• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Karakteristik Peserta Didik

N/A
N/A
ALFINA DAMAYANTI

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH Karakteristik Peserta Didik "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

MAKALAH

Karakteristik Peserta Didik

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Hadist II

Dosen Pengampuh : Riadul Abdi Harahap, S.TH.I, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Nur Aisyah Hutagalung 2. Anggi Siregar

3. Rumini

4. Nuriatul Hifni 5. Maisarah

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PADANG LAWAS ( STIT-PL )

GUNUNGTUA

2023

(2)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Gunungtua, September 2023

Penyusun

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 1 1.3 Tujuan Masalah ... 1 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian peserta didik ... 2 2.2 Hadits tentang peserta didik ... 3 2.3 Karakteristik Peserta Didik ... 9 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ... 15 3.2 Saran... 15 DAFTAR PUSTAKA ... 16

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai mahluk tuhan adalah mahluk pribadi sekaligus mahluk sosial, susila dan religi. Sifat kodrati manusia sbg mahluk pribadi,sosial,susila dan religi harus di kembangkan secara seimbang,selaras dan serasi.perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti hidup secara lanyak jika ada diaantara manusia lainnya.tanpa ada manusia lain atau hidup bermasyarakat,seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik.

Untuk Meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan,baik pendidikan yang pormal,informal maupun nonformal.pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia dengan mahluk hidup lainnya.’’Hewan’’juga belajar, tetapi lebih di tentukan oleh instingnya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang berarti. anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak ini sudah dewasa dan berkeluarga, mereka akan mendidik anak-anaknya sendiri. begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.

Salah satu permasalahan yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan. dalam al Qur’an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting. jika al Qur’an dikaji lebih mendalam, maka kita akan menemukan beberapa prinsip pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian peserta didik ?

2. Bagaimana Hadits tentang peserta didik ? 3. Bagaimana Karakteristik Peserta Didik ? 1.3 Tujuan Permasalahan

1. Pengertian peserta didik 2. Hadits tentang peserta didik 3. Karakteristik Peserta Didik

(5)

2 BAB II

PEMBAHASAN 2.1 Pengertian peserta didik

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Sedangkan secara terminology peserta didik adalah anak atau individu yang mengalami perubahan, pertumbuhan dan perkembangan, sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian struktural proses pendidikan. Bengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental maupun psikis.1

Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan tentu peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada pada usia balita selalu mendapatkan bantuan dari orang tuanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mewah (raw material) yang harus diolah dan dibentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan. Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat.

Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks kehadiran dan keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan kepada peserta didik menuju kesempurnaan atau sesuai dengan kedewasaannya.

kriteria peseta didik :2

Syamsul nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik, yaitu:

a. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa

b. peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri

c. peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan

1 Ahmad Tafsir, Epistimologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Fakultas Tarbiyah UUN Sunan Gunung Djati Bandung, 1995), h. 15

2 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2014) h. 99-100

(6)

3 d. peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.

e. peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu

f. peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan sebagai subyek atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta didik akan mengenal lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk kepribadian sesuai dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya pada lingkungan tersebut.

Sehingga agar seorang pendidik harus mampu memahami peserta didik beserta segala karakteristiknya. Adapun hal-hal yang harus dipahami adalah:3

1. kebutuhannya 2. dimensi-dimensinya 3. intelegensinya 4. kepribadiannya.

2.2 Hadits tentang peserta didik Karakteristik peserta didik

Semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama mengatakan bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

هنلا َلاَق َلاَق ُهْنَع ُ هاللَّ َي ِض َر َة َرْي َرُه يِبَأ ْنَع ِة َرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي ٍدوُل ْوَم ُّلُك مهلَس َو ِهْيَلَع ُ هاللَّ ىهلَص ُّيِب

ى َرَت ْلَه ،َةَمْيِهَبْلا ُجَتْنُت ِةَمْيِهَبْلا ِلَثَمَك ِهِناَسِِّجَمُي ْوَأ ِهِنا َرِّ ِصَنُي ْوَأ ِهِناَد ِِّوَهُي ُها َوَبَأَف هاور َءاَعْدَج اَهْيِف

