• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENGENALAN DAN KONSTRUKSI TEORI

N/A
N/A
Muhammad Afiq Siddiq

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH PENGENALAN DAN KONSTRUKSI TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Teori Belajar dan

Pembelajaran PAI

Oleh :

JAMALUDDIN MANGKA : NIM. 2320203886108008 MUH. AFIQ SIDIQ : NIM. 2320203886108029 SUKMA KRISTALARA : NIM. 2320203886108035

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE

TAHUN 2023

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Tuhan semesta alam yang memberikan nikmat kepada seluruh umatnya. Tuhan yang memberi seluruh kenikmatan, berupa umur, kesehatan, rezeki, dan ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengenalan dan Konstruksi Teori”. Shalawat serta salam, senantiasa dipanjatkan kepada baginda Nabi besar Muhammad saw. beserta seluruh keluarga, nabi pembawa risalah, yang menunjukkan jalan kebenaran dan membuka peradaban baru.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran PAI. Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. Ambo Dalle, S. Ag., M. Pd., sebagai dosen pengampu pada mata kuliah ini yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada kami. Terima kasih juga kami haturkan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan sumbangsinya demi terselesaikannya makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat menjadi penambah wawasan bagi penulis dan para pembaca terhadap materi tersebut.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Parepare, 05 September 2023

Penulis

(3)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

D. Pembahasan 1. Pengenalan tentang Teori-teori Ilmiah ... 3

2. Kebutuhan tentang Teori ... 5

3. Definisi Istilah ... 7

4. Konstruksi Teori ... 8

5. Verifikasi Teori ... 10

6. Masalah-masalah yang Berhubungan dengan Teori Psikologi dan Pembelajaran ... 18

E. Simpulan ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(4)

A. Latar Belakang Masalah

Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yangmampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya. Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik,mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya. Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-

(5)

konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang. Melihat dari permasalahan tersebut, melatarbelakangi makalah kami.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah untuk makalah ini adalah: “Bagaimanakah teori belajar konstruktivitisme pada pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar?”.

Adapun batasan masalah yang kami paparkan adalah sebagai berikut.

1. Pengenalan tentang teori-teori ilmiah 2. Kebutuhan tentang teori

3. Definisi istilah 4. Konstruksi teori 5. Verifikasi teori

6. Masalah-masalah yang berhubungan dengan teori psikologi dan pembelajaran

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan teori-teori ilmiah.

2. Untuk mengetahui kebutuhan terhadap teori.

3. Untuk mendeskripsikan definisi istilah.

4. Untuk mendeskripsikan tentang koonstruksi teori.

5. Untuk mendeskripsikan verifikasi teori.

6. Untuk mendeskripsikan masalah-masalah yang berhubungan dengan teori psikologi dan pembelajaran.

(6)

D. Pembahasan

1. Pengenalan tentang Teori-Teori Ilmiah

Di dalam ilmu pengetahuan tercakup sejumlah teori ilmiah.

Teori-teori ilmiah adalah teori-teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang ciri utamanya yaitu berfungsi mendeskripsikan, memprediksi dan mengendalikan. Teori-teori ilmiah bersifat reliable dibanding dengan teori-teori filosofis, yang perumusannya didasarkan atas pemikiran rasional semata.1

Secara bahasa, teori berasal dari bahasa Yunani, thea yang secara etimologis berarti cara atau hasil pandang.2 Secara terminologi, teori adalah pendapat yang diungkapkan sebagai penjelasan mengenai peristiwa, peristiwa yang sebenarnya, dan dapat diartikan sebagai pendapat, cara, atau kaidah dalam melakukan sesuatu.

Dalam memahami pengertian teori, beberapa para ahli di bidang ini pendapatnya dapat dijadikan acuan. Di antara para ahli tersebut adalahNeuman dan Sarankatos yang menjelaskan bahwa teori berasal dari data dimana data tersebut diperoleh dengan cara menganalisis dan sistematis melalui metode komparatif.

Snelbecker pada tahun 1974 juga mengutarakan pendapatnya mengenai teori. Menurutnya, secara umum teori berarti sejumlah proposisi yang telah diintegrasikan secara sintetik dalam arti proposisi tersebut mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan yang dapat menghubungkan secara logis antara satu proposisi dengan proposisi lainnya dan kemudian juga dengan data yang diamati.

