• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah PENGALAMAN PANCASILA

N/A
N/A
Coker Tyur

Academic year: 2024

Membagikan " makalah PENGALAMAN PANCASILA "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGALAMAN PANCASILA (Analisis Hakikat Pancasila)

DOSEN PENGAMPUH : Berkah Adityo Szauli Putra, M.Pd NAMA KELOMPOK 5 :

1. Afitri Rahmadhania (2363201044) 2. M. Fhatan Avilianto (2363201014)\

3. M. Huzaifa Alfarabi (2363201035) 4. Kentha Anggun Salsabilla (2363201051) 5. Puspita Tista (2363201034)

6. Rice Parenra (2363201013)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2023

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidaya-Nya kami dapat bekerja sama dengan baik dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Analisis Hakikat Pancasila”.

Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada Bapak Berkah Adityo Szauli Putra, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini kepada kami, dengan ini kami bisa mengetahui dan mengerti hakikat pancasila.

Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak pembaca, penulis diperlukan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.

Bengkulu, 13 Desember 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….……..……….………… i

Daftar isi ……….…….……….….……… 3

Bab I Pendahuluan ... 4

1.1 Latar Belakang ……….………...………..………. 4

1.2 Rumusan masalah ……….……….…………...…..………..4

1.3 Tujuan Penulis ………...………….……4

Bab II Pembahasan ……….………..……… 5

2.1. Hakikat Pancasila Sila ………...……5

2.2. Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa ...6

Bab III Penutup ………...………..9

Kesimpulan ………...……….9

Daftar Pustaka ………...………...…...……...10

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pancasila yang diterima dan ditetapkan sabagai dasar Negara seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa. Pembelajaran pancasila menjadi sangat penting, karena mengingat pancasila merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas.

Pancasila merupakan satu kesatuan, sila yang satu tidak bisa dipisahkan dari sila yang lainnya. Keseluruhan sila di dalam pancasila merupakan satu kesatuan organis, atau suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Patut kita sayangkan jika bangsa Indonesia yang mengakui pancasila sebagai dasar Negara Indonesia yang ada sekarang ini tidak tahu akan hakekat pancasila yang sebenarnya dan perwujudannya dalam undang – undang 1945. Sehingga untuk lebih jelasnya tentang hakekat pancasila akan dibahas dalam bab selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Hakikat Pancasila ?

2. Bagaimana penjabaran Sila Kesatu Ketuhanan yang Maha Esa?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui Hakikat Pancasila

2. Untuk mengetahui penjabaran Sila Kesatu Ketuhanan yang Maha Esa

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Sila – sila Pancasila

Pancasila merupakan suatu kesatuan, sila yang satu tidak bisa pisahkan dari sila yang lainnya; keseluruhan sila di dalam pancasila merupakan suatu kesatuan organis,atau suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Adapun susunan sila-sila Pancasila adalah sistematis-hierarkhis, artinya kelima sila Pancasila itu menunjukan suatu rangkaian urut-urutan yang bertingkat (hierarkhis). Tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu. Sehingga tidak dapat digeser-geser atau dibalik-balik. Sekalipun sila-sila di dalam Pancasila itu merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dilepas-pisahkan satu dari yang lainya, namun dalam hal memahami hakekat pengertiannya sangatlah diperlukan uraian sila demi sila. Hal ini dapat di gambarkan sebagai berikut:

Sila I :”Ketuhanan Yang Maha Esa” meliputi dan menjiwai sila II,III,IV, dan V Sila II :”Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab” diliputi dan dijiwai sila I,meliputi dan menjiwai sila III,IVdan V

Sila III :”Persatuan Indonesia” diliputi dan dijiwai sila I, dan II,meliputi dan menjiwai sila IVdanV

Sila IV:”Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan Perwakilan” diliputi dan dijiwai sila I,II,II, meliputi dan menjiwai sila V.

