Majāz Mursal
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Balaghah
Disusun oleh:
Fatimah Azzahra 20211397 Hayati Adawiyah 20211408
Inas Syafiqah 20211414
Kristina Hutabarat 20211425
Dosen Pengampu:
Mabda Dzikara, Lc., M.Ag
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA 1444 H / 2023 M
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyusun makalah ini yang berjudul Majāz Mursal. Walaupun dalam proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan beberapa hambatan dan masalah tetapi dengan bantuan beberapa pihak dan atas seizin Dzat yang Maha kuasa akhirnya penulis berhasil menyusun makalah ini.
Makalah ini dibuat sebagai tugas terstuktur semester enam dan juga digunakan sebagai pelengkap materi yang akan di laksanakan ketika jam pelajaran ilmu Balaghah. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Mabda Dzikara, Lc., M.Ag yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan dan akan diterima penulis dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Tangsel, 07 Maret 2023
Penulis
ii COVER
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI………...……… ii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan ... 1
BAB IIPEMBAHASAN ... 2
A. Pengertian Majaz Mursal... 2
B. Majaz Mursal dan Alaqahnya ... 3
BAB IIIKESIMPULAN ... 11
A. Kesimpulan ... 11
B. Saran ... 11
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Upaya menafsirkan Al-Qur’an dengan sangat indah dan bisa dipahami oleh pengkaji dan pendengar tidaklah mudah. Apalagi Al-Qur’an yang bersifat global dan menjadi rujukan pertama oleh umat Islam di dunia. Ilmu balaghah merupakan sebuah ilmu yang mengolah tentang keindahan kata yang mendatangkan makna yang indah dan jelas, dengan ungkapan yang benar dan fashih sehingga memberi kesan yang mendalam didalam hati pendengar serta sesuai dengan situasi dan kondisi orang-orang yang diajak bicara. Salah satu cabang dari ilmu balaghah adalah ilmu bayan yang mana telah dibahas pada materi sebelumnya, yakni tentang tasybih, yaitu ungkapan yang di dalamnya terdapat pengertian penyerupaan atau perserikatan antara dua perkara. Selain tasybih termasuk dalam pembahasan ilmu bayan yaitu juga meliputi tentang majāz, dalam hal ini majāz yang merupakan ungkapan yang menggunakan makna yang bukan sebenarnya yang terdapat hubungan diantara makna haqiqi dan makna majazi juga dibagi menjadi dua yaitu majaz mursal dan majaz aqly. Adapun mengenai penjelasan lebih lanjut tentang majaz mursal, dalam makalah ini akan dibahas tentang majaz mursal dan pembagiannya
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian majaz mursal?
2. Jelaskan contoh-contoh majaz mursal?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian majaz mursal.
2. Mengetahui penjelasan majaz mursal.
2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Majaz Mursal
Majaz Mursal merupakan salah satu bagian dari Majaz Lughawi yaitu salah Satu Majaz yang ‘alaqahnya (hubungan) dilihat dari segi aspek kebahasaan. Definisi Majaz Mursal sebagai berikut:
زاجم لسرملا وه
ةملك تلمعتسا ىف
ريغ اهانعم ىلصألا ةقالعل ريخم ةهباشملا هيفرقعم
... ) ناكام رابتعاهيلكلاةيئزجلا -هيببسملالسرمناحملاتاقالعنمىلصألانعملاهوار رايتلا نوكيام يلحملا
ة – ةيلاحلا
“Majaz mursal adalah kata yang digunakan bukan untuk makna nya yang asli karena adanya hubungan yang selain keserupaan serta ada qarinah yang menghalangi pemahaman dengan makna yang asli.”1
Jadi yang dimaksud dengan majaz mursal adalah majaz yang hubungannya (alaqah) bukan dalam bentuk persamaan atau keserupaan. Sebagaimana menurut 'llal Nuraim bahwa:
زاجملاف لسرملا
وه ام تناك ةقالعلا يف ة َهَبا َش َمْ
لاريغ زاَج َ
م َو ةراعتسإل تَناك ام
ةَ قال َعْ ي ف لا ة َهَباش ملا
“Majaz mursal ialah majaz yang hubungannya bukan Keserupaan, sedangkan majaz isti’arah ialah majaz yang hubungannya dalam bentuk keserupaan”.2
Contoh majaz mursal dalam firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 133:
۞ ىٰ آْ ْو ع را َس َو
ة َر فْغَم ل ا ْن ِّ م ْمك ِّب َّر ةَّنَج َو ض ْر َع ا َه ت ٰو ٰم َّسلا
ض ْرَ اْ
لا َو ْت َّد عا
َ نْي قت مَّ ْ
ل ل
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,”
Pada kata “ampunan” dan “surga” keduanya dapat diperoleh dengan cara mengerjakan amal perbuatan baik, dalam artian bahwa amal perbuatan baik sebagai penyebab memperoleh ampunan Tuhan dan surga.3
