ini yang insyaallah dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah “Implementasi Akuntansi Biaya dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit’’ yang telah kami rangkum sedemikian rupa, sesuai dengan kemampuan yang kami miliki untuk memudahkan pembaca menyerap informasi. Dengan selesainya makalah ini,tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu didalam penyusunan materi kuliah ini kami ucapkan terimakasih, karena tanpa arahan, bimbingan dan motivasi yang diberikan, tentunya belum bisa tersaji kepada para pembaca, walaupun tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu.
Akhir kata, sebagai Makalah yang baik tentunya memerlukan sebuah celah untuk menyempurnakan materi kedepan, untuk itu kami dengan segala kerendahan hati menerima masukan demi maksud diatas demi peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah dan pembelajan ini.
Bukitinggi, 28 Januari 2025
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR··· I DAFTAR ISI··· II BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang··· 1 B. Rumusan Masalah··· 2 BAB II PEMBAHASAN
A. Implementasi Akuntansi Biaya dalam Sistem JKN di Rumah Sakit··· 3 B. Tantangan dan Kendala dalam Penerapan Akuntansi Biaya pada Sistem JKN··· 7 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan··· 11 B. Saran··· 12 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memiliki peran penting dalam menyediakan layanan medis kepada masyarakat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan layanan kesehatan yang berkualitas, sistem keuangan rumah sakit juga harus dikelola secara efisien dan transparan. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan keuangan rumah sakit adalah akuntansi biaya, yang digunakan untuk mengidentifikasi, mencatat, dan mengalokasikan biaya yang dikeluarkan dalam proses pelayanan kesehatan.
Di Indonesia, penerapan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah membawa perubahan signifikan dalam sistem pembiayaan rumah sakit. Dengan adanya skema pembayaran berbasis Indonesian Case-Based Groups (INA-CBGs), rumah sakit harus mampu mengelola biaya dengan lebih efektif agar tetap dapat memberikan pelayanan yang optimal tanpa mengalami kerugian finansial. Dalam konteks ini, akuntansi biaya menjadi instrumen penting dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi biaya layanan kesehatan.
Namun, implementasi akuntansi biaya dalam sistem JKN menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya pemahaman mengenai metode pencatatan biaya yang tepat, keterbatasan teknologi dalam sistem pencatatan keuangan, serta perbedaan tarif INA-CBGs dengan realisasi biaya rumah sakit. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat mengganggu keseimbangan keuangan rumah sakit dan menurunkan kualitas pelayanan kepada pasien.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi akuntansi biaya dalam sistem JKN di rumah sakit, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi, serta memberikan rekomendasi untuk optimalisasi pengelolaan biaya layanan kesehatan. Dengan pemahaman yang lebih baik terhadap akuntansi
biaya, rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan tetap memberikan layanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Implementasi Akuntansi Biaya dalam Sistem JKN di Rumah Sakit?
2. Apa itu Tantangan dan Kendala dalam Penerapan Akuntansi Biaya pada Sistem JKN?
BAB II PEMBAHASAN
A.
Implementasi Akuntansi Biaya dalam Sistem JKN di Rumah Sakit 1. Pengertian Akuntansi BiayaAkuntansi biaya merupakan salah satu cabang akuntansi yang berfokus pada pencatatan, pengukuran, dan analisis biaya yang dikeluarkan oleh suatu organisasi dalam proses produksi barang atau jasa. Menurut Mulyadi (2016), akuntansi biaya adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengidentifikasi, mencatat, dan mengalokasikan biaya sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan manajerial. Dalam konteks rumah sakit, akuntansi biaya berperan penting dalam menentukan biaya perawatan pasien, pengelolaan sumber daya, serta perencanaan keuangan jangka panjang.1
2. Konsep Dasar Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat melalui mekanisme asuransi sosial. Program ini dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan menggunakan sistem pembayaran berbasis Indonesian Case-Based Groups (INA-CBGs), yaitu sistem pembayaran paket berdasarkan kelompok diagnosa dan tindakan medis tertentu.
