• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TAHAPAN KARYA ANAK

N/A
N/A
Eva Wardah Maolidah

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH TAHAPAN KARYA ANAK "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TAHAPAN KARYA ANAK

(Bermain Balok, Tahapan Menulis dan Tahapan Bermain Peran) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan

Fisik Motorik

Dosen Pengampu Idah Paridah, M.Pd.I

Disusun oleh : Eva Wardah Maolidah

2023120005

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAPATA AL-JAWAMI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tahapan Karya Anak Bermain Balok, Tahapan Menulis dan Tahapan Bermain Peran”. Shalawat dan salam senantiasa kita ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan kaum muslimin, semoga kita senantiasa tetap istiqomah dalam menjalankan ajaran-ajarannya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Matematika Anak Usia Dini.

Selain dari itu makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tahapan karya anak dalam bermian balok, tahapan menulis anak dan tahapan bermain peran . Dengan demkian kami sebagai penulis mengharapkan pembaca dapat memahami materi yang dibahas di dalam makalah ini.

Menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan agar pembaca dapat memberikan kritik serta saran terhadap makalah ini.

Bandung, 16 Desember 2023

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Pendahuluan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II ... 3

PEMBAHASAN ... 3

A. Tahapan Bermain Balok Anak Usia Dini... 3

B. Tahapan Menulis Anak Usia Dini ... 7

C. Tahapan Bermain Peran Anak Usia Dini ... 9

BAB III ... 13

PENUTUP ... 13

A.Simpulan ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 sampai 6 tahun dan berada pada jenjang pendidikan taman kanak-kanak (TK). Anak taman kanak-kanak sedang membutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual, bahasa, motorik dan social emosional. Semua aspek tersebut diharapkan berkembang dengan baik pada diri anak. Dan apabila dalam upaya pengembangannya menemui suatu kesulitan, maka kepada orang tua dan pendidik di sekolah agar lebih peka terhadap kondisi anak. Anak adalah seorang sosok individu yang sangat memerlukan bimbingan dalam segala hal yang ia lakukan. Dalam bimbingan yang diberikan tersebut diharapkan pada diri anak agar terjadi suatu proses perubahan perilaku yang tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks dan menjadi anak yang lebih mandiri.

Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan fisik, motorik dan kemampuan bahasa. Masing masing aspek memiliki tahapan yang akan dilalui anak. Pada masa usia dini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa baik fisik motorik, kognitif, emosi, psikososial dan bahasa.

Demikian pula perkembangan bahasa,perkembangan ini dipengaruhi perkembangan yang lain, terutama berkaitan dengan fisik dan intelektual anak.Perkembangan bahasa sangat penting karena dengan menguasainya anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tidak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat. 4 atau 5 tahun pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan gerakan kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari, berenang dan sebagainya. Setelah berusia 5 tahun koordinasi otot-otot tubuhnya semakin baik yang melibatkan kelompok otot yang

(5)

lebih kecil, yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis dan menggunakan alat.

Untuk mengoptimalkan perkembangan fisik-motorik anak usia dini, khususnya usia sampai dengan 4 tahun selain kematangan diperlukan intervensi yang tepat dengan perkembangan anak tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan makalah ini mengkaji beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana tahapan anak usia dini bermain balok ? 2. Bagaimana tahapan menulis anak usia dini ? 3. Bagaimana tahapan anak usia dini bermain peran ? C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui tahapan bermain balok anak usia dini 2. Mengetahui tahapan menulis anak usia dini 3. Mengetahui tahapan bermain peran anak usia dini

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Tahapan Bermain Balok Anak Usia Dini

1) Pengertian Bermain

Triharso (2013) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat, yang menghasilakan pengertian dan memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak.

Pemahaman tentang bernain juga membuka wawasan dan menetralkan pendapat kita sehingga menjadi lebih luwes dalam menghadapi kegiatan bermain anak, sehingga segala aspek perkembangan anak dapat didukung sepenuhnya.

Bermain itu alamiah dan spontan, anakanak tidak diajarkan bermain. mereka bermain dengan benda apa saja yang ada di sekitarnya dengan bahan tongkat kayu, ranting, sapu, bahkan juga dengan tanah dan lumpur. justru benda-benda tersebut menjadi daya tarik mengapa anak-anak bermain. Anak bermain dimana-mana. Anak di seluruh dunia bermain. walaupun demikian, tidak ada suatu kesepakatan umum mengenai mengapa anak bermain. bermain hanya untuk mengeluarkan kelebihan energi belaka.namun, kemudian ada kelemahan dari teori ini, yaitu bahwa anak-anak sering ingin tetap bermain walau sebenarnya mereka telah mendekati kelelahan yang sangat.

