• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH VALUTA ASING DAN CRYPTOCURRENCY DALAM HUKUM ISLAM

N/A
N/A
PUTRI WINDA SARI

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH VALUTA ASING DAN CRYPTOCURRENCY DALAM HUKUM ISLAM "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

VALUTA ASING DAN CRYPTOCURRENCY DALAM HUKUM ISLAM

DOSEN PENGAMPU FAUZAH NUR AKSA, S.Ag., M.H.

DISUSUN OLEH:

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE

2024

NIDA NAILAH 220510224

SITI SYAFRIA LIZA 220510118

RIZKA HAFSANAH 220510095

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Salawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang bermanfaat.

Makalah ini penulis susun dengan segala kemampuan penulis dan semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penulis sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah

Lhokseumawe, 9 Maret 2024

Penyusun

i

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1 Pengertian, Jenis, dan Transaksi Valuta Asing...3

2.2 Tinjauan Hukum Islam tentang Pasar Valuta Asing...5

2.3 Pengertian, Jenis, dan Transaksi Cryptocurrency...8

2.4 Cryptocurrency dalam Hukum Islam...10

BAB III PENUTUP...13

3.1 Kesimpulan...13

3.2 Saran...13

DAFTAR PUSTAKA...14

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Valuta Asing (Al-Sharf) adalah transaksi internasional yang menggunakan mata uang asing yang lumrah terjadi pada era globalisasi sekarang ini. Sebagai seorang yang beragama Islam yang segala sesuatunya telah ditentukan dalam al- Qur’an dan al-Hadits maka sistim perdagangan tersebut haruslah sesuai dengan dasar petunjuk umat Islam. Perdagangan mata uang atau dalam istilah perekonomian disebut dengan istilah Valas (valuta asing) ataupun forex Trading.

Mulai berkembang saat ini dan dianggap sebagian orang sebagai salah satu bisnis alternatif karena dapat memudahkan transaksi jual beli internasional dan mendatangkan keuntungan bagi pelakunya.

Walaupun transaksi valuta asing (al-sharf) dalam era globalisasi saat ini sudah lumrah terjadi terutama dalam bidang keuangan telah merambah ke seluruh sendi perekonomian termasuk lembaga keuangan bank. Kegiatan untuk memenuhi berbagai keperluan dalam perekonomian modern telah mendorong pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi-transaksi jual beli valuta asing baik yang sejenis maupun yang berlainan jenis. Akibatnya banyak bermunculan berbagai macam transaksi yang terjadi dalam lembaga keuangan bank sebagai salah satu jasa yang ditawarkan oleh perbankan.

Transaksi valuta asing membutuhkan justifikasi dalam kajian fiqh muamalah, karena jual beli Valas ini sagatlah erat dengan kegiatan perekonomian dunia, dan tidak bisa dipisahkan.

Cryptocurrency sebagai mata uang digital yang dipakai untuk bertransaksi virtual, mata uang digital ini sudah mulai diperkenalkan pada tahun 2008 oleh satoshi nakamoto. Dengan adanya mata uang digital ini merupakan salah satu trobosan baru yang memungkinkan orang-orang untuk mengunakan transaksi satu sama lain tanpa harus melalui pihak ketiga, dalam sebuah sistem pembayaran mengharuskan verifikasi atas validasi transaksi keuangan harus dilakukan

1

(5)

mengunakan cara yang berbeda-beda dan mulai disinilah peran kriptografi karena bitcoin tidak membutuhkan trusted party (pihak terpercaya), maka sistem ini dapat berjalan dalam sistem peer-to-peer (pengirim ke penerima) dimana tidak ada satupun yang bertindak sebagai server. 2 Meskipun Cryptocurrency sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1990-an tapi baru 11 tahun terakhir ini mulai banyak dikenal oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dapat dirumuskan permasalah yang perlu dicari jawabannya adalah:

1. Bagaimana pengertian, jenis, dan transaksi valuta asing?

2.

Bagaimana tinjauan hukum islam tentang pasar valuta asing?

3.

Bagaimana pengertian, jenis, dan transaksi cryptocurrency?

4.

Bagaimana cryptocurrency dalam hukum islam?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan pengertian, jenis, dan transaksi valuta asing.

