• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATA KULIAH ANAK DENGAN ADHD

N/A
N/A
tuti sismonita

Academic year: 2024

Membagikan "MATA KULIAH ANAK DENGAN ADHD "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH ANAK DENGAN ADHD

DOSEN PEMBIMBING :

Prof. Dr. Marlina S. Pd., M.Si & Dr. Martias. Z, M. Pd DISUSUN OLEH:

1. Adhitya Jarot ( 23003222 ) 2. Antasari Bayuningrum ( 23003230 ) 3. Febri Adriansyah ( 23003242 ) 4. Jusbianto ( 23003250 ) 5. M. Warits Aknura ( 23003255 ) 6. Junedy Purba ( 23003249 ) 7. Fitri Febriani ( 23003243 ) 8. Latifah Sitepu ( 23003243 ) 9. Liston Sitanggang ( 23003253 ) 10. Rts. Muusdalifa ( 23003279 )

PENDIDIKAN LUAR BISA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada penulis, sehinga penulis dapat menyelesaikan Makalah Anak Dengan ADHD’

Dalam hal ini penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penyelesaian makalah ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dari semua pihak, baik moril maupun materil.

Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar kami memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber referensi dan penambahan nilai dalam pelajaran Mata Kuliah Anak Dengan ADHD.

Padang, Oktober 2023

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 2

C. TUJUAN ... 3

BAB II ... 4

PEMBAHASAN ... 4

A. KONSEP DASAR ADHD... 4

B. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD ... 5

C. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD DALAM PERSPEKTIF DSM IV ... 8

D. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD DALAM PERSPEKTIF DSM V ... 10

BAB III ... 14

PENUTUP ... 14

A. KESIMPULAN ... 14

B. SARAN ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif dalam kondisi fisik secara khusus pada postur tubuh tidak ada perbedaan seperti anak normal pada umumnya. Namun pada perkembangan yang lain akan nampak perbedaan antara mereka yang normal, khusus untuk perkembangan motorik dalam perilakunya.

Demikian pula perbedaan yang signifikan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif dengan anak normal sebaya, dipengaruhi oleh hasil proses pematangan dan proses belajar. Ini menandakan bahwa dalam perkembangan setiap individu bervariasi dengan segala suatu batasan perbedaan.

Sebagaimana yang dipaparkan keterkaitan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif pada pengaruh perkembangan yang berbeda secara psikologis dari anak seusianya. Problema perkembangan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif akan diungkapkan dari berbagai pandangan yang terkonsep pada pengertian dan karakteristik. Termasuk juga mengungkap penyebab dan jenis- jenis anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif ini bertujuan untuk memudahkan para calon pendidik dan pendidik memahami perkembangannya melalui model pembelajaran. Kemudahan ini dalam melaksanakan pembelajaran yang mencakup metode dan teknik mendidik.

Model pembelajaran untuk anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif disusun dalam konseptual belajar pada lingkungan sekolah dasar inklusif.

Pengarusutamaan penempatan awal layanan belajar akan mempermudah beradaptasi dalam lingkungan sekolah dasar reguler bersama anak normal lainnya. Gambaran penanganan sejak awal belajar sebagai cara atau pendekatan dalam membantu mengatasi problematika pembelajaran yang komplek bagi anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif. Sisi lain kebutuhan pelayanan belajar sistem penanganan secara kolaborasi dengan semua pihak sebagai bagian model untuk memfasilitasi belajarnya. Pengembangan pendidikan inklusif yang keutamaan dapat menempatkan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif belajar pada kelas reguler.

Pengkondisian model pembelajaran ini untuk membantu mereka memberikan pelayanan dalam pendidikan inklusif dan atau sebagai alternatif memperluas akses bagi anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif dapat belajar secara awal pada sekolah inklusif. Keberhasilan belajar dalam pendidikan sekolah dasar reguler dirancang berdasarkan analisis kebutuhan, analisis empiris dan kajian teori. Seperti implementasi antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dapat belajar bersama-sama dalam suatu kelas yang masing-masing mendapatkan pelayanan sesuai dengan potensi dan keterbatasannya. Sistem layanan pendidikan yang memberikan ruang dan tempat bagi ABK (anak berkebutuhan khusus) untuk belajar bersama anak-

(5)

2 anak reguler pada umumnya.