1 Rumadani Sagala, Balaghah (Bandar Lampung, 2016), h. 60-61.
2 Hamzah dan M Napis Djuaeni, Majaz Konsep Dasar dan Klasifikasi Dalam Ilmu Balaghah (Lamongan: Academia Publication, 2021), h. 51-52.
3 Syarifuddin, Kamus Istilah Ilmu Balaghah (Yogyakarta: AG Publisher, 2016), h. 255.
3
Dari pengertian yang telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mengetahui sebuah kalimat majaz itu apakah majaz mursal atau isti’arah dengan cara melihat alaqahnya. Apabila alaqah sebuah majaz itu musyaabahah, maka majaz tersebut merupakan Majaz Isti’arah. Dan apabila alaqah sebuah kalimat majaz itu ghair musyaabahah, maka majaz tersebut merupakan Majaz Mursal.4
Majaz ini dinamakan Mursal karena lafaz لاسرا artinya menurut bahasa adalah yang berarti terlepas. Isti’arah terikat karena adanya dakwaan penyatuan makna musyabbah bih. Sedangkan majaz mursal terlepas dari ikatan tersebut. Dikatakan pula bahwasanya majaz ini dinamakan mursal karena terlepasnya dari ikatan (taqyid) dengan persesuaian khusus, tetapi majaz ini mempunyai persesuaian-persesuaian yang banyak dibandingkan dengan isti’arah yang hanya mempunyai satu persesuaian yaitu Musyabbah (perserupaan).5
B. Majaz Mursal dan Alaqahnya
Majaz mursal adalah majaz yang tidak berhubungan dengan keserupaandan alaqah dalam majaz mursal begitu beragam, mari kita mempelajari mengenai alaqah sebagai berikut:
1. Al-Juz’iyah
Alaqah juz’iyyah diartikan sebagai:
لكلا هنم ةدار ِأو ءزجلا ظفل ركذ Yakni menyebutkan sesuatu sebagai bagian/parsial akan tetapi yang dimaksudkan ialah keseluruhan, seperti contoh :
ن ش ر حلا ِكا ع م ي نو ِف ه ملا ي ِد ِة ني
Contoh diatas menunjukkan bahwa pemerintah menyebarkan mata-matanya di Kota, padahal yang dimaksud sebagai mata-mata disini adalah pengintai, termasuk alaqah juz’iyyah karena mata pada contoh diatas merupakan bagian utama dari seorang pengintai.6
4 Ahmad Syatibi, Balaghah I (Ilmu Bayan) Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an (Jakana:
Tarjamah Center, 2016), h.117.
