• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Menular

N/A
N/A
B5DE

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Menular"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR

OLEH

ADDINI AMIRA PUTRI X MIA 3

SMA NEGERI 3 MEDAN

T.A. 2019/2020

(2)

Kata pengantar

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Menular” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga

terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas pelajaran PJOK. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan saya juga menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak guru Suyono S.Pd, M.Or sebagai guru bidang studi yang telah banyak memberi petunjuk dan semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyususan makalah dapat dibuat dengan sebaik- baiknya. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 7 Mei 2020

Addini Amira Putri

(3)

Daftar Isi

Judul

Kata Pengantar Daftar Isi

Abstrak...1

BAB I Pendahuluan...2

1.1. Latar Belakang...2

1.2. Identifikasi Masalah...5

1.3. Batasan Masalah...5

1.4. Rumusan Masalah...5

1.5. Tujuan Masalah...6

BAB II Pembahasan...7

2.1. Kajian Teori...7

2.1.1. Hakikat Penyakit Menular...7

2.1.2. Jenis-Jenis Penyakit Menular dan Penyebabnya...7

2.1.3. Penyebaran Penyakit Menular Secara Umum...10

2.1.4. Dampak Buruk dari Penyakit Menular...10

(4)

2.1.5. Penyakit Menular (COVID-

19)...12

2.1.5.1. Pengertian COVID-19...12

2.1.5.2. Faktor Resiko Infeksi Corona Virus...13

2.1.5.3. Tanda dan Gejala...13

2.1.5.4. Penularan...15

2.1.5.5. Diagnosa...16

2.1.5.6. Komplikasi...17

2.1.5.7. Perawatan...18

2.1.5.8. Pemberian Obat- obatan...18

2.1.5.9. Pencegahan...20

BAB III Penutup...23

3.1. Kesimpualan...23

3.2. Saran...23

Daftar Pustaka...24

(5)
(6)

Abstrak

Tujuan : penyakit menular merupakan penyakit yang harus diwaspadai karena menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Beberapa dari penyakit menular dapat ditularkan melalui udara, dan pada umumnya, penyakit menular dapat menyebabkan kematian. Kondisi ini semakin buruk dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan beberapa penyakit infeksi akut yang berbahaya menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang. maka, kita harus menjaga kesehatan tubuh dengan menjaga kebersihan diri dan linkungan, memakan makanan yang sehat dan bergizi, dan olahraga yang teratur. Dengan itu, kita dapat menghindari tertularnya penyakit menular atau memperlambat penyebarannya.

Penyakit ini dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, penularannya tersebut bisa terjadi secara langsung atau tidak langsung dan juga bisa menular melalui perantara atau penghubung.

Penyakit menular biasanya ditandai dengan adanya penyebab penyakit yang hidup dan bisa berpindah menyerang inang (penderita). Penyakit menular disebabkan oleh agen biologi seperti halnya virus, bakteria, atau parasit dan bukan disebabkan oleh faktor fisik seperti luka bakar atau zat kimia (keracunan).

Kata kunci : penyakit, virus, vitamin C

BAB I

(7)

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Penyakit menular menjadi salah satu penyebab utama kematian di Dunia. Penyebabnya munculnya penyakit baru (new emerging disease) dan munculnya kembali penyakit menular yang lama (re-emerging disease) membuat Indonesia menanggung beban berlebih dalam penanggulangan penyakit (triple burden disease) (Kemenkes, 2013). Kondisi ini semakin buruk dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan beberapa penyakit infeksi akut yang berbahaya menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang seperti

leptospirosis (Widarso dan Wilfried, 2008).

Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya. Salah satu fokus perhatian pemerintah di bidang kesehatan masyarakat adalah upaya untuk memutus rantai penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan AIDS (Hutapea, Sarumpaet, &

Rasmaliah, 2013). Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh Human Immunodeficieny Virus (HIV). Virus tersebut melumpuhkan sel- sel darah putih yang berfungsi dalam kekebalan tubuh (McCance, 2010). Asia merupakan wilayah dengan penduduk terinfeksi HIV terbanyak kedua di dunia setelah Sub Sahara Afrika.

Berdasarkan data UNAIDS tahun 2014, di Asia terdapat 5 juta orang terinfeksi HIV. Jumlah kasus baru 340.000 orang terinfeksi HIV (UNAIDS, 2014). Kasus HIV/AIDS di Indonesia harus ditanggapi dengan serius karena jumlah penderita terus meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia, dari 1 Januari sampai 30 September 2013 tercatat orang yang terinfeksi HIV sejumlah 20.413 dan penderita AIDS sejumlah 2.763, jumlah kematiannya adalah 318. Sementara itu, jumlah penderita dari 1 Januari sampai 30 September 2014 tercatat kasus HIV sejumlah 22.689 dan AIDS 1.876, jumlah kematiannya adalah 211. Provinsi dengan kasus HIV dan AIDS terbanyak yang dilaporkan adalah Papua, diikuti Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, Jawa Barat (Depkes RI, 2014). Cara penularan penyakit HIV/AIDS ini seperti heteroseksual, penggunaan narkoba suntik, homoseksual, perinatal, dan pekerja seks. Kasus yang terbanyak disebabkan karena heteroseksual yaitu hubungan seksual tanpa pengaman (Hutapea, 2011). Penyakit AIDS ini juga bisa menyebabkan infeksi oportunistik, seperti TBC, diare kronis, candidiasis oro-

(8)

faringeal, dermatitis generalisata, dan limfadenopati generalisata persisten. Salah satu infeksi oportunistik yang bersifat fatal seperti toxoplasmosis, pneumonia (Duarsa, 2014). Salah satu faktor risiko terjadinya penularan AIDS adalah tingkat pendidikan yang rendah sehingga pengetahuan tentang penularan dan bahaya HIV/AIDS kurang. Padahal HIV/AIDS ini dapat dicegah dengan cara yang sederhana misalnya dengan memakai kondom, tidak berganti – ganti pasangan, dengan penatalaksanaan yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup penderita HIV/

AIDS (Duarsa, 2014). Faktor yang mempengaruhi prognosis penderita HIV/AIDS adalah jumlah CD4 HIV menargetkan sel CD4 dengan cara mengikat permukaan sel CD4, memasuki sel CD4 dan menjadi bagiannya, kemudian virus melanjutkan untuk bereplikasi, yang mengarah ke penurunan bertahap dari sel CD4 dan menjadi AIDS (WebMD, 2016). AIDS adalah tahap infeksi HIV yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh rusak parah dan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik. Ketika jumlah sel CD4 turun di bawah 200 sel/mm3, maka dianggap telah

berkembang menjadi AIDS. Dalam seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat, jumlah CD4 antara 500 dan 1.600 sel/mm3. Penderita HIV juga dianggap telah berkembang menjadi AIDS jika terdapat satu atau lebih oportunistik penyakit, terlepas dari jumlah CD4 (AIDS.gov, 2016). Selain itu, jumlah virus HIV dalam darah, umur, infeksi hepatitis B atau hepatitis C, penggunaan jarum suntik, dan keseriusan dalam pengobatan HIV juga berpengaruh pada prognosis penyakit HIV/AIDS (Carter & Hughson, 2012).