2. Menjelaskan tinjauan hukum islam tentang pasar valuta asing.

3. Menjelaskan pengertian, jenis, dan transaksi cryptocurrency.

4. Menjelaskan cryptocurrency dalam hukum islam.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Jenis, dan Transaksi Valuta Asing A. Pengertian

Al-sharf adalah pertukaran mata uang (money changer). Al-Sharf adalah jual beli suatu valuta dengan valuta yang lain.17 Secara harfiah, al-sharf dikaitakan sebagai penambahan, pertukaran, penhindaran, pemalingan dan transaksi jual beli.

Menurut bahasa, al-sharf berarti tambahan, karena termasuk ibadah nafilah (sunah) dinamakan al-sharf karena merupakan suatu tambahan. Secara istilah, al- sharf adalah suatu bentuk jual beli naqdain baik itu sejenis atau tidak sejenis, yaitu seperti jual beli perak dengan perak, emas dengan emas, atau emas dengan perak baik sudah berbentuk perhiasan ataupun berbentuk mata uang.

Adapun menurut terminologis al-sharf adalah pertukaran dua jenis barang berharga atau jual beli uang dengan uang (Valas) atau jual beli antara barang sejenis secara tunai, atau jual beli atau pertukaran anatar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainya 1

B. Jenis

a. Transaksi spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (Valas) untuk penyerahan pada saat itu juga (over the counter) atau penyelesainya paling lambat dalam waktu dua hari.

b. Transaksi forward, yaitu sebuah transaksi pembelian dan penjualan Valas yang nilainya ditetapkan pada saat ini dan berlakukanya untuk waktu yang akan datang, sampai dengan satu tahun. Transaksi ini dicirikan oleh 1

Ahmad Hasan, Mata Uang Islami, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

(7)

mekanisme pemesanan valas di beberapa waktu yang akan datang dengan pola pemesananan dengan sesuai dengan harga sekarang. Misalnya, harga 1 dolar sekarang adalah 16.500 rupiah / dolar, maka untuk waktu mendatang, ketika harga dolar turun menjadi 14 ribu rupiah / dolar, maka penurunan ini tidak menjadikan berubahnya akad yang sudah disepakati di waktu sebelumnya. Jadi, harga tetap berlaku 16.500 rupiah/dolar.

c. Transaksi swap, yaitu sebuah kontrak pembelian atau penjualan Valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjual yang sama denagn harga forward. Transaksi ini dicirikan dengan keberadaan transaksi finansial yang dilakukan bersamaan, dengan waktu penyerahan yang berbeda. Swap buy, merupakan transaksi penjualan mata uang rujukan (mis. Dolar) dengan penyerahan saat ini, yang disertai janji akan dibeli kembali pada waktu yang akan datang. Swap sell, merupakan kebalikan dari swap buy. Karena adanya illat janji akan dibeli kembali pada waktu yang akan datang ini, maka transaksi ini identik dengan utang dengan menarik kemanfaatan, sehingga dipandang sebagai riba, sebab unsur yang dilibatkan adalah barang ribawi (valas).

d. Transaksi option, yaitu suatu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit Valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir. Transaksi ini dicirikan dengan pola pembelian hak untuk menghandel atau melepas suatu aset pada waktu yang diinginkan dengan harga yang diinginkan pula. Ibarat memiliki sebuah aset, akan tetapi aset itu tidak pernah kita terima, akan tetapi aset yang sudah kita handle itu bisa dijual kapanpun kita mau pada saat kita menemui kecocokan. Akan tetapi, kapan kita bisa membeli atau melepas ini, dibatasi oleh durasi waktu sehingga berlaku istilah tanggal kadaluarsa.

e. Transaksi future non delivery tranding (margin tranding), yaitu sebuah transaksi jual beli Valas yang tidak diikuti dengan pergerakan dana, akan tetapi hanya dengan mengunakan dana (cash margin) dalam persentase tertentu dan yang diperhitungkan sebagai keuntungan atau kerugian yaitu

(8)

selisih margin antara harga jual atau beli Valuta yang bersangkutan pada akhir transaksi.