Bermain merupakan kegiatan setiap saat yang dilakukan oleh anak-anak, terlebih anak usia dini. Bahkan pembelajaran pada lembaga pendidikan anak usia dini menerapkan kegiatan bermain dimana bermain yang dilakukan yaitu bermain sambil belajar, jadi bukan sekedar bermain tetapi juga belajar untuk mengembangkan perkembangan anak agar berkembang menjadi lebih baik lagi. Selain dengan bermain dapat mengembangkan perkembangan anak, anak menjadi senang ketika melakukan semua kegiatannya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan yang menjelaskan bahwa bermain merupakan hakikat dari setiap anak yang tidak dapat dilepas. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan menggunakan alat dan melakukan kegiatan (permainan) baik secara sendiri maupun bersama teman-temannya, sehingga mendatangkan kegembiraan, rasa senang, dan asyik bagi anak. Sependapat dengan hal itu, menurut Scott G. Eberle (2014) bahwa bermain memiliki unsur humor, keterampilan, kepura-puraan, fantasi, kontes, dan perayaan yang semuanya merupakan simulasi selektif dari variabilitas paradox.

(7)

Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya. Anak akan menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya, kemampuannya serta juga minat dan kebutuhannya. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (psikososial serta emosional). Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek pancaindranya sehingga terlatih dengan baik. Dan Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.

Permainan edukatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran anak di Taman Kanak-kanak. Ketersediaan alat permainan tersebut sangat menunjang terselenggaranya pembelajaran anak secara efektif dan menyenangkan sehingga anak- anak dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal. Mayke Sugianto (1995) mengemukakan bahwa alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan.

Permainan Edukatif yaitu, golongan mainan yang bersifat edukatif atau dapat memenuhi syarat sebagai perangsang bagi anak untuk terjadinya proses belajar anak.

Cirinya adalah, dapat merangsang anak secara aktif berpartisipasi dalam proses, tidak hanya diam secara pasif melihat saja bentuk mainan tersebut biasanya “unstrusure”

sehingga dimungkinkan bagi anak untuk membentuk, merubah, mengembangkan sesuai dengan imajinasinya dibuat dengan tujuan atau pengembangan tertentu, sesuai dengan target usia anak tertentu.

Pengertian alat permainan edukatif tersebut menunjukkan bahwa pada pengembangan dan pemanfaatannya tidak semua alat permaianan yang digunakan anak di TK itu dirancang secara khusus untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.

Permainan edukatif memiliki kandungan yang sarat pendidikan bagi anak , menurut Ismail (2006 : 113 – 116 ) dapat berfungsi sebagai berikut: a) Melatih konsentrasi anak, b) mengajar lebih cepat, c) mengatasi keterbatasan waktu, d) mengatasi keterbatasan tempat, e) mengatasi keterbatasan bahasa, f) membangkitkan emosi manusi, g) menambah daya pengertian, h) menambah ingatan anak, dan i) menambah kesegaran mengajar.

2) Fungsi dan Karakteristik Bermain

Menurut Hartley, Frank dan Goldenson, ada 8 fungsi bermain bagi anak, yaitu :

(8)

a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa;

b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata;

c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata;

d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat;

e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima;

f. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan;

g. Mencerminkan pertumbuhan; dan

h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah.

Bagi anak-anak, bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam dirinya menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan. Selain itu, bermain juga dapat menjadi sarana penyaluran energi yang sangat baik bagi anak. Oleh karena itu, kegiatan bermain pada anak hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Bermain dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan;

b. Bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati, selalu menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan;

c. Bermain dilakukan tanpa “iming-iming” apapun, kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan;

d. Bermain lebih mengutamakan aktivitas daripada tujuan;

e. Bermain menuntut partisipasi aktif, baik secara fisik maupun psikis;

f. Bermain itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan;

g. Bermain itu sifatnya spontan, sesuai dengan yang diinginkan saat itu;

h. Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan si pelaku, yaitu anak itu sendiri yang sedang bermain

3) Bermain Balok

Balok-balok kayu atau plastik merupakan alat permainan yang sangat sesuai sebagai alat untuk membuat berbagai konstruksi. Di Indonesia, alat permainan balok-balok kayu relatif harganya murah dibandingkan dengan harga di luar negeri.