Saat ini, kita dikejutkan dengan kemunculan virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia yaitu Coronavirus Disease (COVID-19). Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat

menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia. Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.

Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal,

(9)

dan bahkan kematian. Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 16 Februari 2020, secara global dilaporkan 51.857 kasus konfimasi di 25 negara dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%). Rincian negara dan jumlah kasus sebagai berikut: China 51.174 kasus konfirmasi dengan 1.666 kematian, Jepang (53 kasus, 1 Kematian dan 355 kasus di cruise ship Pelabuhan Jepang), Thailand (34 kasus), Korea Selatan (29 kasus), Vietnam (16 kasus), Singapura (72 kasus), Amerika Serikat (15 kasus), Kamboja (1 kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (12 kasus), Australia (15 kasus), Malaysia (22 kasus), Filipina (3 kasus, 1 kematian), Sri Lanka (1 kasus), Kanada (7 kasus), Jerman (16 kasus), Perancis (12 kasus), Italia (3 kasus), Rusia (2 kasus), United Kingdom (9 kasus), Belgia (1 kasus), Finlandia (1 kasus), Spanyol (2 kasus), Swedia (1 kasus), UEA (8 kasus), dan Mesir (1 Kasus). Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan

terinfeksi. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan sebagian besar adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat

pneumonia luas di kedua paru. Menurut hasil penyelidikan epidemiologi awal, sebagian besar kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja, menangani, atau pengunjung yang sering berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini, penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti. WHO melaporkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terbatas (pada kontak erat dan petugas kesehatan) telah dikonfirmasi di China maupun negara lain.

Berdasarkan kejadian MERS dan SARS sebelumnya, penularan manusia ke manusia terjadi melalui droplet, kontak dan benda yang terkontaminasi, maka penularan COVID-19 diperkirakan sama. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat.

1.2. Identifikasi masalah

(10)

Dari latar belakang yang sudah disebutkan di atas, serta belum adanya data penelitian, Maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk penyakit menular.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah yang didasarkan pada latar belakang adalah sebagai berikut : 2. Penyakit yang dibahas adalah COVID-19 yang merupakan virus jenis baru yang

belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

3. Penyakit ini dapat menyerang semua umu, semua jenis kelamin, dan ras yang ada di dunia.

4. Banyak gejala yang tertuju ke penyakit COVID-19, secara umum gejala klinisnya adalah demam, batuk, flu, sesak napas, sakit tenggorokan.

1.4. Rumusan masalah

Dalam makalah yang berjudul aktivitas Kebugarann Jasmani yang Berhubungan dengan Kesehatan mengangkat masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari penyakit menular?

2. Apa saja jenis-jenis penyakit menular dan penyebabnya?

3. Bagaimana cara penyebaran penyakit menular secara umum?

4. Apa saja dampak buruk dari penyakit menular?

5. Apa itu penyakit menular (COVID-19)?

6. Apa pengertian dari COVID-19?

7. Apa saja faktor resiko infeksi corona virus?

8. Apa saja tanda dan gejala COVID-19 9. Bagaimana penularannya?

10. Bagaimana cara menentukan diagnosanya?

11. Apa saja komplikasi yang didapat oleh penderita?

12. Bagaimana perawatannya?

13. Apa saja obat-obatan yang diberikan?

(11)

14. Bagaimana pencegahannya?

1.5. Tujuan Masalah

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk

1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit menular.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit menular dan penyebabnya.

3. Untuk mengetahui penyebaran penyakit menular secara umum.

4. Untuk mengetahui dampak buruk dari penyakit menular.

5. Untuk mengetahui penyakitmenular (COVID-19).

6. Untuk megetahui pengertian dari COVID-19.

7. Untuk mengetahui faktor resiko infeksi corona virus.

8. Untuk mengetahui tanda dan gejalanya.

9. Untuk mrngrtahui cara penularannya.

10. Untuk mengetahui cara menentukan diagnosanya.

11. Untuk mengetahui komplikasi yang di dapat oleh penderita.

12. Untuk mengetahui cara perawatannya.

13. Untuk mengetahui obat-obatan apa yang diberikan.

14. Untuk mengethui cara pencegahannya.

BAB II

(12)

Pembahasan

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakikat Penyakit Menular

Penyakit menular menurut para ahli adalah sebuah penyakit yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Penularan tersebut bisa terjadi secara langsung atau tidak langsung dan juga bisa menular melalui perantara atau penghubung. Penyakit menular biasanya ditandai dengan adanya penyebab penyakit yang hidup dan bisa berpindah menyerang inang (penderita).

Di dunia medis, pengertian penyakit menular atau biasa disebut penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh agen biologi seperti halnya virus, bakteria, atau parasit dan bukan disebabkan oleh faktor fisik seperti luka bakar atau zat kimia (keracunan).

2.1.2. Jenis-Jenis Penyakit Menular dan Penyebabnya

Berikut ini adalah macam jenis atau contoh penyakit menular yang biasa kita temui di tengah tengah masyarakat.

1. Diare

Infeksi rotavirus adalah adalah infeksi virus yang menyebabkan peradangan di saluran pencernaan.

Infeksi rotavirus menjadi penyebab umum diare pada bayi dan anak-anak, terutama di negara-negara dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik.

Gejala infeksi rotavirus bisa muncul setelah 2 hari terpapar virus ini. Salah satu gejala yang paling sering terjadi adalah diare. Diare yang disebabkan oleh infeksi virus ini dapat

menyebabkan hilangnya cairan dari dalam tubuh dalam waktu yang cepat, sehingga rentan terjadi dehidrasi.

Diare sering kali mudah menjangkiti orang, entah karena salah makan atau karena hal lainnya.

Perlu diketahui bahwa diare bisa menular kepada orang melalui virus dengan perantara atau

(13)

media seperti diatas. Penyebab diare selain dari penularan juga bisa akibat dari makan makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri yang dibawa oleh lalat atau sejenisnya.

2. Malaria

Malaria juga merupakan penyakit menular yang bisa disalurkan melalui nyamuk. Nyamuk jenis ini berbeda dengan nyamuk biasanya, sering disebut dengan nyamuk malaria. Anda bisa menggunakan lotion anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk tersebut. Salah satu tempat kesukaan nyamuk malaria adalah tempat tempat genangan air, jadi kita harus selalu menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan tidak ada genangan air disekitar rumah.