C. Transaksi

Transaksi digital merupakan jenis dari pembayaran cashless atau pembayaran non tunai yang dilakukan dengan cara virtual dengan mengunkan website atau apllikasi pada smartphone dan perangkat lainya. Transaksi digital ini sangatlah disukai dan digemari oleh masyarakat modern karena memudahkanya dalam melakukan transaksi dan sudah memiliki keamanan yang sudah di lindungi oleh lembaga keuangan resmi Indonesia. Tinjauan Hukum Islam tentang Pasar Valuta Asing.

Transaksi yang dipandang sah adalah transaksi spot, dan ini berlaku pada pasar bursa tradisional, semacam jasa money changer, dan sejenisnya. Adapun model transaksi selainnya, yaitu berupa option, swap, future dan forward, merupakan transaksi yang diperselisihkan kebolehannya dan menghendaki perincian lebih lanjut. Illat perselisihan itu terletak pada keberadaan unsur maisir (judi), riba, gharar, jual beli utang dengan utang dan sejenisnya.

Dan yang penting dicatat adalah, bahwa dalam transaksi ribawi, adalah mutlak diperlukan adanya memenuhi unsur sahnya transaksi ribawi, seperti saling menerima barang dan kontan, khususnya bila tidak ada perantara. Adapun bila ada perantara berupa komoditas yang diperjualbelikan, maka hal itu ada khilaf mu’tabar di kalangan para ulama. Wallahu a’lam bi al-shawab.

2.2 Tinjauan Hukum Islam tentang Pasar Valuta Asing

Dalam literatur fikih, ternyata jenis jual-beli seperti ini dikenal dengan sharf. Sharf dimaksudkan sebagai jual-beli mata uang, baik sejenis maupun tidak.

Lebih lanjut disebutkan bahwa sharf adalah jual-beli emas dengan emas, perak dengan perak, atau emas dengan perak dalam kapasitasnya sebagai mata uang.

Transaksi al-sharf merupakan suatu transaksi yang disahkan dalam Islam selama memenuhi semua syarat dan rukunya, baik yang disebutkan di dalam alQur‟an, hadits, maupun ijma‟ ulama. Transaksi al-sharf ini disahkan karena Nabi Muhammad SAW memperbolehkan jual beli komoditas ribawi ketika

5

(9)

jenisnya sama da nada kesamaan ukuran, atau jenisnya berbeda walaupun ada ketidaksamaan ukuran dengan syarat kontan.

Agar jual-beli menjadi sah, sharf ini harus memenuhi empat syarat, yaitu:

(1) saling serah-terima sebelum keduanya berpisah; (2) memiliki kualitas yang sama; (3) tidak boleh ada khiyar syarat; (4) tidak boleh ada batasan waktu tertentu (al-ajl).

Empat syarat di atas bisa diringkas menjadi dua saja, yaitu: (1) serah-terima sebelum keduanya berpisah dan (2) memiliki kualitas yang sama. Sementara, ketidakbolehan khiyar syarat dan ketidakbolehan al-ajl merupakan konsekuensi dari syarat pertama. Syaratsyarat tersebut didasarkan kepada hadis Rasulullah Saw berikut ini:

Ubadah bin al-Shamat berkata bahwa Rasulullah SAW bersab - da: (jual- beli) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam haruslah sama dan tunai. Apabila yang diperjualbelikan itu berbeda, maka juallah sesuai dengan keinginanmu dengan syarat tunai.

Kata-kata yang digarisbawahi di atas merupakan dalil yang dimaksudkan.

Di samping hadis di atas, hadis yang senada juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam muwaththa’nya. Terjemahan hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Dari Yahya yang diterimanya dari Malik, dari Zaid bin Aslam, dari Atha’

Ibn Yasar, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Tamar dengan tamar itu harus sama”. Lalu sese - orang sahabat menceritakan kepada Nabi:

“Sesungguhnya, ada seorang sahabat menukarkan satu sha’ kurma dengan dua sha’ kurma kepada orang Khaibar”, maka Rasulullah SAW bers - abda: “Panggil dia ke sini”! maka sahabat tersebut memang - gilnya, Nabi mengajukan pertanyaan: “Betulkah engkau menu - karkan satu sha’ kurma dengan dua sha’

kurma”, yang ditanya menjawab: “Wahai Rasulullah, mereka tidak mau menjual janib kepadaku dengan bayaran jam’u satu sha’ sama satu sha’. Rasulullah SAW bersabda: Juallah jam’u itu dengan dirham, kemudian belilah janib itu dengan dirham. (H.R. Malik)