1Nanny Mayasari, dkk., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Global Eksekutif Teknologi, 2023, h. 330.

2Dr. Irma Rosdian, Pengantar Ilmu Hukum: Mengenal Tata Nilai, Norma dan Falsafah Dasar Pembentukan Ilmu Hukum, h. 196.

(7)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a) Teori adalah suatu pendapat yang dikemukakan sebagai penjelasan terhadap suatu peristiwa.

b) Teori adalah prinsip-prinsip umum dan hukum-hukum yang menjadi dasar suatu seni atau ilmu pengetahuan.

c) Teori adalah suatu pendapat, cara, dan kaidah dalam melakukan sesuatu. Teori juga dianggap sekumpulan hubungan antar proposisi yang bersifat logis dan dapat diuji secara empiris.3

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa teori tersebut terdiri dari beberapa hal, antara lain: 1) Adanya gejala yang diamati; 2) Dalam gejala-gejala tersebut terdapat hubungan yang saling berkaitan, logis, dan sistematis; 3) Terdapat generalisasi dan analisis deduktif; 4) Kesesuaian dengan kenyataan, dapat dibuktikan.

Pembahasan selanjutnya adalah mengenai ilmu pengetahuan yang erat kaitannya dengan pembahasan teori diatas. Kata ilmiah diambil dari kata ilmu sehingga kata ilmiah diartikan sebagai sesuatu yang sesuai dengan metode dan kaidah ilmiah. Di antara prinsip-prinsip ilmu pengetahuan adalah: Logis, sistematis, dan dapat dibuktikan.

Dengan beberapa penjelasan terkait teori dan ilmu pengetahuan di atas, maka dapat dikatakan bahwa teori ilmiah adalah sekumpulan pernyataan dan definisi tentang sistem yang telah diklasifikasikan dan disusun secara sistematis.

3Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, 2016-2023. (kbbi.kemdikbud.go.id)

(8)

2. Kebutuhan tentang teori

Manusia merupakan makhluk individu dan sosial dimana dalam hidupnya manusia mempunyai banyak kebutuhan baik dari kebutuhan dasar, fisik, rasa, dan lain-lain. Salah satu tokoh yang terkenal dalam teori kebutuhan ini adalah Abraham Maslow. Dikatakannya bahwa teori kebutuhan bagi individu berguna untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga melahirkan beberapa prinsip dasar teori ini, yaitu:

a) Manusia adalah binatang yang berkeinginan.

b) Kebutuhan manusia tampak terorganisir pada tahap kebutuhan yang mempunyai tingkatan-tingkatan.

c) Jika kebutuhan yang satu terpenuhi maka akan timbul kebutuhan yang lain.

d) Kebutuhan yang telah terpenuhi tidak mempunyai pengaruh sehingga kebutuhan lain yang lebih tinggi menjadi dominan.

Sejalan dengan hal tersebut, Abraham Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima jenis, yaitu :

a) Kebutuhan Fisik

Kebutuhan fisik ini merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan kondisi dan kondisi tubuh seperti sandang, pangan, dan papan.

b) Safety Needs atau kebutuhan akan rasa aman.

Kebutuhan akan rasa aman lebih mengarah pada psikologi individu dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya; perlakuan yang adil, pemberian hak dan kewajiban, pengakuan oleh lingkungan keluarga terdekat terhadap masyarakat sekitar, perlakuan yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, dan jaminan keamanan bagi diri sendiri

(9)

dan anggota keluarganya.

c) Social Needs atau kebutuhan sosial.

Kebutuhan-kebutuhan ini cenderung bersifat psikologis juga dan seringkali berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan lain. Misalnya;

diakui sebagai anggota masyarakat, diajak berpartisipasi, dan saling berkunjung ke rumah tetangga dan warga sekitar.

d) Esteem Needs atau kebutuhan penghargaan.

Kebutuhan ini berkaitan dengan pencapaian prestasi individu setelah melakukan beberapa kegiatan di masyarakat. Misalnya saja apresiasi karena memenangkan persaingan antar RT, pujian atas gerakan-gerakan baru yang bermanfaat bagi orang banyak, dan kepercayaan atau kepercayaan pada struktur organisasi kemasyarakatan.

e) Kebutuhan Aktualisasi Diri atau aktualisasi diri.

