MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS
Materi: 14
Perlindungan Terhadap Lingkungan
2
UNSUR P.U UNSUR
PERHUBUNGAN UNSUR POLRI
PENINGKATAN DAN PERBAIKAN PHISIK
JALAN
PENETAPAN KEBIJAKAN DAN PENGADAAN &
PENEMPATAN PERLENGKAPAN JALAN
MAN & REK OPS DAN PENEGAKAN HUKUM Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas - MRLL
REN TUR REK PEMB WAS
1) penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau jalur atau jalan khusus;
2) pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan Kaki;
3) pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
4) pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu Lintas berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;
5) pemaduan berbagai moda angkutan;
6) pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;
7) pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan;
dan/atau
8) perlindungan terhadap lingkungan.
mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas
Metoda/ Cara Melakukan MRLL
penetapan prioritas angkutan massal;
pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki;
pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
pemisahan atau pemilahan pergerakan arus lalu lintas;
pemaduan berbagai moda angkutan;
pengendalian lalu lintas pada persimpangan;
pengendalian lalu lintas pada ruas jalan; dan/ atau
perlindungan terhadap lingkungan.
1 2 3 4 5 6 7 8
Perlindungan Terhadap Lingkungan.
8.
1
• penerapan APILL dengan menggunakan tenaga surya;
2
• penerapan lampu penerangan jalan dengan menggunakan tenaga surya;
3
• pembatasan kendaraan berdasarkan emisi
gas buang.
1. Penerapan APILL tenaga surya
• Tenaga berasal dari sinar matahari di rubah menjadi tenaga listrik melalui alat yang bernama Solar Cell / Sel Surya dengan kapasitas 50 watt
(menghasilkan tenaga listrik sebesar 50 watt pada saat matahari bersinar maksimal) pada tegangan 12 Volt DC.
• Tenaga Listrik yang diperoleh kemudian disimpan pada media
penyimpanan listrik berupa battery. Battery yang digunakan khusus untuk Solar Cell yaitu jenis Deep Cycle Photo Voltaic kapasitas 50 Ah, Tegangan Kerja 12 Volt.
• Listrik yang tersimpan dalam battery digunakan untuk menjalankan system APILL seperti pada umumnya 24 jam dalam sehari.
• Untuk hubungan antar tiang tidak mempergunakan kabel seperti pada APILL pada umumnya, tetapi menggunakan Frequency Radio melalui alat RF Modem. → (PERHATIAN !!!, ada persyaratan lain/ tambahan, kurang direkomendasi)
(Sumber: SE Dirjen Hubdat No: AJ.003/5/9DRJD/ 2011)
2. Penerapan LPJU tenaga surya
•
Alat Penerangan Jalan berdasarkan catu daya:
1) listrik mandiri:
• yang kebutuhan arus listriknya disediakan oleh peralatan elektronik yang menjadi satu kesatuan konstruksi bangunan dengan Alat Penerangan Jalan;
• Catu daya listrik mandiri bersumber dari:
– pemanfaatan energi sinar matahari;
– pemanfaatan sumber energi lain yang dapat dikonversi menjadi energi listrik dengan mengutamakan sumber energi terbarukan.
2) listrik tersuplai atau konvensional:
• merupakan Alat Penerangan Jalan yang kebutuhan arus iistriknya
bersumber dari jaringan transmisi dan distribusi Unit Pembangkitan Tenaga Listrik di tempat lain;
• Pemakaian daya listrik pada Alat Penerangan Jalan catu daya listrik tersuplai atau konvensional harus tercatat dan terekam sehingga harus dipasang kWh (kiloWatt hour) meter.
(Sumber: Permenhub No: 27/2018)
1) Panel surya harus memiliki kemampuan untuk menyuplai arus
listrik se suai dengan kapasitas komponen penyimpan arus berupa baterai dengan waktu pengisian efektif paling sedikit 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari di daerah dengan iklim tropis.