تلاو دوادوبأو ملسمو ىراخبلا هريغو كلامو ىئاسنلاو ىذمر

Artinya :Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa nabi SAW bersabda:”Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama islam),

3 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan, h. 107-108

(7)

4 Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokannya menjadi yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?” (HR. Imam bukhari dan Imam Muslim, Abu Dawud, tirmidzi, Nasa’I, Malik)

Dari hadits di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama: setiap manusia yang lahir memiliki potensi, menjadi orang jahat dan potensi yang lainnya. Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani, dan majusi.

Konsep hadits tersebt sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan. Yaitu setiap anak yang lahir akan dipengaruhi oleh factor keturunannya, contoh anak yang terlahir dari keluraga yang baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta dipengaruhi oleh lingkungannya. Hanya saja dalam konsep hadits di atas secara umum manusia lahir memiliki potensi yang sama. Maka dari itu sebagai orang tua wajib baginya untuk memilihkan lingkungan yang baik agar anak dapat berkembang ke arah yang baik.

Dalam hal fitrah anak, orang tua memiliki peranan terbesar dalam pendidikan anak. Orang tuanyalah yang akan menentukan keberhasilan pendidikan anak. Pendidikan tersebut yang membedakan antara anak dengan hewan yang begitu lahir induknya membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang untuk memenuhi tugasnya sebagai hewan dewasa karena hewan umumnya telah diberi perlengkapan yang sudah memungkinkan untuk berkembang mencapai kedewasaan berupa insting yang dimilikinya.

Menurut Al-Ghazali anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang dilahirkan di dunia ini bagaikan sebuah mutiara yang belum diukir dan belum berbentuk tapi amat bernilai tinggi. Kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Ketergantungan anak terhadap orang tua hendaknya dikurangi secara bertahap sampai akil baligh.

(8)

5 Islam memandang bahwa kemampuan dasar manusia atau pembawaan disebut fitrah, dalam surat Ar-Rum ayat 30 disebutkan bahwa fitrah adalah:

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya, (sesuai dengan kecenderungan aslinya), itulah fitrah Allah yang menciptakan manusia atau fitrah. Itulah agama yang lurus, namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya”(QS. Ar-Rum: 30)

Fitrah dalam ayat tersebut implikasi kependidikan yang berkonotasi paham nativisme. Kata fitrah di atas mengandung makna kejadian yang membawa potensi dasar beragama yang benar yaitu agama islam. fitrah dalam pengertian ini berkaitan juga dengan faktor hereditas (keturunan) yang bersumber dari orang tua termasuk keturunan beragama (religionitas) sebagaimana hadits di atas.

Menurut Ali Fikri sebagaimana dikutip oleh H.M Arifin kecenderungan nafsu itu berpindah dari orangtua secara turun menurun, oleh karena itu anak adalah rahasia dari orang tuanya, karena manusia dari sejak awal perkembagannya berada digaris keturunan keagamaan orang tuanya. Jika orang tuanya muslim, maka anaknya menjadi muslim, dan jika orang tuanya kafir maka anaknya akan menjadi kafir pula.

Oleh karena itu usaha untuk mempengaruhi jiwa manusia melalui pendidikan dapat berperan positif untuk mengarahkan perkembangan seseorang kepada jalan kebenaran, hal ini terutama dapat dilakukan oleh orang tua, karena tanpa usaha melalui pendidikan yang baik dari orang tua, maka nak akan terjerumus ke dalam kesesatan dan kesalahan. Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih dua jalan yaitu benar dan salah sebagaimana ayat berikut:

“dan aku tunjukkan dia dua macam(jalan yang benar dan jalan yang sesat)”.

Dengan demikian fitrah (potensi) manusia diberi Allah kemampuan untuk memilih jalan yang benar ataupun salah. Kemampuan memilih tersebut dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ditempuh oleh seseorang. Dengan pendidikan akan melatih seseorang untuk mampu berfikir sehat, mampu membedakan yang benar dan yng salah, oleh karena itu dapat menentukan pilihan yang tepat pada jalan yang benar bukan jalan yang sesat.

