• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KASUS KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KASUS HIPERTENSI

N/A
N/A
I Kadek Sritamaja

Academic year: 2023

Membagikan "MANAJEMEN KASUS KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KASUS HIPERTENSI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KASUS KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KASUS HIPERTENSI

OLEH KELOMPOK 10 KELAS 3.1 DIII KEPERAWATAN

NI MADE WIWIN VIRNA AGUSTA P07120015029

I KADEK SRITAMAJA P07120015031

I WAYAN DITA HERIAWAN P07120015032

NI MADE WIDIADNYANI P07120015033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2017

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

I. Konsep Dasar Hipertensi A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Smeltzer & Bare,2001).

Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasinya dengan derajat keparahannya ( Doengoes, 2000). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik kurang lebih 140 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang lebih 90 mmHg ( Arief Mansjoer, 2000).

Berikut tabel klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas : Sumber : Adib (2009)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 130 < 85

Normal tinggi 130- 85-89

Hipertensi

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109

Stadium 3 (berat) 180-209 110-119

Stadium 4 (sangat berat) ≥210 ≥120

B. Etiologi Hipertensi

Menurut Sustranim (2006), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder :

1. Hipertensi esensial (hipertensi primer)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. Kurang lebih 90% dari penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi primer. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi primer adalah :

a. Faktor keturunan

(3)

Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah 1) Konsumsi garam yang tinggi

2) Kegemukan atau makan yang berlebihan

3) Stres atau ketegangan jiwa jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah)

4) Pengaruh lain (merokok, minum alkohol, minum obat-obatan, misal ephedrine, prednisone, epinefrin)

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti penyakit ginjal, sindrom cushing, hipertensi yang berhubungan dengan kehammilan serta pengaruh sekunder dari obat tertentu, seperti obat kontrasepsi oral.

Hipertensi pada usia lanjut disebabkan karena adanya perubahan- perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun b. Katup jantung menebal menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

C. Tanda dan Gejala Hipertensi

(4)

Menurut Mansjoer, Arief dkk, (2000) tanda dan gejala yang lazim ditemukan pada pasien hipertensi antara lain :

1. Sakit kepala hebat tiba-tiba, pusing 2. Nyeri leher

3. Kesemutan

4. Lemas & kelelahan 5. Sulit tidur

6. Jantung berdebar-debar 7. Gelisah

8. Merasa mual / ingin muntah 9. Penglihatan kabur

10. Kesadaran menurun

11. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

D. Komplikasi Penyakit Hipertensi

Penderita hipertensi berisiko terserang penyakit lain yang timbul kemudian. Dalam jangka panjang, jika hipertensi tidan dikendalikan akan berdampak pada timbulnya komplikasi penyakit lain. Komplikasi hipertensi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, perdarahan selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak dan kelumpuhan. Komplikasi hipertensi dapat menyebabkan :

1. Penyakit jantung (gagal jantung) 2. Penyakit ginjal (gagal ginjal) 3. Penyakit otak (stroke)

F. Pemeriksaan Diagnostik

(5)

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.

Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi:

kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi) EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi).

G. Penatalaksanaan

1. Terapi Non Farmakologis Diet : (Saraswati,S. 2009)

a. Mengurangi konsumsi garam dari 10 g/hari menjadi 5g/hari b. Diet rendah kolesterol

c. Penurunan berat badan

d. Mengurangi konsumsi alkohol e. Menghentikan merokok

f. Latihan fisik/ olahraga yang teratur : Joging, bersepeda, berlari, dll.

g. Edukasi : Teknik relaksasi dan HE/penyuluhan hipertensi 2. Terapi Farmakologis

a. Deuretik : hygroton b. Beta bloker

c. Ca antagonis d. ACE inhibator

(6)

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pengkajian

A. Data Subjektif a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, no registrasi, dan diagnose medis

b. Keluhan Utama

Sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sakit kepala disertai rasa berat ditengkuk, sakit kepala berdenyut

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada sebagain besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala.

Gejala yang dimaksud adalah sakit dikepala , pendarahan dihidung, pusing, wajah kemerahanan, dan kelelahan yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobat, bisa timbl sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak napas, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan otak, mata jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran atau koma

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, DM, penyakit ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan obat kontrasepsi oral dll.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.

B. Data Objektif Pemeriksaan Fisik a. Aktivitas/ Istirahat

(7)

1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

b. Sirkulasi

1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi, perspirasi.

2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

c. Integritas Ego

1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

2) Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).

e. Makanan/Cairan

1) Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik 2) Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema,

glikosuria.

f. Neurosensori

1) Gejala : Keluhan pening/pusing, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).

2) Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.

(8)

g. Nyeri/ketidaknyamanan

1) Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala.

h. Pernafasan

1) Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

2) Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

i. Keamanan

1) Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor risiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.

5. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

DIAGNOSA

(9)

Diagnosa Keperawatan yang disusun berdasarkan prioritas sesuai dengan keadaan klien. Berikut diganosis keperawatan pada hipertensi dalam NANDA NIC-NOC (2012-2014)

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, dan iskemi miokard.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral 4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.

5. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke otak.

6. Risiko cidera berhubungan dengan spasme arteriol pada retina

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan akibat hipertensi.