Dalam sistem JKN, rumah sakit tidak lagi menerima pembayaran secara langsung dari pasien, melainkan dari BPJS Kesehatan berdasarkan klaim yang diajukan sesuai dengan tarif INA-CBGs yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, rumah sakit perlu menerapkan sistem akuntansi biaya yang tepat agar dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien dan menghindari potensi kerugian akibat perbedaan antara tarif INA-CBGs dan realisasi biaya pelayanan yang dikeluarkan.
1Carter, W. K. (2009). Akuntansi Biaya: Pengendalian dan Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 11.
3. Peran Akuntansi Biaya dalam Manajemen Rumah Sakit
Implementasi akuntansi biaya dalam rumah sakit memiliki beberapa peran strategis, di antaranya:
a. Menentukan Struktur Biaya Layanan Kesehatan
Akuntansi biaya membantu dalam mengidentifikasi biaya langsung (seperti obat-obatan, tindakan medis, dan honor tenaga kesehatan) serta biaya tidak langsung (seperti listrik, administrasi, dan perawatan fasilitas). Dengan demikian, rumah sakit dapat menghitung secara akurat total biaya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.
b. Meningkatkan Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya
Dengan adanya sistem pencatatan biaya yang terstruktur, rumah sakit dapat mengevaluasi penggunaan sumber daya, mengurangi pemborosan, serta meningkatkan efisiensi operasional. Hal ini sangat penting dalam menghadapi keterbatasan anggaran dalam sistem JKN.
c. Mendukung Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan
Akuntansi biaya memungkinkan rumah sakit untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih transparan, baik untuk keperluan internal maupun eksternal.
Transparansi ini penting dalam mempertahankan kepercayaan masyarakat dan memastikan bahwa dana yang diterima dari BPJS Kesehatan digunakan secara optimal.2
d. Membantu dalam Pengambilan Keputusan Manajerial
Data akuntansi biaya dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan anggaran, penentuan tarif layanan tambahan, serta kebijakan efisiensi rumah sakit.
4. Metode Akuntansi Biaya yang Digunakan dalam Rumah Sakit
Dalam mengelola biaya operasionalnya, rumah sakit dapat menerapkan beberapa metode akuntansi biaya, di antaranya:
a. Full Costing
Metode ini menghitung seluruh biaya yang terkait dengan penyediaan layanan kesehatan, baik biaya langsung maupun tidak langsung. Full costing sering digunakan untuk menentukan harga pokok layanan secara keseluruhan.
2Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2000). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 40.
b. Activity-Based Costing (ABC)
Activity-Based Costing adalah metode yang mengalokasikan biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Metode ini memberikan informasi yang lebih akurat mengenai penggunaan sumber daya dalam berbagai layanan rumah sakit.
c. Variable Costing
Dalam metode ini, hanya biaya variabel yang diperhitungkan dalam penentuan harga layanan, sementara biaya tetap diperlakukan sebagai beban periode. Metode ini dapat membantu rumah sakit dalam perhitungan margin keuntungan pada layanan tertentu.
5. Tantangan Implementasi Akuntansi Biaya dalam Sistem JKN
Meskipun akuntansi biaya memiliki banyak manfaat, implementasinya dalam sistem JKN masih menghadapi beberapa kendala, antara lain:
a. Perbedaan antara Tarif INA-CBGs dan Biaya Aktual
Salah satu tantangan utama dalam sistem JKN adalah kesenjangan antara tarif yang ditetapkan BPJS Kesehatan melalui INA-CBGs dengan biaya riil yang dikeluarkan rumah sakit. Jika biaya aktual lebih tinggi dari tarif yang diterima, rumah sakit dapat mengalami defisit keuangan.3
b. Kurangnya Sistem Pencatatan yang Terintegrasi
Banyak rumah sakit, terutama di daerah, masih menggunakan sistem pencatatan keuangan yang kurang terintegrasi sehingga sulit untuk melakukan analisis biaya secara real-time.
c. Minimnya Pemahaman tentang Akuntansi Biaya di Kalangan Tenaga Kesehatan
Tenaga medis dan manajemen rumah sakit sering kali lebih fokus pada aspek pelayanan kesehatan dibandingkan aspek finansial, sehingga pemahaman tentang akuntansi biaya masih terbatas.
3Horngren, C. T. (2008). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Hal.