Peserta didik memiliki kemuliaan Sehubungan dengan ini ditemukan hadits antara lain:

(9)

6

لاق سنأ نع تعمس

لوقي ملسو هيلع الله ىلص الله لوسر :

ْمُهَباَدآ ا ْوُنِسْحَأ َو ْمُكَدَلا ْوَأ ا ْوُم ِرْكَأ :

ىئاضقلا هاور .

Dari Anas, saya mendengarkan Rasulullah SAW bersabda:Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikannya”.(HR. Qadhai).

Hadits tersebut memang perintah kepada orang tua untuk memuliakan anaknya dengan bagu, akan tetapi dapat juga kita pahami dari hadits tersebut tertuju kepada peserta didik, dimana seorang peserta didik harus memiliki kemuliaan atau martabat.

Adapun diantara membaguskan pendidikan anak pada hadits di atas yaitu:

memberikan pemahaman-pemahaman kepada anak, memberikan teladan memilihkan lembaga pendidikan yang baik bagi perkembangan anaknya serta memilihkan teman sebaya yang tidak akan menjerumuskan anaknya kepada jalan yang tidak baik

Peserta didik terhindar dari kutukan Allah

اَيْنُّدلا هنِإ َلاَأ ُلوُقَي َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ هاللَّ ىهلَص ِ هاللَّ َلوُس َر ُتْعِمَس ُلوُقَي َة َرْي َرُه ىبأ نع ٌنوُعْلَم ٌةَنوُعْلَم

ىذمرتلا هاور ٌمِِّلَعَتُم ْوَأ ٌمِلاَع َو ُهَلاا َو اَم َو ِ هاللَّ ُرْكِذ هلاِإ اَهيِف اَم

Dari Abu Hurairah, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“sesungguhnya dunia dan isinya terkutuk, kecuali dzikir kepada Allah dan hal-hal yang terkait dengannya, alim (guru), dan mutaalim (peserta didik).(HR. Tirmidzi) Dari hadits di atas jelaslah bahwa salah satu yang tidak terhindar dari kutukan Allah adalah mutaalim/orang yang belajar (peserta didik), hal ini karena peserta didik merupakan sosok yang sedang mencari kebenaran yaitu dengan menuntut ilmu, sehingga ketika pendidik telah memiliki ilmu derajatnya akan diangkat oleh Allah SWT.

Peserta didik adalah orang yang lebih baik.

َص ِ هاللَّ ُلوُس َر َلاَق َلاَق َةَماَمُأ يِبَأ ْنَع ُمِِّلَعَتُمْلا َو ُمِلاَعْلا ِمْلِعْلا اَذَهِب ْمُكْيَلَع َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ هاللَّ ىهل

ىناربطلا هاور ِساهنلا ِرِئاَس يِف َرْيَخ َلا َو ِرْجَلاا يِف ِناَكي ِرَش

Dari Abi Umamah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “hendaklah kamu ambil ilmu ini…orang alim(pendidik) dan mutaalim (peserta didik) berserikat dalampahala dan tidak ada manusia yang lebih daripadanya.(HR. Thabrani).

(10)

7 Dalam hadits di atas, dapat dipahami bahwa pendidik dan peserta didik merupakan manusia yang lebih baik. Hal ini perlu diperhatikan oleh pendidik agar tidak terjadinya otoriter dalam mengajar, serta guru merasa lebih baik di depan peserta didiknya.4

Terdapat juga hadits lain yaitu:

ْمُكَلَضْفَأ هنِإ َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ هاللَّ ىهلَص ُّيِبهنلا َلاَق َلاَق َناهفَع ِنْب َناَمْثُع ْنَع ُهَمهلَع َو َنآ ْرُقْلا َمهلَعَت ْنَم

ىراخبلا هاور

Utsman bin Affan berkata, Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya orang yang paling utama diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannaya”.