2) Baterai menggunakan jenis baterai:
– bebas perawatan atau maintenance free; dan
– memiliki kapasitas berupa volt-ampere hour tersimpan yang paling
sedikit mampu menyediakan cadangan energi listrik untuk menyalakan lampu selama 3 (tiga) malam berturut-turut atau 36 (tiga puluh enam) jam operasi tanpa adanya suplai pengisian arus listrik.
3) Perangkat untuk sumber energi lain harus memiliki kemampuan untuk menyuplai arus listrik sesuai dengan kapasitas komponen penyimpan arus berupa baterai.
Komponen Utama Catu Daya Mandiri
(Sumber: Permenhub No: 27/2018)
3. Pembatasan Emisi Gas Buang
• Pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor ini berimbas pada
meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di sektor transportasi.
Tercatat pada tahun 2016 jumlah kendaraan bermotor (M Pnp: 14,6 juta, M Bis: 2,5 jt, M Barang: 7,0 jt & Spd motor: 105,2 jt, Total: 129,3 jt) dengan total penggunaan bahan bakar untuk transportasi mencapai 55 juta Kilo Liter (KL).
• Dampaknya, gas buang (emisi) kendaraan juga bertambah. Emisi kendaran bermotor ini mengandung gas karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat lain (Particulate Matter/PM) yang
berdampak negatif pada manusia ataupun lingkungan.
• Dalam upaya mengurangi emisi, pada tahun 1992 Uni Eropa telah
mengeluarkan peraturan yang mewajibkan penggunaan katalis untuk mobil berbahan-bakar bensin, yang kemudian disebut standar Euro-1. Sejak saat itu, lima set standar telah ditetapkan Uni Eropa dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas udara, yakni standar Euro-2 (1996), Euro-3 (2000), Euro-4 (2005), Euro-5 (2009), dan Euro-6 (2014). Standar emisi kendaraan bermotor di Eropa ini juga diadopsi oleh beberapa negara di dunia.
• Di Indonesia, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017 resmi menerapkan standar emisi Euro-4 bagi kendaraan bermotor. KLHK pun kembali merilis jenis kendaraan tipe baru kategori M, N dan O sebagai tipe kendaraan yang wajib
menerapkan standar emisi Euro-4 sesuai dengan aturan yang tertera dalam Permen LHK tersebut.
• Kendaraan bermotor kategori M yaitu mobil untuk angkutan orang, kategori N untuk mobil angkutan barang dan kategori O untuk
kendaraan bermotor gandengan atau tempel. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang bersama Pertamina bertugas
mengembangkan bahan bakar yang sesuai spesifikasi Euro-4 ini.
• Menurut Society of Motor Manufacturers & Traders (SMMT), standar emisi Euro memiliki pengaruh signifikan dalam mengurangi emisi.
Laporan tersebut menyatakan bahwa sejak 1993, tingkat emisi karbon monoksida berkurang sebesar 82% untuk mobil bermesin diesel dan 63% untuk bensin, sementara partikel turun sebesar 96%. Tercatat pula sejak tahun 2001, emisi nitrogen oksida turun 84% dan hidrokarbon turun 50% dalam mobil bermesin bensin.
Spesifikasi kendaraan standar Euro:
Euro-1
Konverter katalis dan bensin tanpa timbal untuk mobil mulai diperkenalkan.
• Batas emisi Euro-1 (bensin) CO: 2,72 g/km HC + NOx: 0,97 g/km
• Batas emisi Euro-1 (diesel) CO: 2,72 g/km HC + NOx: 0,97 g/km PM: 0,14 g/km
Euro-2
Memperkenalkan batas emisi yang berbeda untuk mesin bensin dan diesel pada keempat parameter emisi.
• Batas emisi Euro-2 (bensin) CO: 2,20 g/km HC + NOx: 0,50 g/km
• Batas emisi Euro-2 (diesel) CO: 1,00 g / km HC + NOx: 0,70 g/km PM: 0,08 g/km
Euro-3
Memperkenalkan batas terpisah untuk emisi hidrokarbon dan nitrogen oksida untuk mesin bensin dan mesin diesel.
