MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
HAM dan RULE OF LAW
Oleh:
ADITYA PRATAMA () M. AZIZ SIREGAR ()
MAULANA ABDUL AZIZ (12380213114 MEGIS ROTAMANSYAH (12380213102)
NUR ALAMSYAH (12380211436)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberi rahmatnya serta kemudahan dalam menyelesaikan tugas membuat makalah dengan judul “HAM dan RULE OF LAW”.
Tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini secara umumnya dan kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Bu … Kami harapkan tugas ini dapat bermanfaat dan mampu menambah wawasan tentang Hak asasi manusia dan rule of law bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami sadar karya tulis ini tidak sempurna dan mungkin masih ada kekurangan serta kesalahan kata apabila memang begitu adanya kami mohon maaf dan harapan kami semoga saja karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Pekanbaru, Maret 2024
Penulis
DAFTAR ISI Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Munasabah Al-Qur’an 2.2. Bentuk-Bentuk Munasabah Al-Qur’an 2.3. Manfaat Mempelajari Munasabah Al-Qur’an 2.4 Hubungan Munasabah Al-Qur’an Dengan Sains BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 3.2 Saran
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan salah mukjizat yang luar biasa yang diturunkan oleh
Allah Swt melalui perantra maliakat jibril yang tidak bisa kita pahami secara menyeluruh makna yang terkadung padanya tampa kita mengakajinya dari beberapa aspek, salah satunya dengan memahami munasabah-munasabah yang terkadung padanya. Mempelajari serta memahami munasaba Alqur‟ansangatlah penting dan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam manafsirkan alqur‟an, karna mempermudah dalam penafsiran Alqur‟an serta memudahkan dalam pentakwilan serta memahami dengan baik isi kandungan Alqur‟an secara baik. Hal demikian beberapa ulama‟ membahsanya secara spesifik seperti Abu Jafar Ahmad bin ibrahimi, beliau wafat 807 H, dengan kitab karanganya yang berjudul “(Al- Burhan fi Munasabah tartib Suwar Alqur’an)” dan syaikh Burhanuddin al-Biqai dengan kitab karanganya yang beliau beri judul “(Nazhm ad-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as- Suwar)”.Memahami serta mengkaji korelasi satu ayat dengan ayat yang lain, antara surah dengan surah yang lain dalam satu kesatuan di dalam Alqur‟an, merupakan ilmu yang harus kita pelajari, dalam hal ini para ahli menyebutnya dengan Munasabah Alqur‟an.Secara garis besar ruang lingkup kandungan al- Qur’an mencakup akidah, syariah dan ahlak. Ketiga hal inilah yang mengarahkan hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Al- Quran adalah firman Allah SWT, yang dapat dipastikan bahwa kalimat dalam suatu ayat, dan ayat dalam suatu surah merupakan pernyataan yang sempurna. karenanya tidak mungkin jika di dalamnya terdapat kontradiksi, tidak ada keteraturan, dan saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya, seluruh susunan di dalamnya teratur. Imam Qurthubi juga menjelaskanbahwa al- Quran memiliki 10 mu’jizat dan bentuk terakhir yang dijelaskan di pengantar tafsirnya yang menyatakan bahwa salah satu dari mu’jizat tersebut adalah hubungan antara ayat-ayat dan surah-surahnya tanpa ada pertentangan. Pandangan senada juga yang dinyatakan oleh Rifat Fauzi, bahwa Al-Quran memiliki mukjizat berupa hubungan antara bagian-bagiannya.Dalam studi al-Qur’ān, kajian tentang hubungan persesuaian dan keterkaitan di antara lafadz, ayat, dan surat al-Qur’ān serta alasan-alasan urutan bagian-