5 Muhammad Syamsuddin Noor, Majaz Mursal Dalam Surah Al-Baqarah 6, no. 1 (2019). h. 26.
6 Hamzah dan M.Napis Jaunaedi, Majaz (konsep dasar dan klasifikasinya dalam ilmu balaghah), (Lamongan: academia Publication, 2021), hlm.53
4
Contoh laun terdapat pada Q.S An-Nisa (4): 92
ۚ ا ًٔـ ط خ اَّ
ل ِا اًن ِم ْؤ م ل تقَّي ْ نْ ا ٍن ِمْؤ مِل نا ك ا م و ٌة مَّ
ل س ُّم ٌة ي ِد َّو ٍة ن ِم ْؤ ُّم ٍة بق ر رْيِر ْح ت ف أًـ ط خ اًنِم ْؤ م ل ت ق ْن م و
ا ْوق َّد َّصَّي نْ ا ٖٓاَّ
ل ِا ٖٓ هِلْه ا ىٰٓلِا
“Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh) membebaskan pembayaran…”
Pada potongan ayat diatas terdapat kata ٍة بق ر (leher) digunakan untuk menjelaskan makan hamba secara keseluruhan, qarinah pada ayat ini adalah tidak mungkin apabila hanya memerdekakan bagia leher saja, maka dari itu terdapat alaqah juz’iyyah untuk menjelaskan makna hamba tapi hanya disebutkan bagian lehernya saja. Contoh lagi terdapat pada Q.S. Al-hijr (15) : 98
نْي ِد ِجا َّسلا ن ِِّم ْنك و كِِّب ر ِد ْم ح ِب ْحِِّب س ف
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau di antara orang yang bersujud (salat)”
Kata نْي ِد ِجا َّسلاmerupakan bagian dari shalat, maka dari itu sujud mewakilkan kata dari shalat dan makna yang ditujukan pada ayat diatas sebenarnya adalah shalat.7
2. Al- Kulliyyah
Alaqah kuliyyah diartikan sebagai:
ءزجلا هنم ةدار ِأو لكلا ظفل ركذ Bentuk kebalikan dari al-juz’iyyah, artinya adalah menyebutkan sesuatu secara keseluruhan padahal yang dimasudkan adalah parsial/ bagiannya saja.
Contohnya adalah seperti pada potongan Q.S. Al-Baqarah (2) : 19 ِق ِع ا و َّ
صلا ن ِِّم م ِه ِنا ذأ يِف م ه عِبا صأ نول عجي ...
... ِتو ملا رذ ح
7 Murdiono, Al-Qur’an sebagai media pembelajaran ilmu bayan, (Malamg: UMMpress, 2020), hlm.88
5
“… mereka menyumbat telinga mereka dengan anak jarinya ...”
Pada potongan diatas disebutkan kata َعِباَصَأ (jari jemari) yang mempunyai makna keseluruhan jari, dan apabila disumbatkan pada telinga secara keseluruhan, maka yang dimaksudkan disini adalah لمانا (ujung jari). Ayat diatas termasuk pada majaz mursal dengan alaqah kulliyyah.8
Contoh lain alaqah ini terdapat pada Q.S. Al-Baqarah(2): 50 ن ْو ع ْر ِف لٰ
ا ٖٓا نق رْ ْ
غا و ْمكٰنْي ج ْ ناف ر ْح بْ
لا مكِب ا نْق ر ف ْذِا و ن ْو ر ظْن ت ْم تْنا و
“Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedang kamu menyaksikan.”
Maksud dari ayat diatas adalah air lautnya saja yang terbelah, akan tetapi nabi musa dan para pengikutnya melewati dasar laut untuk menyebrang laut, digunakan kata laut karena air adalah bagian dari laut.9
3. Al-Sababiyyah
Alaqah sababiyyah diartikan sebagai berikut:
ببسملا ةداراو ببسلا قالطا Yakni menyebutkan sebab terjadinya sesuatu akan tetapi yang dimaksud adalah sesuatu yang disebabkan. Contohnya terdapat dalam QS. Al-Maidah (5):
66
ِم ا ْولكال ْم ِهِِّب َّر ْن ِِّم ْم ِهْيل ِا ل ِزْن ا ٖٓا م و لْي ِجْ ن ِاْ
لا و ةى ٰر ْوَّتلا او ماقا ْم هنَّا ْول و ْْۗم ِهِل ج ْرا ِتْح ت ْنِم و ْم ِهِقْو ف ْن
ࣖ ن ْول م ْع ي ا م ءۤا س ْم هْن ِِّم ٌرْيِثك و ْۗ ٌة د ِص تْ
ق ُّم ٌة َّما ْم هْن ِم
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada sekelompok yang jujur dan taat. Dan banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.”
Maksud pada kalimat “makanan dari atas dan bawah”, yakni Allah menurunkan hujan dari atas lain sehingga menjadikan tumbuhan tumbuh dan dapat dijadikan makanan untuk dikonsumsi manusia. Yang disebutkan adalah
8 Hamzah dan M.Napis Jaunaedi, Majaz, 54
9 Murdiono, Al-Qur’an sebagai media pembelajaran ilmu bayan,91
6
makanan nya padahal yang dimaksudkan adalah hujannya, penyebab adanya makanan adalah hujan.
Contoh lain ada dalam sebuah ungkapan sebagi berikut:
ي ِدن ِع ٍنالف د ي ت م ظ ع Ungkapan diatas terdapat kata دَي (tangan) padahal yang dimaksudkan disitu adalah “ معنلا” yakni kenikmatan yang disebabkan oleh tangan.