Menurut Maslow, kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang tertinggi di antara individu sekaligus kebutuhan yang paling sulit untuk dilakukan. Misalnya: mengalah pada ego agar bisa menghargai pendapat orang lain, mengakui suatu kebenaran yang terdapat pada diri orang lain, tidak malu mengakui kesalahan diri sendiri, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Namun, pakar psikologi organisasi Amerika Clayton Paul Alderfer mengatakan ada kelemahan dalam teori Maslow.

Berdasarkan penelitian Alderfer, di antara lima tingkat kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow tidak selalu ada dan urutan tingkatannya tidak selalu sama dalam penerapannya. Kemudian individu dari budaya yang berbeda cenderung mempunyai kategori dan

(10)

kebutuhan yang berbeda pula. Akhirnya berdasarkan kelemahan- kelemahan tersebut, Alderfer memodifikasi teori Maslow menjadi hanya tiga kategori kebutuhan, yaitu: kebutuhan akan eksistensi, kebutuhan akan hubungan, dan kebutuhan akan pertumbuhan yang tidak bersifat hierarkis.4

Teori kebutuhan ERG Alderfer menjelaskan bahwa manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan eksistensi, hubungan, dan pertumbuhan berdasarkan tatanan konkritnya. Semakin konkrit kebutuhan yang ingin dicapai, maka akan semakin mudah bagi seorang pekerja untuk mencapainya. Kebutuhan yang paling konkrit menurut Alderfer adalah kebutuhan akan eksistensi, kemudian hubungan dan pertumbuhan.

Teori merupakan landasan akademis dari setiap disiplin ilmu.

Ilmu apapun itu tidak akan berkembang karena harus didasari dengan teori. Teori bersifat sangat penting dalam kehidupan akademis karena teori-teori yang telah ada memberikan ide untuk penelitian-penelitian, juga memberikan panduan untuk pelaksanaan studi yang mengisi kekosongan pengetahuan.5 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori yang ada dapat menjadi referensi dan acuan untuk mengembangkan suatu bidang ilmu.

3. Definisi Istilah

Pengertian istilah digunakan untuk menghindari perbedaan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam suatu karya

4Berlian Nataliana dan Sutarto Wijono, "Stres Kerja Dengan Motivasi Kerja Pada Karyawan Staf di PT. SPAA Tangerang." Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 1, no. 1 (2018):

96-108.

5Feida Noorlaila Istiadah. Teori-teori Belajar dalam Pendidikan. edu Publisher, 2020, h. 29.

(11)

atau penelitian sehingga hal yang dimaksudkan menjadi luas. Beberapa definisi istilah tercantum dalam istilah-istilah berikut:

a) Metafora gramatikal adalah pergeseran tataran gramatikal, baik pergeseran bentuk leksis atau tataran kata, maupun bentuk tataran kalimat.

b) TLSF merupakan teori linguistik sistematis fungsional dengan menunjukkan bukti-bukti yang dapat menjelaskan ciri-ciri ilmiah suatu teks.

c) Nominalisasi adalah pengubahan leksis nonnomina menjadi leksis nomina dengan tujuan untuk memadatkan informasi.

d) Kalimat yang disederhanakan merupakan bentuk penyederhanaan kalimat kompleks dengan tujuan untuk memadatkan informasi.

e) Kata kerja adalah kata yang digunakan untuk mewujudkan suatu proses.

f) Kata keterangan adalah kata yang digunakan untuk memberi keterangan pada kata kerja.

g) Kata sifat adalah kata-kata yang digunakan untuk mewujudkan keadaan.

4. Konstruksi Teori

Teori tidak sekadar dipahami sebagai penjelasan, namun sebagai cara mengemas realitas, cara memahami realitas. Seringkali orang merepresentasikan realitas secara simbolis dan kemudian menjalankannya dalam wilayah teoritis. Teori adalah suatu sistem pemikiran atau cara pandang. Kita tidak pernah bisa melihat realitas secara murni namun harus menggunakan serangkaian konsep dan simbol untuk mendefinisikan apa yang kita lihat dan teori yang

(12)

memberikan lensa yang melaluinya kita dapat mengamati dan mengalami realitas. Teori-teori berbeda dalam hal proses yang menghasilkannya, jenis penelitian yang digunakan, gaya penyajiannya, dan aspek komunikasi di mana teori-teori tersebut diungkapkan.