Pengupayaan keberhasilan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif dalam model pembelajaran ini sebagai tantangan yang dihadapi oleh setiap calon pendidik maupun pendidik yang berkecimpung dalam profesi keguruan dan kependidikan. Dalam tantangan membelajarkan anak berkebutuhan khusus tanpa adanya perbedaan ini termaktub pada Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (‘normal’) dalam pendidikan. Demikian pula bila dihubungkan dengan Deklarasi Bandung (Tingkat Nasional) ”Indonesia Menuju Pendidikan Inklusi” pada 8-14 Agustus 2004, dalam mengarusutamakan pendidikan anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak normal. Realisasi pendidikan inklusi pada sekolah dasar, yakni satu di antaranya anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif. Dalam deklarasi tersebut menegaskan bahwa, 1) menjamin setiap anak berkebutuhan khusus sebagai individu yang bermartabat, untuk mendapatkan perlakuan yang manusiawi, pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan potensi maupun kebutuhan masyarakat, tanpa perlakuan diskriminatif yang merugikan eksistensi kehidupannya baik secara fisik, psikologis, ekonomis, sosiologis, hukum, politik dan kultural, 2) menjamin anak berkebutuhan khusus untuk berinteraksi baik secara reaktif maupun pro aktif dengan siapapun, kapanpun dan di lingkungan manapun dengan meminimalkan hambatan.

Model pembelajaran ini mengupayakan menjamin anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif pada sekolah reguler mendapat kesempatan dan akses yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Dalam perolehan kesempatan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif ini pada semua jenjang pendidikan baik di kelas, maupun tercipta di lingkungan yang aman, nyaman dan ramah bagi semua peserta didik, sehingga perkembangan potensi dapat teroptimalkan. Pelayanan pembelajaran yang optimal bagi anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif akan menjadikan percaya diri di lingkungan belajarnya. Untuk itu pemikiran dan realisasi ke arah upaya memenuhi kebutuhan pembelajaran bagi mereka harus dilakukan. Buku materi ini dimaksudkan untuk menjadi tambahan pendidik/calon pendidik dalam cara memberikan pelayanan pembelajaran anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif pada sekolah dasar inklusif.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan Konsep dasar ADHD

2. Menjelaskan kajian komprehensif tentang ADHD

3. Menjelaskan kajian komprehensif tentang ADHD dalam perspektif DSM IV 4. Menjelaskan kajian komprehensif tentang ADHD dalam perspektif DSM V

(6)

3 C. TUJUAN

1. Mampu Menjelaskan Konsep dasar ADHD

2. Mampu Menjelaskan kajian komprehensif tentang ADHD

3. Mampu Menjelaskan kajian komprehensif tentang ADHD dalam perspektif DSM IV

4. Mampu Menjelaskan kajian komprehensif tentang ADHD dalam perspektif DSM V

(7)

4 BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR ADHD

Konsep dasar tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) telah dijelaskan oleh berbagai ahli di berbagai bidang, termasuk psikiatri, psikologi, dan neurologi. Di bawah ini, saya akan memberikan pandangan umum tentang ADHD berdasarkan konsep dasar yang dikemukakan oleh para ahli:

1. American Psychiatric Association (APA): APA dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) menggambarkan ADHD sebagai gangguan neurobiologis yang ditandai dengan tingkat perhatian dan/atau impulsivitas-hiperaktivitas yang berlebihan dan tidak sesuai dengan usia seseorang.

DSM-5 membedakan tiga tipe ADHD: kombinasi (tipe campuran), perhatian dominan, dan hiperaktif-impulsif dominan.

2. National Institute of Mental Health (NIMH): NIMH menyatakan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merencanakan, fokus, dan melakukan tugas-tugas yang memerlukan perhatian.