(10)

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa transaksi valuta asing dapat dibenarkan secara hukum jika syarat-syarat yang dikemukakan tersebut terpenuhi. Maksudnya, kedudukan hukum transaksi valuta asing dalam pandangan hukum Islam diperboleh - kan sepanjang tidak keluar dari syarat-syarat yang telah ditetapkan.2

Uraian di atas menunjukkan bahwa tidak semua jenis transaksi valuta asing yang bisa dibenarkan secara hukum Islam. Satu-satunya yang bisa diterima dalam praktek muamalah Islam adalah transaksi valuta asing jenis spot. Sementara, dua jenis lainnya –forward dan swap- mengandung kelemahan.

Transaksi forward dan swap hanya dibenarkan dalam kondisi darurat karena hukum asalnya haram. Akan tetapi, besar kemungkinan kondisi darurat ini tidak akan pernah terjadi. Hal ini disebabkan oleh urgensi transaksi valuta asing dalam kaitannya dengan hubungan internasional sudah bisa dipenuhi oleh transaksi spot.

Justru itu, tidak ada alasan yang kuat untuk membenarkan transaksi forward dan swap ini.

Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata maka hukumnya haram, syarat ini berlaku pada pertukaran uang yang satu atau sama jenis. Sedangkan pertukaran uang yang jenisnya berbeda, maka dibolehkan. Misalnya yaitu menukar mata uang dolar Amerika dengan dolar Amerika, maka nilainya harus sama. Namun apabila menukar mata uang dolar Amerika dengan rupiah, maka tidak disyaratkan al-tamatsul.

Dalam hal ini sudah jelas bahwa diperbolehkan menukar mata uang asing dikarenakan nilai tukar mata uang di masing-masing negara di dunia ini berbeda.

Dan apabila diteliti, hanya ada beberapa mata uang tertentu yang populer dan 2

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

7

(11)

menjadi mata uang penggerak di perekonomian dunia, dan tentunya masing- masing nilai mata uang itu sangat tinggi nilainya.

Maka dari itu tidak sah hukumnya apabila di dalam transaksi pertukaran uang terdapat kelebihan dan penundaan pembayaran, baik penundaan tersebut berasal dari satu pihak atau disepakati oleh kedua belah pihak. Syarat ini terlepas dari apakah pertukaran itu antara mata uang yang sejenis maupun mata uang yang berbeda.

2.3 Pengertian, Jenis, dan Transaksi Cryptocurrency A. Pengertian

Secara ilmu linguislik, cryptocurrency tersusun dari dua kata yaitu Crypto dan Currency. Kata crypto berasal dari cryptography yang berarti bahasa persandian dalam dunia komputer. Sedangkan currency rujukannya adalah nilai mata uang.3 Dari hal itu, bisa didefinisikan bahwa cryptocurrency adalah sebuah mekanisme mata uang digital yangdapat digunakan untuk bertransaksi secara virtual. Virtual dalam hal ini melaluijaringan internet. Dan transaksinya dilindungi oleh sebuah persandian komputeryang rumit.

Cryptocurrency adalah aset digital yang dirancang sebagai media pertukaran dan dilakukan dalam sebuah database menggunakan teknik kriptografi. Tujuan aset digital Cryptocurrency untuk menjaga keamanan riwayat transaksi, mengendalikan pencetakan koin dan untuk memverifikasi pengiriman dan status kepemilikan koin.11 Cryptocurrency adalah mata uang digital di mana transaksinya dapat dilakukan dalam jaringan (online). Tidak seperti halnya mata

3

Cipta Adi Pustaka, Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, Jilid 2 Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1992.

(12)

uang kertas yang dicetak, cryptocurrency didesain dengan memecahkan soal-soal matematika berdasarkan kriptografi.4

B. Jenis

Perkembangannya yang pesat menjadikan mata uang kripto ini segera diketahui oleh banyak orang. Terhitung saat ini terdapat 4.501 jenis mata uang kripto beredar hingga februari 2021. Di antara jenis mata uang adalah Bitcoin, Ethereum, Tether, Xrp/ripple, Bitcoin cash, Binance coin, Polkadot, Chainlink, Lightcoin, Bitcoin sv 1 Litecoin, Crypto.com coin, Usd coin, Eos , Tron, Cardano, Tezos, Stellar, Neo, Nem dan sejenisnya.