3. Tifus

Penderita tifus biasanya akan mengalami kekurangan cairan dan tubuh terasa lemas. Nah, tifus ini sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Penyebabnya adalah bakteri Salmonella Thypi yang merupakan penular tifus. Dengan menjaga kebersihan dan menjaga kehigienisan makanan atau minuman yang dikonsumsi dapat membantu menghindari penyakit menular ini.

4. Batuk

Salah satu penyakit yang mudah menular adalah batuk. Sebab penyebarannya dapat melalui udara. Orang yang batuk dan lupa tidak memakai masker dapat menyebar virus yang jika dihirup orang lain, bisa meyebabkan batuk ke orang tersebut. Untuk menghindari batuk, Anda bisa memakai masker atau pelindung lainya. Penyakit lain yang berhubungan dengan batuk pun bisa menyebar melalui udara, jadi untuk Anda pastikan bahwa daya tahan tubuh kuat dan mengonsumsi vitamin C yang cukup.

5. Penyakit Menular Seksual

Selain ke empat penyakit diatas, ada penyakit menular berbahaya yang menghantui masyarakat Indonesia yakni PMS (Penyakit Menular Seksual). Penyebabnya adalah virus yang lama kelamaan menyebabkan penderitanya lemah. Penderita penyakit seks menular ini bisa menjangkiti orang lain melalui kontak cairan seperti ludah atau air susu. Anda diwajibkan untuk

(14)

selalu mewaspadai terhadap penyakit seks menular ini dengan melakukan seks sehat kepada pasangan yang sah, tidak bergonta ganti pasangan serta menghindari kontak caira dengan si penderita (darah, ludah dan ASI).

6. Penyakit Menular Hepatitis

Penyakit berikutnya yang bisa menular ke orang lain adalah hepatitis atau biasa disebut dengan penyakit kuning. Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu. Pencegahan penyakit menular hepatitis ini bisa kita lakukan dengan cara menghindari kontak langsung dengan si penderita dan jangan mengonsumsi makanan atau minuman yang cara pemasakannya kurang baik.

Salah satu penyebaran hepatitis adalah ketika melakukan tranfusi darah. Ketika transfusi darah, Anda atau anggota keluarga harus senantiasa waspada dan menanyakan apakah semua peralatan yang digunakan sudah steril atau belum. Selain itu, kita juga harus memakan makanan yang sehat.

7. Demam Berdarah

Seperti yang kita tahu bahwa nyamuk Aedes Aegypti merupakan agen penular penyakit Demam Berdarah. Nyamuk jenis ini bisa diberantas dengan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan mengikuti program pemerintah yaitu 3 M dibarengi dengan keamanan personal yakni menggunakan lotion anti nyamuk, kipas angin, sprai pengusir nyamuk ataupun bisa menggunakan AC yang bisa mengusir nyamuk.

8. TBC

TBC adalah penyakit yang menjadi momok bagi masyarakat di Indonesia. Pasalnya penyebaran TBC tergolong cepat dan mudah menjangkiti tubuh. Penularan TBC (Tuberculosis) ini melalui

(15)

bakteri. Untuk mencegah penyakit menular ini pastikan daya tubuh Anda kuat dan pakailah masker dalam menjaga tubuh dari penularan penyakit TBC.

2.1.3. Penyebaran Penyakit Menular Secara Umum

Cara penyebaran penyakit menular secara umum yaitu :

1. Media Langsung dari Orang terjangkit kepada orang lain (biasanya melalui permukaan kulit) 2. Media udara juga bisa menjadi media dalam penularan penyakit secara langsung atau tidak langsung, karena udara sisa pernafasan tersebut bisa saja mengandung virus atau bakteri dan terkandung dalam air yang disebut dengan borne disease.

3. Media air pun bisa menjadi penularan penyakit secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.4. Dampak buruk dari Penyakit Menular

Berikut adalah dampak buruk dari penyakit menular

1. Dampak akibat mengidap penyakit TBC

TBC merupakan penyakit yang mudah menular, hanya dengan berada disekitar penderita dengan tidak memakai alat pengaman saja kemungkinan orang tersebut bisa tertular. Hal tersebut bisa terjadi melalui air liur yang keluar ketika bersin atau batuk. Jika tidak segera ditangani TBC akan bisa cepat menular.

Akibat TBC ini, seseorang biasanya akan batuk secara terus menerus dan bisa mengeluarkan darah. Hal hal yang dapat menularkan TBC ke orang lain adalah Berjabat tangan dengan penderita, berciuman, memakai sikat gigi yang sama, atau berbagi makanan dan minuma dengan si penderita TBC.

(16)

Rata rata pengidap TBC kehilangan waktu produktifnya 3 sampai 4 bulan. Karena tubuhnya akan terasa lemas dan mudah lelah. Bahkan dalam kondisi darurat biasanya TBC akan menyebabkan tubuh menjadi lemah tak berdaya.

Dampak bagi keluarga adalah rentan tertular TBC, termasuk anak atau orang lain yang berada dalam satu rumah. Jika ada satu anggota keluarga mengidap penyakit menular TBC biasanya akan sulit untuk bergaul bahkan dengan keluarganya sendiri. Jika melihat data di NTT, pendapatan keluarga turun 20% sampai 30% ketika ada 1 anggota keluarga yang mengidap penyakit TBC. Itu dikarenakan kebanyakan yang mengidap TBC tidak dapat bekerja.

2. Dampak penyakit menular PMS (Penyakit Menular Seks)

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Penyakit Seks Menular ini sangat berbahaya dan berdampak buruk bagi orang di sekitar penderitanya. Penyebab PMS sendiri adalah bisa dari hubungan seks tidak sehat, bergonta ganti pasangan dan penyakit ini bisa meular dari ibu ke anak melalui ASI.

Jika kita melihat dampak yang ditimbulkan biasanya sedikit menakutkan karena, penyakit seks ini bermacam – macam mulai dari sipilis, HIV/AIDS dan lain sebagainya. Kondisi fisik pengidap penyakit menular seks ini biasanya lemah dan sulit melakukan aktifitas seperti biasanya. Jika seseorang didalam rumah mengidap penyakit ini, alangkah baiknya anggota keluarga yang lain memberikan perhatian yang khusus seperti pemberian alat sehari hari tersendiri (alat makan, alat mandi, dll) dan pisahkan dari anggota keluarga yang lain.

Tapi disisi psikologi, jangan sampai menjauhi penderitanya tetap berikan perhatian seperti sering komunikasi bersama keluarga dan diajak bercanda. Berikan semangat kepada penderita supaya tetap memiliki optimisme. Ada satu hal yang diperaya mampu mengobati segala penyakit yaitu sugesti. Sugesti yang berasal dari dalam akan mampu membuat tubuh bekerja optimal dalam melawan penyakit bahkan penyakit ganas sekalipun. Kebalikannya jika orang pesimis dan tak memiliki kekuatan pikiran untuk sembuh, bisa saja penyakit ringan sekalipun akan sulit disembuhkan.