Hadits ini menjelaskan orang yang paling utama adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Dalam hal ini kami berpendapat bahwa segala bentuk ilmu pengetahuan yang benar berasal atau ada didlam Al-Qur’an. Maka peserta didik yang mempelajari ilmu agama akan tergolong kepada orang yang utama.5

Hadits tentang petunjuk ilmu dan hidayah

ْلا َو ىَدُهْلا َنِم ِهِب ُ ِّاللَّ يِنَثَعَب اَم ُلَثَم َل اَق مهلَس َو ِهْيَلَع ُ ِّاللَّ ىهلَص ِِّيِبهنلا ْنَع ىَسوُم يِبَأ ْنَع ِمْلِع

َق ٌةهيِقَن اَهْنِم َناَكف اًض ْرَأ َباَصَأ ِرْيِثَكْلا ِثْيَغْلا ِلَثَمَك َو َرْيِثَكْلا َبْشُعْلا َو َ َلََكْلا ْتَتَبْنَاَف َءاَمْلا ْتَلِب

ْنِم ْتَباَصَأ َو ا ْوُع َر َز َو ا ْوَقَس َو اوُب ِرَشَف َساهنلا اَهِب ُ ِّاللَّ َعَفَنَف َءاَمْلا ْتَكَسْمَأ ُبِداَجَأ اَهْنِم ْتَناَك اَه

ًءاَم ُكِسْمُت َلا ٌناَعْيِق َيِه اَمهنِأ ى َرْخُأ ًةَفِئاَط اَم ُهَعَفَن َو ِ ِّاللَّ ِنْيد يِف َهُقَف ْنَم ُلَثَم َكِلَذَف ً َلََك ُتِبْنُت َلا َو

ُأ ىِذهلا ِ ِّاللَّ ىَدُه ْلَبْقَي ْمَل َو اًسْأ َر َكِل َذِب ْعَف ْرَي ْمَل ْنَم ُلَثَم َو َمهلَع َو َمِلَعَف ِهِب ُ ِّاللَّ يِنَثَعَب ِهِب ُتْلِس ْر

بلا ةياور هذهو دمحاو ناخيشلا هجرخا(

) مِّلعو ملع نم لضف باب : ملعلا باتك : يراخ

Dari Abi Musa r.a. berkata : Nabi Saw bersabda : “ perumpamaan petunjuk (hidayah) dan ilmu yang diberikan Allah kepadaku bagaikan hujan yang mengguyur bumi. Ada diantara bagian bumi itu yang gembur dan menyerap air, lalu ia menumbuhkan rerumputan dan ilalang yang banyak. Dan ada sebagian lagi yang padat yang dapat menahan air (danau), kemudian Allah menjadikannya bermanfaat bagi manusia sehingga mereka bisa minum binatang ternak dan bercocok tanam. Dan ada tanah tandus yang tidak bisa menyimpan air juga tidak

4 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan, h. 108-109

5 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan, h.109-110

(11)

8 bisa menumbuhkan rerumputan. Itulah perumpamaan oranga yang memahami agama Allah dan mengambil manfaat dari apa yang diberikan Allah kepadaku. Ia tahu dan mengajarkan apa yang ia ketahui. Juga perumpamaan orang yang acuh tak acuh dan tidak mau menerima hidayah Allah yang diberikan Allah kepadaku.” (Muttafaq’alaih)

Hadits di atas Pada hadis diatas Nabi Saw. Mengumpamakan petunjuk dan ilmu yang untuk disampaikan kepada manusia yang menjadi tugas yang diberikan Allah, adalah seumpama hujan lebat yang menimpa suatu daerah. Sebagian tanah didaerah itu ada yang subur lalu tumbuhlah disitu tumbuhan-tumbuhan yang baik, yang kering yang basah serta banyak rambut. Sebagian tanah didaerah itu keras, dan air tidak meresap ketanah. Karena itu tergenglah ar diatasnya, maka air itu dapat dipergunakan untuk minuman manusia. Sebagian tanah yang lain merupakan licin, tandus, tidak dapat menampung air dan tidak dapat pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Bagian tanah yang pertama diibaratkan orang yang dapat mendalamkan pengetahuan dalam ilmu agama dan hukum Allah serta memberi manfaat kepadanya dengan apa yang Nabi datangkan. Dia mempelajari agama dan mengajarkan apa yang telah dkatahui kepada orang lain. 6