4. Al-Musabbabiyyah
Alaqah Musabbabiyyah diartikan sebagai berikut:
ببسلا ةداراو ببسملا قالطا Yakni menyebutkan sesuatu yang disebabkan akan tetapi yang dimaksud adalah sebabnya. Contohnya seperti pada Q.S. Ghafir (40): 13
اً
ق ْز ِر ِءۤا م َّسلا نِِّم ْمكل ل ِِّز ن ي و هِتٰيٰ
ا ْمكْي ِر ي ْي ِذَّ
لا و ه
“Dialah yang memperlihatkan tanda-tanda (kekuasaan)-Nya kepadamu dan menurunkan rezeki dari langit untukmu.”
Makna haqiqi dari اقزر adalah rizki akan tetapi dalam ayat ini yang dimaksudkan adalah hujan, karena hujan adalah penyebab adanya rizki. Dari hujan pula menjadi pelangsung kehidupan manusia.
Contoh lain dari majaz ini adalah:
اًتا ب ن ءت م َّسلا ت ر طمأ Artinya: langit menumbuhkan tanaman.
Pada contoh diatas menggunakan kata اتابن padahal yang dimaksudkan didalamnya adalah "ءاملا " (air/hujan).10
5. I’tibar ma kana
Alaqah ini yakni menyebutkan sesuatu yang telah terjadi akan tetapi yang dimaksudkan sebenarnya adalah perkara yang belum terjadi atau akan terjadi.
Contohnya ada pada Q.S. An-Nisa’ (4): 2
... ِبِِّي َّطلاِب ثْيِب خْ
لا اول َّد بت ت ال و ْم هلا و ْما ٖٓى ٰمٰت يْ لا او تٰ
ا و
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka…”
10 Murdiono, Al-Qur’an sebagai media pembelajaran ilmu bayan, 87
7
Pada potongan ayat diatas disebutkan mengenai kata ىمتي, diartikan sebagai anak yatim yang sudah baligh, padahal kata yang tersebut bermakna sebagai anak yatim yang masih belum baligh, karena anak yatim yang belum baligh tidak diperkenankan untuk menguasai hartanya sendiri. Kepemilikan harta dengan Batasan usia baligh inilah yang dipermasalahkan, dipotongan ayat diatas diperbolehkan bila sudah mencapai usia baligh akan tetapi karena maksud asli dari ىمتي, adalah yatim yang belum baligh maka hal kepemilikan ini masih belum terjadi/akan terjadi.
Contoh lain seperti pada kata:
ُّن ِبلا تب ِر ش
“saya minum kopi”
Kata “نبلا” pada contoh diatas memiliki makna hakikat biji kopi, padahal yang dimaksudkan sebearnya adalah kopi “ ةوهق”,dengan hal ini berarti mengungkap hal yang ada yakni biji kopi tersebut dan menghendaku sesuatu yang akan terjadi yakni air kopi.11
6. I’tibar ma yakunu
Arti dari Alaqah I’tibar ma yakunu adalah:
ناكم ةدارا نوكي ام قلاطأ Yakni menyebutkan sesuatu yang akan terjadi kedepannya akan tetapi yang dimaksudkan adalah keadaan sebelumnya, contohnya terdapat dalam Q.S. Yusuf (12): 36
ى ٰرا ٖٓ ْي ِِّنِا ر خٰاْلا لا ق وۚ اًرْم خ ر ِص ْعا ْٖٓي ِنى ٰرا ٖٓ ْي ِِّنِا ٖٓا م ه د ح ا لا قْۗ ِنٰي ت ف ن ْج ِِّسلا ه ع م ل خ د و ق ْوف ل ِمْح ا ْٖٓي ِن
ِم كىٰر ن اَّنِاۚ هِلْيِوْ
أتِب ا نْئِّب نْۗ هْنِم رْي َّطلا ل كِ ْ
أ ت ا ًزْب خ ْي ِسْ نْيِن ِس ْح مْ أ ر
لا ن
“Dan bersama dia masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara. Salah satunya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur,” dan yang lainnya berkata, “Aku bermimpi, membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.” Berikanlah kepada kami takwilnya. Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik.”
