Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ETIKA AKADEMIK
Dosen Pengampu:
Desri Gunawan, S.IP., M.A.
Oleh:
Kelompok 2
Rizky Aldi Pratama 2305050009 Reza Syahputra 2305050043 Dimas Pratama Putra 2305050055 Hugo Bemine De Jong 2305050077
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
`
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Desri Gunawan S.IP., M.A.
sebagai dosen pengampu mata kuliah Etika Akademik yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Tanjungpinang, 10 Juni 2024
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan Penulisan... 4
BAB II STUDI PUSTAKA... 5
2.1 STUDI PUSTAKA... 5
2.2 Kebaharuan (Novelty)... 6
BAB III PEMBAHASAN... 8
3.1 Pengertian Kebebasan Akademik... 8
3.2 Menurut Para Ahli... 8
3.3 Ciri – Ciri Kebebasan Akademik... 9
3.4 Penghambat Kebebasan Akademik ... 11
3.5 Contoh Kasus Penghambat Kebebasan Akademik ... 12
BAB IV PENUTUP...15
4.1 Kesimpulan... 15
4.2 Saran... 15
DAFTAR PUSTAKA...17
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebebasan akademik dianggap sebagai hak universal yang meliputi kebebasan berpikir dan kebebasan berpendapat. Namun, dalam prakteknya, seringkali kampus melakukan tindakan yang menghambat kebebasan berfikir dan berpendapat bagi mahasiswanya. Beberapa kasus terbaru seperti kasus skorsing dan DO yang dialami oleh sembilan mahasiswa Teknik Sipil Universitas Teknokrat Indonesia menunjukkan fenomena ancaman kembali terhadap kebebasan mahasiswa, seperti diskorsing karena menuntut transparansi keuangan kampus, meminta diskon UKT saat pandemi, melaporkan anggaran kampus yang tidak wajar kepada KPK, atau meminta ruang sekretariat untuk aktivitas keorganisasian.
o Kondisi Ideal
Kebebasan berpendapat telah lama dianggap sebagai nilai inti dalam pendidikan tinggi, memainkan peran penting dalam memperkaya lingkungan akademis dan mempromosikan pertukaran ide yang produktif. Namun, di tengah perubahan sosial, politik, dan teknologi, kebebasan berpendapat di kampus menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Makalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan menyeluruh tentang latar belakang, evolusi, dan isu-isu kontemporer seputar kebebasan berpendapat di lingkungan kampus.
Kondisi ideal untuk kebebasan berpendapat di kampus harus mencakup beberapa prinsip utama:
1) Keadilan dan Keterbukaan: Setiap individu di kampus harus memiliki hak yang sama untuk menyuarakan pendapat mereka tanpa takut akan diskriminasi
2) atau hukuman. Semua pandangan, baik yang populer maupun yang kontroversial, harus didengar dan dipertimbangkan secara adil.
3) Toleransi dan Penghargaan: Lingkungan kampus harus mempromosikan toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan menghargai keberagaman pendapat. Ini mencakup menerima dan menghormati sudut pandang yang mungkin bertentangan dengan pandangan mayoritas.
4) Kritisisme yang Sehat: Mendorong sikap kritis terhadap ide dan pandangan adalah penting untuk pertumbuhan intelektual. Namun, kritik harus dibangun secara konstruktif dan diarahkan pada argumen, bukan pada individu.
o Kondisi Saat ini (5W1H)
1. Siapa
- Mahasiswa, dosen,
2. Apa
- Kebebasan berpendapat di kampus adalah hak untuk menyatakan pendapat, ide, dan keyakinan tanpa takut akan hukuman atau pembatasan.
3. Kapan
- Kebebasan berpendapat di kampus menjadi topik yang semakin relevan dan diperdebatkan seiring dengan perkembangan peristiwa sosial, politik, dan teknologi kontemporer.
4. Di mana
- Kondisi kebebasan berpendapat terjadi di berbagai lembaga pendidikan tinggi di seluruh dunia, baik di kampus fisik maupun dalam konteks virtual.