bagiannya dalam sistematika al-Qur‟ān sesuai tartīb mushafī dibahas dalam disiplin ilmu munāsabah Al-Qur’an.Keberadaan ilmu munasabah dianggap signifikan oleh para ahli ilmu- ilmu Al-Qur’an. Beberapa ahli ‘ulum Al-Qur’an menjuluki ilmu munasabah sebagai ilmu yang baik, ilmu yang mulia dan ilmu yang agung.5 Hal ini ini mengisyaratkan betapa ilmu munasabah mendapatkan tempat yang cukup tinggi. Tetapi ada juga yang tidak mengakui urgensi ilmu Munasabah, karena perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang sistematika urutan ayat dan surat di dalam Alquran.6 Atas dasar perbedaan pendapat tentang ini, wajarlah jika konsep munasabah Alquran kurang mendapat perhatian dari sebagaian para ulama yang menekuni ‘Ulûm al-Qur’ân.Pro-kontra kajian munasabah antara pentingnya mengedepankan munasabah dan tidak perlu adanya munasabah telah menjadi konsumsi publik yang tidak terpisahkan dari kajian ‘ulum Al-Qur’an, akan tetapi keberadaannya sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu al-Qurâ’an tidak dapat dibantah oleh siapa pun. Disini penulis akan membahas Munâsabah Al-quran lahir dari persepsi bahwa Alquran itu memiliki sistematika tidak disusun menurut tertib nuzûlî (proses turunnya), tetapi menurut tertib mushhafî, selintas kelihatannya tidak terdapat hubungan antar bagian-bagiannya, namun berdasarkan pendekatan al-Munâsabah itu terlihat jelas. Juga dibalik sistematika penempatan ayat dan surat yang disusun secara tauqifi bukan ijtihadi. Sebaliknya pendapat yang mengatakan bahwa susunan ayat, urutan kalimat dan surat-surat dalam Al Qur’an di susun secara ijtihadi jelas akan meruntuhkan teori munasabah dalam Al Qur’an.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Munasabah Al-Qur’an?
2. Apa yang saja bentuk-bentuk munasabah Al-Qur’an?
3. Apa manfaat mempelajari munasabah Al-Qur’an?
4. Apa hubungan munasabah Al-Qur’an dengan sains?
1.3. Tujuan
Tujuan mempelajari materi tentang munasabah Al-Qur’annya adalah Untuk memahami Apa yang dimaksud Munasabah Al-Qur’an, serta untuk pemahaman Apa yang saja bentuk- bentuk munasabah Al-Qur’an, tentang manfaat mempelajari munasabah Al-Qur’an. Selain itu, untuk mempelajari apa hubungan munasabah Al-Qur’an dengan sains
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Munasabah Al-Qur’an
Secara etimologi, munâsabah berasal dari akar kata بسن mengandung arti satu, berdekatan, mirip, menyerupai. Dalam buku berbahasa Indonesia dipakai beberapa istilah yang bervariasi sebagai sinonim dari munâsabah, seperti kesesuaian, hubungan, korelasi, kaitan, pertalian, tanasub, relevansi, dan diantaranya tetap memakai istilah munâsabah itu sendiri. Imam al-Alma’i mendefinisikan al-munâsabah dengan pertalian antara dua hal dalam aspek apapun dan dari berbagai aspeknya. Begitu juga Manna’ al-Qaththan yang mengartikan al-munâsabah dengan adanya aspek hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, atau antara satu ayat dengan ayat lain dalam himpunan beberapa ayat, ataupun hubungan surat satu dengan surat yang lain.
Pengertian al-munâsabah yang dikemukakan dua ulama ini sangat luas sekali, dan ketika diterapkan dalam ayat dan surat al-Qur'an dapat dikatakan bahwa al-munâsabah adalah suatu ilmu al-Qur’an yang menyajikan segala hubungan (keterikatan) yang terdapat dalam kalimat (dalam satu ayat) antar ayat dan antar surat dalam al-Qur'an. Quraish Shihab dalam tafsirnya, Tafsir al-Mishbah, mengedepankan pengertian munâsabah dalam ilmu al-Qur’an disandingkan dengan tema pokok dalam al-Qur’an, al-munâsabah didefinisikan sebagai kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al-Qur’an baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainnya. Lebih khusus dari pada pengertian ulama- ulama yang telah diuraikan sebelumnya.
Ilmu munâsabah belum muncul pada masa awal turunnya al-Qur’an, ilmu ini baru muncul saat masa keemasan Islam, di mana ilmu pengetahuan saat itu sangat berkembang dan peradaban Islam sangat tinggi. Meskipun begitu ilmu ini sangat terkait dengan waktu terbentuknya al- Qur’an, ketika wahyu turun dan peletakannya sesuai dengan aturan Allah SWT. sehingga munâsabah sendiri bersifat tauqîfî atau pasti.
