• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KEL IV DAMPAK KORUPSI 2025

N/A
N/A
Marlia Sari Istiqomah

Academic year: 2025

Membagikan "MAKALAH KEL IV DAMPAK KORUPSI 2025"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

DAMPAK KORUPSI TERHADAP PENEGAKAN HUKUM DAMPAK KORUPSI TERHADAP PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Dosen Pengampu: Parellangi S.Kep.Ners, M.Kep, M.H Oleh

Kelompok IV

Ahmad Mawahib P07120225002R

Emelia P07120225006R

Fitria Agustiana P07120225007R Marlia Sari Istiqomah P07120225012R Muhammad Sauki P07120225014R

Norhilaliyah P07120225017R

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN

BANJARBARU 2025

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak korupsi terhadap penegakan hukum, dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak korupsi terhadap penegakan hukum, dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang. Atas kurang lebihnya kami mengucapkan terima kasih.

 

Banjarbaru, Februari 2025

Penulis,

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... ii

BAB I : Pendahuluan... 1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan... 3

BAB II : Pembahasan ...4

A. Pengertian Korupsi ...4

B. Bentuk-bentuk Korupsi ...6

C. Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum...8

D. Dampak Korupsi Terhadap Pertahanan dan Keamanan...10

BAB III : Penutup...12

A. Kesimpulan ...12

B. Saran ... 12

Daftar Pustaka... 13

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Korupsi telah mewabah dan ada di mana-mana dari masa dulu, masa kini hingga masa yang akan datang, korupsi merupakan suatu ancaman serius. Tidak ada satupun Negara yang bebas dari korupsi termasuk di Indonesia. Namun, yang membedakan kasus korupsi di setiap negara adalah intensitas, kuantitas, dan modus operandi, karena tergantung dan dipengaruhi oleh peningkatan kualitas dan kuantitas, adat istiadat dan sistem perencanaan hukum yang diterapkan masing-masing negara.

Masalah korupsi merupakan ancaman serius bagi perkembangan suatu bangsa hingga menjadi bahan perbincangan dan diskusi yang berkepanjangan diberbagai kalangan masyarakat. Korupsi merupakan sesuatu yang membahayakan bagi perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, hingga korupsi dapat dikategorikan sebagai bentuk kejahatan terhadap perekonomian dan keuangan negara, karena korupsi memenuhi karakter multidimensi dan sangat destruktif, yang dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kasus korupsi terus terjadi dalam kehidupan sosial manusia di sepanjang periode waktu ini. Korupsi dianggap telah memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia baik terhadap perekonomian suatu bangsa, maupun terhadap norma dan budaya masyarakat, karena korupsi dianggap hal yang biasa. Korupsi merupakan masalah di dalam suatu negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Dikarenakan dampaknya yang sangat luas terhadap kehidupan manusia, maka korupsi menjadi musuh bersama yang harus diberantas dan dihilangkan dari negeri ini. Untuk memberantas korupsi, berbagai Negara termasuk Indonesia telah membentuk lembaga pemberantasan korupsi. Di Indonesia, lembaga pemberantasan korupsi diberi nama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang didirikan tahun 2002 sesuai Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002.

Selama ini korupsi di Indonesia telah menjadi masalah yang cukup serius dan mengakar dari masa ke masa, dari pemerintahan ke pemeritahan. Hal ini ditunjukkan melalui peringkat korupsi Indonesia masing tergolong tinggi dibandingkan negara

(5)

lainnya. Penyalahgunaan anggaran diberbagai sektor pemerintahan menghambat perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan pembanguna diberbagi sektor di Indonesia. Oleh karena itu, dalam keberhasilan pemberantasan korupsi sangat diperlukan kebijakan pemerintah yang mendukung upaya pemberantasan korupsi secara maksimal.

Pemberantasan korupsi sangat diperlukan karena korupsi memiliki dampak yang sangat merugikan bagi kehiduan berbangsa dan bernegara; bahkan dalam kehidupan sosial masyarakat yang terkana dampaknya.

KPK memaparkan hasil kinerja selama 2021. KPK mencatat telah menetapkan 123 orang sebagai tersangka, yang enam kasus diantaranya hingga menyita perhatian publik.