Perbedaan teori disebabkan oleh asal muasal civitas akademika yang beragam, dan masing-masing civitas akademika mempunyai tolak ukur dan acuan kualitasnya masing-masing. Inti dari konstruksi teori atau bagaimana teori diciptakan adalah suatu proses yang dikenal dengan proses inkuiri, yaitu studi sistematis terhadap pengalaman yang mengarah pada pemahaman dan pengetahuan tentang teori. Seseorang yang terlibat dalam inkuiri adalah ketika mereka mencoba memahami sesuatu secara sistematis.

Ada dua metode dalam konstruksi teori yaitu metode deduktif dan metode induktif.6

a. Metode Deduktif

Metode deduktif membangun suatu teori dari umum ke khusus, merupakan prosedur yang bermula pada suatu peristiwa umum, kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

b. Metode Induktif

Metode induktif kebalikan dari pendekatan deduktif.

Metode induktif membangun teori dari khusus ke umum.

Pendekatan induktif ini prosedurnya bermula dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan/pengetahuan baru yang sifatnya umum.

6Feida Noorlaila Istiadah, Teori-teori Belajar dalam Pendidikan, Edu Publisher, 2020, h. 31-32.

(13)

Kedua pendekatan di atas seolah merupakan cara berpikir yang berbeda namun dalam pengaplikasiaanya merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kedua pendekatan ini dapat digunakan secara bersama dan saling mengisi.

5. Verifikasi Teori

a. Pengertian Verifikasi Teori

Verifikasi teori merujuk pada proses ilmiah yang digunakan untuk memeriksa, menguji, dan memvalidasi suatu teori dalam berbagai bidang ilmu. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa teori tersebut adalah representasi yang benar, valid, dan dapat diandalkan tentang bagaimana sesuatu bekerja atau berlaku dalam lingkungan tertentu.7

Proses verifikasi teori melibatkan pengumpulan bukti empiris, pengujian hipotesis, dan analisis data untuk menentukan sejauh mana teori tersebut sesuai dengan realitas atau fenomena yang dijelaskan oleh teori tersebut. Hasil verifikasi dapat berupa konfirmasi teori (ketika data mendukung teori), revisi teori (ketika teori perlu diperbarui), atau penolakan teori (ketika data tidak mendukung teori).

Dalam ilmu pengetahuan, verifikasi teori adalah langkah penting untuk memastikan bahwa teori-teori yang digunakan sebagai dasar untuk pemahaman dan penjelasan fenomena adalah valid dan dapat dipercaya. Hal ini berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan pengembangan pengetahuan yang lebih baik tentang dunia di sekitar kita.

7Rahmat Anugrah, “Learning Theory: Introduction and Construction of Theory”, Islamic State of Alauddin Makasaar Postgraduate Program, (2022), h. 18.

(14)

Pada suatu saat mungkin timbul suatu pertanyaan tentang

‘kebenaran’ suat teori yang telah dirumuskan. Sebenarnya yang menjadi masalah bukan kebenaran suatu teori, melainkan yang ingin dikatahui ialah apakah teori tertentu relative lebih baik daripada teori yang lama, dan apakah bagian tertentu dari suatu teori, memerlukan revisi.

b. Aspek Utama dalam Verifikasi Teori

Verifikasi teori dalam ilmu pengetahuan dapat dilihat dari tiga aspek utama: sintaks, semantik, dan parsimony.8 Ini adalah prinsip-prinsip yang membantu memastikan bahwa sebuah teori adalah valid dan bermanfaat. Berikut adalah penjelasan tentang ketiga aspek tersebut:

1) Sintaks

Sintaks adalah aspek tata bahasa atau struktur formal dari teori. Ini berkaitan dengan apakah teori tersebut memenuhi standar logika dan peraturan ilmiah.

Untuk memverifikasi teori dari segi sintaks, teori harus dirumuskan secara jelas dan sistematis. Ini berarti teori harus mengikuti aturan logis, tidak boleh ambigu, dan harus memadukan konsep-konsep dengan benar.

Teori yang tidak memenuhi standar sintaks cenderung bermasalah karena mungkin sulit diuji atau tidak memiliki landasan logis yang kuat.