5. Mengapa
- Kebebasan berpendapat di kampus dianggap penting karena memberikan ruang bagi pertukaran ide, inovasi, dan pemikiran kritis yang merupakan inti dari pendidikan tinggi. Hal ini juga penting untuk membentuk warga kampus yang berani, kritis, dan terlibat secara aktif dalam masyarakat
6. Bagaimana
- Kondisi kebebasan berpendapat di kampus dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan kampus, peraturan pemerintah, budaya kampus, dan dinamika sosial-politik yang ada. Hal ini juga dipengaruhi oleh interaksi antara anggota kampus, pendekatan terhadap dialog dan debat, serta tingkat perlindungan terhadap hak-hak individu.
o Temuan ketidak sesuain antara kondisi ideal dan kondisi saat ini Ketidaksesuaian dalam Perlindungan Hak-Hak Individu:
Kondisi ideal: Setiap individu memiliki hak yang sama untuk menyuarakan pendapat tanpa takut akan diskriminasi atau hukuman.
Kondisi saat ini: Beberapa kasus masih menunjukkan adanya intimidasi, ancaman, atau diskriminasi terhadap mereka yang menyuarakan pendapat yang kontroversial atau tidak populer. Perlindungan terhadap hak-hak individu mungkin tidak selalu efektif.
Ketidak sesuaian dalam Keadilan dan Keterbukaan:
Kondisi ideal: Lingkungan kampus didasarkan pada keadilan dan keterbukaan, di mana semua pandangan didengar dan dipertimbangkan secara adil.
Kondisi saat ini: Kadang-kadang, pandangan minoritas atau kontroversial diabaikan atau bahkan disensor. Ada kecenderungan untuk membatasi diskusi hanya pada pandangan mayoritas atau yang paling populer.
Ketidaksesuaian dalam Toleransi dan Penghargaan:
Kondisi ideal: Toleransi terhadap pandangan yang berbeda-beda dipromosikan, dan keberagaman pendapat dihargai.
Kondisi saat ini: Beberapa lingkungan kampus masih menghadapi tantangan dalam menerima pandangan yang bertentangan dengan norma-norma atau pandangan mayoritas. Ini dapat menciptakan atmosfer yang tidak ramah bagi mereka yang memiliki sudut pandang minoritas atau kontroversial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana regulasi dan kebijakan kampus mempengaruhi kebebasan berpendapat mahasiswa?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui regulasi dan kebijakan kampus mempengaruhi kebebasan berpendapat mahasiswa?
`
BAB II STUDI PUSTAKA
2.1 Studi Terdahulu
Berisi pembahasan mengenai studi terdahulu yang membahas fenomena dengan berbagai format seperti buku, jurnal, skripsi, tesis dan sejenisnya minimal 3 studi. Dibuat dalam bentuk tabel dibawah ini:
No Penulis Judul Hasil Penelitian/Temuan
1 Lifira Naila
Salsabila, Khansa Kanastri Santoso , Usiono Usiono, Maret 31 2023, Jurnal
Hak Asasi Manusia Mahasiswa dalam Konteks Kebebasan Berpendapat di Kampus
Responden Mahasiswa terkait Kebebasan Berpendapat di Kampus
Wawancara
Berdasarkan penelitian-penelitian yang ada, tampaknya hak atas kebebasan berpendapat merupakan komponen penting dari hak asasi mahasiswa di kampus
2 SUHENDRI, 2019, Tesis
PEMENUHAN HAK KEBEBASAN
BEREKSPRESI DI INDONESIA
Bagaimanakah Pemenuhan Hak Kebebasan Berekspresi di Indonesia?
metode eksploratoris
Pemenuhan Hak Kebebasan Berekspresi di Indonesia
5
3 Yohanes Belbang Beoang
, Carolus Borromeus Mulyatno , Rian Antony, 2023, jurnal
MANFAAT KEBEBASAN BERPENDAPAT MAHASISWA NTT DI MEDIA SOSIAL
MENURUT KARL THEODOR
JASPERS
Apa yang anda ketahui tentang kebebasan berpendapat di media sosial
Penelitian kualitatif
Pengaruh Kebebasan Berpendapat di Media Sosial,Nilai-nilai yang dapat dihidupi berkaitan dengan kebebasan berpendapat di media sosial.