Alat permainan yang berupa balok ukuran besar dapat dimainkan di lantai, umumnya disebut pula balok lantai. Guru perlu memperkenalkan balok-balok dengan meletakkan atau menyimpan balok sedemikian rupa sehingga anak dengan mudah mengenal ukuran dan jenis balok yang ada.

Program kreativitas bermain susun balok secara spontan merupakan suatu proses

(9)

belajar yang tepat untuk anak. Balok-balok ini akan menjadi media seni bagi anak.

Mereka adalah ilmuwan-ilmuwan kecil yang ingin sekali menjelajah dunia, para seniman kecil menggunakan desain/bentuk polanya sendiri sesuai dengan bentuk, ukuran, warna dan pengulangannya. Hal yang menarik dari bermain balok ini adalah banyak pengalaman menarik dapat dituangkan anak secara kreatif dalam membangun balok tersebut, apalagi dengan dorongan guru/fasilitator/orang tua.

Dengan bermain balok, kemampuan mengamati maupun ingatan visual anak akan terlatih. Hari ini anak mengambil balok yang paling panjang dan mulai membangun.

Esok hari dia akan mencari yang paling panjang dan mulai membangun lagi. Tidak mustahil anak tersebut akan berujar, “mana balok yang paling panjang? Aku minta yang paling panjang”. Kemampuan berbahasapun akan makin meningkat. Anak dapat berdiskusi secara spontan tentang bangunan yang mereka bentuk. Dalam permainan ini guru dapat memantau kemampuan anak.

Balok-balok dengan bermacam ukuran dan warna dapat digunakan anak untuk disusun menjadi bangunan tertentu : perabotan rumah, rumah, kereta, istana, gedung, pencakar langit, kapal, jembatan, dan sebagainya sesuai dengan kreativitasnya.

Bermain balok sangat berperan dalam mengembangkan penalaran anak.Mencari keseimbangan dan memilih mana yang cukup panjang berarti membuat estimasi. Anak juga menaksir jumlah balok yang dibutuhkan olehnya dan teman-temannya. Anak-anak juga menaksir jumlah pemain tiap satu set balok, menentukan nama bangunan yang berhasil dibentuknya, menunjukkan atau membuat bangunan yang sama, bahkan lebih besar atau lebih kecil. Dengan melakukan eksplorasi yang didasarkan pada pilihan sendiri maka anak lebih mudah memahami berbagai konsep.

Membangun konsep geometri pada anak dimulai dengan mengidentifikasi bentuk- bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa, seperti segiempat, lingkaran, segitiga. Belajar konsep letak, seperti di bawah, di atas, kiri, kanan meletakkan dasar awal memahami geometri. Permainan balok sangat penting bagi perkembangan anak diberbagai bidang termasuk bahasa, kemampuan sosial, pengetahuan, matematika, kemampuan motorik dan kemampuan dalam pembelajaran sosialnya.

Tahapan permainan balok didasarkan pada karya Johnson, guru dan penulis The Art of Blockbuilding (1933). Johnson mengamati dan mempelajari interaksi anak-anak dengan blok unit selama bertahun-tahun sebelum merancang tujuh tahap permainan blok

(10)

yang masih dianggap relevan dengan blok bangunan anak-anak saat ini (Hirsch, 1996;

Wellhaousen, 2001). Sedangkan menurut Guanella anak bermain balok melalui berbagai tahapan seiring dengan perkembangan dan pengalaman yang dimiliki oleh anak.

o Membawa / Carrying ( Menggunakan Balok Tanpa Bangunan ) o Menumpuk / Stacking ( Menyusun Balok Lurus ke Atas, Samping )

o Membangun Jembatan / Bridging ( Membuat Ruang Tertutup Bagian Atas ) o Membangun Ruang Tertutup 3 Dimensi / Enclosures ( Mendatar, Padat )

o Membangun Pola dan Simetri / Patterns and Simmetry ( Menggabungkan beberapa bangunan

o Representasi Awal / Early Representational (Memberi Nama Bangunan)

o Representasi Lanjut / Later Representational ( Menamai satu bangunan, menamai obyek yang terpisah, menamai bentuk balok )

Manfaat dari bermain balok ini dapat mengembangkan :

 Keterampilan hubungan dengan teman sebaya.