• Batas emisi Euro-3 (bensin) CO: 2,30 g/km HC: 0,20 g/km NOx: 0,15 g/km
• Batas emisi Euro-3 (diesel) CO: 0,64 g/km HC: 0,56 g/km NOx: 0,50 g/km PM: 0,05 g/km
Euro-4
Pengurangan signifikan ambang batas untuk partikulat dan nitrogen oksida dalam mesin diesel. Beberapa mobil bermesin diesel baru memperoleh filter partikel diesel (DPF) yang dapat menangkap 99% partikulat.
• Batas emisi Euro-4 (bensin) CO: 1,00 g/km HC: 0,10 g/km NOx: 0,08 g/km
• Batas emisi Euro-4 (diesel) CO: 0,50 g/km HC + NOx: 0,30 g/km NOx: 0,25 g/km PM: 0,025 g/km
Euro-5
Mengenalkan diesel particulate filters (DPFs) untuk semua mobil diesel. Batas partikulat juga diperkenalkan untuk mesin bensin direct injection.
• Batas emisi Euro-5 (bensin) CO: 1,00 g/km HC: 0,10 g/km NOx: 0,06 g/km PM: 0,005 g/km
• Batas emisi Euro-5 (diesel) CO: 0,50g/km HC + NOx: 0,23 g/km NOx: 0,18 g/km PM: 0,005 g/km PM: 6,0x10 ^ 11 /km
Euro-6
Penurunan hingga 67% tingkat nitrogen oksida yang diizinkan pada bahan bakar diesel dan pengenalan batas jumlah partikel untuk bensin. Pembuat mobil menggunakan dua metode untuk memenuhi batas-batas diesel pada Euro-6. Pertama, melalui reduksi katalitik selektif, yang melibatkan cairan yang mengubah nitrogen oksida menjadi air dan nitrogen yang disemprotkan ke dalam knalpot mobil.
Kedua, sistem resirkulasi gas buang dipasang menggantikan sebagian gas buang untuk mengurangi jumlah nitrogen yang dapat diubah menjadi NOx.
• Batas emisi Euro-6 (bensin) CO: 1,00 g/km HC: 0,10 g/km NOx: 0,06 g/km PM: 0,005 g/km PM: 6,0x10 ^ 11 / km
• Batas emisi Euro-6 (diesel) CO: 0,50 g/km HC + NOx: 0,17 g/km NOx: 0,08 g/km PM: 0,005 g/km PM: 6,0x10 ^ 11 / km
Penerapan Emisi Gas Buang di Indonesia
• Non Euro: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-35/MENLH/10/1993.
• Euro-2: Pada 23 September 2003, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 141 Tahun 2003 tentang penerapan Euro 2.
– model baru wajib lolos uji tipe Euro 2 pada 1 Januari 2005,
– untuk model yang sedang diproduksi berlaku pada 1 Januari 2007.
• Euro-3: utk Sepeda Motor: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2012 menyatakan sepeda motor wajib Euro 3, berlaku pada 1 Agustus 2013.
• Euro-4: untuk kendaraan roda empat, melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017.
– kendaraan roda empat bermesin bensin yang diuji tipe wajib memenuhi Euro 4 pada 7 Oktober 2018, – sedangkan mesin diesel pada 7 April 2021.
• Dalam Roadmap Kementerian Perindustrian, Indonesia bakal memasuki tahap batas emisi Euro 5 atau loncat ke Euro 6 pada 2027.
• Negara tetangga: Thailand sudah memberlakukan Euro 4 sejak 2011, sedangkan Filipina pada 2016. Singapura menerapkan Euro VI pada akhir 2014.
Zona Emisi Rendah
• Kawasan rendah emisi yang membatasi penggunaan atau
menutup sama sekali akses masuk bagi kendaraan berstandar emisi gas buang tertentu pada jam-jam puncak.