2.2 Kebaharuan (Novelty)
Berikut adalah kebaharuan (novelty) dari setiap pernyataan:
1. Jurnal Pertama:
- Novelty: Jurnal ini menekankan pentingnya kebebasan berpendapat sebagai komponen kunci dari hak asasi mahasiswa di kampus. Penelitian ini menyoroti perlunya kebijakan, perlindungan, dan partisipasi aktif mahasiswa dalam menjaga ruang kebebasan berpendapat, serta menggarisbawahi urgensi menetapkan kebijakan yang memungkinkan semua suara didengar tanpa takut akan diskriminasi atau sensor.
Penelitian ini memberikan pandangan yang komprehensif tentang hubungan antara kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia dalam konteks pendidikan tinggi.
`
2. Tesis :
- Novelty: Tesis ini mengungkapkan bahwa kebebasan berpendapat masih terbelenggu dan perjuangan untuk memperjuangkannya masih terus berlangsung.
Novelty terletak pada pengamatan bahwa negara belum sepenuhnya menjamin kebebasan berekspresi, dengan menyoroti campur tangan aktif negara dalam pemenuhan hak sipil kebebasan berpendapat di muka umum. Penekanan pada standar ganda dalam penegakan hukum juga menambah dimensi baru dalam pembahasan tentang kebebasan berpendapat dan peran negara dalam konteks ini.
3. Jurnal Kedua:
- Novelty: Pernyataan ini menyoroti pengaruh kebebasan berpendapat di dunia virtual, terutama di media sosial, pada kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini menawarkan wawasan yang baru tentang dampak positif dan negatif dari kebebasan berpendapat di media sosial, serta menekankan nilai-nilai sosial yang dapat terbentuk melalui kebebasan berpendapat. Keharusan pembatasan yang baik dan benar dalam menyampaikan gagasan dan kritikan juga merupakan kontribusi baru dalam pembahasan tentang kebebasan berpendapat di media sosial.
7
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Kebebasan Akademik
Kebebasan akademik adalah konsep yang terkait dengan hak sivitas akademika, termasuk dosen dan mahasiswa, untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bebas dan bertanggung jawab. Kebebasan akademik meliputi kebebasan dalam mengajar, berdiskusi, meneliti, menyebarluaskan, dan menerbitkan hasil riset, serta memiliki otonomi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks Indonesia, kebebasan akademik ditegaskan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, yang menjelaskan bahwa kebebasan akademik adalah kebebasan sivitas akademika dalam pendidikan tinggi untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab melalui pelaksanaan Tridharma.
3.2 Menurut Para Ahli
5 teori kebebasan akademik menurut para ahli:
o Pujianto (2009): Menurut Pujianto, kebebasan akademik adalah keadaan orang- orang yang dapat menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka, dan leluasa.
Kampus adalah komunitas yang memiliki suasana akademik, dan kebebasan akademik meliputi hak untuk menyebarkan hal-hal yang rasional sebagai buah dari telaah yang dilakukan.
o UNESCO: UNESCO mendefinisikan kebebasan akademik sebagai kebebasan dalam mengajar dan berdiskusi serta kebebasan dalam meneliti. Kebebasan akademik memang memiliki payung hukum untuk menjamin eksistensinya, tetapi tindakan represif masih terus berulang.
o Humbolt: Humbolt mengemukakan bahwa kebebasan akademik terkait dengan upaya penelitian dan pengajaran untuk pengembangan keilmuan, bukan untuk hal-hal nonakademik atau nonkeilmuan. Kebebasan akademik harus dikaitkan dengan pencarian, pendalaman, dan pengembangan keilmuan, serta mengikuti norma dan etika akademik.