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menyebut, selama 2021, KPK telah melakukan penyelidikan sebanyak 127 perkara, penyidikan sebanyak 105 perkara, penuntutan sebanyak 108 perkara, inkrah 90 perkara, dan eksekusi putusan 94 perkara. Data tersebut terhitung hingga 28 Desember 2021. "Dari penanganan perkara tersebut, KPK berhasil melakukan asset recovery sebesar Rp 374,4 miliar," Pengembalian aset atau asset recovery itu terdiri atas Rp 192 miliar yang disetorkan ke kas negara, Rp 4,3 miliar disetorkan ke kas daerah, serta Rp 177,9 miliar merupakan pemindahtanganan BPNT melalui penetapan status penggunaan dan hibah.

Penolakan masyarakat terhadap korupsi yang terjadi dalam suatu negara mampu meningkatkan tingkat deteksi didi terhadap korupsi. Sebaliknya, pembiaran atau penerimaan masyarakat terhadap korupsi akan membuat korupsi semakin merajalela dan menjadi pola-pola perilaku yang sangat merugikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dianggap suatu yang biasa. Penolakan masyarakat terhadap koruptor dan perbuatan korupsi menyebabkan sanksi sosial terhadap korupsi menjadi tinggi, sehingga mengurangi niat koruptor untuk melakukan korupsi. Maka dari itu makalah ini dibuat untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang “Dampak Korupsi Terhahadap Penegakan Hukum, Pertahanan, Dan Keamanan” yang sangat merugikan terhadap masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

(6)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Korupsi?

2. Apa saja bentuk-bentuk dari Korupsi?

3. Apa Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum?

4. Apa Dampak Korupsi Terhadap Pertahanan dan Keamanan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Korupsi.

2. Mengetahui bentuk-bentuk dari Korupsi.

3. Mengidentifikasi Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum.

4. Mengidentifikasi Dampak Korupsi Terhadap Pertahanan dan Keamanan.

(7)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Korupsi

Dari segi semantik, "korupsi" berasal dari bahasa Inggris, yaitu corrupt,yang berasal dari perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu com yang berarti bersama-sama dan rumpere yang berarti pecah atau jebol. Istilah "korupsi" juga bisa dinyatakan sebagai suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan administrasinya.

Korupsi secara etimologis berarti menyelewangkan atau penyalahgunaan atas sesuatu hal. Korupsi dalam kontek kenegaraan erat dikaitkan dengan aktivitas penyelewengan uang atau asset Negara. Menyalahgunakan wewenangnya untuk mengalih fungsikan uang atau asset Negara untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu yang bukan menjadi haknya.

Dengan kata lain, korupsi dapat diterangkan sebagai suatu tindakan mengambil hak milik orang lain. Tindak pidana korupsi sesuai dengan undang-undang No.

31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi pasal 2 dan 3 adalah sebagai berikut:

1. Pasal 2 Ayat 1 “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat empat tahun dan paling lama dua puluh dua tahun dan denda paling dua ratus jutarupiah dan paling banyak satu milyar rupiah.

2. Pasal 3 “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negaraatau perekonomian negara, dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama dua puluh tahun dan atau denda paling sedikit lima puluh juta rupiah dan paling banyak satu milyar rupiah.”

(8)

Pengertian lainnya mengenai korupsi adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang

Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah: Setiap o rang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

2. Pengertian Korupsi Menurut Ilmu Politik

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.

3. Pengertian Korupsi Menurut Ahli Ekonomi

Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam- diam dan sukarela, yang melanggar norma- norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.

4. Pengertian Korupsi Menurut Haryatmoko

Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.

5. Pengertian Korupsi Menurut Brooks

Menurut Brooks, korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa keuntungan yang sedikit banyak bersifat pribadi.

(9)

B. Bentuk-bentuk Korupsi

Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penyuapan (bribery), mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa uang maupun barang.

2. Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik berupa dana publik atau sumber daya alam tertentu.

3. Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan (trickery or swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan mengambil keuntungan- keuntungan tertentu.

4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia lokal danregional.

5. Faνouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya.

6. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara.

7. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi berjamaah.

Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu (Anwar, 2OO6:18):

1. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada penguasa.

2. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya.

3. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.

4. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.

(10)

Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah:

pungutan liar, penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian (hadiah atau hibah) yang berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang.