8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

INTERVENSI

Berisi rumusan perencanaan asuhan keperawatan kepada klien serta rasional mengapa tindakan tersebut dilakukan.

No Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1. Penurunan curah

jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, dan iskemi miokard.

NOC :

1. Vital sign (tekanan darah, respirasi, nadi) dalam rentang normal.

2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan.

NIC :

1. Pantau TD. Ukur pada tangan untuk evaluasi awal.

2. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.

3. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa

(10)

3. Tidak ada penurunan kesadaran.

pengisian kapiler.

4. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.

5. Berikan lingkungan tenang,

nyaman, kurangi

aktivitas/keributan lingkungan.

6. Anjurkan mengkonsumsi obat penurun tensi apabila ada.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

NOC :

1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan tanpa dibantu.

2. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

3. Menunjukkan kemandirian melakukan ADL (Activity Daily Learning).

4. Status sirkulasi dan respirasi baik.

NIC :

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekuensi nadi 20 per menit di atas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan 2. Instrusikan pasien tentang

teknik penghematan energi, misalnya :

menggunakan kursi pada saat mandi, melakukan aktivitas dengan perlahan

(11)

3 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

NOC :

1. Mampu mengontrol nyeri.

2. Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri.

3. Menyatakan rasa nyaman

setelah mengalami

penurunan intensitas nyeri.

NIC :

1. Observasi derajat nyeri.

2. Menganjurkkan tirah baring selama fase akut.

3. Berikan tindakan

nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala atau nyeri dada misal, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.

4. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya, mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.

5. Kaji tanda-tanda vital.

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan intravaskular.

NOC :

1. Terbebas dari edema maupun efusi.

2. Bunyi nafas bersih, tidak ada dispnea/ortopnea.

3. Vital sign dalam batas normal.

4. Berat badan (BB) stabil.

5. Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan

NIC :

1. Awasi denyut jantung, TD, CVP.

2. Catat pemasukan dan pengeluaran secara akurat.

3. Awasi berat jenis urine.

4. Timbang BB tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama.

5. Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema.

Berikan obat sesuai

(12)

indikasi (diuretik).

5. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke otak.

NOC :

1. Pasien dapat menunjukan tanda-tanda vital stabil

NIC :

1. Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan nadi yang semakin berat.

2. Pantau frekuensi jantung, catat adanya bradikardi, takikardia atau bentuk disritmia lainnya.

3. Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya.

4. Anjurkan pasien minum obat anti hipertensif misal captopril (bila ada).

6. Risiko cidera berhubungan dengan spasme arteriol pada retina

NOC:

1. Klien terbebas dari cidera 2. Klien mampu menjelaskan

cara/metode untuk mencegah injury/cidera 3. Mampu mengenali

perubahan status kesehatan

NIC :

1. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien 2. Berikan penjelasan pada

pasien dan keluarga atau

pengunjung adanya

perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit 7. Ansietas berhubungan

dengan perubahan dalam status kesehatan akibat hipertensi.

NOC :

1. Klien mampu

mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.

2. Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.

3. Vital sign dalam batas

NIC :

1. Kaji keefektifan strategi

koping dengan

mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

2. Catat laporan gangguan

(13)

normal terkontrol.

4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan

berkurangnya kecemasan.

tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah.

3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan

strategi untuk

mengatasinya.

4. Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal.

.

8. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (keterbatasan kognitif, salah interpretasi

informasi, kurang minat belajar).

NOC:

1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit 2. Mengidentifikasi efek

samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.

3. Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.

NIC :

1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.

2. Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah

“terkontrol dengan baik”.

3. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor risiko kardiovaskuler yang dapat dirubah, misalnya : obesitas, rokok dan alkohol, pola hidup penuh stres.

4. Intruksikan dan peragakan

(14)

teknik pemantauan tekanan darah mandiri.

5. Bantu pasien untuk menegmbangkan jadwal

yang sederhana,

memudahkan untuk minum obat.

6. Motovasi untuk membuat program olahraga sendiri

CATATAN PERKEMBANGAN

Berisi informasi tentang bangaimana perkembangan kondisi klien setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan.

REFERENSI

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke. Yogyakarta : Dianloka

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

FKUI. 2003. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Herdman Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction

Saraswati,S. 2009. Diet Sehat untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi dan Stroke. Jogjakarta : A plus Book.

(15)

Smeltzer, Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC

Sustranim, Lanny, dkk. 2006. Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya hal tersebut dapat mengatasi masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi dan

Perlu dilakukan pengontrolan tekanan darah secara rutin pada pasien-pasien hipertensi agar tidak sampai jatuh ke penyakit ginjal kronik.. Kata kunci : hipertensi, penyakit

Kerusakan ginjal: Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di ginjal, yang dapat memicu perkembangan penyakit ginjal kronis dan memperburuk kondisi ginjal yang

Kemampuan keluarga terbatas karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang terjadi pada penyakit hipertensi.. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

Menurut hasil intervensi dilapangan pada diagnosa Intervensi pada diagnosa defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

Rabu/ 22/12/10 Sindrom pasca trauma pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat atas kecemasan atau trauma

1 Keluarga menyadari Tn. P mempunyai masalah dampak dari hipertensi maka segera mengatasi masalah tersebut Jumlah.. MASALAH KESEHATAN : RESIKO TERJADINYA CEDERA PADA

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,