o Moh, Mahfud (MD): Moh, Mahfud (MD) menekankan bahwa kebebasan akademik sangat fundamental di dalam masyarakat perguruan tinggi untuk memberikan lahirnya pikiran-pikiran ilmiah dari kaum intelektual kampus yang kreatif dan produktif. Kebebasan akademik memungkinkan intelektual kampus untuk melaksanakan fungsinya sebagai akademisi tanpa diintervensi oleh kekuasaan luar.
o Etika Akademik: Etika akademik yang wajib dijunjung tinggi meliputi kebenaran, kejujuran, tanpa kepentingan langsung seseorang, berdasar pada kekuatan argumentasi, rasional, objektif, kritis, terbuka, pragmatis, tidak merubah kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia, keseimbangan, dan universal. Kebebasan akademik tidak boleh bertentangan dengan hal-hal tersebut.
3.3 Ciri – Ciri Kebebasan Akademik
Kebebasan akademik memiliki beberapa ciri-ciri yang memungkinkan sivitas akademika untuk berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olah raga. Berikut adalah beberapa ciri-ciri kebebasan akademik yang terlihat dari sumber-sumber yang diberikan:
`
1. Hak untuk memperoleh pengajaran yang benar: Kebebasan akademik memberikan hak kepada sivitas akademika untuk memperoleh pengajaran yang benar dan relevan dengan bidangnya.
2. Hak untuk membangun pandangan sendiri: Kebebasan akademik memungkinkan sivitas akademika untuk membangun pandangan sendiri berdasarkan hasil studi yang dilakukan, sehingga mereka dapat berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Hak untuk menyebarkan hal-hal yang rasional: Kebebasan akademik memberikan hak kepada sivitas akademika untuk menyebarkan hasil penelitian dan gagasan- gagasan yang rasional, sehingga dapat meningkatkan transfer IPTEK dan pengembangan IPTEK.
4. Kritis, objektif, analitis, kreatif, dan konstruktif: Kebebasan akademik memungkinkan sivitas akademika untuk berpikir kritis, objektif, analitis, kreatif, dan konstruktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olah raga.
5. Terbuka untuk menerima kritik: Kebebasan akademik memungkinkan sivitas akademika untuk menerima kritik dan saran dari pihak lain, sehingga dapat meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan.
6. Menghargai waktu dan prestasi ilmiah: Kebebasan akademik memungkinkan sivitas akademika untuk menghargai waktu dan prestasi ilmiah, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kualitas penelitian.
7. Bebas dari prasangka: Kebebasan akademik memungkinkan sivitas akademika untuk bebas dari prasangka dan bias, sehingga dapat meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan.
10
8. Kemitraan dialogis: Kebebasan akademik memungkinkan sivitas akademika untuk bermitra dalam diskusi dan dialog yang terbuka dan jujur, sehingga dapat meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan.
9. Menjunjung tinggi norma dan susila akademis serta tradisi ilmiah: Kebebasan akademik memungkinkan sivitas akademika untuk menjunjung tinggi norma dan susila akademis serta tradisi ilmiah, sehingga dapat meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan.
10. Dinamis dan berorientasi kemasa depan: Kebebasan akademik memungkinkan sivitas akademika untuk berorientasi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta untuk meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan.
Dengan demikian, kebebasan akademik memungkinkan sivitas akademika untuk berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olah raga dengan cara yang kritis, objektif, analitis, kreatif, dan konstruktif, serta dengan menghargai waktu dan prestasi ilmiah, bebas dari prasangka, dan menjunjung tinggi norma dan susila akademis serta tradisi ilmiah.
3.4 Penghambat Kebebasan Akademik
Penghambat dalam kebebasan akademik dapat berupa beberapa faktor.
Pertama, adanya fenomena "The Death of Expertise" yang menyebabkan orang-orang mulai merasa mengetahui semua hal, walaupun mereka tidak memiliki kompetensi dan keahlian. Kondisi ini dapat menghambat kebebasan akademik karena orang- orang tidak lagi mempercayai pakar dalam bidangnya dan lebih cenderung untuk menolak pendapat lain yang menyalahi pendapat mereka.