(17)

2.1.5. Penyakit Menular (COVID-19)

Saat ini, kita dikejutkan dengan kemunculan virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia yaitu Coronavirus Disease (COVID-19). Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember, 2019 di Wuhan, ibu kota provinsi Hubei China, dan sejak saat itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi yang berkelanjutan. Pada 4 Mei 2020, lebih dari 3,56 juta kasus telah dilaporkan di 187 negara dan wilayah, yang melibatkan lebih dari 251.000 kematian. Lebih dari 1,6 juta orang telah pulih. Virus ini dianggap alami dan berasal dari hewan , melalui infeksi spillover. [253] The actual origin is unknown, but the first known cases of infection happened in China.Asal sebenarnya tidak diketahui, tetapi kasus infeksi pertama yang diketahui terjadi di Cina. By December 2019, the spread of infection was almost entirely driven by human-to-human transmission. Pada Desember 2019, penyebaran infeksi hampir seluruhnya didorong oleh penularan dari manusia ke manusia. [206][254] A study of the first 41 cases of confirmed COVID-19, published in January 2020 in The Lancet , revealed the

earliest date of onset of symptoms as 1Sebuah studi terhadap 41 kasus pertama COVID-19 terkonfirmasi, yang diterbitkan pada Januari 2020 di The Lancet, mengungkapkan tanggal paling awal timbulnya gejala sebagai 1 December 2019. [255][256][257] Official publications from the WHO reported the earliest onset of symptoms as 8 Desember 2019. Publikasi resmi dari WHO melaporkan timbulnya gejala paling awal sebagai 8 Desember 2018. Penularan dari manusia ke manusia dikonfirmasi oleh WHO dan otoritas Cina pada 20 Januari.

December 2019. [258] Human-to-human transmission was confirmed by the WHO and Chinese authorities by 20 January 2020. [259][260]

2.1.5.1. Pengertian COVID-19

Coronavirus Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali dalam hidupnya.

Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti:

(18)

 Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).

 Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).

 Pneumonia.

SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke beberapa negara lain.

Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Inggris, Italia, Swedia, Swiss, Rusia, hingga Amerika Serikat. Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan 2003 itu menjangkiti 8.098 orang di berbagai negara. Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut.

Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi, yaitu:

 HCoV-229E.

 HCoV-OC43.

 HCoV-NL63.

 HCoV-HKU1.

 SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).

 MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah).

 COVID-19 atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan wabah pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, dan menyebar ke negara lainnya mulai Januari 2020. Indonesia sendiri mengumumkan adanya kasus covid 19 dari Maret 2020.

2.1.5.2. Faktor Risiko Infeksi Coronavirus

Siapa pun dapat terinfeksi virus corona. Akan tetapi, bayi dan anak kecil, serta orang dengan kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap serangan virus ini. Selain itu, kondisi musim juga mungkin berpengaruh. Contohnya, di Amerika Serikat, infeksi virus corona lebih umum terjadi pada musim gugur dan musim dingin.

Di samping itu, seseorang yang tinggal atau berkunjung ke daerah atau negara yang rawan virus corona, juga berisiko terserang penyakit ini. Misalnya, berkunjung ke Tiongkok, khususnya kota Wuhan, yang pernah menjadi wabah COVID-19 yang bermulai pada Desember 2019.

(19)

2.1.5.3. Tanda Dan Gejala

is the most common symptom, although some older people and those with other health problems experience fever later in the disease.Demam adalah gejala yang paling umum, meskipun beberapa orang yang lebih tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan lainnya mengalami demam di kemudian hari. [4][36] In one study, 44% of people had fever when they presented to the hospital, while 89% went on to develop fever at some point during their hospitalization.Dalam satu penelitian, 44% orang mengalami demam ketika mereka datang ke rumah sakit, sementara 89% mengalami demam di beberapa titik selama dirawat di rumah sakit. [4][37]

Other common symptoms include , , , , , and and .Gejala umum lainnya termasuk batuk , kehilangan nafsu makan , kelelahan , sesak napas , produksi dahak , dan nyeri otot dan sendi. [4]

[5][1][38] Symptoms such as , , and have been observed in varying percentages.Gejala seperti mual , muntah , dan diare telah diamati dalam berbagai persentase. Gejala yang kurang umum termasuk bersin, pilek, atau sakit tenggorokan.

Gejala COVID-19

Symptom Gejala Range Jarak

Fever Demam 83–99%

83–99%

Cough Batuk 59–82%

59–82%

Loss of appetite Kehilangan selera makan

40–84%

40-84%

Fatigue Kelelahan 44–70%

44–70%

Shortness of breath Sesak napas

31–40%

31-40%

Coughing up sputum Batuk berdahak

28–33%

28–33%

Muscle aches and pains Nyeri dan nyeri otot

11–35%

11–35%

(20)

Some cases in China initially presented with only and .Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak dada dan jantung berdebar.

A decreased sense of smell or disturbances in taste may occur.Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa dapat terjadi. Kehilangan bau adalah gejala yang muncul pada 30% kasus yang dikonfirmasi di Korea Selatan.

As is common with infections, there is a delay between the moment a person is first infected and the time he or she develops symptoms.Seperti yang umum dengan infeksi, ada penundaan antara saat seseorang pertama kali terinfeksi dan saat ia mengalami gejala. This is called the . Ini disebut masa inkubasi . The incubation period for COVID-19 is typically five to six days but may range from two to 14 days, [47][48] although 97.5% of people who develop symptoms will do so within 11.5 days of infection. Masa inkubasi untuk COVID-19 biasanya lima sampai enam hari tetapi dapat berkisar dari dua hingga 14 hari, meskipun 97,5% orang yang mengalami gejala akan melakukannya dalam 11,5 hari infeksi. [49]

A minority of cases do not develop noticeable symptoms at any point in time.Sebagian kecil kasus tidak mengembangkan gejala yang terlihat pada titik waktu tertentu. Pembawa tanpa gejala ini cenderung tidak diuji, dan perannya dalam transmisi belum sepenuhnya diketahui. Namun, bukti awal menunjukkan bahwa mereka dapat berkontribusi pada penyebaran penyakit. Pada Maret 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan bahwa 20% dari kasus yang dikonfirmasi tetap tanpa gejala selama tinggal di rumah sakit.