Salah satu tes suatu teori ialah apakah teori itu secara internal konsisten dan logis. Oleh karena semua teori itu disusun

8Feida Noorlaila Istiadah, Teori-Teori Belajar dalam Pendidikan. edu Publisher, 2020, h. 34-35.

(15)

atas dasar postulasi hubungan-hubungan antar akonstruk- konstruk, maka dari seorang teoriwan diminta bahwa teorinya tunduk pada peraturan-peraturan sintatik, di mana ia memperlihatkan bahwa konstruk-konstruk yang digunakannya dalam teorinya dapat saling dihubungkan, dan akhirnya dihubungkan pada data yang sebenarnya. Aturan-aturan ini dapat bersifat matematik (dalam physical science) atau verbalitas (seperti dalam psikologi dan pendidikan).

Presisi (ketelitian) secara sintatik lebih diharapkan dari sains (physical science) daripada psikologi ataupun pendidikan, terutama sintaks matematika. Psikologi lebih banyak menggunakan syntaks verbalistik, karena sifat keilmuannya.

2) Semantik

Semantik berkaitan dengan makna dan interpretasi dari teori. Ini melibatkan pertanyaan apakah teori tersebut sesuai dengan data empiris dan fenomena yang dijelaskan oleh teori.

Untuk memverifikasi teori dari segi semantik, teori harus memiliki relevansi dengan bukti empiris yang ada. Teori harus mampu menjelaskan, meramalkan, atau menggambarkan fenomena dengan benar.

Jika teori tidak memiliki dukungan semantik, itu mungkin tidak bermanfaat dalam menjelaskan dunia nyata atau memahami fenomena yang dihadapi.

Suatu teori terutama diuji apakah teori itu membuat generalisasi-generalisasi yang benar dan prediksi-prediksi yang sahih (valid). Hal ini disebut semantic. Pada dasarnya suatu teori

(16)

dapat lulus atau gagal waktu diuji secara eksperimen. Hal ini berarti, bahwa suatu teori harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diuji. Inilah yang merupakan masalah yang ditemukan berulang kali dalam menilai ‘kebenaran’ teori-teori.

Eksperimen-eksperimen akan banyak digunakan untuk mengetahui nilai relatif dari suatu teori terhadap teori yang lain.

Suatu teori dinilai lebih daripada teori yang lain, bila kedua teori itu membuat prediksi-prediksi yang berbeda dan bukti-bukti empiris yang lebih menyokong prediksi-prediksi dari teori yang satu dibandingkan dengan prediksi-prediksi yang berasal dari teori yang lainnya. Inilah yang disebut tes semantic dari suatu teori. Tetapi dalam kenyataannya, setelah dilakukan eksperimen-eksperimen, hanya sedikit kasus yang menunjukkan, bahwa suatu teori jelas lebih unggul daripada teori yang lain. Kerap kali para peneliti menafsirkan suatu bukti yang negatif dari suatu tes semantic. Hal ini merupakan suatu petunjuk bahwa teori itu tidak boleh digunakan lagi. Para peneliti itu dapat memutuskan, bahwa konsep yang mereka teliti mungkin berpengaruh pada proses-proses belajar, tetapi mungkin mereka menemukan masalah dalam ‘definisi operasional’ mereka (cara mereka mengukur konsep itu). Dalam hal ini mungkin diperlukan alat ukur yang lain atau variabel- variabel lain yang harus diteliti. Misalnya, dalam penelitian tentang pengaruh umpan balik pada belajar. Mereka mungkin mengambil kesimpulan, bahwa umpan balik belum diberikan

(17)

secara jelas pada subjek, atau umpan balik diberikan terlalu sering. Jadi, penelitian baru harus direncanakan dan dilakukan.

Hal lain yang juga harus diperhatikan ialah bagaimana

“sempurnanya” prediksi-prediksi seharusnya dalam suatu teori.