Sebagian tanah yang tidak dapat menghasilkan apa-apa, tidak dapat menampung air menjadi minuman dan tidak dapat menumbuhkan tanam-tanaman adalah perumpamaan orang yang sombong, tidak ada kemauannya untuk menerima ilmu atau tidak ada perhatiannya untuk beramal.7 Dia merupakan tanah yang benar-benar berzat garam, tidak dapat menampung air, bahkan merusaknya.

Ini adalah perumpamaan orang yang tidak mau menerima agama. 8

Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa ada golongan yang ilmunya memberi faedah bagi dirinya sendiri, dan bagi masyarakatnya. Ada golongan yang ilmunya tidak memberi faedah kepada dia sendiri tetapi memberi faedah bagi orang lain. Dan ada yang tidak memberi faedah bagi dirinya sendiri dan tidak pula untuk orang lain. 9

6 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Rajawali Press, 1999), h. 82

7 James Drever, Kamus Psikologi (Jakarta: Bina Aksar, 1986), h. 53

8 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid (Jakarta:

Rajawali Press, 2001), h. 50.

9 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid, h. 51

(12)

9 2.3 Karakteristik Peserta Didik

Peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam ialah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik itu secara fisik, psikis, sosial, dan religius dalam mengarungi hidup di dunia dan akhirat. Ia adalah orang yang belum dewasa dan sedang dalam masa perkembangan menuju kedewasaannya. Maka perlu orang lain untuk membimbing dirinya agar menjadi dewasa. Ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari,

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami (Adam) telah menceritakan kepada kami Ibn Abu Dzi’bi dari al-Zuhry dari Abu Salamah bin Abd alRahman dari Ibn Humairah r.a. berkata: Nabi Muhammad Saw., bersabda, “Setiap anak dilakirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tualah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian ada cacat padanya?.” (HR. Bukhari Muslim).

Hadis tersebut sama dengan teori konvergensi, yaitu setiap anak lahir dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungannya. Terdapat dua poin pokok dari hadis tersebut, yaitu pertama, setiap manusia yang lahir memiliki potensi. Kedua, potensi yang dimiliki oleh anak tersebut dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungannya. (Lubis 2016) Status anak yang baru lahir tersebut ialah bersih serta fitrahnya Islam. Namun kedua orang tualah yang mempengaruhinya. Yang menjadikan anaknya Nasrani, Yahudi maupun Majusi. Fitrah yang dimaksud disini ialah potensi beragama, yaitu agama yang lurus. Sedangkan dalam pengembangannya adalah tugas dari orang tua dengan memberikan pendidikan agama kepada anak mereka. Pendidikan agama harus diberikan semenjak lahir dan pranatal serta membiasakan perilaku anak dalam keseharianya berperilaku agamis. Apabila telah terpola dalam pikiran, bahwa agama ialah suatu yang benar,

(13)

10 maka semua hal yang menyangkut agama adalah benar. Konsistensi antara kepercayaan beragama sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif serta perilaku terhadap agama adalah sebagai komponen konatif sebagai landasan pembentukan sikap beragama. (Ramayulis 2015) Pengertian fitrah bagi penciptaan manusia oleh Allah Swt., dengan naluri beragama Tauhid yaitu Islam.

Dalam pengembangannya, Hasan Langgulung memberi penjelasan mengenai fitrah lebih luas lagi, yaitu kemampuan dasar yang dimiliki oleh seluruh manusia.