Sila V:”Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” diliputi dan dijiwai sila I,II,III,dan IV

Contohnya sebagai berikut: faham kemanusiaan dimiliki oleh bangsa-bangsa lain, tetapi bagi bangsa Indonesia faham kemanusiaan sebagai yang dirumuskan dalam sila II adalah faham kemanusiaan yang dibimbing oleh ke-Tuhanan Yang Maha Esa, sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Inilah yang dimaksud dengan sila II diliputi dan dijiwai oleh sila I, begitu pula sila-sila yang lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sila II,III,IV,V pada hakekatnya merupakan penjabaran dan penghayatan dari sila I.

(6)
(7)

2.2 Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan yang Maha Esa menjadi sila pertama dalam Pancasila. Sila ini dirumuskan melalui proses panjang dan tidak mudah. Bahkan sempat mengalami perubahan. Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama Pancasila sendiri berasal dari bahasa sansekerta yakni Panca yang berarti Lima dan Sila yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia

Sesuai dengan namanya, Pancasila terdiri dari lima sila. Setiap sila memiliki sejarah perumusan masing-masing, termasuk sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa.Dilansir dari situs resmi Universitas Udayana (15/7) gagasan dasar negara tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 yang sila pertamanya berbunyi: Ketuhanan, dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 ini telah ditandatangan oleh BPUPKI yang dipimpin oleh Soekarno. Pada saat itu sila "Ketuhanan, dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" tidak dianggap sebagai diskriminasi oleh karena hanya mengikat bagi pemeluk agama Islam.

Bahkan anggota BPUPKI yang beragama Kristen yaitu A.A. Maramis tidak berkeberatan dengan sila tersebut. Namun yang dipikirkan oleh anggota BPUPKI tersebut tidak sama dengan yang pikirkan oleh kalangan masyarakat yang bergama lain.Rumusan sila pertama itu kemudian diubah melalui sidang BPUPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi rumusan Pancasila yang seperti yang tercantum dalam UUD 1945 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa./

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah pencipta segala yang ada dan semua makhluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya.

(8)

Atas dasar tersebut Negara Indonesia memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Sebagai sila pertama Pancasila ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara republic Indonesia yang berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Inti sila ketuhanan yang maha esa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama. Pendukung pokok dalam penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini hubungan antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah merupakan ciptaan tuhan (Notonagoro)

Negara adalah sebagai akibat dari manusia, karena Negara adalah lembaga masyarakat dan masyarakat terdiri atas manusia-manusia, adapun keberadaan nilai-nilai yang berasal dari tuhan. Jadi hubungan Negara dengan tuhan memiliki hubungan kesesuaian dalam arti sebab akibat yang tidak langsung, yaitu Negara sebagai akibat langsung dari manusia dan manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka sudah menjadi suatu keharusan bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang berasal dari tuhan. Pengamalan sila Pertama :

 Menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat – sifatnya Yang Mahasempurna, yaitu Mahakasih, Mahakuasa, Mahaadil, dan Mahabijaksana.

(9)

Sila pertama dianggap diskriminatif

Dikutip dari buku Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa oleh Pandji Setijo menerangkan sebelum mengalami perubahan, sila pertama dari Pancasila ini menuai protes dari pemeluk agama selain Islam. Adalah seorang perwira utusan Angkatan Laut Jepang yang bertemu Bung Hatta pada sore hari tanggal 17 Agustus 1945.

Perwira itu menyampaikan bahwa wakil-wakil umat Protestan dan Katolik yang berada dalam wilayah kekuasaan Angkatan Laut Jepang sangat berkeberatan dengan bagian kalimat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar, yang berbunyi, "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".

Mereka sadar bahwa bagian kalimat itu tidak mengikat mereka, namun denga mencantumkan ketetapan seperti itu dalam pembukaan dan dasar berdirinya suatu negara merupakan diskriminasi terhadap golongan minoritas. Dalam buku autobiografi Bung Hatta disebutkan bahwa jika diskriminasi itu ditetapkan juga, mereka lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia.