Jeremy Pope (2OO7: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:

1. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.

2. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah, menipu dan mencuri.

3. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, menyalahgunakan dana.

4. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa penganiayaan, memberi ampun dan grasi tidak pada tempatnya.

5. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya, memeras.

6. Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu, menahan secara tidak sah, menjebak.

7. Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti benalu.

8. Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta komisi.

9. Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-bagi wilayah pemilihan umum agar bisa unggul.

10. Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi; membuat laporan palsu.

11. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat izin pemrintah.

12. Manipulasi peraturan, pembelian barangpersediaan, kontrak, dan pinjaman uang.

13. Menghindari pajak, meraih laba berlebih-lebihan.

14. Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik kepentingan.

(11)

15. Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan yang tidak pada tempatnya.

16. Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap.

17. Memata-matai secara tidak sah, menyalahgunakan telekomunikasi dan pos.

C. Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum 1. Melemahnya Supremasi Hukum

Korupsi dalam sistem penegakan hukum menyebabkan hukum tidak lagi menjadi instrumen keadilan, melainkan alat kepentingan pihak tertentu. Para pelaku kejahatan yang memiliki kekuatan ekonomi atau politik dapat membeli keputusan hukum yang menguntungkan mereka, sehingga supremasi hukum melemah dan hukum menjadi tidak efektif dalam memberikan keadilan.

2. Penurunan Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat yang menyaksikan kasus korupsi dalam institusi penegak hukum akan kehilangan kepercayaan terhadap sistem hukum. Ketidakadilan dalam penerapan hukum, seperti hukuman ringan bagi koruptor atau bebasnya pelaku kejahatan karena suap, memperburuk persepsi publik terhadap lembaga hukum. Hal ini dapat memicu ketidakpatuhan hukum dalam masyarakat karena hukum dianggap tidak lagi kredibel.

3. Kriminalisasi dan Impunitas

Korupsi dalam penegakan hukum juga dapat menyebabkan kriminalisasi terhadap pihak yang tidak bersalah, sementara pelaku kejahatan yang sebenarnya justru mendapatkan impunitas. Penyalahgunaan wewenang oleh aparat penegak hukum yang korup dapat menyebabkan manipulasi bukti, penghilangan kasus, atau intervensi dalam proses peradilan untuk kepentingan tertentu.

4. Penyalahgunaan Wewenang

Korupsi dalam penegakan hukum sering kali melibatkan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat hukum, seperti hakim, jaksa, atau polisi. Hal ini menciptakan budaya korupsi yang sistemik di mana pejabat hukum lebih mementingkan keuntungan pribadi dibandingkan kepentingan masyarakat dan negara. Akibatnya, hukum tidak lagi menjadi alat perlindungan, tetapi justru menjadi alat penindasan.

(12)

5. Menghambat Reformasi Hukum

Upaya reformasi hukum sering kali terhambat akibat adanya kepentingan koruptif dalam lembaga hukum. Perubahan regulasi yang bertujuan untuk memperbaiki sistem hukum sering kali mendapat perlawanan dari pihak-pihak yang diuntungkan oleh sistem yang korup. Akibatnya, berbagai kebijakan antikorupsi menjadi tidak efektif karena kurangnya komitmen dari aparat penegak hukum.

6. Dampak Menurut Abas Muhamad (2022)

Menurut Abas Muhamad (2022) dalam buku Pendidikan Budaya Anti Korupsi (PBAK), dampak korupsi terhadap penegakan hukum meliputi hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum, meningkatnya ketimpangan sosial, serta berkurangnya efektivitas hukum dalam menjaga ketertiban. Korupsi membuat hukum tidak lagi menjadi alat keadilan, melainkan instrumen yang dapat dimanipulasi oleh pihak berkepentingan.

7. Dampak Menurut Mahfud MD (2020)

Dalam bukunya Membangun Hukum, Memberantas Korupsi, Mahfud MD menekankan bahwa dampak utama korupsi terhadap hukum mencakup:

a. Hukum menjadi alat kekuasaan, bukan lagi sebagai penjaga keadilan dan ketertiban masyarakat.

b. Pelemahan lembaga hukum, yang membuat aparat penegak hukum rentan terhadap suap dan tekanan politik.

c. Kesenjangan hukum, di mana masyarakat kelas bawah lebih mudah terkena sanksi dibandingkan mereka yang memiliki akses ke kekuasaan dan uang.