• Selain mendorong penggunaan angkutan umum dan
kendaraan tidak bermotor untuk menuju kawasan rendah
emisi, skema ini juga memperbaiki kualitas udara dan tingkat
kebisingan kawasan sehingga lebih menarik bagi penghuni
maupun pengunjung.
• Di Jerman, zona emisi rendah diimplementasikan sebagai daerah yang terlarang bagi kendaraan
pencemar emisi.
• Kendaraan diklasifikasikan ke dalam empat kelas yang berbeda berdasarkan kelas emisi Euro
kendaraan.
• Kendaraan harus menampilkan stiker izin, dan kendaraan yang memiliki stiker zona emisi tinggi dilarang memasuki daerah pembatasan zona emisi rendah, zona emisi rendah berada di pusat kota.
Aturan Uji Emisi di DKI Jakarta
Peraturan Gubernur 92/
2007 Tentang Uji Emisi dan Perawatan
Kendaraan Bermotor.
Pelaksanaan:
Tidak berjalan
Sanksi: Tidak ada.
2020
Peraturan Gubernur 66/ 2020 Tentang Uji Emisi Kendaraan
Bermotor, tanggal 24 Juli 2020, berlaku
setelah 6 bulan:
24 Januari 2021.
Tambahan Sanksi:
Disinsentif Biaya Parkir.
DISINSENTIF Pasal 17
Setiap pemilik Kendaraan Bermotor yang tidak melakukan uji emisi gas buang dan/atau tidak memenuhi ketentuan lulus uji emisi gas buang dikenakan disinsentif berupa pembayaran parkir tertinggi mengacu pada Peraturan Gubernur mengenai tarif layanan parkir di ruang milik jalan dan/ atau luar ruang milik jalan.
Pasal 16
Setiap pemilik Kendaraan Bermotor yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai lalu lintas dan angkutan jalan
PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN
Dampak buruk transportasi pada berbagai macam jenis objek
1. Polusi Udara
Gas Rumah Kaca-GRK
• Enam jenis gas yang
digolongkan dalam GRK:
CO2, N2O, CH4, SF6, PFC5, HFC5;
• GRK terutama dihasilkan dari penggunaan bahan
bakar fosil (minyak, gas dan batu bara);
• Meningkatnya GRK → pemanasan global → perubahan iklim.
Efek Polutan
• Jenis polutan: CO, NO, HC, Nox, Pb, Debu, bahan
beracun lainnya;
• Mengganggu pertumbuhan bayi, gangguan pernapasan, kanker, perubahan genetik, menurunkan kekebalan
tubuh, dll.
2. Kebisingan
• Bising: bunyi yang tidak dikehendaki;
• Ilustrasi:
–
Suara burung tekukur:
45dB;
–
Jalan padat lalu lintas:
70dB;
–
Pengujian mesin: 140dB;
–
Akan menyebabkan tuli:
150dB.
• Standar Tingkat
kebisingan (Kepmen LH No. 48/ 1996): dalam dB
–
Ruang terbuka hijau: 50;
–
Perumahan, Rumah Sakit, Sekolah, tempat ibadah:
55;
–
Pemerintahan, fasilitas umum, cagar budaya: 60;
–
Perkantoran, perdagangan:
65;
–
Industri, perdagangan &
jasa, rekreasi: 70.
3. Penanganan Dampak
• Metoda pengurangan dampak lingkungan akibat transportasi jalan:
1) Pengurangan emisi gas buang kendaraan bermotor;
2) Pengurangan kebisingan;
3) Pengurangan vibrasi.