 Keterampilan komunikasi.

 Kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar.

 Konsep matematika dan geometri.

 Pemikiran simbolik.

 Pengetahuan pemetaan.

 Keterampilan membedakan penglihatan.

B. Menulis Permulaan Anak Usia Dini

Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan informasi dalam bentuk tulisan. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Bryne dalam Kundharu Saddhono: 1993).

Kemampuan menulis pada anak usia 4-6 tahun atau usia taman kanak- kanak meliputi kemampuan dan keterampilan memegang alat-alat tulis-menulis, membuka dan menutup buku, menggunakan alat penghapus ketika harus menghapus gambar atau tulisan, cara duduk yang benar, kemampuan membuat coretan, menggambar garis lurus, garis miring, garis lengkung, segitiga, segi empat, danlingkaran, (Montessori dalam Susanto).

Menurut Sarahaswati, Hasti dan sadiah Kusumahwati (2016), Perkembangan berbicara dan menulis merupakan proses menggunkan bahasa ekspresif dalam membentuk

(11)

arti. Kajian tentang perkembangan menulis pada anak berkaiatan dengan suatu proses yang dilakukan anak sehingga menghasilkan bentik tulisan. Menulis dapat di definisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.Tulisan merupakan sebuah symbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlihat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita. Tulisan-tulisan itu menyajikan secara runtut dan menarik, ide, gagasan, dan perasaan penulisnya.(Suparno & M. Yunus).

Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyampaikan ekspresi diatas kertas yang memiliki makna dan pesan tersendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Lado (dalam Tarigan: 2008), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik ini, apabila mereka memahami bahasa dan grafik tadi. Menulis juga merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

Ismayani (2010) mengatakan menulis dini adalah berawal dengan anak mengenal alat tulis, seperti crayon, pensil dan bolpoint. Selanjutnya anak akan menggunakannya untuk mencoret di manapun anak menyukainya. Proses mencoret itulah anak belajar menulis, belajar menggenggam, dan belajar berimajinasi. Pada anak usia dini menulis dini dapat juga disebut sebagai menulis permulaan. Sehingga kegiatan menulis pada anak usia dini merupakan kegiatan yang menyenangkan, yang mana menulis di usia dini dapat membantu anak untuk berkreasi. Menulis yakni: Perkembangan kemampua menulis anak TK diawali pertama kali anak mampu memegang krayon atau pensil. Menurut Poerwadarminta (1982), menulis memilikibatasan sebagai berikut: (1) membuat huruf, angka dan lainnya dengan pena, kapusr dan sebagainya;(2) mengekspresikan pikiran dan perasaan seperti mengrang,membuat surat dan lainnya dengan tulisan.

Kemendikbud (Brewer:2013) memaparkan bahwa tahapan perkembangan menulis anak usia dini adalah sebagai berikut:

a. Scribble stage (tahap mencoret atau membuat goresan). Pada tahap ini anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat-alat tulisan. Anak mulai belajar

(12)

bahasa tulisan. Biasanya dilakukan di dinding, kertas, atau apa saja yang dianggapnya dapat ditulis. Orang tua dan guru pada tahap mencoret dapat menjadi model dan menyediakan bahan untuk menulis seperti cat, buku, kertas dan krayon.

b. Linear repetitive stage (tahap pengulangan secara linier). Tahap selanjutnya dalam perkembnagan menulis adalah tahap pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal. Tulisan yang dihasilkan anak seperti membuat gambar rumput. Orangtua dan guru memberi kegiatan yang berkaitan dengan tulisan, misalnya bermain peran di restoran, dimana seorang pramusaji menuliskan menu yang akan dipesan oleh pelanggan, atau seorang dokter yang akan menulis resep obat. Kegiatan tersebut akan membantu anak untuk menyenangi menulis. Biasanya anak akan ingat kata apa saja yang ditulis walaupun bentuk tulisannya seperti rumput.

c. Random letter stage (tahap menulis secara random). Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu tulisan walupun huruf yang muncul masih acak. Kegiatan ini membantu anak untuk menuangkan ide pada gambar menjadi tulisan walaupun kata yang muncul tidak utuh (hurufnya acak), contoh: anak ingin menulis kata ” aku pergi ke taman safari” tetapi yang muncul ”aku pgi k tmn sfri”.

d. Letter name writing or Phonetic writing stage (tahap menulis tulisan nama). Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan abtara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Sebagai contoh, anak menulis kata “dua” dengan “duwa”, “pergi” dengan “pegi”, “sekolah” dengan “skola”.