11 Murdiono, Al-Qur’an sebagai media pembelajaran ilmu bayan, 92
8
Pada contoh diatas disebutkan kata “ا ًر ْمخ ر ِصْع ا ْٖٓي ِنىٰرا ٖٓ ْي ِِّنِا” yang miliki arti
“sesungguhnya aku bermimpi memeras khamr”, kata tersebut menyebutkannya sebagai khamr padalah yang dimasudkan adalah suatu hal yang sebelumnya terjadi yakni anggur, jadi maksud dari ungkapan diatas sebenarnya adalah “memeras anggur yang kemudian menjadi arak/khamr”.
Contoh lainnya ada pada Q.S. Nuh (71): 27
ْرذ ت ْ ن ِا كَّنِا ا ًرافَّك ا ًر ِجاف اَّ
ل ِا آْٖو دِل ي ال و ك دا ب ِع ا ْوُّ
ل ِض ي ْم ه
“Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang maksiat lagi sangat kafir.”
Pada kata ا ًرافَّك ا ًر ِجاف, merupakan sebuah majaz dimana anak yang baru lahir tidak mungkin berbuat kemaksiatan akan tetapi hal tersebut tidak dapat dijamin pula ketika dia sudah lewat masa kanak-kanaknya. Jadi yang disebutkan adalah anak kecil yang maksiat akan tetapi yang dimaksudkan adalah orang dewasa yang berbuat maksiat.12
7. Al-Haliyah
Bagian dari alaqah majaz mursal lainya adalah Al-haliyyah
لاحملا ةداراو لاحلا قالطا Yakni menyebutkan keadaan sesuatu akan tetapi yang dimaksudkan adalah yang menempatinya, Contohnya terdapat pada Q.S. Ali Imron(3): 107
ن ْو دِلٰخ ا هْيِف ْم ه ْۗ ِ هللّٰا ِة مْح ر ْي ِف ف ْم ه هْو ج و ْتَّض يْبا نْي ِذَّ
لا ا َّما و
“Dan adapun orang-orang yang berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.”
Ayat diatas terdapat kata ِه
للّٰا ِة مْح ر padahal yang dimaksudkan atau yang
seharusnya dipahami adalah makna ةنجلا, majaz diatas menyebutkan mengenai keadaannya sedangkan yang dimaksudkan adalah tempatnya.13
12 Murdiono, Al-Qur’an sebagai media pembelajaran ilmu bayan, 94
13 Hamzah dan M.Napis Jaunaedi, Majaz, 57
9
Contohnya lain seperti dalam Q,S. Al-Muthaffifin(83):22
ٍمْي ِع ن ْي ِفل را رْباْ لا َّ
ن ِا
“Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan,”
Kata ٍمْي ِع ن yang berarti kenikmatan adalah suatu keadaan dimana seseorang yang berbakti akan mendapat nikmat, akan tetapi sebenarnya hal tersebut dimaksudkan sebagai tempat dari kenikmatan tersebut, yakni imblan dari orang- orang yang berbakti adalah tempat yang penuh kenikmatan yakni surga.14
8. Al-Mahaliyah
Maksud dari al-mahaliyah adalah:
لاحلا ةداراز لحملا قالطا Yakni menyebutkan tempat sesuatu akan tetapi yang disebutkan adalah sesuatu yang menempatinya. Contohnya seperti dalam Q.S.Yusuf (11): 82
ن ْوق ِد ٰصل اَّنِا و ْۗا ه ْي ِف ا نْ
ل بقْا ْٖٓي ِتَّ
لا رْي ِعْ
لا و ا ه ْي ِف اَّنك ْي ِتَّ
لا ة ي ْرقْ لا ِل َٔـ ْس و
“Dan tanyalah (penduduk) negeri tempat kami berada, dan kafilah yang datang bersama kami. Dan kami adalah orang yang benar.”
Ayat diatas terdapat kata ة ي ْرقْ
لا yang berarti negeri, akan tetapi yang dimaksudkan pada ayat tersebut adalah penduduk dalam negeri itu, karena negeri tidak mungkin menjawab/berbiscara ketika ada yang berbicara, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan adalah penduduk dalam negeri tersebut, Contoh lain terdapat pada Q.S Al-‘Alaq(96): 17-18
ه ي ِدا ن عد يلف ة يِنا ب َّزلٱ عْد ن س
14 Murdiono, Al-Qur’an sebagai media pembelajaran ilmu bayan, 97
10
“maka biarlah dia memanggil golongannya(untuk menolognya),Kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah.”