3.1. Pengurangan Emisi
Metoda Langkah penanganan
1. Modifikasi mesin • Penyetelan mesin dan pemeliharaan yang baik
• Penyiapan rasio udara/bahan bakar dan campuran
• Waktu pengapian
• Desain ruang bakar dan rasio kompresi
• Injeksi bahan bakar, desain ruang bakar, turbocharging, pada mesin diesel untuk mengurangi partikel dan resirkulasi gas buang untuk mengurangi emisi NO2 2. Penanganan gas
buang
• Catalytic converter: reduction catalyst untuk mengurangi emisi NO2 serta oxidation catayst untuk HC dan CO
• Reaktor termal: untuk mengoksidasi emisi HC dan CO dari mesin 3. Modifi kasi bahan
bakar
• Unleaded fuel (BBM tanpa timbal)
• Fuel extenders: penggantian timbal pada BBM dengan komponen beroktan tinggi, seperti MTBE (methyl tertiary butyl alcohol), TBA (tertiary butyl alcohol), jenis alkohol / ether lainnya
• Alternatif bahan bakar: alkohol, LPG, CNG (Compressed Natural Gas) 4. Jenis kendaraan
baru atau
alternatif sumber tenaga
• Turbin gas (Brayton): hemat bahan bakar, emisi rendah, adaptasi terhadap beberapa jenis bahan bakar
• Stirling: efi siensi bahan bakar tinggi, adaptasi terhadap beberapa jenis bahan bakar
• Mesin uap (Rankine): emisi rendah, adaptasi terhadap beberapa jenis bahan bakar, tetapi tidak hemat BBM
• Tenaga listrik
• Tenaga matahari
3.2. Pengurangan Kebisingan
Metoda Langkah penanganan
1. Perencanaan jalan • Menghindari daerah sensitif terhadap kebisingan
• Penciptaan daerah khusus berwawasan lingkungan 2. Perancangan jalan • Pembuatan jalan di daerah galian atau terowongan
• Pembuatan noise barrier
• Bahan jalan yang rendah kebisingan 3. Manajemen lalu
lintas
• Konsentrasi lalu lintas di jalan-jalan utama
• Pembatasan kendaraan berat
• Pembatasan kecepatan lalu lintas
• Pengendalian volume lalu lintas
• Pengurangan jumlah berhenti
4. Perancangan gedung • Jendela yang tepat (insulasi, kaca ganda)
• Perlindungan khusus untuk bangunan sensitif 5. Penanganan dari
sumbernya
• Gerakan / getaran badan kendaraan
• Mesin kendaraan
• Gesekan roda-jalan
3.3. Pengurangan Vibrasi
Metoda Langkah penanganan
1. Perancangan jalan Perbaikan permukaan jalan 2. Perancangan
kendaraan
Suspensi kendaraan baik untuk meredam vibrasi 3. Manajemen lalu
lintas
Jumlah kendaraan berat di daerah kritis dikurangi 4. Perancangan gedung Metode insulasi bangunan dari vibrasi lalu lintas
TRANSPORTASI BERKELANJUTAN
Transportasi Perkotaan Berkelanjutan
• Sistem transportasi yang efisien merupakan salah satu faktor yang membuat daerah perkotaan kompetitif.
• Transportasi harus mampu memberikan akses ke lapangan pekerjaan, pendidikan, dan kesehatan. Namun, di banyak kota orang menderita masalah kesehatan yang disebabkan oleh asap knalpot dan kebisingan, kemacetan lalu lintas banyak
membuang waktu dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi perekonomian.
• Transportasi perkotaan berbasis mobil berbahan bakar fosil menkonsumsi energi yang sangat besar, dan berkontribusi signifikan pada emisi gas rumah kaca (GRK).
• Kecelakaan di jalan juga memakan korban khususnya kelompok yang rentan seperti pejalan kaki dan pengendara sepeda.
• Tidak kalah pentingnya, jutaan kaum miskin kota tidak menikmati layanan
transportasi yang aman dan efisien - mereka tidak mampu membeli mobil, dan bergantung pada layanan angkutan umum yang tidak memadai dan fasilitas pejalan kaki dan pengendara sepeda yang buruk.
• Pembangunan saat ini selayaknya menggunakan paradigma sustainable development yang ditekankan pada tiga bidang utama: sosial (masyarakat), ekonomi, serta lingkungan.
• Pembangunan tidak hanya mengupayakan pada satu bidang saja dengan mengabaikan bidang lainnya, namun harus
ketiga-tiga bidangnya berjalan bersama-sama.