31.
d. Fluktuasi Harga Bahan Medis dan Obat-obatan
Harga obat-obatan dan alat kesehatan yang sering mengalami kenaikan dapat menyebabkan rumah sakit kesulitan dalam menyesuaikan biaya operasional dengan tarif yang diterima dari BPJS Kesehatan.
6. Strategi Optimalisasi Akuntansi Biaya dalam Rumah Sakit Berbasis JKN
Untuk mengatasi tantangan dalam implementasi akuntansi biaya dalam sistem JKN, beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Meningkatkan Sistem Pencatatan Keuangan yang Terintegrasi
Rumah sakit perlu mengembangkan sistem informasi akuntansi yang mampu mencatat dan mengolah data biaya secara real-time untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam pengelolaan keuangan.4
b. Evaluasi dan Penyesuaian Biaya Operasional
Manajemen rumah sakit harus secara berkala mengevaluasi struktur biaya dan mencari cara untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu tanpa mengorbankan kualitas layanan.
c. Pelatihan dan Peningkatan Pemahaman tentang Akuntansi Biaya
Tenaga medis dan manajerial perlu mendapatkan pelatihan terkait akuntansi biaya agar mereka lebih memahami pentingnya pencatatan dan pengelolaan biaya dalam keberlanjutan operasional rumah sakit.
d. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi dalam Akuntansi Biaya
Penggunaan teknologi digital dan software akuntansi dapat membantu dalam pengelolaan biaya yang lebih akurat dan efisien.
e. Negosiasi dengan BPJS Kesehatan
Rumah sakit dapat melakukan advokasi dan negosiasi dengan BPJS Kesehatan terkait revisi tarif INA-CBGs agar lebih mencerminkan biaya riil yang dikeluarkan.
4Mulyadi, M. (2014). Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 7-8.
B.
Tantangan dan Kendala dalam Penerapan Akuntansi Biaya pada Sistem JKN1. Tantangan dan Kendala dalam Penerapan Akuntansi Biaya pada Sistem JKN
Akuntansi biaya memiliki peran penting dalam pengelolaan keuangan rumah sakit, terutama dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mengandalkan skema pembayaran berbasis Indonesian Case-Based Groups (INA- CBGs). Sistem ini mengharuskan rumah sakit untuk mengelola biaya secara efisien agar tetap dapat memberikan pelayanan berkualitas tanpa mengalami kerugian finansial. Namun, dalam praktiknya, terdapat berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi dalam penerapan akuntansi biaya pada sistem JKN.5
a. Perbedaan antara Tarif INA-CBGs dan Biaya Riil Pelayanan
Salah satu tantangan utama dalam penerapan akuntansi biaya pada sistem JKN adalah ketidaksesuaian antara tarif INA-CBGs yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan dengan biaya riil yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Tarif INA-CBGs didasarkan pada kategori diagnosa dan tindakan medis tertentu, yang sering kali tidak mencerminkan kondisi riil di lapangan.
Sebagai contoh, rumah sakit dengan fasilitas dan standar pelayanan yang lebih tinggi cenderung memiliki biaya operasional yang lebih besar dibandingkan dengan tarif yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan. Hal ini menyebabkan potensi defisit keuangan yang dapat berdampak pada keberlanjutan layanan kesehatan.
Jika biaya riil lebih tinggi dari tarif yang diterima, rumah sakit harus mencari cara untuk menutup kekurangan tersebut, misalnya melalui subsidi pemerintah atau pembebanan biaya tambahan kepada pasien non-BPJS.
b. Kurangnya Sistem Pencatatan dan Pelaporan yang Terintegrasi
Penerapan akuntansi biaya yang efektif memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dengan baik. Namun, masih banyak rumah sakit, terutama di daerah, yang belum memiliki sistem informasi akuntansi yang
5Riwayadi, R. (2014). Akuntansi Biaya dan Sistem Informasi Manajemen Biaya. Jakarta: Mitra Wacana Media. Hal. 25, 17, 33.
memadai. Pencatatan biaya masih dilakukan secara manual atau menggunakan sistem yang belum sepenuhnya terotomatisasi, sehingga berpotensi menimbulkan ketidakakuratan dalam pelaporan keuangan.