`
Kedua, kurangnya budaya literasi dan pendidikan yang berbasis critical thinking dapat menghambat kebebasan akademik. Pendidikan yang lebih menekankan substantif perkuliahan dibandingkan dengan esensi untuk membentuk kerangka berpikir yang kritis dapat membuat siswa tidak memiliki kemampuan untuk membedakan informasi yang valid dari yang tidak valid, sehingga mereka tidak dapat berpikir secara bebas dan kritis.
Ketiga, kurangnya literasi masyarakat tentang prinsip dan hakikat demokrasi dapat menghambat kebebasan akademik. Jika masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang demokrasi, maka kebebasan berpendapat dapat disalahgunakan dan berpotensi memicu konflik sosial-politik, yang dapat menghambat kebebasan akademik.
Keempat, adanya stres yang tidak produktif yang disebabkan oleh konflik di dalam keluarga atau pikiran yang terbagi dapat menghambat kebebasan akademik.
Stres yang tidak produktif dapat membuat siswa tidak fokus dan tidak dapat menyelesaikan tugas akademik dengan baik.
Dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka, penghambat kebebasan akademik juga dapat berasal dari kurangnya budaya literasi dan pendidikan yang berbasis critical thinking, serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang prinsip dan hakikat demokrasi. Hal ini dapat membuat siswa tidak memiliki kemampuan untuk membedakan informasi yang valid dari yang tidak valid dan tidak dapat berpikir secara bebas dan kritis, sehingga kebebasan akademik dapat terhambat.
3.5 Contoh Kasus Penghambat Kebebasan Akademik
Kasus Skorsing dan DO pada Sembilan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Teknokrat Indonesia.
12
Dalam beberapa tahun terakhir, Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) telah menghadapi beberapa kasus yang terkait dengan skorsing dan Drop Out (DO) terhadap beberapa mahasiswa, termasuk sembilan mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil. Kasus ini menarik perhatian karena tidak adanya perlindungan hukum yang pasti bagi mahasiswa dan keputusan yang diberikan oleh kampus yang tidak transparan.
Kasus ini dimulai ketika Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil UTI mendirikan sekretariat di lahan kosong di lingkungan warga. Kampus UTI kemudian mengambil keputusan untuk memberikan sanksi skorsing dan DO kepada sembilan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Sanksi ini diberikan tanpa adanya proses yang jelas dan transparan, sehingga mahasiswa tersebut kesulitan dalam mencari advokasi dan melapor ke pihak berwenang.
Kasus ini menunjukkan bahwa UTI tidak memiliki kebijakan yang jelas dan konsisten dalam menghadapi situasi seperti ini. Dalam UU No. 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, tidak ada aturan yang spesifik tentang skorsing atau DO bagi mahasiswa. Hal ini membuat UTI memiliki ruang gerak yang luas dalam mengambil keputusan, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada mahasiswa yang terlibat.
Kasus ini juga menunjukkan bahwa UTI perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan, serta memberikan perlindungan hukum yang pasti bagi mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa dapat memiliki akses yang lebih baik ke proses pengambilan keputusan dan dapat lebih efektif dalam mencari advokasi jika mereka mengalami masalah.
Dalam sintesis, kasus skorsing dan DO pada sembilan mahasiswa Teknik
`
akuntabilitas dalam pengambilan keputusan, serta memberikan perlindungan hukum yang pasti bagi mahasiswa. Dengan demikian, UTI dapat menjadi institusi pendidikan yang lebih baik dan lebih responsif terhadap kebutuhan mahasiswa.
a. Reaksi di Media Sosial
Dari reaksi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa masalah dipermasalahkan mengenai transparansi dana kampus dikarenakan kurang nya fasilitas yang di berikan.
`14
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pelanggaran Aturan: Kemungkinan besar, mahasiswa tersebut melakukan pelanggaran aturan akademik atau perilaku yang mengakibatkan tindakan disiplin seperti skorsing atau pemecatan.
Ketidaksetujuan: Beberapa mahasiswa mungkin tidak setuju dengan tindakan yang diambil terhadap mereka dan mungkin merasa bahwa tindakan tersebut tidak adil atau tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya.