Tentang hal ini, dalam sains terdapat dua konsepsi. Konsepsi

‘klasik’ beranggapan bahwa seseorang dapat membuat prediksi- prediksi yang sempurna, dan menghasilkan penjelasan- penjelasan yang tidak dapat disangkal. Konsepsi yang kedua menerima pendekatan ‘probabilitas’ tentang prediksi. Ini berarti, bahwa pada akhirnya kita akan memperoleh derajat ketelitian yang paling tinggi dalam membuat prediksi-prediksi, tetapi kita tidak dapat mengharapkan akan mempunyai ketelitian yang sempurna dalam prediksi-prediksi kita. Kedua konsepsi itu diperdebatkan dalam sains dan filsafat sains dalam beberapa decade yang lampau. Posisi klasik disebut pula posisi

‘deterministik’, sedangkan posisi yang kedua disebut posisi

‘probabilistik’.

Posisi apa pun yang dianut oleh seseorang tentang hal ini, namun tes yang penting tentang suatu teori adalah sejauh mana prediksi-prediksi yang dihasilkan dari teori itu ditunjang oleh bukti-bukti empiris.

3) Parsimony (Kesederhanaan)

Prinsip parsimony, juga dikenal sebagai "Hukum Kesederhanaan" atau "Prinsip Ockham," adalah konsep bahwa teori yang paling sederhana dan efisien cenderung lebih baik

(18)

daripada teori yang lebih rumit jika keduanya dapat menjelaskan fenomena dengan baik.

Dalam konteks verifikasi teori, kesederhanaan berarti bahwa jika ada beberapa teori yang dapat menjelaskan fenomena dengan sama baiknya, teori yang lebih sederhana lebih disukai. Ini karena teori yang lebih sederhana cenderung lebih mudah diuji, digunakan, dan lebih mudah dipahami.

Kesederhanaan membantu mencegah teori yang terlalu rumit atau berlebihan yang mungkin cenderung membingungkan daripada membantu dalam pemahaman.

Jadi, verifikasi teori melalui aspek sintaks, semantik, dan kesederhanaan membantu memastikan bahwa teori tersebut memenuhi standar ilmiah, relevan dengan fenomena nyata, dan tidak terlalu rumit. Ini penting dalam membangun teori yang kuat dan valid dalam berbagai bidang ilmu.

c. Tahapan Verifikasi Teori 1) Perumusan Hipotesis

Tahap awal dalam verifikasi teori adalah perumusan hipotesis yang didasarkan pada teori yang akan diuji. Hipotesis adalah pernyataan yang menggambarkan hubungan atau prediksi antara variabel yang dijelaskan oleh teori.

Sintaks dalam konteks ini, berkaitan dengan bagaimana hipotesis dan teori dirumuskan. Hipotesis harus dirumuskan dengan jelas dan sistematis, mengikuti aturan tata bahasa, dan tidak mengandung ambiguitas. Ini adalah langkah awal dalam

(19)

memastikan bahwa teori tersebut dijelaskan dengan benar dan tidak bermasalah dari segi struktur.

2) Perancangan Penelitian dan Kumpulan Data

Setelah perumusan hipotesis, peneliti merancang penelitian yang sesuai dengan teori yang akan diuji. Penelitian ini dapat melibatkan eksperimen, survei, atau metode penelitian lainnya sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Selama tahap ini, data empiris dikumpulkan yang akan digunakan untuk menguji hipotesis. Data ini merupakan bukti yang akan digunakan untuk mengevaluasi validitas teori.

3) Analisis Data dan Semantik

Setelah pengumpulan data, data tersebut dianalisis.

Analisis data melibatkan penggunaan metode statistik atau teknik analisis lainnya untuk mengevaluasi apakah data mendukung atau menentang hipotesis yang diajukan.

Semantik, dalam konteks ini, mengacu pada makna dan interpretasi dari teori tersebut. Hasil analisis data akan digunakan untuk menentukan apakah teori tersebut memiliki relevansi dengan bukti empiris yang ada. Ini adalah tahap yang penting dalam memastikan bahwa teori tersebut memiliki dasar yang kuat dalam realitas atau fenomena yang dijelaskan oleh teori.

4) Interpretasi Hasil

Hasil analisis data kemudian diinterpretasikan untuk menentukan apakah mereka mendukung atau menentang hipotesis. Jika data mendukung hipotesis, maka teori tersebut

(20)

mendapatkan dukungan. Namun, jika data tidak mendukung hipotesis, teori tersebut mungkin perlu direvisi atau ditolak.

Setelah interpretasi hasil, jika terdapat lebih dari satu cara untuk menjelaskan fenomena dengan data yang sama, prinsip parsimony mengharuskan kita memilih penjelasan yang paling sederhana. Ini membantu dalam menjaga keefektifan dan ketajaman teori.