2.1.5.4. Penularan \

COVID-19 is a new disease, and the ways it spreads between people are under

investigation, including: the predominant role of small droplets, the extent to when and how it may be be transmitted through air, and how long expelled droplets remain infectious on

surfaces.COVID-19 adalah penyakit baru, dan cara penyebarannya di antara orang-orang sedang diselidiki, termasuk: peran utama tetesan kecil, sejauh mana dan bagaimana ia dapat ditularkan melalui udara, dan berapa lama tetesan yang dikeluarkan tetap menular pada permukaan. [6][17][19]

The disease is spread during close contact, often by small droplets produced during coughing,

(21)

sneezing, or talking.Penyakit ini menyebar selama kontak dekat, seringkali oleh tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara. [6][19] During close contact, (1 to 2 metres, 3 to 6 feet), people catch the disease after breathing in contaminated droplets that were exhaled by infected people.Selama kontak dekat, (1 hingga 2 meter, 3 hingga 6 kaki), orang tertular penyakit ini setelah menghirup tetesan yang terkontaminasi yang dihembuskan oleh orang yang terinfeksi.

However, the droplets are relatively heavy and usually fall to the ground or surfaces, as opposed to being infectious over large distances. Namun, tetesannya relatif berat dan biasanya jatuh ke tanah atau permukaan, dan tidak menular pada jarak yang jauh. [6][19]After the droplets fall to floors or surfaces, they still can infect other people, if they touch contaminated surfaces and then their eyes, nose or mouth with unwashed hands. Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih dapat menginfeksi orang lain, jika mereka menyentuh permukaan yang

terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau mulut mereka dengan tangan yang tidak dicuci.

[6] On surfaces the amount of active virus decreases over time until it can no longer cause infection.Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang dari waktu ke waktu hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. [19] However, experimentally, the virus can survive on various surfaces for some time, (for example copper or cardboard for a few hours, and plastic or steel for a few days).Namun, secara eksperimental, virus dapat bertahan di berbagai permukaan selama beberapa waktu, (misalnya tembaga atau kardus selama beberapa jam, dan plastik atau baja selama beberapa hari). [19][64] Surfaces are easily decontaminated with household disinfectants which kill the virus outside the human body or on the hands.Permukaan mudah didekontaminasi dengan desinfektan rumah tangga yang membunuh virus di luar tubuh manusia atau di tangan. [6]

Disinfectants or bleach are not a treatment for COVID-19, and cause health problems when not used properly, such as inside the human body.Desinfektan atau pemutih bukanlah pengobatan untuk COVID-19, dan menyebabkan masalah kesehatan jika tidak digunakan dengan benar, seperti di dalam tubuh manusia.[65]

and carry large amounts of virus.Dahak dan air liur membawa sejumlah besar virus. [66][6][17][19]

Some medical procedures may result in the virus being transmitted easier than normal for such small droplets, known as airborne transmission .Beberapa prosedur medis dapat menyebabkan virus ditransmisikan lebih mudah dari biasanya untuk tetesan kecil seperti itu, yang dikenal sebagai transmisi udara. [6][19]

(22)

The virus is most contagious during the first three days after onset of symptoms, although spread is known to occur up to two days before symptoms appear (presymptomatic transmission) and in later stages of the disease.Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah timbulnya gejala, meskipun penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari sebelum gejala muncul (penularan secara asimptomatik) dan pada tahap selanjutnya dari penyakit. [17][19][67][68] Some people have been infected and recovered without showing symptoms, but uncertainties remain in terms of asymptomatic transmission.Beberapa orang telah terinfeksi dan pulih tanpa menunjukkan gejala, tetapi ketidakpastian tetap dalam hal penularan asimptomatik. [19]

Although COVID-19 is not a , kissing, intimate contact, and faecal oral routes are suspected to transmit the virus.Meskipun COVID-19 bukan infeksi menular seksual , dicium, hubungan intim, dan rute oral feses diduga menularkan virus

Awalnya, virus corona jenis COVID-19 diduga bersumber dari hewan. Virus corona COVID-19 merupakan virus yang beredar pada beberapa hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar.

Sebenarnya virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari manusia ke manusia.

2.1.5.5. Diagnosa

WHO telah menerbitkan beberapa protokol pengujian untuk penyakit ini. [94] The standard method of testing is (rRT-PCR).Metode pengujian standar adalah reaksi berantai reverse

transcription polymerase chain (rRT-PCR). [95] The test is typically done on respiratory samples obtained by a ;Tes ini biasanya dilakukan pada sampel pernapasan yang diperoleh dari swab nasofaring ; however, a nasal swab or sample may also be used. Namun, sampel usap hidung atau dahak juga dapat digunakan. [22][96] Results are generally available within a few hours to two days. Hasil umumnya tersedia dalam beberapa jam hingga dua hari. [97][98] Blood tests can be used, but these require two blood samples taken two weeks apart, and the results have little immediate value.Tes darah dapat digunakan, tetapi ini membutuhkan dua sampel darah yang diambil terpisah dua minggu, dan hasilnya memiliki sedikit nilai langsung. [99] Chinese scientists

(23)

were able to isolate a strain of the coronavirus and publish the so laboratories across the world could independently develop (PCR) tests to detect infection by the virus.Ilmuwan Cina mampu mengisolasi strain virus corona dan menerbitkan urutan genetik sehingga laboratorium di seluruh dunia dapat secara independen mengembangkan tes reaksi rantai polimerase (PCR) untuk mendeteksi infeksi oleh virus. [10][100][101] As of 4 April 2020 , (which may detect active

infections and whether a person had been infected in the past) were in development, but not yet widely used.Pada 4 April 2020 , tes antibodi (yang dapat mendeteksi infeksi aktif dan apakah seseorang telah terinfeksi di masa lalu) sedang dalam pengembangan, tetapi belum banyak digunakan. [102][103][104] The Chinese experience with testing has shown the is only 60 to 70%.Pengalaman China dalam pengujian telah menunjukkan keakuratannya hanya 60 hingga 70%. [105] The FDA in the United States approved the first on 21 March 2020 for use at the end of that month.FDA di Amerika Serikat menyetujui tes titik perawatan pertama pada 21 Maret 2020 untuk digunakan pada akhir bulan itu. [106]

Diagnostic guidelines released by Zhongnan Hospital of suggested methods for detecting infections based upon clinical features and epidemiological risk.Pedoman diagnostik yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Zhongnan dari Universitas Wuhan menyarankan metode untuk mendeteksi infeksi berdasarkan fitur klinis dan risiko epidemiologis. These involved identifying people who had at least two of the following symptoms in addition to a history of travel to or contact with other infected people: fever, imaging features of pneumonia, normal or reduced white blood cell count, or reduced count. Ini melibatkan mengidentifikasi orang-orang yang memiliki setidaknya dua dari gejala berikut selain riwayat perjalanan ke Wuhan atau kontak dengan orang yang terinfeksi lainnya: demam, gambaran pencitraan pneumonia, jumlah sel darah putih normal atau berkurang, atau berkurangnya jumlah limfosit. [107]