Dampak Psikologis: Skorsing dan DO dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada mahasiswa tersebut, termasuk stres, kecemasan, dan depresi.
4.2 Saran
Transparansi: Universitas perlu memastikan bahwa proses penegakan aturan dan penanganan kasus ini dilakukan dengan transparan dan adil. Mahasiswa harus diberikan kesempatan untuk memahami alasan di balik tindakan yang diambil terhadap mereka.
Konseling dan Dukungan: Penting bagi universitas untuk menyediakan layanan konseling dan dukungan psikologis bagi mahasiswa yang terlibat dalam kasus ini, mengingat dampak psikologis yang mungkin terjadi.
`
Pemulihan dan Rehabilitasi: Jika mungkin, universitas harus mempertimbangkan program pemulihan atau rehabilitasi bagi mahasiswa yang terkena dampak tindakan disiplin tersebut, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan melanjutkan studi mereka.
Evaluasi Kebijakan: Universitas juga dapat menggunakan kasus ini sebagai kesempatan untuk mengevaluasi kebijakan dan prosedur mereka terkait penegakan aturan akademik dan perilaku, serta memastikan bahwa prosesnya adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bivitri Susanti, S. L. (2020, July 09). Kebebasan Akademik Mahasiswa Wajib Dilindungi Perguruan Tinggi. Retrieved from www.hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/a/kebebasan-akademik-mahasiswa-wajib- dilindungi-perguruan-tinggi-lt5f06d16c9afa2/
DA, A. T. (2022, Desember 21). Akademisi Beberkan 6 Sebab Kebebasan Akademik Terus Mengalami Tekanan. Retrieved from www.hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/berita/a/akademisi-beberkan-6-sebab-kebebasan- akademik-terus-mengalami-tekanan-lt63a2eb79e3148/
egsaugm. (2022, July 3). The Death of Expertise: Fenomena Dibalik Kebebasan Berpendapat di Sosial Media. Retrieved from https://egsa.geo.ugm.ac.id/:
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2022/07/03/the-death-of-expertise-fenomena-dibalik- kebebasan-berpendapat-di-sosial-media/
Fildzah, S. S. (2017). Kebebasan Akademik di Perguruan Tinggi di Indonesia sebagai wujud dari kebebasan berpikir dan berpendapat dalam HAM. Retrieved from
repository.unpar.ac.id: https://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/6085 Khofifah, A. S. (2023, Februari 20). Beberapa Faktor yang Menghambat Skripsi & Tips untuk
Menuntaskan Skripsi. Retrieved from is.undiksha.ac.id: https://is.undiksha.ac.id/e- knowledge-id/sifors-tips-tricks/beberapa-faktor-yang-menghambat-skripsi-tips- untuk-menuntaskan-skripsi/
MAHKAMAH. (2020, June 9). Kebebasan Akademik: Kebebasan yang Mudah Dicederai.
Retrieved from mahkamahnews:
https://mahkamahnews.org/2020/06/09/kebebasan-akademik-kebebasan-yang- mudah-dicederai/
Margianto, H. (2020, July 16). Tantangan Demokrasi di Indonesia. Retrieved from
https://fisib.unpak.ac.id/: https://fisib.unpak.ac.id/berita/tantangan-demokrasi-di- indonesia
Moh, M. (1997). Perspektif Politik dan Hukum. 37-43.
Rahmat Rahman Patty, A. G. (2024, April 05). Kasus Oknum Dosen Universitas Pattimura Lecehkan Mahasiswi, Rektor: Kami Serius Tangani. Retrieved from
regional.kompas.com:
`
https://regional.kompas.com/read/2024/04/05/053300778/kasus-oknum-dosen- universitas-pattimura-lecehkan-mahasiswi-rektor--kami
Salah Satu Kampus di Jambi Terlibat Kasus Dugaan TPPO Berkedok Mahasiswa Magang ke Jerman. (2024, Maret 26). Retrieved from jamberita.com:
https://jamberita.com/read/2024/03/26/5981488/salah-satu-kampus-di-jambi- terlibat-kasus-dugaan-tppo-berkedok-mahasiswa-magang-ke-jerman/
18