Pro-kontra perubahan sila pertama Pancasila

Perubahan sila pertama ini ternyata pernah menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Ada kalangan yang mengemukakan keberatan pada hasil revisi sila pertama Pancasila dan ingin memperjuangkan kembali Piagam Jakarta.Dilansir dari laman OPOP.JatimProv (15/7) pada 1956-1959 dalam Konstituante, Partai NU bersama partai- parta Islam lain kembali memperjuangkan negara berdasar Islam. Upaya ini tidak berhasil. Ketika Konstituante menghadapi jalan buntu dan ada usul supaya Konstituante mengambil UUD 1945 sebagai UUD hasil produk Konstituante, NU menginginkan tujuh kata Piagam Jakarta dimasukkan ke dalam sila Ketuhanan.

Akhirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 memberlakukan kembali UUD 1945, yang sila pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa.Pada akhir 1984 Muktamar NU ke-27 mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Sikap NU yang didasarkan pada kajian tentang hubungan Islam dan Pancasila yang disusun oleh KH. Achmad Siddiq itu, mengubah secara mendasar peta kepartaian di Indonesia. Kiai Ahmad Siddiq adalah santri Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari. Ormas Islam lain kemudian mengikuti untuk menerima secara resmi Pancasila sebagai dasar negara

(10)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Pancasila mendasari dan menjiwai semua proses penyelenggaraan Negara dalam berbagai bidang serta menjadi rujukan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.Pancasila memberikan suatu arah dan criteria yang jelas mengenai layak atau tidaknya suatu sikap dan tindakan yang dilakukan oleh setiap warga Negara Indonesia dalam kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Proses kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dilepaskan dari dimensi kehidupan politik, akan tetapi kehidupan politik di setiap Negara tentu saja berbeda. Salah satu penyebabnya adalah faktor perbedaan ideologi. Kehidupan politik rakyat Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan landasan dan tujuan kehidupan politik bangsa kita. Berkaitan dengan hal tersebut, proses pembangunan politik yang sedang berlangsung di Negara kita ini harus diarahkan pada proses implementasi sistem politik Pancasila yang handal.

Sila pertama Pancasila membahas sifat-sifat luhur atau mulia yang harus dimiliki segenap bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila menganjurkan pemeluk agama masing-masing untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya. Ketuhanan dalam sila pertama Pancasila menjadi salah satu prinsip dasar dan penyatu bangsa Indonesia

(11)

DAFTAR PUSTAKA

M.S, Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta

Notonegoro. 1985. Beberapa hal Mengenai Filsafat Pancasila. Yogyakarta Sonoto. 1985. Mengenal Filsafat Pancasila. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Guru meminta peserta didik mengamati gambar sidang BPUPKI Pertama, tokoh pengusul rumusan dasar Negara , Video Sidang BPUPKI dan mencatat

Sidang kedua BPUPKI menentukan perumusan dasar negara yang akan merdeka sebagai hasil kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang kedua ini ditambah enam

Sila pertama pancasila adalah kesimpulan yang didapatkan dari kepercayaan- kepercayaan yang dianut masyarakat Indonesia bahwa seluruh agama mengajarkan kita untuk menjunjung

Untuk menampung pandangan semua kalangan, atas usulan Hatta rumusan sila pertama diubah menjadi ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ dan Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara pada 18

Melalui sidang-sidang BPUPKI, usulan rumusan calon Dasar Negara, hingga menjadi rumusan Dasar Negara seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.. Rumusan Pancasila

Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan dibentuklah BPUPKI pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945, membahas tentang rumusan

Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin, Soepomo dan Ir.Soekarno

Di persidangan BPUPKI yang pertama pada tanggal Tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945, terdapat berbagai pendapat mengenai dasar negara yang dipakai di Indonesia. Pendapat-pendapat rumusan