Potensi tersebut merupakan embrio dari seluruh kemampuan manusia yang memerlukan latihan lebih lanjut serta dukungan dari lingkungan untuk berkembang. Untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki, manusia memerlukan bantuan orang lain. Dalam pandangan Islam, potensi sebagai kemampuan yang bersifat umum atau khusus yaitu, pertama, hidayah wujdaniyah artinya potensi manusia yang berwujud insting yang melekat serta langsung berfungsi saat lahir; Kedua, hidayah hisysyiyah, potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam kemampuan indrawi; ketiga, hidayah aqliyah, potensi akal digunakan untuk berfikir kritis dan berinovasi menemukan ilmu pengetahuan.

Keempat, hidayah diniyah, petunjuk agama yang diberikan kepada manusi berupa keterangan yang menyangkut keyakinan dan aturan dalam berbuat. Kelima, hidayah taufiqiyah, hidayah yang bersifat khusus. Maksudnya, sekalipun agama telah diturunkan kepada manusia, tetapi banyak manusia yang tidak menggunakan akal dalam mengendalikan agama. Sehingga diharapkan agam selalu membimbing lurus perilaku manusia serta dalam kendali agama agar hidupnya lurus sesuai aturan agama. (Ramayulis 2015) Kemudian dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, Rasulullah Saw., memerintah kita untuk belajar ilmu pengetahuan. Dalam hal ini sesuai dengan hadis Nabi Saw., yang diriwayatkan oleh Bukhari,

(14)

11 Artinya: “Diceritakan kepada kami (Musaddad), diceritakan dari kami Bysr diceritakan kepada kami Ibnu ‘Auf dari Ibnu Sirin dari Abdurrahman Ibn Abu Bakrah dari Ayahnya, Nabi Muhammad Saw., bersabda : “Barang siapa dikehendaki baik dari Allah, maka ia dikarunia kepahaman agama. Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar”. (HR. Bukhari)

Dari hadis di atas, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah dengan belajar. Ilmu pengetahuan tidak datang secara tiba-tiba dan bukan dengan bermalas-malas. Dalam mencari ilmu harus belajar dengan tekun, kerja keras, dan kesabaran. Dengan belajar yang tekun merupakan salah satu jalan sebagai pembuka ilmu pengetahuan. Allah melapangkan jalan menuju luasnya ilmu serta Allah Swt., memudahkan segala usaha yang dilakukan dalam mencari ilmu tersebut. Rasulullah Saw., adalah gudangnya ilmu pengetahuan. Para sahabat belajar kepada beliau. Rasulullah dengan tekun membimbing sahabat sesuai dengan kapasitasnya. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia juga dituntut untuk belajar atau mencari ilmu. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak belajar.

Dengan ilmu pengetahuan, kita akan mengetahui segala hal serta kedudukan manusia menjadi mulia lantaran mendapatkan ridha dari Allah Swt., dan akan diangkat derajatnya. (Rasyid 2020)

Peserta didik sebaiknya menggunakan waktu muda untuk belajar dengan tekun, serta menggunakan waktu sebaik-baiknya. Peserta didik tidak boleh tertipu dengan menunda-nunda pekerjaan belajar. Dan terlalu banyak angan-angan (thulul

‘amal), karena umur manusia seperti berputarnya waktu. Peserta didik hendaklah qana’ah atas segala hal yang diterima dari pendidik (Mukani 2016). Dalam mencari ilmu, manusia harus berihktiar. Salah satu bentuk dari ikhtiar tersebut ialah dengan belajar. Manusia tidak bisa hanya bercita-cita tinggi tanpa dibarengi dengan ikhtiar belajar tersebut. Orang yang dipengaruhi ikhtiar dalam belajar,

(15)

12 suatu saat akan dikaruniai kepahaman dalam beragama yang pada akhirnya menghantarkannya menuju kemuliaan dan kebaikan dunia dan akhirat.