2.2. Bentuk-Bentuk Munasabah Al-Qur’an 1. Munasabah antar ayat
Munasabah antar ayat, yaitu munasabah atau persambungan antara ayat yang satu dengan ayat lain. Munasabah ini mempunyai beberapa macam. Pertama, munasabah antar kalimat dengan kalimat dalam ayat, munasabah antar ayat dengan ayat dalam satu surah dan munasabah antar fasilah (penutup) dengan kandungan ayat. Berikut penjelasan mengenai ketiga bentuk tersebut.
a. Munasabah antar kalimat dengan kalimat dalam ayat
Menurut as-Suyuthi, munasabah antar kalimat dengan kalimat dalam ayat adakalanya melalui huruf ‘athaf dan adakalanya tanpa melalui huruf ‘athaf.20 Munasabah ini mengandung beberapa unsur, antara lain:
1) At-Tanzhir (penyetaraan), yaitu munasabah antara dua hal yang sama. Contohnya yaitu dalam QS. al-Anfal [8]:4-5:
Pada ayat keempat menerangkan bahwa orang-orang yang benar-benar beriman (seperti orang yang mendirikan shalat secara konsisten dan menunaikan zakat) akan mendapatkan derajat di sisi Allah, ampunan, dan rezeki. Kemudian pada ayat kelima menjelaskan bahwa hal tersebut derajatnya sama (sebanding) dengan orang-orang yang keluar dari rumahnya untuk berjuang di jalan Allah SWT.
2) Mudladdah (kontradiksi), yaitu munasabah yang terjadi ayat atau bagian ayat yang masing- masing mencerminkan pertentangan. Seperti dalam QS. Al-Baqarah [2]:5-6:
Ayat kelima menjelaskan tentang orang-orang yang bertakwa akan mendapatkan petunjuk dan akan beruntung. Sedangkan pada ayat keenam dijelaskan bahwa orang-orang kafir tidak akan beriman, baik diberi peringatan atau tidak. Kedua ayat tersebut jelas saling bertentangan pembahasannya.
3) Istithrad (penjelasan lebih lanjut)
yaitu munasabah yang mencerminkan adanya kaitan antara suatu persoalan dengan persoalan lain. Contohnya dalam QS. Al-A’raf [7]:26:
Ayat ini merupakan penjelasan lebih lanjut (istithrad) dari ayat sebelumnya. Pada
ayat sebelumnya diceritakan bagaimana Adam dan Hawa setelah tergoda oleh setan, terbuka aurat keduanya, lalu berusaha menutupinya dengan daun-daun Surga. Dalam ayat ini dijelaskan tiga fungsi pakaian yakni untuk menutupi aurat, untuk perhiasan, dan untuk menunjukkan ketakwaan.
4) Takhallush (melepaskan kata satu ke kata lain), yakni munasabah dalam bentuk
perpindahan dari satu pembicaraan ke pembicaraan lain yang bermaksud untuk membangkitkan semangat dan perasaan pembaca atau pendengar yang dipisahkan oleh lafal hadza. Contohnya dalam QS. Asy-Syu’ara [26]:75-83:
Pada ayat 75-76 menjelaskan tentang kisah Nabi Ibrahim as. bahwa patung-patung yang disembah oleh Bapak dan kaumnya adalah musuh Nabi Ibrahim as. Kemudian bagian akhir ayat 77-83 beralih ke pembicaraan lain, tetapi masih berkaitan dengan pembicaraan sebelumnya.
b. Munasabah antar ayat dengan ayat dalam satu surah
Munasabah antar ayat dengan ayat dalam satu surah dapat dilihat dalam surah al-Baqarah ayat 1- 20. Dalam ayat-ayat tersebut Allah memulai penjelasannya tentang kebenaran dan fungsi Al- Qur’an bagi orang-orang yang bertakwa. Kemudian dalam ayat berikutnya dibicarakan tentang tiga kelompok manusia dan sifat-sifat mereka yang berbeda, yaitu mukmin, kafir dan munafik.
c. Munasabah antar fashilah (penutup) dengan kandungan ayat
Dalam bentuk munasabah ini ada tujuan tertentu yang terkandung di dalamnya.