5) Tahapan Replikasi

Replikasi adalah langkah penting dalam verifikasi teori.

Ini melibatkan pengujian ulang temuan penelitian dengan menggunakan metode yang sama atau serupa oleh peneliti independen. Tujuannya adalah untuk memastikan keandalan dan konsistensi temuan penelitian. Replikasi juga memiliki aspek semantik yang kuat, di mana hasil replikasi yang konsisten dengan hasil sebelumnya memperkuat interpretasi bahwa teori tersebut memiliki relevansi dengan bukti empiris yang ada.

6) Tahapan Publikasi

Publikasi adalah langkah penting untuk berbagi temuan penelitian dengan komunitas ilmiah dan masyarakat luas. Ini melibatkan penyusunan laporan penelitian atau artikel ilmiah yang memenuhi standar sintaks dan semantik. Publikasi memastikan bahwa temuan penelitian dapat dievaluasi oleh para ahli independen, yang merupakan aspek kunci dari proses peer review.

(21)

7) Tahapan Peer Review

Peer review adalah proses evaluasi oleh para ahli independen dalam bidang yang relevan. Ini adalah langkah penting untuk memastikan kualitas penelitian dan laporan ilmiah. Peer review mencakup evaluasi sintaks dan semantik dalam laporan penelitian, termasuk metode penelitian yang digunakan, analisis data, dan interpretasi hasil. Hasil dari peer review dapat memengaruhi apakah laporan penelitian diterbitkan atau tidak.

Semua tahapan ini bersama-sama menjaga dan memperkuat kredibilitas teori dan penelitian dalam proses verifikasi. Proses ini menjadi suatu proses ilmiah yang sistematis dan berbasis bukti, yang memastikan bahwa teori dan temuan penelitian memiliki integritas dan relevansi yang tinggi dalam dunia ilmiah.

6. Masalah-Masalah yang Berhubungan dengan Teori Psikologi dan Pembelajaran

Terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan teori psikologi dan pembelajaran. Ini termasuk tantangan dan isu-isu yang dihadapi oleh praktisi, peneliti, dan pendidik ketika menerapkan teori-teori psikologi dalam konteks pendidikan.

Berikut adalah beberapa masalah umum yang terkait dengan teori psikologi dan pembelajaran:

a. Masalah Generalisasi: Masalah ini muncul ketika teori-teori psikologi hanya diuji atau dikembangkan dalam konteks tertentu

(22)

dan kemudian dianggap berlaku secara umum. Generalisasi teori ke berbagai konteks dan populasi dapat menjadi masalah karena perbedaan-perbedaan yang ada.

b. Masalah Kesahan Internal: Ini berkaitan dengan sejauh mana eksperimen atau penelitian dapat diandalkan dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Masalah kesahan internal dapat merusak integritas teori psikologi jika data yang diperoleh tidak dapat diandalkan.

c. Masalah Kesahan Eksternal: Masalah ini muncul ketika hasil penelitian atau teori psikologi tidak dapat diterapkan dengan baik di dunia nyata. Ketidaksesuaian antara penelitian laboratorium dan situasi di lapangan adalah contoh masalah kesahan eksternal.

d. Masalah Konstruksi Teori: Masalah ini terkait dengan keberhasilan dalam merumuskan teori psikologi yang tepat untuk menjelaskan fenomena tertentu. Teori yang terlalu abstrak atau terlalu spesifik mungkin tidak efektif dalam menjelaskan kenyataan.

e. Masalah Validitas dan Reliabilitas Pengukuran: Validitas mengukur sejauh mana instrumen pengukuran benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan. Reliabilitas mengukur sejauh mana instrumen menghasilkan hasil yang konsisten. Masalah dalam validitas dan reliabilitas dapat mempengaruhi interpretasi teori.