Implementasi dalam proses pembelajaran, karakteristik peserta didik dibagi menjadi tiga, yaitu Ikhlas, Istiqamah, dan Jihad (Budiman 2021); Pertama, Ikhlas adalah amalan hati. Ikhlas merupakan dasar dan syarat diterimanya amal perbuatan. Ikhlas adalah menggantungkan segala hal mengenai pembelajaran hanya kepada Allah Swt. Tanpa didasari oleh sifat ikhlas, peserta didik akan tersesat dan menjadi orang yang merugi. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim “Amal perbuatan hati adalah dasar, dan perbuatyan anggota badan merupakan pengikut dan penyempurna saja. Dan sesungguhnya niat itu bagaikan ruh sedangkan amal perbuatan adalah jasad”. Kedua, Istiqamah ialah usaha untuk menjaga perbuatan baiknya secara terus menerus. Menurut al-Maraghi istiqamah memiliki arti yang luas, meliputi segala hal seperti ilmu, amal dan akhlak mulia.

Sebagai peserta didik, selalu bisa istiqamah dalam belajar, ibadah dan berbuat baik tidaklah mudah. Akan tetapi peserta didik harus melatih dirinya untuk selalu istiqamah yang dibimbing oleh gurunya. Ketiga, Jihad bukan hanya diartikan dengan perang membela agama. Belajar atau menuntut ilmu juga dikategorikan dalam jihad. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa jihad dengan ilmu lebih utama dibandingkan dengan jihad menggunakan senjata. Karena setiap jihad pasti didahului menggunakan ilmu. Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata

“menuntut ilmu ialah bagian dari jihad di jalan Allah, karena agama ini bisa terjaga dengan dua hal, yakni dengan ilmu dan berperang dengan bersenjata”. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

Artinya: “Siapa yang mendatangi masjidku (Masjid Nabawi), kemudian ia mendatanginya hanya untuk niat baik yaitu belajar atau mengajarkan ilmu disana, maka kedudukannya seperti mujtahid di jalan Allah. Jika tujuannya tidak seperti itu, maka ia hanyalah seperti orang yang mentiliktilik barang lainnya”. (HR. Ibnu

(16)

13 Majah) Dalam belajar, setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda- beda. Oleh karena itu, segala sesuatu yang didapat dari belajar harus ditulis kemudian dihafalkan. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad Saw., yang diriwayatkan oleh Bukhari,

Artinya: ”Menceritakan kepada kami Ahmad bin Abu Bakar al-Sidiq Abu Mus’ab, ia berkata, menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Dinar, dari Ibn Abi Zi’bu, dari Sa’ad al-Maqbury, dari Abu Hurairah ia berkata:

aku berkata kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku banyak mendengar hadis dari engkau, lalu aku lupa?”, Rasulullah Saw., bersabda :”Hilangkan perkara yang buruk darimu” lalu menghilangkannya. Kemudian Rasulullah Saw., bersabda, “Hafalkanlah” lalu aku menghafalkannya “Setelah itu aku tidak melupakan suatu hadis pun setelah itu.” (HR. Bukhari)

Dari hadis di atas, dapat dipahami bahwa peserta didik hendaklah menghafal dan menuliskan ilmu yang telah disampaikan oleh pendidik. Sehingga akan terjaga ilmu tersebut. Sebelum belajar atau menuntut ilmu kiranya harus menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Jika peserta didik tersebut lupa terhadap ilmu yang dihafalkannya, mereka masih bisa melihat catatannya dan mengulangi lagi pelajaran yang telah diberikan oleh pendidik. Meskipun dalam waktu yang cukup lama. Peserta didik tidak boleh malu dalam belajar. Karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat mempelajari ilmu agama. Sebaik-baik peserta didik ialah yang mau belajar. (Maman et al. 2021) Seorang peserta didik harus memiliki buku catatan sendiri. Hal ini digunakan untuk memahami penjelasan yang pendidik sampaikan saat proses pembelajaran. Dengan maksud untuk memudahkan pemahaman belajar dengan cara mengingat dan menghafalkannya.