Diantaranya adalah untuk menguatkan (ta’kid) makna yang terkandung dalam suatu ayat seperti pada QS. Al-Ahzab [33]:25:
Dalam ayat ini, Allah swt. menghindarkan orang-orang mukmin dari berperang bukan karena mereka lemah, melainkan karena Allah Maha Kuat dan Perkasa. Jadi adanya fashilah antara kedua penggalan ayat di atas dimaksudkan agar pemahaman terhadap ayat itu menjadi lurus dan sempurna.
2. Munasabah antar surah dalam Al-Qur’an
Munasabah antar surah dalam Al-Qur’an yaitu persesuaian atau korelasi antara surah yang satu dengan surah yang lain. Munasabah ini mempunyai beberapa macam, yaitu:
a. Munasabah antara awal surah dengan akhir surah sebelumnya.
Yang dimaksud dengan munasabah ini adalah bahwa uraian awal suatu surah mempunyai munasabah atau kempiripan dalam uraiannya atau sebagai penjelas dari uraian akhir surah sebelumnya.
b. Munasabah antara satu surah dengan surah sebelumnya
Untuk mencari munasabah antara satu surah dengan surah sebelumnya, as-Suyuthi sebagaimana dalam Didin saefuddin Buchori menyimpulkan bahwa satu surah berfungsi untuk menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surah sebelumnya.
c. Munasabah antara nama surah dengan tujuan turunnya
Setiap surah mempunyai tema pembicaraan yang sangat menonjol. Semua itu tercermin dalam nama-nama masing-masing surah. Seperti dalam surah al-Baqarah dan surah Yusuf. Cerita tentang lembu betina dalam surah al-Baqarah merupakan inti pembicaraan surah tersebut, yaitu kekuasaan Allah membangkitkan orang mati. Dengan kata lain tujuan surah ini adalah menyangkut kekuasaan Allah swt. dan keimanan pada hari kemudian.
2.3. Manfaat Mempelajari Munasabah Al-Qur’an
Banyak manfaat dan faedah mengetahui ilmu munasabah, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Menjadikan bagian-bagian kalam sebagiannya dengan sebagian yang lain menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga semakin kuat pertalian antara ayat dan surat.
2. Menghilangkan keraguan dalam hati karena mampu menemukan kehalusan susunan kata dan hikmah-hikmah urutan dan tertib ayat dan surat.
3. Mengetahui rahasia dan hikmah di sebalik pensyariatan hukum.
4. Dapat menentukan dan mengetahui pemahaman tentang makna-makna ayat serta mengetahui pengertian dan definisi ayat yang dimaksud.
5. Mengetahui dengan jelas rahasia pengulangan ayat-ayat tentang kisah-kisah dalam Al-Qur'an.
6. Dapat mempersiapkan dan menemukan adanya munasabah antara ayat dan surat dari segi memunculkan kemukjizatan Al-Qur'an.
7. Membantu mempermudah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an sehingga dapat mengeluarkan istinbath hukum dan terhindar dari kesalahan dalam menangkap pesan-pesan agama.
8. Mengetahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa al-Qur‟an sehingga menjadi yakin akan kemukjizatan Al-Qur'an.
Setelah menjelaskan manfaat dan kegunaan ilmu munasabah dapatlah disimpulkan bahwa begitu penting dan urgennya keberadaan ilmu munasabah dalam menafsirkan Al-Qur'an.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu munasabah Al-Qur'an merupakan ilmu yang paling mulia dengan pertimbangan bahwa setiap ilmu adalah mulia karena kemuliaan tema dan topiknya, begitu juga dengan mulianya tema mencari korelasi dan pertalian antara ayat dan surat, mengantarkan kepada mulianya ilmu munasabah Al-Qur'an.
2.4 Hubungan Munasabah Al-Qur’an Dengan Sains
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Al- Qur’an memiliki banyak keistimewaan dan keutamaan di dalamnya. Salah satu keistimewaan dan keutamaan Al-Qur’an yakni memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu. Dengan kata lain di dalam Al-Qur’an juga terkandung banyak ilmu-ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahuan di dunia Sains.