Di Indonesia sendiri, Cryptocurrency sebagai mata uang atau alat pembayaran masih dilarang, namun sebagai instrumen investasi telah disahkan melalui Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik di Bursa Berjangka. Dalam peraturan ini, BAPPEBTI menyebutkan perdagangan pasar fisik aset kripto dilakukan dengan memperhatikan sejumlah hal. Dengan demikian, para pedagang Aset Kripto hanya dapat memperdagangkan Jenis Aset Kripto yang sudah ditetapkan oleh Kepala Bappebti. Untuk itu, aset kripto yang belum terdaftar di Bappebti, maka tidak dapat diperdagangkan di Indonesia. Saat ini, Bappebti telah menetapkan 383 jenis aset kripto yang dapat diperdagangkan di pasar fisik aset kripto.

C. Transaksi

Mekanisme yang terjadi pada transaksi menggunakan Cryptocurrency seperti Bitcoin dan sejenisnya ada empat macam, yaitu: Mining, Exchange, Commerce, dan Investment.

a. Mining 4

Afif Amriza, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Forex Online Trading. Skripsi Jurusan Syariah Universitas Muhammadiyah Surakarta , tp, 2014.

9

(13)

Sama seperti mata uang konvensional yang terbuat dari kertas atau koin, Bitcoin juga tidak mempunyai nilai intrinsik. Mereka nyaris tidak punya nilai sama sekali jika tidak ada sistem mekanisme yang menjamin nilai dari mata uang tersebut.

b. Exchange

Bitcoin dapat diperoleh tanpa melakukan mining dengan mendatangi Exchanger. Contohnya di Indonesia exchanger Bitcoin adalah PT. Bitcoin Indonesia. Selain untuk membeli dan menjual Bitcoin, seseorang juga bisa melakukan transfer Bitcoin ke orang lain, melakukan deposit dalam bentuk Bitcoin, dan melakukan deposit dalam mata uang Rupiah. Biasanya Exchanger memungut biaya atas jasa yang diberikan. Misalnya PT. Bitcoin Indonesia menentukan biaya untuk jual dan beli Bitcoin sebesar 0,3%, biaya penarikan deposit Rupiah sebesar 1%, dan biaya penarikan deposit Bitcoin sebesar 0,0005BTC.

c. Commerce

Bitcoin dan mata uang virtual lainnya, sejatinya diciptakan untuk tujuan perdagangan (commerce). Di sini penyedia barang atau jasa dapat melakukan transaksi dengan pembeli yang membayar dengan Bitcoin. Penyedia barang dan jasa yang bersedia dibayar dengan Bitcoin biasa disebut sebagai Merchant.

d. Investment.

Bitcoin, sebagaimana mata uang konvensional, juga dapat digunakan orang sebagai instrumen investasi. Sekarang orang lebih banyak melihat Bitcoin sebagai alat investasi atau spekulasi dibandingkan sebagai fungsinya yang lain.

2.4 Cryptocurrency dalam Hukum Islam

Di dalam kaidah fiqhiyyah terdapat kaidah bahwa “pada dasarnya, segala bentuk muamalat diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya atau meniadakan kebolehannya”. Cryptocurrency menurut MUI terdapat gharar, faktor inilah yang kemudian menjadi cryptocurrency menjadi haram. Gharar adalah ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau kuantitas obyek akad maupun mengenai penyerahannya.

(14)

Cryptocurrency terhitung gharar dikarenakan mata uang kripto memiliki banyak kekurangan jika ditinjau dari syariat Islam. Seperti adanya sifat spekulatif yang sangat kentara. Nilai cryptocurrency ini sangat fluktuatif dengan kenaikan atau keturunan yang tidak wajar. Selain sifatnya yang spekulatif menggunakan cryptocurrency juga mengandung gharar (ketidakjelasan). Cryptocurrency hanyalah angka-angka tanpa adanya underlying-asset (aset yang menjamin bitcoin, seperti emas dan barang berharga lain).

Di dalam fatwa MUI No: 116/DSN-MUI/IX/20I7 tentang Uang Elektronik Syariah menyebutkan mata uang sebagai tsaman atau nuqud (jamak dari naqd) yang didefinisikan oleh para ulama, di antaranya Abdullah bin Sulaiman alMani’:

“naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi media pertukaran dan diterima secara umum, apapun bentuk dan dalam kondisi seperti apapun media tersebut.”