• Ketiga bidang tersebut harus memperhatikan masa saat ini, dan juga untuk generasi mendatang.
• Dengan kata lain, pembangunan itu harus berkelanjutan
(sustainable).
Paradigma Pembangunan Berkelanjutan
Definisi
Definisi: Transportasi yang berkelanjutan adalah suatu sistem yang:
a. memungkinkan kebutuhan akses yang sangat mendasar dari individu dan masyarakat untuk dipenuhi dengan selamat dan dengan cara yang
konsisten dengan kesehatan manusia dan ekosistem, dan dengan kesetaraan di dalam serta di antara generasi;
b. terjangkau, beroperasi secara efi sien, memberikan pilihan moda-moda transportasi dan mendukung perkembangan ekonomi;
c. membatasi emisi dan limbah yang masih dalam kemampuan bumi untuk menyerapnya, meminimalisasi konsumsi sumber-sumber yang tak
terbarukan, menggunakan dan mendaur ulang komponen-
komponennya, dan meminimalisasi penggunaan lahan serta produksi kebisingan.
10 Prinsip Transportasi Perkotaan Berkelanjutan, SUTP-GIZ
1) Perencanaan kota yang terpadu dan berorientasi manusia;
2) Optimalkan jaringan jalan dan penggunanaannya;
3) Bangun kota berorientasi angkutan umum;
4) Giatkan berjalan kaki dan bersepeda;
5) Terapkan perbaikan sistem angkutan umum;
6) Kontrol penggunaan kendaraan;
7) Atur perparkiran;
8) Promosikan kendaraan yang ramah lingkungan;
9) Komunikasikan solusi;
10) Atasi
tantangan secara komprehensif.1. Perencanaan kota yang terpadu dan berorientasi manusia
1) Dukung proyek yang menciptakan rumah yang terjangkau di pusat kota;
2) Prioritaskan moda transportasi yang berskala manusia;
3) Padukan pembangunan perkotaan dan transportasi;
4) Struktur perkotaan berskala kecil ; 5) Bangun ruang kota yang multi fungsi;
6) Ciptakan ruang terbuka publik;
7) Peredam kecepatan lalu lintas;
8) Perumahan bebas kendaraan bermotor;
9) Terapkan analisis dampak lalu lintas untuk pembangunan baru.
2. Optimalkan jaringan jalan dan penggunaannya
1) Tingkatkan konektivitas perkotaan dan kurangi jalan memutar;
2) Perbaiki persimpangan berkonflik untuk pejalan kaki, pesepeda dan transportasi umum;
3) Kurangi batas kecepatan di daerah permukiman 30 km/jam atau lebih rendah;
4) Sediakan informasi lalu lintas (ketepatan waktu, kemacetan, parkir);
5) Tegakkan peraturan lalu lintas.
3. Bangun kota berorientasi angkutan umum
1) Tambahkan fasilitas belanja di stasiun/terminal utama;
2) Tempatkan perkantoran dekat dengan stasiun/terminal;
3) Bangun rumah susun dengan kepadatan tinggi di sekitar stasiun/terminal;
4) Rencanakan perumahan dengan jarak tempuh dan koneksi bersepeda yang nyaman;
5) Bangun fasilitas parkir sepeda di stasiun/terminal.
4. Giatkan berjalan kaki dan bersepeda
1) Wujudkan konsep bersepeda dan berjalan kaki yang komprehensif;
2) Jalur khusus pesepeda;
3) Ciptakan jaringan jalur sepeda yang terintegrasi;
4) Batasi perluasan jalan untuk mobil pribadi;
5) Hilangkan hambatan bagi pejalan kaki;
6) Bike sharing untuk umum;
7) Standar rancang yang tinggi untuk trotoar, jalur sepeda, dan jalan;
8) Zona pejalan kaki;
9) Prioritas lampu lalu lintas untuk jalur pesepeda;
10) Tingkatkan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda di persimpangan.