Dalam pengkajian ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-Qur’an terdapat
banyak sekali ilmu pengetahuan khususnya di bidang Sains yang akhirnya memang telah dibuktikan dengan teori-teori dari para ilmuwan, antara lain:
1. Peristiwa Big Bang : surat Al-Anbiya ayat 30;
2. Orbit :Pada abad ke-15 seorang ilmuwan bernama Copernicus menemukan bahwa matahari sebagai pusat peredaran. Tapi perlu diketahui bahwa jauh hari sebelum Copernicus mengemukakan temuannya tersebut, di dalam Al-Qur’an sudah dituliskan bagaimana matahari dan bulan beredar. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anbiya ayat 33
3. Proses terjadinya hujan : surat An-Nuur ayat 43
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi yang telah disampaikan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini;
Pengertian al-munâsabah yang dikemukakan dua ulama ini sangat luas sekali, dan ketika diterapkan dalam ayat dan surat al-Qur'an dapat dikatakan bahwa al-munâsabah adalah suatu ilmu al-Qur’an yang menyajikan segala hubungan yang terdapat dalam kalimat antar ayat dan antar surat dalam al-Qur'an. Quraish Shihab dalam tafsirnya, Tafsir al-Mishbah, mengedepankan pengertian munâsabah dalam ilmu al-Qur’an disandingkan dengan tema pokok dalam al-Qur’an, al-munâsabah didefinisikan sebagai kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al-Qur’an baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain di dalam Al-Qur’an juga terkandung banyak ilmu-ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahuan di dunia Sains.
3.2 Saran
Penulis menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Tinjauan umum ilmu munasabah. Semarang: Walisongo repository. Diakses tanggal 10
Maret. 2024, dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://eprints.walisongo.ac.id/1541/3/094211009 _Skripsi_Bab2.pdf&ved=2ahUKEwj_84r3mOuEAxVXi2MGHcjtCV44ChAWegQIEhAB&usg=
AOvVaw3GPfptPQ_VInjN6RJiaud3 .
Farnidah, Rifdah. (2022). Konsep munasabah dalam Al-Qur’an perspektif wahbah Az- zuhaili. ejurnal.iiq. Vol. 20, No. 1.
Yanto, Edi. (2021). Pentingnya Ilmu Munasabah Al-Qur’an. Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman. ISSN : 2685-6115.
Lailiyah, Siti. (2018). Korelasi Al-Qur'an Dengan Ilmu Pengetahuan. Seminar Nasional Pendidikan Fisika FITK UNSIQ. ISSN 2615-2789, Vol. 1, No. 1.
Kuswati, “Amtsal Of The Qur’an In Dakwah: Actualization Of Quality Humans Based On Surah Ibrahim: 24-25,”
Al-Risalah: Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam 12, No. 2 (2021): 24–25.
Rudi Ahmad Suryadi, “Signifikansi Munasabah Ayat Al-Quran Dalam Tafsir Pendidikan,”
Ulul Albab Jurnal Studi
Islam (Maulana Malik Ibrahim State Islamic University, 2016), Ttps://Doi.Org/10.18860/Ua.V17i1.3331.
Imam Abu Abdillah Muhammad Bin Ahmad Al Qurthubi, Al Jami’u Li Ahkamil Qur’an (Beirut Libanon: Arresalah,
2006). Hlm 412
4 Rif Ah Fauzi, Al-Wahda Al- Mauduiyah Li Surah Al-Quraniyyah (Bairut: Dar As Salam, N.D.). Hlm. 5-6
Jalal Al-Din Al-Sayuthi, Al-Itqân Fî ‘Ulûm Al-Qur’ân Tahqiq Abdul Karim Ibrahim Sholeh (Dar As-Shahabah Wa
Lil Turast, 2016).
Pendapat Pertama, Mengatakan Tauqîfi Sedangkan Yang Ke Kedua Berpendapat Bahwa, Hal Itu Didasarkan Atas
Ijtihâdi, Pendapat Ketiga Tauqifi Kecuali Surat Alanfâl Dan Barâ‟Ah Yang Dipandang Bersifat Ijtihâdi.