Pada tahap ini anak menulis sesuai dengan apa yang ia dengar.

Jadi tahapan perkembangan menulis anak itu sangat penting karena merupakan dasar fundamental anak dalam proses menulis sehingga kamampuan menulisnya dapat optimal.

Beberapa manfaat yang dapat di petik dari menulis dalam Suparno dan Yunus (2002) di antaranya: Peningkatan kecerdasan; Mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas;

Menumbuhkan keberanian; dan Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

C. Bermain Peran

Bermain peran dilakukan oleh anak karena permainan ini melibatkan dunia khayal atau fantasi mereka, sehingga dengan bermain peran anak akan mencurahkan kemampuan

(13)

berpikir fantasinya dengan baik dan menyenangkan. Bermain peran sangat dekat dengan dunia anak. Tahapan bermain Piaget yang menjelaskan bahwa anak-anak yang berusia 4 tahun dan usia sekolah berpartisipasi dalam bermain peran atau yang disebut sebagai tahapan bermain konstruktif. Bermain peran mendominasi permainan, dan peserta menggunakan properti, kreatifitas, serta imajinasi. Tahapan permainan ini memerlukan interaksi sosial (Dietze, 2006).

Dengan bermain peran, anak-anak dapat belajar berbagai hal yang ada di sekitar lingkungan anak. Piaget, Vigotsky, dan Bruner mengindikasikan bahwa anak-anak akan mengembangkan kemampuan representative ketika bermain (Dietze, 2006). Seperti yang dijelaskan oleh Hurlock (1978) bahwa bermain peran merupakan bentuk bermain aktif anak-anak melalui perilaku dan bahasa yang jelas, berhubungan dengan meteri atau situasi yang seolah-olah hal tersebut mempunyai atribut yang lain daripada yang sebenarnya.

Bermain peran dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran yang mengajarkan kepada anak untuk sabar menunggu giliran, mendapatkan giliran, dan berbagi (Bilmes, 2012).

Bersama dengan definisi tersebut, anak-anak harus memiliki motivasi belajar yang baik sehingga dalam bermain peran dapat berjalan dengan lancar. Bermain peran adalah tantangan untuk pemainnya, karena pada permainan ini terdapat peraturan yang lurus untuk membuka imajinasi anak, gerakan baru, dan detail (Tykkylainen & Laakso, 2010:).

Pada saat bermain peran, anak-anak melakukan permainan peran karena dipengaruhi oleh fantasinya dengan memerankan suatu kegiatan yang seolah-olah hal tersebut sungguhan (Ahmadi & Sholeh, 2005).

bermain peran adalah metode dalam pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam suatu topik materi pembelajaran dengan memerankan suatu tokoh dalam sebuah cerita (Merilainen, M., 2012: 49). Bermain peran merupakan model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan peserta didik untuk memerankan pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata (Kilgour et al., 2015). Bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek dan mengulang perilaku menyenangkan yang diingat oleh anak (Denden et al., 2018). Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), bahwa bermain peran berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak yaitu dapat melatih anak untuk berbicara dengan lancar, maka dengan bermain peran akan lebih menyenangkan dan membuat anak tidak merasa bosan, dengan bermain peran anak dapat berimajinasi secara bebas sesuai dengan peran yang dimainkan sehingga akan muncul percakapan atau dialog

(14)

antar teman. Setelah bermain peran anak akan merasa senang dan dapat diajak diskusi tentang peran yang telah dimainkan, serta mengenai kesan-kesan setelah memperagakan peran tertentu.

Bermain peran memiliki tujuan tertentu ketika dilakukan oleh anak. Metode bermain peran bertujuan membuat anak-anak bernegosiasi dengan kelompok kecil dan dapat saling mendukung suatu kegiatan dengan orang lain (Rogers dan Evan, 2008) . Bermain peran dapat secara signifikan berkontribusi dengan perkembangan fisik, kognitif, emosional, bahasa, dan sosial anak (Lillard, et al., 2012). Adapun tujuan lainnya yaitu anak-anak dapat menguji sikap dan nilai yang sesuai dengan orang lain, dalam bermain peran ini dapat membantu anak-anak memperoleh pengalaman-pengalaman yang berharga dalam hidupnya melalui kegiatan interaksional dengan teman-temannya (Mulyasa, 2012).