Mereka menekankan peran ketidakseimbangan neurotransmitter dalam otak, terutama dopamine, dalam perkembangan ADHD.

3. Russell A. Barkley: Dr. Russell A. Barkley adalah seorang ahli terkemuka dalam ADHD. Menurutnya, ADHD adalah gangguan eksekutif (terkait dengan kemampuan otak untuk mengatur tindakan), dan ia mengemukakan konsep "Model Eksekutif" untuk menjelaskan bagaimana masalah di area ini dapat mempengaruhi perilaku dan fungsi seseorang.

4. Thomas E. Brown: Dr. Thomas E. Brown adalah seorang ahli terkenal dalam bidang ADHD. Ia menggambarkan ADHD sebagai gangguan regulasi diri yang melibatkan kesulitan dalam mengelola emosi, tindakan, dan motivasi. Ia menyoroti pentingnya pemahaman tentang "Fungsi Eksekutif" dalam pemahaman ADHD.

5. Virginia Douglas: Douglas adalah seorang ahli neuropsikologi yang menekankan peran fungsi otak dalam ADHD. Ia menyoroti peran korteks prafontral dan sistem limbik dalam mengendalikan perilaku dan emosi serta menjelaskan bagaimana disfungsi dalam area tersebut dapat berkontribusi pada gejala ADHD.

(8)

5

B. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD 1. Masalah Utama Anak ADHD

Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa area kortek frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi ADHD.

Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu, dua, tiga, atau seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD. Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk mengatur agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus, membuat keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan mengingat apa yang telah kita pelajari,serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek befungsi untuk mencegah agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain. Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan ”dis-inhibitor disorder” seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lainlain.

Sedangkan sistem limbik mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil, temperamen yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh apapun yang ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang normal mengatur perubahan emosional yang normal, level energi normal, rutinitas tidur normal, dan level stress yang normal. Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan terjadinya masalah pada hal tersebut.

2. Penyebab anak ADHD

Faktor penyebab kehiperaktifan sampai saat ini, ilmuwan belum berani menyatakan sebenarnya darimana yang menyebabkan seseorang menjadi hiperaktif. Namun para ahli yakin bahwa hiperaktif bukan disebabkan oleh kerusakan otak atau alergi makanan. Robb Flanagen, LCPC (2005), menegaskan bahwa hipotesis penelitian dengan dukungan kuat yang berkaitan faktor-faktor penyebab anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, antara lain :

a. Keturunan atau faktor genetik. Banyaknya anak yang menderita hiperaktif mempunyai kerabat dekat yang tampaknya memiliki gejala yang serupa.

Kerabat itu bisa orangtua, paman atau bibi dekat.

b. Deficit neurotransmitter. Dua neurotransmiter pada otak tampaknya berperan dalam regulasi jumlah pembangkitan dan perhatian. Kedua neurotransmiter adalah neuroadrenalin yang berperan pada pembangkitan sel, dan dopamine yang berperan mengurangi respon yang tidak dinginkan.

(9)

6

c. Kelambatan perkembangan sistem pembangkitan di otak. Pengobatan stimulan meningkatkan pembangkitan, beberapa indikasi bahwa kemungkinan anak hiperaktif menderita kelambatan pembangkitan yang membuat mereka tidak sensitive terhadap rangsangan yang datang. Jadi hiperaktif yang mereka alami mungkin mencerminkan pencarian rangsangan dan bukan karena rangsangan yang berlebihan.

d. Perkembangan otak yang abnormal. Kurang berfungsinya lobus frontal, yang merupakan area pada otak yang mengumpulkan input auditori dan visual yang berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa lobus ini dibombardir dengan banyaknya informasi yang tidak tersaring dan tidak sesuai

Lumbantobing (2001), menambahkan bahwa hiperaktif dapat disebabkan oleh beberapa hal :

a. penyakit struktural otak atau kemungkinan masalah biokimia otak, dan b. faktor genetik atau turunan.