(23)

f. Masalah Bias Budaya: Teori psikologi sering dikembangkan dan diuji dalam budaya tertentu, dan masalah muncul ketika mencoba menerapkannya di budaya yang berbeda. Fenomena psikologis mungkin memiliki makna dan ekspresi yang berbeda di berbagai budaya.

g. Masalah Perkembangan: Teori-teori psikologi cenderung fokus pada populasi dewasa dan mungkin tidak selalu dapat diterapkan pada anak-anak atau lansia. Masalah perkembangan muncul ketika mencoba mengeneralisasi teori ke berbagai tahap kehidupan.

h. Masalah Etika: Penelitian psikologi seringkali melibatkan partisipan manusia, dan masalah etika muncul ketika perlindungan dan persetujuan partisipan tidak dipatuhi. Masalah etika dalam penelitian dapat merusak validitas teori dan hasil penelitian.

i. Masalah Penerapan dalam Pembelajaran: Beberapa teori psikologi mungkin sulit diimplementasikan dalam konteks pembelajaran atau pendidikan. Tantangan ini muncul ketika mencoba menerapkan teori-teori tersebut di dalam kelas atau lingkungan pendidikan.

j. Masalah Evolusi Teori: Bidang psikologi terus berkembang, dan teori-teori lama mungkin perlu diperbarui atau direvisi seiring berjalannya waktu. Tidak mengikutsertakan perkembangan ilmu

(24)

pengetahuan terbaru dalam teori psikologi dapat menjadi masalah.

Dalam mengatasi masalah-masalah ini, peneliti psikologi dan praktisi pembelajaran harus berfokus pada pengembangan teori yang kuat, pengukuran yang valid dan reliabel, serta perhatian terhadap faktor-faktor budaya dan etika. Seiring berjalannya waktu, kerjasama antara peneliti dan praktisi juga dapat membantu meningkatkan aplikasi teori psikologi dalam konteks pembelajaran yang lebih efektif.

E. Simpilan

Secara umum pembelajaran adalah suatu proses pembelajaran yang dibangun guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. dan dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru.

Pembelajaran juga merupakan upaya untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses dimana pendidik berinteraksi dengan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Ada beberapa pendapat dari para ahli di bidang ini termasuk Gagne yang berpendapat bahwa serangkaian acara eksternal telah dirancang untuk mendukung beberapa proses pembelajaran internal. Teori belajar terbagi menjadi delapan: Teori Behaviorisme, Teori Pembelajaran Asosiatif, Teori Pembelajaran Kognitif, Teori Pembelajaran Experiential, Teori Pembelajaran Konstruktivisme Sosial, Teori Pembelajaran Konseptual, Teori Konstruksionisme, dan

(25)

Teori Pembelajaran Kolaboratif.

F. Daftar Pustaka

Istiadah, Feida Noorlaila. 2020. Teori-Teori Belajar dalam Pendidikan.

edu Publisher.

Anugrah, Rahmat. “Learning Theory: Introduction and Construction of Theory”. Islamic State of Alauddin Makasaar Postgraduate Program. (2022).

Ihalauw, John J.O.I.. Konstruksi Teori (Komponen dan Proses).

Grasindo.

Mayasari, Nanny dkk. 2023. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Global Eksekutif Teknologi.

Rusdiana, Erma dkk. 2022. Pengantar Ilmu Hukum Mengenal Tata Nilai, Norma dan Falsafah Dasar Pembentukan Ilmu Hukum. Scopindo Media Pustaka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, 2016-2023.

(kbbi.kemdikbud.go.id)

Nataliana, Berlian, and Sutarto Wijono. "Stres Kerja Dengan Motivasi Kerja Pada Karyawan Staf di PT. SPAA Tangerang." Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 1, no. 1 (2018).

Referensi

Dokumen terkait

Langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan teori untuk membangun masalah penelitian ketika kita mengamati dunia nyata perilaku yang tidak setuju dengan teori, kita

Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tepat (sahih, benar, valid) dan dapat dipercaya,

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan berdasarkan data atau fakta yang tepat (sahih, benar, valid) dan dapat dipercaya (dapat diandalkan,

Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila

Jadi dengan adanya teori analisis sistem, HIPMI diharapkan agar mampu menyerap input yang berasal dari lingkungan, mengelola input tersebut, dan mentransformasikan

Berdasarkan masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat (sahih, benar, valid) dan dapat dipercaya

Berdasarkan masalah - masalah yang telah diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat ( sahih, benar, valid ) dan dapat dipercaya (

Teori ini didasarkan pada keyakinan bahwa manajer harus bekerja demi kepentingan terbaik seluruh pemangku kepentingan dan dewan direksi harus memantau kinerja manajer dan perusahaan