Metode bermain peran bertujuan agar anak mampu untuk berinteraksi dengan orang lain, fokus dalam berbagai perkembangan seperti kognitif, fisik, dan emosi (Sheridan &

Samuelsson, 2013).

Manfaat dalam bermain peran yaitu anak dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, belajar bagaimana membagi tanggung jawab, mengambil keputusan dalam keadaan yang spontan, dan merangsang anak untuk berpikir serta memecahkan masalah (Djamarah, & Zain, 2006). Bermain peran memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1) Simple imitation of adults. Mudah mengimitasi atau mencontoh hal-hal yang dilakukan orang dewasa layaknya kehidupan orang dewasa.

2) Intensification of a real life role, anak bermain dengan lebih intensif seperti memerankan kehidupan nyata yang diketahui oleh anak-anak.

3) Reflecting home relationship and life experience, ketika bermain peran anak tidak menyadari bahwa dirinya menampakkan informasi yang baik tentang kehidupan nyata sehingga dengan bermain peran akan menunjukkan bagaimana kehidupan anak tersebut dengan karakter yang muncul pada anak.

4) Expretion ugent need, bermain peran juga dapat dilakukan untuk memberikan pembelajaran atau pemahaman kepada anak mengenai hal-hal penting.

5) Serves as an outlet for forbidden impuses, anak-anak yang memiliki karakter impulsive agresif pada kehidupan nyata dapat mengambil peran dengan agresif yang tinggi atau memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang dapat dilakukan dalam kegiatan bermain peran.

6) Allos for the revesal of roles, kegiatan sehari-hari anak juga dapat digunakan

(15)

sebagai salah satu bahan dalam bermain peran dengan cara mengenalkan hal apa saja yang seharusnya dilakukan di rumah seperti membantu ibu dan sebagainya (Hughes, 2010).

Byrnes (2008) menyebutkan terdapat empat manfaat besar dalam bermain peran yaitu:

1) Keterampilan berbahasa Bermain peran dapat merangsang anak untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya, hal ini dikarenakan bermain pura-pura, anak-anak berlatih memahami perspektif teman bermainnya dan belajar bergiliran memainkan perannya. Keterampilan khusus ini penting dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak.

2) Keterampilan sosial Keterampilan sosial didapat dari anak berpura-pura menjadi orang lain, berinteraksi dan bekerjasama dalam sebuah permainan dengan teman- temannya. Keterampilan sosial ini penting bagi kesiapan anak masuk sekolah.

Bermain peran yang melibatkan banyak peran, cenderung akan semakin mengasah keterampilan sosialnya, dan memotivasi diri maupun orang lain.

3) Keterampilan mengatur diri sendiri (self regulation skills) Kesiapan anak masuk sekolah (school readiness) berkaitan dengan kemampuan anak mengatur diri sendiri (self regulation). Hal ini ditandai dengan kemandirian yang lebih besar atau kemampuan anak dalam menentukan perilaku dan kebiasaanya. Dalam bermain peran, kemampuan ini terasah ketika anak mendefinisikan dirinya dengan mengatur perilaku apa yang sesuai dengan apa yang diperankan.

4) Meningkatkan kecerdasan Bermain peran adalah permainan yang menyenangkan dan memuaskan, anak akan menjadi bersemangat, antusias, dan mengasah kepercayaan dirinya. Dalam kondisi anak yang positif ini akan terlibat sepenuhnya dalam proses belajarnya, baik keterampilan belajar sosial, bahasa, maupun regulasi atau mengatur dirinya. Dalam bermain peran, anak-anak menemukan, menciptakan, dan mengembangkan daya imajinasi anak.

Bermain peran berdasarkan atas tiga aspek utama yaitu mengambil peran (role taking), membuat peran (role making), serta tawar-menawar peran (role negotiation) (Febrisma, 2013) Langkah-langkah bermain peran yaitu menghangatkan suasana dan memotifasi peserta didik, memilih peran, menyusun tahap-tahap peran menyiapkan pengamat, pemeranan, diskusi dan evaluasi, pemeranan ulang, diskusi dan evaluasi tahap dua, membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan (Pirjo, 2014)

(16)

BAB III PENUTUP A. SIMPULAN

Bermain balok adalah salah satu jenis permainan konstruktif yang bersifat fleksible dan dapat dilakukan oleh anak secara individu maupun kelompok kecil. Bermain balok memiliki banyak manfaat diantaranya adalah dapat memfasiltasi anak untuk belajar bersosialisasi. berkomunikasi, melatih koordinasi mata dan tangan, memecahkan masalah, mengembangkan imajinasi dan menumbuhkan rasa percaya diri.