A study asked hospitalised COVID-19 patients to cough into a sterile container, thus producing a saliva sample, and detected the virus in eleven of twelve patients using RT-PCR.Sebuah

penelitian meminta pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit untuk batuk ke dalam wadah steril, sehingga menghasilkan sampel air liur, dan mendeteksi virus pada sebelas dari dua belas pasien yang menggunakan RT-PCR. This technique has the potential of being quicker than a swab and involving less risk to health care workers (collection at home or in the car). Teknik ini

(24)

memiliki potensi lebih cepat daripada swab dan melibatkan risiko yang lebih kecil bagi petugas kesehatan (pengumpulan di rumah atau di dalam mobil). [66]

Along with laboratory testing, chest CT scans may be helpful to diagnose COVID-19 in individuals with a high clinical suspicion of infection but are not recommended for routine screening.Seiring dengan pengujian laboratorium, CT scan dada mungkin membantu untuk mendiagnosis COVID-19 pada individu dengan kecurigaan klinis yang tinggi terhadap infeksi tetapi tidak direkomendasikan untuk skrining rutin. [23][24] Bilateral multilobar with a peripheral, asymmetric, and posterior distribution are common in early infection.Kekeruhan tanah-kaca multilobar bilateral dengan distribusi perifer, asimetris, dan posterior sering terjadi pada infeksi awal. [23] Subpleural dominance, (lobular septal thickening with variable alveolar filling), and may appear as the disease progresses.Dominasi subpleural, paving gila (penebalan septum lobular dengan pengisian alveolar variabel), dan konsolidasi dapat muncul saat penyakit berkembang. [23][108]

In late 2019, WHO assigned the emergency disease codes for deaths from lab-confirmed SARS-CoV-2 infection and U07.2 for deaths from clinically or epidemiologically diagnosed COVID-19 without lab-confirmed SARS-CoV-2 infection.Pada akhir 2019, WHO menetapkan kode penyakit ICD-10 darurat U07.1 untuk kematian akibat infeksi SARS-CoV-2 yang

dikonfirmasi laboratorium dan U07.2 untuk kematian akibat COVID yang didiagnosis secara klinis atau epidemiologis-19 tanpa SARS-CoV- yang dikonfirmasi laboratorium. 2 infeksi.[109]

2.1.5.6. Komplikasi

In some, the disease may progress to , , and .Pada beberapa orang, penyakit ini dapat berkembang menjadi pneumonia , kegagalan multi-organ , dan kematian. [10] Neurological manifestations include , , , and .Manifestasi neurologis termasuk kejang , stroke , ensefalitis , dan sindrom Guillain-Barré. [57] Cardiovascular-related complications may include , , , and .Komplikasi yang berhubungan dengan kardiovaskular mungkin termasuk gagal jantung , aktivitas listrik yang tidak teratur , pembekuan darah , dan peradangan jantung . [58][58]

(25)

In some people, COVID-19 may affect the lungs causing .Pada beberapa orang, COVID-19 dapat mempengaruhi paru-paru yang menyebabkan pneumonia .In those most severely affected, COVID-19 may rapidly progress to (ARDS) causing respiratory failure, , or multi-organ failure.

Pada mereka yang paling parah terkena dampaknya, COVID-19 dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) yang menyebabkan kegagalan pernapasan, syok septik , atau kegagalan multi-organ. [59][60] Complications associated with COVID-19 include , , and damage to the heart, kidneys, and liver.Komplikasi yang terkait dengan COVID- 19 termasuk sepsis , pembekuan abnormal , dan kerusakan pada jantung, ginjal, dan hati.

Clotting abnormalities, specifically an increase in , have been described in 6% of those admitted to hospital with COVID-19, while abnormal kidney function is seen in 4% of this group.

Abnormalitas pembekuan, khususnya peningkatan waktu protrombin , telah dijelaskan pada 6%

dari mereka yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19, sementara fungsi ginjal abnormal terlihat pada 4% dari kelompok ini. [61] Approximately 20-30% of people who present with COVID-19 demonstrate elevated liver enzymes ( ).Sekitar 20-30% orang yang hadir dengan COVID-19 menunjukkan peningkatan enzim hati ( transaminase ). [62] Liver injury as shown by blood markers of liver damage is frequently seen in severe cases.Cedera hati seperti yang ditunjukkan oleh penanda darah kerusakan hati sering terlihat pada kasus yang parah.[63]

2.1.5.7. Perawatan

Orang-orang dirawat dengan perawatan suportif , yang mungkin termasuk terapi cairan , dukungan oksigen , dan mendukung organ vital lainnya yang terkena dampak. [139][140][141] The CDC recommends that those who suspect they carry the virus wear a simple face mask.CDC merekomendasikan agar mereka yang curiga membawa virus memakai masker wajah sederhana.

[27] (ECMO) has been used to address the issue of respiratory failure, but its benefits are still under consideration.Oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) telah digunakan untuk mengatasi masalah kegagalan pernapasan, tetapi manfaatnya masih dalam pertimbangan. [37][142]

Personal hygiene and a healthy lifestyle and have been recommended to improve

immunity.Kebersihan pribadi dan gaya hidup serta diet yang sehat telah direkomendasikan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. [143] Supportive treatments may be useful in those with mild

(26)

symptoms at the early stage of infection.Perawatan suportif mungkin bermanfaat bagi mereka yang memiliki gejala ringan pada tahap awal infeksi.[144]

The WHO, the , and the United States' have published recommendations for taking care of people who are hospitalised with COVID-19. WHO, Komisi Kesehatan Nasional China , dan Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat telah menerbitkan rekomendasi untuk merawat orang-orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19. [124][145][146] and in the US have compiled treatment recommendations from various agencies into a free resource, the

.Intensivists dan pulmonologist di AS telah menyusun rekomendasi perawatan dari berbagai lembaga menjadi sumber daya gratis, IBCC. [147][148]

2.1.5.8. Pemberian Obat-Obatan

Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona. Umumnya pengidap akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona. Contohnya:

 Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan berikan obat batuk pada anak di bawah empat tahun.

 Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu meredakan sakit tenggorokan dan batuk.

 Perbanyak istirahat.

 Perbanyak asupan cairan tubuh.

 Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi penyedia layanan kesehatan terdekat.

Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS, MERS, atau infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan penyakit yang diidap dan kondisi pasien.

(27)

Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus, dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk karena beberapa alasan, dokter akan melakukan:

 Isolasi

 Serial foto toraks sesuai indikasi.

 Terapi simptomatik.

 Terapi cairan.

 Ventilator mekanik (bila gagal napas)

 Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.

Per Organisasi Kesehatan Dunia, per April 2020, tidak ada pengobatan khusus untuk COVID-19.