Penelitian Willer (1973) terhadap 93 pasang kembar dengan kelainan yang serupa memberi kesan bahwa ada korelasi yang bermakna antar kembar monosigot.

Adanya kesamaan hiperaktif antar kembar monosigot mungkin disebabkan oleh pengaruh genetik, yaitu :

a. Retardasi pertumbuhan intrauterine, berat badan waktu lahir yang sangat rendah, dan afiksia perinatal, merupakan faktor yang ikut dengan hiperaktif dan gagal sekolah

b. Toksiintrauterin yang sering berasosiasi dengan gangguan perilaku yang mencakup: alkohol, fenitorm dan tembakau

c. Intoksikasi timbal yang kronis dapat menyebabkan masalah atensi dan bahasa.

3. Karakteristik anak ADHD

(Dr. Sri Joeda Andajani, 2019) Kondisi anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif pada sekolah dasar, menunjukkan bahwa saat proses pembelajaran kurang mampu menempatkan diri individu bersamasama teman maupun berinteraksi dengan guru di kelas. Sifat unik lain anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, yakni nampak kurang dapat duduk diam saat anak lain duduk manis, selalu gelisah dan menjadi pengganggu sekelilingnya. Kondisi perilaku anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif tersebut bukan kemauannya sendiri, melainkan disebabkan oleh sesuatu dorongan yang tidak diketahuinya. Melihat batasan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif atau yang disebut dengan attention deficit hyperactive disorder (ADHD) dapat dibayangkan dan diramalkan tentang karakteristik anak tersebut, seperti yang dipaparkan dengan pendapat para ahli, berikut ini Farnham, S Diggory (1994) menguraikan karakteristik anak attention deficit hyperactive disorder (ADHD), sebagai berikut.

(10)

7

a. Sangat responsive terhadap rangsang, ini cenderung bermasalah dalam memilih dan menyaring ciri-ciri penting dari yang tidak penting pada lingkungan sekitarnya ketika memperhatikan satu tugas.

b. Mengalami fiksasi (kemandegan) dalam perkembangan bahwa seseorang yang mengalami gangguan perhatian lemah dalam proses mental.

c. Disinhibition, aktivitas motorik terus menerus dinampakkan sebagai akibat dari hiperaktivitas.

d. Dissociation, anak gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif ini tidak mampu atau tidak dapat berfikir komprehensif, yakni bentuk berpikirnya terpisah, tidak terintegrasi sehingga aktivitasnya bervariasi. Berdasarkan pendapat Suharmini (2000) mengemukakan bahwa kondisi karakteristik anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif di kelas, dinampakkan, antara lain.

1) Mengganggu situasi kelas, ini menunjukkan berlari ke sana kemari pada situasi di mana hal itu tidak pantas dan meninggalkan tempat duduk atau dalam situasi-situasi lain di mana diharapkan untuk duduk diam.

2) Daya konsentrasi rendah, ini menunjukkan mengalami kesulitan menekuni tugas-tugas pekerjaan yang harus selesaikannya.

3) Impulsive, ini menunjukkan sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai diajukan, sering mengalami kesulitan menunggu giliran dan menyela atau mengganggu orang lain

4) Koordinasi motorik rendah dengan tindakannya seolah digerakkan oleh motor, sehingga kesulitan melakukan kegiatankegiatan santai.

5) Mudah beralih perhatian, anak ini mengalami kesulitan memulai kegiatan- kegiatan dan mempertahankan sampai kegiatan benar-benar selesai.

Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif bermain-main dengan jari tangan, tidak bisa duduk diam pada saat anak lain duduk dengan manis.

Dwijo S (2004), melaporkan hasil survey di Indonesia tahun 2003 bahwa populasi setiap sekolah bertambah dari tahun ke tahun, seperti jumlah anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif untuk usia sekolah dasar di Jakarta 26,2%. Di Unit Rawat Jalan Psikiatri Anak RSU Dr. Soetomo dan di Ruang Day Care Psikiatri anak RSU Dr Soetomo bahwa jumlah anak hiperaktif menempati urutan ke-2 terbanyak sesudah gangguan Spektrum Autisme. Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif berlari dan memanjat berlebihan. Apabila telah menuju fase perkembangan remaja tampak selalu gelisah dan tidak dapat beristirahat, jika temannya dapat tenang menyimak di kelas, maka remaja hiperaktif menjadi pengganggu, semua itu bukan kemauannya sendiri, tetapi disebabkan oleh sesuatu dorongan yang tidak diketahuinya. Akibatnya mereka dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif menjadi lelah dan frustasi dengan dirinya sendiri.