(17)

14 Ada sebuah syair dari Imam Syafi’i “Ilmu bagaikan hewan buruan, dan tulisan adalah ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu, ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat. Adalah tindakan podoh ketika berburu Rusa kemudian setelah itu berhasil ditangkap, kamu biarkan saja tanpa diikat dikeramaian.” Syair tersebut merupakan indikasi bahwa pentingnya mencatat ilmu bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. (Dede Linda Lindawati 2021)

Adapun sifat yang harus dimiliki seorang peserta didik menurut Imam al- Ghazali di antaranya, Pertama, selama proses belajar, peserta didik harus berusaha menjauhkan diri dari sifat duniawi dan berusaha mengurangi ketergantungan sifat keduniawian; Kedua, peserta didik harus rendah hati serta tidak merasa lebih pandai dari pada gurunya. Ketiga, peserta didik harus memiliki tujuan yang jelas dalam menuntun ilmu, baik tujuan jauh maupun tujuan dekat; Keempat, peserta didik harus semangat dalam menuntut ilmu; Kelima, peserta didik dalam belajar hendaknya diniatkan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt (Mahmud 2019). Dari hadis yang di atas, untuk mewujudkan peserta didik yang ideal berdasarkan tinjauan hadis di atas dapat dikemukakan sebagai berikut;

pertama, peserta didik merupakan seorang yang memiliki potensi, maka dari itu seorang peserta didik harus mengembangkan ilmu serta mengeksplorasikan apa yang dimiliki dari dirinya; Kedua, dalam mengembangkan potensinya dan ilmu pengetahuannya, Rasulullah memerintahkan kita untuk belajar. Belajar merupakan ikhtiar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Orang yang ikhtiar dalam belajar akan dikaruniai pemahaman agama serta akan menghantarkannya menjadi manusia menuju kemuliaan dan kebaikan. Ketiga, dalam proses belajar, peserta didik harus mencatat dan menghafalkan ilmu yang didapat dari pendidik. Hal ini sebagai pengikat ilmu tersebut ketika dia lupa.

(18)

15 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental maupun psikis.

Kriteria peserta didik adalah sebagai berikut: Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa, peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri, peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan, peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada, peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu

Terdapat hadits-hadits yang menjelaskan tentang peserta didik diantaranya sudah tertera pada pembahasan di atas yaitu hadits tentang keutamaan peserta didik, kemuliaan peserta didik, hadits tentang petunjuk ilmu dan hidayah.

3.2 Saran

Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin

(19)

16 DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin Jakarta: Pustaka Amani, 1995.

Al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin Jakarta: Pustaka Amani, 1995, Jilid I.

AM, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2000.

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Rajawali Press, 1999.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1996.

Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Hamka, Tasawuf Modern Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990 James Drever, Kamus Psikologi, Jakarta: Bina Aksar, 1986.

Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan, Jakarta:

Kencana, 2014

Nata, Abuddin Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Logos, 1997.

Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid Jakarta: Rajawali Press, 2001

Tafsir, Ahmad. Epistimologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Fakultas Tarbiyah UUN Sunan Gunung Djati Bandung, 1995.

Referensi

Dokumen terkait

Penjelasan umum tentang inventori penelusuran minat peserta didik sekolah menengah pertama (SMP/MTs) adalah sebagai berikut 1) Inventori penelusuran minat peserta

Bekal ajar awal peserta didik dapat diartikan sebagai kemampuan awal (entry behavior) adalah kemampuan yang yang telah diperoleh peserta didik sebelum dia

Berdasarkan latar belakang yang telah diraikan di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah penelitian ini adalah “Apa saja kesulitan peserta didik dalam

Abstrak: Tulisan ini mengkaji tentang konsep hadis-hadis rasulallah saw. yang membahas tentang peserta didik. Rasulullah saw., sangat memberikan perhatian

Untuk para pendidik dan ketenaga pendidikan dalam pengawasan peserta didik ini perlu tenaga yang ekstra karena dihadapkan dengan karakter peserta didik

jurnal artikel mengenai analisis karakteristyik peserta didik tahun ajaran 22/23 kelas MIPA 12

Guru meminta peserta didik untuk Guru meminta peserta didik untuk saling memerhatikan lingkungan, saling memerhatikan lingkungan, saling membantu teman sejawat saling membantu teman

Pendaftaran Ulang Setelah diadakan pendaftaran calon peserta didik baru, kemudian dilakukan tes seleksi, pengumuman peserta didik yang diterima atau tidak dan selanjutnya adalah