[6] On May 1, 2020, the United States gave (not full approval) for in people hospitalized with severe COVID-19 after a study suggested it reduced the duration of recovery. Pada tanggal 1 Mei 2020, Amerika Serikat memberikan Otorisasi Penggunaan Darurat (bukan persetujuan penuh) untuk remdesivir pada orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 yang parah setelah sebuah penelitian menyarankan itu mengurangi durasi pemulihan. [31][149] Researchers continue working on more effective treatments and many vaccine candidates are in development or testing phases.peneliti terus bekerja pada perawatan yang lebih efektif dan banyak kandidat vaksin sedang dalam tahap pengembangan atau pengujian.

For symptoms, some medical professionals recommend (acetaminophen) over for first-line use.

Untuk gejala, beberapa profesional medis merekomendasikan parasetamol (acetaminophen) dibandingkan ibuprofen untuk penggunaan lini pertama. [150][151][152] The WHO and NIH do not oppose the use of (NSAIDs) such as ibuprofen for symptoms, [124][153] and the says currently there is no evidence that NSAIDs worsen COVID-19 symptoms.WHO dan NIH tidak menentang penggunaan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) seperti ibuprofen untuk gejala, dan FDA mengatakan saat ini tidak ada bukti bahwa NSAID memperburuk gejala COVID ‐ 19. [154]

While theoretical concerns have been raised about and , as of 19 March 2020, these are not sufficient to justify stopping these medications.Sementara kekhawatiran teoritis telah diajukan tentang penghambat ACE dan penghambat reseptor angiotensin , pada 19 Maret 2020, ini tidak

(28)

cukup untuk membenarkan menghentikan obat-obatan ini. [124][155][156][157] One study from April 22 found that people with COVID-19 and hypertension had lower all-cause mortality when on these medications.Satu studi dari 22 April menemukan bahwa orang dengan COVID-19 dan hipertensi memiliki angka kematian semua penyebab yang lebih rendah ketika menggunakan obat ini. [158]

, such as , are not recommended unless the disease is complicated by .Steroid , seperti metilprednisolon , tidak dianjurkan kecuali penyakitnya dipersulit oleh sindrom gangguan pernapasan akut. [159][160]

The recommend that should be considered as an off-label treatment option for those with COVID-19 related .Perhimpunan Imunologi dan Alergi Klinis Australasia merekomendasikan bahwa tocilizumab harus dipertimbangkan sebagai opsi perawatan tanpa label bagi mereka yang mengalami sindrom kesulitan pernapasan akut yang terkait dengan COVID-19. It recommends this because of its known benefit in cytokine storm caused by a , and that cytokine storm may be a significant contributor to mortality in severe COVID-19. Ini merekomendasikan ini karena manfaatnya yang diketahui dalam badai sitokin yang disebabkan oleh pengobatan kanker tertentu , dan bahwa badai sitokin mungkin merupakan kontributor signifikan terhadap kematian pada COVID-19 yang parah. [161]

Medications to have been suggested for treatment, [86] and anticoagulant therapy with appears to be associated with better outcomes in severe COVID‐19 showing signs of (elevated

).Pengobatan untuk mencegah pembekuan darah telah disarankan untuk pengobatan, dan terapi antikoagulan dengan heparin dengan berat molekul rendah tampaknya terkait dengan hasil yang lebih baik pada COVID parah-19 yang menunjukkan tanda-tanda koagulopati (peningkatan D- dimer ). [162]

2.1.5.9. Pencegahan

Langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi kemungkinan infeksi termasuk tinggal di rumah, menghindari tempat-tempat ramai, menjaga jarak dari orang lain, sering mencuci

(29)

tangan dengan sabun dan air dan setidaknya selama 20 detik, mempraktikkan kebersihan pernapasan yang baik, dan menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang tidak dicuci. [120][121][122] The CDC recommends covering the mouth and nose with a tissue when coughing or sneezing and recommends using the inside of the elbow if no tissue is

available.CDC merekomendasikan untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin dan merekomendasikan penggunaan bagian dalam siku jika tidak ada jaringan yang tersedia. [120] Proper hand hygiene after any cough or sneeze is encouraged.Kebersihan tangan yang tepat setelah batuk atau bersin dianjurkan. [120] The CDC has recommended the use of in public settings where other social distancing measures are difficult to maintain, in part to limit transmission by asymptomatic individuals.CDC telah merekomendasikan penggunaan penutup wajah kain dalam pengaturan publik di mana langkah-langkah sosial jarak jauh sulit

dipertahankan, sebagian untuk membatasi penularan oleh individu tanpa gejala. [123] The US guidelines do not recommend any medication for prevention of COVID-19, before or after exposure to the SARS-CoV-2 virus, outside of the setting of a clinical trial.Pedoman National Institutes of Health AS tidak merekomendasikan obat apa pun untuk pencegahan COVID-19, sebelum atau setelah terpapar virus SARS-CoV-2, di luar pengaturan uji klinis. [124]

strategies aim to reduce contact of infected persons with large groups by closing schools and workplaces, restricting travel, and cancelling large public gatherings.Strategi menjauhkan sosial bertujuan untuk mengurangi kontak orang yang terinfeksi dengan kelompok besar dengan menutup sekolah dan tempat kerja, membatasi perjalanan, dan membatalkan pertemuan publik besar. [125] Distancing guidelines also include that people stay at least 6 feet (1.8 m)

apart.Pedoman jarak jauh juga mencakup bahwa orang harus terpisah setidaknya 1,8 meter. [126]

There is no medication known to be effective at preventing COVID-19.Tidak ada obat yang diketahui efektif mencegah COVID-19. [127] After the implementation of and orders, many regions have been able to sustain an effective transmission rate ("R t ") of less than one, meaning the disease is in remission in those areas. Setelah pelaksanaan perintah sosial untuk menjaga jarak dan tinggal di rumah , banyak daerah telah mampu mempertahankan tingkat penularan yang efektif (" Rt ") kurang dari satu, yang berarti penyakit ini dalam remisi di daerah-daerah tersebut. [128] In a simple modelDalam model yang sederhana kebutuhan rata-rata

(30)

dari waktu ke waktu dijaga pada atau di bawah nol untuk menghindari pertumbuhan eksponensial . [ ]

As a is not expected until 2021 at the earliest, [129] a key part of managing COVID-19 is trying to decrease and delay the epidemic peak, known as "flattening the ". Sebagai vaksin yang

diperkirakan paling lambat hingga 2021,bagian kunci dari pengelolaan COVID-19 sedang mencoba untuk mengurangi dan menunda puncak epidemi, yang dikenal sebagai "perataan kurva

". [116] This is done by slowing the infection rate to decrease the risk of health services being overwhelmed, allowing for better treatment of current cases, and delaying additional cases until effective treatments or a vaccine become available.Hal ini dilakukan dengan memperlambat laju infeksi untuk mengurangi risiko kewalahan layanan kesehatan, memungkinkan penanganan kasus yang lebih baik, dan menunda kasus tambahan hingga tersedia pengobatan atau vaksin yang efektif. [116][119]