Menulis dapat di definisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Tulisan merupakan sebuah symbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Tahapan perkembangan menulis anak itu sangat penting karena merupakan dasar fundamental anak dalam proses menulis sehingga kamampuan menulisnya dapat optimal.

Bermain peran merupakan bermain simbolik yang dilakukan menggunakan alat-alat sesungguhnya atau tiruan dengan menggunakan imajinasi anak serta melibatkan motivasi belajar anak dalam bermain peran, sehingga bermain peran dapat berjalan dengan lancar.

Motivasi belajar dalam bermain peran ini dapat meningkat dikarenakan adanya unsur- unsur seperti interaksi, komunikasi, dan membentuk hubungan ketergantungan positif.

(17)

DAFTAR PUSTAKA Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Hurlock, E. B.1999. Perkembangan Anak Jilid I (Edisi 6). Jakarta: Erlangga.

Anita. (2016). Hubungan bermain balok unit dengan perkembangan kecerdasan visual spasial anak usia 5-6 tahun di tk citra melati bandar lampung tahun.

Arumi Savitri F. (2015). Kajian psikologis dalam pemilihan permainan kreatif yang merangsang perkembangan anak usia din. Jurnal PGPAUD UNY, 2(Permainan Anak Usia Dini), 15.

Calvin A. Colarusso. (2014). The Psychiatric Witness in Court: What Mental Health Professionals Need to Know. Rowman & Littlefield.

Carol Gestwicki. (2016). Developmentally Appropriate Practice: Curriculum and Development in Early Education. Cengage Learning.

Departemen Pendidikan Nasional.(2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.

Jakarta: Gramedia Pustaka

Djuniartiningsih. (2012). Meningkatkan Kreativitas Anak K Lompok B Di Tk “ Merpati Pos ” Surabaya Universitas Negeri Surabaya. Jurnal UNESA, 2(Kreativitas AUD), 20.

Hurlock E. B. Elizabeth. (1980). Developmental Psycology. Mc Graw-Hill. Inc. INDONESIA, P.

R. (2003). UUR.I. No 20 Tahun 2003, (1).

Kusantanti Yuliani. (2009). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Luluk Iffatur Rocmah. (2014). Peningkatan kemampuan berbicara

Nurgiyantoro, Burhan. (2012). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu- ilmu Sosial. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press Pusat Pengembangan

Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Utama Musfiroh, Tadkiroatun. (2008). Menumbuhkembangkan BACA-TULIS ANAK USIA DINI. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia Profesi Pendidik BPSDMPK, Kemdibud RI. 2013. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemendikbud RI Suparno &

Muhammad

Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka

--- 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka

Saddhono Kundharu & St. Y. Slamet.2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia,

(18)

Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tarigan,HenriGuntur.2008.MenulisSebagaiSuatuKeterampilanBerbahasa. Bandung: Angkasa Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Bermain Peran Dalam Kehidupan Keluarga Untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Sedang Kelas 4 Di SLB ABC YPALB Lembang.. Universitas Pendidikan Indonesia

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis memilih judul Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Didik Kelompok B Semester I Tk Pertiwi

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan anak berbicara melalui metode bermain peran di Kelompok B TK Teratai Sunju.. Penelitian ini adalah

Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan kegiatan bermain peran untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan mulai dari pengembangan I

Kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun mengalami peningkatan, anak sudah dapat berbicara lancar dengan menggunakan berbagai kosakata baru dan menurut Harris dan

Setelah melaksanakan penelitian dengan judul pengaruh kegiatan bermain peran terhadap kemampuan berbicara anak kelompok B RA Muslimat NU 079 Tarbiyatus Shibyan

Bermain peran merupakan kesempatan yang paling efektif untuk belajar dan melatih kemampuan sosial. Bermain peran dapat menjadi jalan untuk memahami orang-orang dan lingkungan

2) Mengembangkan kemampuan berbahasa, dimana saat bermain peran anak akan berbicara seperti karakter atau orang yang diperankannya. Hal ini dapat memperluas kosa