8. Dampak Menurut Zainal Arifin Mochtar (2018)

Dalam buku Korupsi dan Sistem Hukum di Indonesia, Zainal Arifin Mochtar menyoroti bahwa korupsi dalam hukum berakibat pada:

a. Kriminalisasi terhadap pihak yang tidak bersalah, karena adanya manipulasi proses hukum demi kepentingan tertentu.

b. Penurunan efektivitas penegakan hukum, akibat intervensi politik dan praktik suap di berbagai tingkatan sistem peradilan.

c. Meningkatnya ketidakadilan sosial, karena hukum lebih menguntungkan pihak yang memiliki kekuatan finansial atau politik.

(13)

D. Dampak Korupsi Terhadap Pertahanan dan Keamanan 1. Melemahnya Kesiapan Militer

Korupsi dalam sektor pertahanan dapat menyebabkan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang tidak sesuai standar, mengurangi efektivitas pasukan dalam menjaga kedaulatan negara. Dana yang seharusnya digunakan untuk memperkuat pertahanan malah dikorupsi oleh oknum tertentu.

2. Kebocoran Informasi Rahasia Negara

Pejabat yang terlibat dalam korupsi dapat dengan mudah memperjualbelikan informasi rahasia negara demi keuntungan pribadi. Hal ini dapat membahayakan keamanan nasional dan meningkatkan risiko infiltrasi oleh pihak asing.

3. Melemahkan Moral dan Disiplin Aparat Keamanan

Korupsi dalam institusi pertahanan dan kepolisian dapat menyebabkan hilangnya moral dan disiplin di kalangan aparat keamanan. Penyalahgunaan wewenang dan ketidakadilan dalam promosi atau penempatan jabatan dapat menurunkan semangat juang dalam melaksanakan tugas.

4. Meningkatkan Ancaman Keamanan Internal

Korupsi dalam sektor keamanan juga dapat berdampak pada meningkatnya kejahatan terorganisir, perdagangan senjata ilegal, dan aktivitas terorisme. Oknum aparat yang terlibat dalam korupsi dapat memfasilitasi pelaku kriminal dengan imbalan tertentu, sehingga memperburuk kondisi keamanan dalam negeri.

5. Menghambat Modernisasi Pertahanan

Korupsi dalam pengadaan dan pengelolaan anggaran pertahanan dapat menghambat modernisasi sektor keamanan. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk memperbarui teknologi dan meningkatkan kesejahteraan personel justru masuk ke kantong pribadi pihak yang tidak bertanggung jawab.

6. Dampak Menurut Artasari Berti, dkk (2019)

Dalam makalahnya dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan adalah sebagai berikut ;

a. Kerawanan Hankamnas karena lemahnya Alutsista b. Lemahnya garis batas negara

c. Menguatnya sisi kekerasan dalam masyarakat

(14)

7. Dampak Korupsi Menurut Ahli Abas Muhamad (2022)

Dalam bukunya Pendidikan Budaya Anti Korupsi (PBAK), Abas Muhamad menjelaskan bahwa korupsi dalam sektor pertahanan dan keamanan dapat menyebabkan:

a. Melemahnya kesiapan militer akibat pengadaan alutsista yang tidak sesuai standar.

b. Kebocoran informasi rahasia negara, yang meningkatkan ancaman dari pihak asing dan aktor non-negara.

c. Menurunnya disiplin dan moral aparat, sehingga efektivitas dalam menjaga keamanan menjadi berkurang.

d. Meningkatnya ancaman kejahatan terorganisir dan terorisme, akibat adanya pejabat yang memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan pribadi.

8. Dampak Korupsi Menurut Andi Widjajanto (2018)

Pakar pertahanan Andi Widjajanto dalam berbagai studinya menyoroti bahwa korupsi dalam sektor pertahanan dapat mengakibatkan:

a. Kelemahan dalam modernisasi pertahanan, karena anggaran yang seharusnya digunakan untuk inovasi dan penelitian malah dikorupsi.

b. Menurunnya daya tangkal negara, yang membuat negara lebih rentan terhadap ancaman militer maupun non-militer.

c. Ketidakefisienan dalam kebijakan keamanan, karena kebijakan sering kali didasarkan pada kepentingan elit tertentu dibandingkan kepentingan nasional.