5. Terapkan perbaikan sistem angkutan umum
1) Pastikan kualitas layanan yang baik di angkutan umum berdasarkan indikator kinerj;
2) Sistem tiket yang sederhana dan adil;
3) Membentuk asosiasi angkutan umum yang mengintegrasikan jadwal perjalanan, tarif dan tiket;
4) Layanan taxi yang mudah diakses;
5) Jaringan angkutan umum berbasis BRT dan rel yang berfungsi baik;
6) Fasilitasi integrasi antara car sharing dengan angkutan umum;
7) Fasilitas integrasi moda yang nyaman.
6. Kontrol penggunaan kendaraan
1) Jam kerja yang fleksibel atau bekerja berbasis IT;
2) Berikan insentif untuk bersepeda atau menggunakan angkutan umum bagi karyawan dan pelajar (Tiket khusus karyawan/
pelajar);
3) Biaya/harga berdasarkan jarak(bayar sesuai jarak);
4) Penghapusan kendaraan secara bertahap sebagai manfaat dari gaji;
5) Kebijakan parkir perusahaan;
6) Pembatasan perjalanan;
7) Pusat distribusi logistik di perkotaan.
7. Atur perparkiran
1) Tetapkan biaya parkir;
2) Batasi durasi parkir;
3) Informasi parkir;
4) Rambu parkir di jalan;
5) Tegakkan aturan parkir;
6) Sediakan ruang parkir yang seimbang;
7) Peraturan parkir misalnya persyaratan parkir maksimum.
8. Promosikan kendaraan yang ramah lingkungan
1) Pengadaan kendaraan ramah lingkungan;
2) Bangun prasarana untuk bahan bakar ramah lingkungan;
3) Promosikan bahan bakar ramah lingkungan;
4) Kenakan pajak bahan bakar secara tepat;
5) Insentif finansial untuk kendaraan yang effisien;
6) Zona rendah emisi;
7) Inspeksi dan pemeliharaan;
8) Skema scrapping atau retrofit kendaraan.
9. Komunikasikan solusi
1) Promosikan produk regional (kurangi ekspedisi jarak jauh);
2) Promosikan rekreasi lokal;
3) Kampanyekan bersepeda;
4) Penghargaan untuk perusahaan pendukung bersepeda;
5) Promosikan angkutan umum yang lebih baik;
6) Program berkendara bersama;
7) Sediakan akses data untuk pengembang ponsel pintar;
8) Situs operator angkutan umum yang mudah digunakan.
10. Atasi tantangan secara komprehensif
1) Bangun institusi yang bertanggung jawab untuk transportasi perkotaan yang berkelanjutan:
• Otoritas perencanaan kota dan transportasi yang terpadu
• Aliansi angkutan umum
• Dorong warga untuk memulai LSM
• Asosiasi pengguna
2) Integrasikan transportasi ke dalam rencana aksi perubahan iklim, Jumlah emisi;
3) Bangun, terapkan dan komunikasikan rencana mobilitas perkotaan yang berkelanjutan secara komprehensif;
4) Pantau pelaksanaan dan operasional program transportasi;
5) Fasilitasi partisipasi para pihak untuk menilai dan mendiskusikan program.
Indikator: Transportasi Berkelanjutan
Belum ada indikator baku, berikut beberapa indikator yang dapat digunakan:
1) pengurangan penggunaan mobil pribadi per kapita;
2) peningkatan angkutan umum, berjalan, bersepeda, dan carpooling;
3) pengurangan komuter rata-rata ke dan dari tempat kerja;
4) peningkatan kecepatan angkutan umum relatif terhadap mobil pribadi;
5) peningkatan km pelayanan angkutan umum relatif terhadap penyediaan jalan;
6) peningkatan tingkat pengembalian biaya angkutan umum dari tarif;
7) pengurangan ruang parkir per 1.000 pekerja di lokasi pusat bisnis;
8) peningkatan km lajur sepeda terpisah;
9) Dan lain-lain.