Ketidakterpaduan sistem ini juga menghambat analisis biaya yang lebih mendalam, terutama dalam membandingkan efisiensi biaya antar unit pelayanan di rumah sakit. Selain itu, keterbatasan sistem pencatatan menyebabkan kesulitan dalam pelaporan klaim kepada BPJS Kesehatan, yang dapat mengakibatkan keterlambatan pembayaran klaim atau bahkan penolakan klaim jika terjadi kesalahan dalam dokumentasi.
c. Keterbatasan Pemahaman Akuntansi Biaya di Lingkungan Rumah Sakit Akuntansi biaya bukan hanya tanggung jawab bagian keuangan rumah sakit, tetapi juga berkaitan dengan berbagai unit pelayanan, seperti farmasi, laboratorium, dan unit gawat darurat. Namun, dalam banyak kasus, tenaga medis dan staf administratif kurang memahami prinsip-prinsip akuntansi biaya, sehingga pencatatan dan pengelolaan biaya tidak dilakukan dengan optimal.
Kurangnya pemahaman ini menyebabkan beberapa permasalahan, seperti:
1) Tidak teralokasikannya biaya dengan benar pada setiap unit layanan.
2) Ketidaktepatan dalam penghitungan biaya per pasien.
3) Kesulitan dalam menyusun laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan strategis.
Pelatihan dan sosialisasi tentang akuntansi biaya bagi tenaga kesehatan dan manajemen rumah sakit menjadi solusi penting dalam menghadapi kendala ini.
d. Fluktuasi Harga Obat dan Alat Kesehatan
Biaya pengadaan obat-obatan dan alat kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam struktur biaya rumah sakit. Namun, harga obat dan alat kesehatan sering kali mengalami fluktuasi akibat faktor ekonomi, kebijakan impor, atau ketersediaan barang di pasaran.6
Dalam sistem JKN, tarif yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan tidak selalu dapat mengikuti perubahan harga di lapangan. Akibatnya, rumah sakit
6Witjaksono, R. (2013). Implementasi Activity-Based Costing dalam Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta:
Andi Offset. Hal. 237.
sering kali harus menanggung selisih harga antara biaya riil dengan tarif yang telah ditentukan. Jika kondisi ini terus berlanjut, rumah sakit dapat mengalami kesulitan dalam menjaga ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi pasien BPJS.
e. Keterlambatan Pembayaran Klaim oleh BPJS Kesehatan
Rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan mengandalkan pembayaran klaim sebagai sumber utama pendapatan mereka. Namun, salah satu kendala yang sering dihadapi adalah keterlambatan pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan. Keterlambatan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
1) Proses verifikasi klaim yang memakan waktu lama.
2) Adanya perbedaan persepsi antara rumah sakit dan BPJS mengenai kelengkapan dokumen klaim.
3) Keterbatasan anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah untuk pembayaran klaim rumah sakit.
Dampak dari keterlambatan ini adalah terganggunya arus kas rumah sakit, yang dapat berujung pada keterlambatan pembayaran gaji tenaga kesehatan, penundaan pengadaan alat medis, serta menurunnya kualitas layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.
f. Kurangnya Insentif bagi Rumah Sakit untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Dalam sistem JKN, rumah sakit menerima pembayaran berdasarkan tarif yang telah ditetapkan, tanpa mempertimbangkan efisiensi atau inovasi yang dilakukan dalam pengelolaan biaya. Hal ini menyebabkan kurangnya insentif bagi rumah sakit untuk menerapkan strategi efisiensi biaya, karena penghematan yang dilakukan tidak serta-merta meningkatkan pendapatan rumah sakit.
Sebagai contoh, rumah sakit yang berhasil menekan biaya operasional tetap menerima tarif yang sama dengan rumah sakit lain yang memiliki biaya lebih tinggi. Akibatnya, banyak rumah sakit yang tidak terlalu fokus pada upaya efisiensi biaya karena tidak ada dorongan finansial yang signifikan.