9. Dampak Korupsi menurut Paul Collier (2007)

Dalam bukunya The Bottom Billion, Paul Collier menjelaskan bahwa korupsi di sektor pertahanan dan keamanan, terutama di negara berkembang, memperburuk konflik dengan cara :

a. Memicu ketidakpuasan sosial, yang dapat memperbesar potensi pemberontakan dan perang saudara.

b. Mendorong perekrutan tentara bayaran atau milisi ilegal, karena negara gagal menyediakan keamanan yang layak.

c. Melemahkan diplomasi internasional, karena negara dianggap tidak kredibel dalam menjaga stabilitasnya sendiri.

(15)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Korupsi dalam penegakan hukum dan pertahanan keamanan memberikan dampak yang sangat besar terhadap sistem hukum, keamanan, dan stabilitas negara.

Melemahnya supremasi hukum, rendahnya kepercayaan masyarakat, serta impunitas bagi pelaku kejahatan adalah beberapa konsekuensi dari korupsi dalam sistem hukum dan pertahanan. Oleh karena itu, diperlukan upaya sistematis dan berkelanjutan untuk memberantas korupsi agar hukum dan keamanan dapat kembali berfungsi sebagai instrumen keadilan dan perlindungan negara.

Dampak korupsi di bidang hukum, pertahanan dan keamanan dengan adanya tindakan korupsi, negara dan masyarakat akan terkena imbasnya. Korupsi sangatlah tidak dibenarkan apapun alasannya. Korupsi harus diberantas dengan tuntas sampai ke akarnya. Seharusnya para koruptor dihukum seberat-beratnya agar tidak mengulangi kesalahannya yang merugikan negara. Terutama adalah hukuman mati dan hukuman secara sosial serta politik biar ada efek jera bagi para koruptor dan orang yang akan melakukan korupsi akan merasa takut atau akan merasa jera.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, kami mengharapkan kepada pembaca agar dapat memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan pemikiran yang intelektual khususnya dalam mata kuliah anti korupsi.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abas, M. dkk (2022). Buku Pendidikan Budaya Anti Korupsi. PT. Global Eksekutif Teknologi. Padang Sumatra Barat

Andi Widjajanto. (2018). Pertahanan dan Keamanan di Indonesia. Jakarta: UI Press.

Artasari Berti, dkk (2019) Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan

Argandona, A. (2003). “Private-to-Private Corruption”. Journal of Business Ethics 47(3):

253-267.

Arvin, M. & B. Lew. (2014). “Does Income Matter in the Happiness-Corruption Relationship?”. Journal of Economic Studies 41(3): 469-490

Collier, P. (2007). The Bottom Billion: Why the Poorest Countries Are Failing and What Can Be Done About It. Oxford: Oxford University Press.

Dzhumashev, R. (2014). “Corruption and Growth: the Role of Governance, Public Spending, and Economic Development”. Economic Modelling 37: 202-212

Fisman, Raymond & Miguel, Edward. (2008). Economic Gangsters: corruption, violence, and the proverty of nations. Princeton University Press, New Jersey

Made I Sastra, dkk (2015) Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum.

Mahfud MD. (2020). Membangun Hukum, Memberantas Korupsi. Jakarta: Kompas Gramedia.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999

Zainal Arifin Mochtar. (2018). Korupsi dan Sistem Hukum di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.

https://news.detik.com/berita/d-5876100/kpk-di-tahun-2021-tetapkan-123-tersangka-6- kasus-jadi-perhatian-publik

Referensi

Dokumen terkait

Terakhir pemerintah dalam Undang- Undang No 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi membentuk sebuah tim guna menanggulangi kejahatan korupsi, maka

Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

selanjutnya ditegaskan dalam pasal 2 ayat (1) undang-undang no 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi

Arti “Tindak Pidana Korupsi” telah dirumuskan secara normatif dan tegas dalam Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 dengan pengertian adalah “Perbuatan –

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang

Pengertian korporasi sendiri tercantum dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyebutkan, bahwa

Dalam rumusan tindak pidana korupsi suap menurut Hukum Pidana Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Esensi pengaturan pemberantasan tindak pidana korupsi dalam Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001