Ayat diatas terdapat kata ه ي ِدا ن dimana arti kata tersebut adalah tempay berkumpul, akan tetapi yang dimaksudkan disini adalah orang-orang yang ada di tempat tersebut, yang verasa di tempat yang sama, baik ditempat itu ada kelurganya atau pembantunya bahkan siapapun yang ada tempat itu.15
9. Aliyah
Aliyah adalah majaz dengan kondisi menyebutkan alat bendanya, akan tetapi yang dimaksudkan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh alat/benda tersebut. Contohnya ada pada Q.S. As-Shaff (61): 8
ه ِرْو ن ُّمِت م هللّٰا و ْْۗم ِه ِها وْفاِب ِ ه
للّٰا رْو ن ا ْو ُٔـ ِف ْط يِل ن ْو دْي ِر ي ن ْو ر ِفٰ
كْ
لا ه ِرك ْول و
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.”
Kata مههاوفأ memiliki arti mulut-mulut, akan teteapi pada ayat diatas yang dimaksud bukanlah mulutnya, akan tetapi perkataan yang keluar dari mulut tersebut, dan tidak disebutkan secara jelas dengan kata ucapan, akan tetapi lewat alat ucapan tersebut, yakni mulut.
Contoh lain terdapat pada Q.S. Maryam(19): 50
ا ًّيِل ع ٍقْد ِص نا سِل ْم هل ا نْ
ل ع ج و ا نِت مْح َّر ْنِِّم ْم ه ل ا نْب ه و و ࣖ
“Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia.”
Pada ayat diatas ٍقْد ِص نا سِل tidak diartikan sebagai ;isan yang jujur seperti makna hakikatnya, akan tetapi dimaknai sebagu bahasa yang baik dan jujur, disini pemakaian alat نا سِلdisamakan atau dimaksudkan dengan makna ةغللا.16
15 Murdiono, Al-Qur’an sebagai media pembelajaran ilmu bayan, 95
16 Murdiono, Al-Qur’an sebagai media pembelajaran ilmu bayan, 98
11 BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan
Majaz Mursal yaitu penggunaan kata yang bukan untuk makna sebenarnya karena adanya hubungan antara makna hakiki dan makna majazi yang tidak serupa dan disertai adanya qorinah yang tidak memperbolehkan memahami kata tersebut dengan makna aslinya. Macam-macam Majaz Mursal: As-sababiyyah: menyebutkan sebab sesuatu tetapi yang dimaksud adalah disebabkannya. Musabbahbiyah:
menyebutkan akibat sesuatu tetapi yang dimaksud adalah sebabnya. Juz’iyyah:
menyebutkan sebagian dengan maksud seluruhnya. Kulliyah: menyebutkan seluruhnya dengan maksud sebagian. I’tibaar maa kaana: menyebutkan sesuatu dengan sesuatu yang lalu atau sudah terjadi. I’tibaar maa yakuun: menyebutkan sesuatu dengan sesuatu yang akan terjadi. Al- mahalliyah: menyebutkan tempat dengan maksud sesuatu yang ada di dalamnya. Al- haaliyyah: menyebutkan sesuatu yang ada di suatu tempat dengan maksud tempatnya. Aliyyah: menyebutkan alatnya, sedangkan yang dimaksudkannya adalah sesuatu yang dihasilkan oleh alat tersebut.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.
12
DAFTAR PUSTAKA
M Napis Djuaeni dan Hamzah, Majaz Konsep Dasar dan Klasifikasi Dalam Ilmu Balaghah (Lamongan: Academia Publication, 2021).
Murdiono, Al-Qur’an sebagai media pembelajaran ilmu bayan, (Malamg: UMMpress, 2020).
Sagala, Rumadani Balaghah (Bandar Lampung, 2016).
Syamsuddin Noor, Muhammad, Majaz Mursal Dalam Surah Al-Baqarah 6, no. 1 (2019).
Syarifuddin, Kamus Istilah Ilmu Balaghah (Yogyakarta: AG Publisher, 2016).
Syatibi, Ahmad, Balaghah I (Ilmu Bayan) Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an (Jakana: Tarjamah Center, 2016).