Muhammad Rawas mengartikan: “naqd adalah sesuatu yang dijadikan harga (tsaman) oleh masyarakat, baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak maupun dari bahan lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas.

1. Penggunaan cryptocurrency sebagai mata uang hukumnya haram, karena mengandung gharar, dharar dan bertentangan dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 2011 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17 Tahun 2015.

2. Cryptocurrency sebagai komoditi/aset digital tidak sah diperjualbelikan karena mengandung gharar, dharar, qimar dan tidak memenuhi syarat sil’ah secara syar’i, yaitu: ada wujud fisik, memiliki nilai, diketahui jumlahnya secara pasti, hak milik dan bisa diserahkan ke pembeli.

3. Cryptocurrency sebagai komoditi/aset yang memenuhi syarat sebagai sil’ah dan memiliki underlying serta memiliki manfaat yang jelas hukumnya sah untuk diperjualbelikan.5

5

11

(15)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jual Beli Valuta Asing (Al-Sharf) adalah perjanjian jual beli mata uang yang berbeda, yaitu jual beli satu mata uang dengan mata uang lainnya. Al-Sharf secara bebas diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain.

Dalam tinjuan hukum Islam Mata Uang Kripto (Cryptocurrency) hukumnya tidak sah digunakan baik sebagai alat tukar maupun sebagai alat investasi, karena mengandung unsur gharar, dharar, maisir dan tidak memenuhi syarat jual beli secara syariah yaitu dengan bentuk fisik dan memiliki nilai yang pasti, gharar (ketidakpastian) gharar disini berarti kripto itu mengandung ketidakpastian dalam bertransaksi yang diakibatkan dari tidak terpenuhinya ketentuan-ketentuan syariah dalam bertransaksi sehingga mengakibatkan kerugian didalamnya, dharar, sebuah transaksi yang mengakibatkan kerusakan, keruguan dan juga adanya unsur penganiyaan, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pemindahan hak kepemilikan secara batil dan maisir (perjudian).

3.2 Saran

Penulis berharap agar para pembaca tidak sekadar membaca artikel ini, karena penulis masih banyak melakukan kesalahan. Saya berharap tulisan ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Bambang Isnianto (2009) Fatwa-Fatwa Ekonomi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.1 Thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. tp.

2009.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Afif Amriza, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Forex Online Trading. Skripsi Jurusan Syariah Universitas Muhammadiyah Surakarta , tp, 2014.

Ahmad Hasan, Mata Uang Islami, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Bambang Isnianto (2009) Fatwa-Fatwa Ekonomi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.1 Thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. tp. 2009.

Cipta Adi Pustaka, Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, Jilid 2 Jakarta:

PT Cipta Adi Pustaka, 1992.

14

Referensi

Dokumen terkait

Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang dengan barang atau uang dengan barang. Jual beli dapat dikatakan sah atau tidaknya tergantung dari

Dalam sistem ekonomi konvensional, uang dipandang tidak hanya sebagai alat tukar yang sah, melainkan juga dipandang sebagai komoditas, oleh karena itu menurut sistem ekonomi

Islam menempatkan fungsi uang semata – mata sebagai alat tukar dan bukan komoditi, sehingga tidak layak untuk diperdagangkan apalagi mengandung unsur

Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa diperjualbelikan apabila barang tersebut digunakan bkan sebagai uang.. Namun tidak semua barang

Fungsi bitcoin juga tidak sesuai dengan fungsi uang dalam ekonomi Islam karena bitcoin lebih dominan sebagai komoditas yang diperdagangkan, bukan sebagai

Jual beli seperti ini terma- suk gharar karena objek akad dipandang belum ada, yang meru- pakan alasan dari pelarangan melakukan jual beli habal al-ha- balah (HR. Abu Dawud).

Lebih sederhana lagi didefinisikan oleh Nazar Bakry, dimana jual beli merupakan suatu proses tukar menukar dengan orang lain yang memiliki alat tukar uang secara langsung maupun tidak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik transaksi jual beli dengan dengan Bitcoin baik bertujuan untuk kebutuhan alat tukar atau bisnis investasi khususnya pada transaksi