According to the WHO, the use of masks is recommended only if a person is coughing or sneezing or when one is taking care of someone with a suspected infection. Menurut WHO, penggunaan masker direkomendasikan hanya jika seseorang batuk atau bersin atau ketika seseorang merawat seseorang dengan dugaan infeksi. [130] For the (ECDC) face masks "...Untuk masker wajah Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) "... could be considered especially when visiting busy closed spaces dapat dipertimbangkan terutama ketika mengunjungi ruang tertutup yang sibuk ..." but "... ... "tapi" ... only as a complementary measure hanya sebagai langkah pelengkap ..." [131] Several countries have (like scarves or bandanas) at least in certain public settings, including China, [132] , [133] Spain, [134] Italy (Lombardy region), [135] Russia, [136] and the United States. [123] ... " Beberapa negara telah merekomendasikan bahwa orang sehat mengenakan masker wajah atau kain penutup wajah (seperti syal atau bandana) setidaknya dalam pengaturan publik tertentu, termasuk Cina, Hong Kong, Spanyol, Italia (wilayah Lombardy), Rusia, dan Amerika Serikat.Those diagnosed with COVID-19 or who believe they may be infected are advised by the CDC to stay home except to get medical care, call ahead before visiting a healthcare provider, wear a face mask before entering the healthcare provider's office and when in any room or vehicle with another person, cover coughs and sneezes with a tissue, regularly wash hands with soap and water and avoid sharing personal household items. Mereka yang didiagnosis dengan COVID-19 atau yang

(31)

percaya bahwa mereka mungkin terinfeksi disarankan oleh CDC untuk tinggal di rumah kecuali untuk mendapatkan perawatan medis, hubungi sebelum mengunjungi penyedia layanan

kesehatan, mengenakan masker sebelum memasuki kantor penyedia layanan kesehatan dan ketika di ruangan mana pun atau kendaraan dengan orang lain, tutupi batuk dan bersin dengan tisu, cuci tangan dengan sabun dan air secara teratur dan hindari berbagi barang-barang rumah tangga pribadi. [27][137] The CDC also recommends that individuals wash hands often with soap and water for at least 20 seconds, especially after going to the toilet or when hands are visibly dirty, before eating and after blowing one's nose, coughing or sneezing.CDC juga

merekomendasikan agar orang sering mencuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik, terutama setelah pergi ke toilet atau ketika tangan terlihat kotor, sebelum makan dan setelah meniup hidung, batuk, atau bersin. It further recommends using an alcohol-based with at least 60% alcohol, but only when soap and water are not readily available. Lebih lanjut

merekomendasikan menggunakan sanitiser tangan berbasis alkohol dengan setidaknya 60%

alkohol, tetapi hanya ketika sabun dan air tidak tersedia. [120]

For areas where commercial hand sanitisers are not readily available, the WHO provides two formulations for local production. Untuk daerah di mana sanitiser tangan komersial tidak tersedia, WHO menyediakan dua formulasi untuk produksi lokal. In these formulations, the antimicrobial activity arises from or . Dalam formulasi ini, aktivitas antimikroba muncul dari etanol atau isopropanol . is used to help eliminate in the alcohol; Hidrogen peroksida digunakan untuk membantu menghilangkan spora bakteri dalam alkohol; it is "not an active substance for hand ". itu "bukan zat aktif untuk antisepsis tangan". Gliserol ditambahkan sebagai humektan.

(32)

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat di simpulkan bahwa penyakit menular menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Kondisi ini semakin buruk dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan beberapa penyakit infeksi akut yang berbahaya menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang. Penyakit ini dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, penularannya tersebut bisa terjadi secara langsung atau tidak langsung dan juga bisa menular melalui perantara atau penghubung. Penyakit menular biasanya ditandai dengan adanya penyebab penyakit yang hidup dan bisa berpindah menyerang inang (penderita).penyakit menular disebabkan oleh agen biologi seperti halnya virus, bakteria, atau parasit dan bukan disebabkan oleh faktor fisik seperti luka bakar atau zat kimia (keracunan).

Saat ini, terdapat kemunculan virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia yaitu Coronavirus Disease (COVID-19). Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember, 2019 di Wuhan, ibu kota provinsi Hubei China, dan sejak saat itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi yang berkelanjutan yang memakan banyak korban.Virus ini dianggap alami dan berasal dari hewan.

(33)

3.2. Saran

Penyakit menular merupakan penyakit yang harus diwaspadai. Pasalnya, beberapa dari penyakit menular dapat ditularkan melalui udara, dan pada umumnya, penyakit menular dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesehatan tubuh dengan

mengonsumsi vitamin C guna membangun daya tahan tubuh, menjaga kebersihan diri dan linkungan, memakan makanan yang sehat dan bergzi, dan olahraga yang teratur.

Daftar Pustaka

Coronavirus, https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus Hepatitis, https://www.alodokter.com/hepatitis

Penyakit Menular : Macam Jenis, Penyebab, Dampak Akibat, dan Contoh, jagad.id/penyakit-menular/

Penyakit Virus Corona 2019, https://translate.googleusercontent.com/translate_c?

client=srp&depth+1&hl+id&nv=1&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&

tl=id&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/

Coronavirus_disease_2019&usg=ALkjrhjQuvcZ3dbZh-RwbBxKOGTf-rM24A Rotavirus, https://www.alodokter.com/rotavirus

Referensi

Dokumen terkait

Cedera 7% Penyakit Tidak Menular 37% Penyakit Menular 56% Cedera 8% Penyakit Tidak Menular 49% Penyakit Menular 43% Cedera 9% Penyakit Tidak Menular 58% Penyakit Menular 33% 1990

Info Pengobatan Penyakit Menular Sexual ~ Penyakit menular seksual atau PMS, kini dikenal dengan istilah infeksi menular seksual atau IMS, adalah penyakit atau

Penyakit tidak Menular terutama yang akan dibahas adalah penyakit- penyakit yang bersifat kronis3. Kata kunci: Penyakit menular, penyakit

Jenis Jenis Penyakit Menular,~Ada banyak sekali penyakit menular berikut ini adalah salah satu penyakit menular yang banyak di perbincangkan orang ,Yaitu penyakit

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan mikroorganisme, baik bakteri, virus, Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan mikroorganisme, baik bakteri, virus,

Adapun penyakit yang saya alami baik penyakit menular maupun tidak menular yaitu : Menular : INFLUENZA Flu atau influenza merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang

Media pembelajaran powerpoint atau ppt PJOK kelas 5 pemeliharaan diri dari penyakit menular dan tidak menular dan cara pemeliharaan diri dari

Dokumen ini berisi informasi tentang bahaya penyakit diare, DBD, influenza, dan pentingnya imunisasi untuk