2. Upaya Mengatasi Tantangan dan Kendala dalam Penerapan Akuntansi Biaya pada Sistem JKN
Meskipun terdapat berbagai tantangan dalam penerapan akuntansi biaya dalam sistem JKN, beberapa langkah dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut, di antaranya:
a. Optimalisasi Sistem Pencatatan Keuangan yang Terintegrasi
Rumah sakit perlu menerapkan sistem informasi akuntansi yang lebih canggih dan terintegrasi, sehingga pencatatan biaya dapat dilakukan secara lebih akurat dan real-time.
b. Evaluasi dan Penyesuaian Tarif INA-CBGs
Pemerintah dan BPJS Kesehatan perlu melakukan evaluasi berkala terhadap tarif INA-CBGs untuk memastikan bahwa tarif yang ditetapkan mencerminkan biaya riil yang dikeluarkan rumah sakit.
c. Pelatihan dan Peningkatan Pemahaman Akuntansi Biaya
Tenaga kesehatan dan manajemen rumah sakit perlu mendapatkan pelatihan mengenai akuntansi biaya agar dapat memahami pentingnya pencatatan biaya yang akurat dalam keberlanjutan operasional rumah sakit.
d. Peningkatan Efisiensi Operasional Rumah Sakit
Rumah sakit dapat mengoptimalkan efisiensi melalui manajemen persediaan yang lebih baik, penggunaan teknologi dalam pelayanan kesehatan, serta kolaborasi dengan penyedia obat dan alat kesehatan untuk mendapatkan harga yang lebih kompetitif.
e. Percepatan Proses Verifikasi dan Pembayaran Klaim BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan dan rumah sakit perlu bekerja sama untuk menyederhanakan proses administrasi klaim, sehingga pembayaran dapat dilakukan lebih cepat dan arus kas rumah sakit tetap stabil.
BAB III PENUTUP
A.
KesimpulanAkuntansi biaya memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung akuntabilitas keuangan rumah sakit, terutama dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dengan penerapan akuntansi biaya yang tepat, rumah sakit dapat mengidentifikasi, mencatat, dan mengalokasikan biaya secara lebih akurat, sehingga menciptakan transparansi dalam pengelolaan keuangan.
Salah satu tantangan utama dalam sistem JKN adalah ketidaksesuaian antara tarif INA-CBGs dengan biaya riil yang dikeluarkan rumah sakit.
Perbedaan ini dapat menyebabkan tekanan finansial bagi rumah sakit jika tidak diimbangi dengan strategi efisiensi biaya yang baik. Selain itu, keterbatasan sistem pencatatan keuangan yang terintegrasi, kurangnya pemahaman tenaga kesehatan mengenai akuntansi biaya, serta keterlambatan pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan menjadi kendala utama yang dapat mempengaruhi keberlanjutan operasional rumah sakit.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, rumah sakit perlu menerapkan sistem pencatatan keuangan yang lebih modern dan terintegrasi, meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya, serta mengoptimalkan strategi negosiasi dengan BPJS Kesehatan terkait evaluasi tarif INA-CBGs. Selain itu, peningkatan pemahaman tenaga kesehatan dan manajemen rumah sakit terhadap akuntansi biaya juga menjadi faktor kunci dalam menciptakan pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel.
Dengan penerapan akuntansi biaya yang efektif, rumah sakit dapat mengelola anggaran secara lebih efisien, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, serta memastikan keberlanjutan operasional dalam sistem JKN.
Akuntabilitas keuangan yang baik tidak hanya membantu rumah sakit dalam mempertahankan stabilitas keuangan, tetapi juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang diberikan.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar makalah ini dapat dijadikan suatu pedoman untuk kalanganumum. Kami sebagai penyusun mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunanmakalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Carter, W. K. (2009). Akuntansi Biaya: Pengendalian dan Manajemen.
Jakarta: Salemba Empat. Hal. 11.
Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2000). Akuntansi Manajerial. Jakarta:
Salemba Empat. Hal. 40.
Horngren, C. T. (2008). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Hal. 31.
Mulyadi, M. (2014).Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 7-8.
Riwayadi, R. (2014). Akuntansi Biaya dan Sistem Informasi Manajemen Biaya. Jakarta: Mitra Wacana Media. Hal. 25, 17, 33.
Witjaksono, R. (2013). Implementasi Activity-Based Costing dalam Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Andi Offset. Hal. 237.