(11)

8 4. Jenis – jenis anak ADHD

a. ADHD Tipe Kombinasi: Ini adalah jenis ADHD yang paling umum. Orang dengan ADHD tipe kombinasi mengalami gejala hiperaktif, impulif, dan kurangnya perhatian. Mereka mungkin sulit duduk diam, cenderung bertindak tanpa berpikir, dan kesulitan berkonsentrasi pada tugas-tugas tertentu.

b. ADHD Tipe Perhatian Dominan (sebelumnya disebut ADHD Tipe Tak Terfokus): Pada jenis ini, gejala perhatian lebih dominan dibandingkan gejala hiperaktif-impulsif. Orang dengan ADHD tipe perhatian dominan mungkin cenderung lalai, sulit berkonsentrasi, dan terlihat seperti "terombang-ambing"

dalam pemikiran mereka.

c. ADHD Tipe Hiperaktif-Impulsif Dominan (sebelumnya disebut ADHD Tipe Hiperaktif): Pada jenis ini, gejala hiperaktif dan impulsif mendominasi, dan gejala perhatian kurang terlihat. Orang dengan ADHD tipe ini mungkin sering terlihat sangat aktif, impulsif, dan memiliki kesulitan mengendalikan diri.

C. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD DALAM PERSPEKTIF DSM IV

Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan pola perilaku yang tidak teratur, impulsif, dan hiperaktif. Menurut DSM IV, ADHD dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:

 Predominantly inattentive type (tipe dominan lalai/kurang perhatian): Individu dengan tipe ini memiliki kesulitan untuk mempertahankan perhatian, sering lalai, dan sulit untuk mengikuti instruksi.

 Predominantly hyperactive-impulsive type (tipe dominan hiperaktif-impulsif):

Individu dengan tipe ini memiliki aktivitas yang berlebihan, tidak bisa diam, dan sering menyela pembicaraan orang lain.

 Combined type (tipe kombinasi): Individu dengan tipe ini memiliki gejala dari kedua tipe sebelumnya.

1. Gejala ADHD

Gejala ADHD dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Gejala inattention (kurang perhatian):

1) Mudah lalai atau tidak memperhatikan detail

2) Kesulitan untuk mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas

3) Kesulitan untuk mempertahankan perhatian terhadap tugas atau aktivitas 4) Mudah terganggu oleh hal-hal yang tidak relevan

5) Sering lupa tugas atau kegiatan sehari-hari

b. Gejala hyperactivity (hiperaktif):

(12)

9 1) Sering bergerak atau berkeliaran 2) Tidak bisa duduk diam

3) Sering berbicara berlebihan

4) Sering berlari atau melompat-lompat

5) Sering mengalami kesulitan bermain atau beraktivitas secara tenang

c. Gejala impulsivity (impulsif):

1) Sering menyela pembicaraan orang lain 2) Sering menjawab pertanyaan tanpa berpikir 3) Sering bertindak tanpa berpikir

4) Sering kesulitan menunggu giliran

5) Sering mengambil risiko tanpa memikirkan konsekuensinya

2. Penyebab ADHD

Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti, tetapi diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan neurobiologis. Faktor genetik berperan dalam peningkatan risiko ADHD, sedangkan faktor lingkungan dan neurobiologis dapat memengaruhi perkembangan ADHD.

3. Diagnosis ADHD

Diagnosis ADHD dilakukan oleh profesional kesehatan mental berdasarkan wawancara, observasi, dan penilaian perilaku. Penilaian perilaku dilakukan untuk menilai gejala ADHD dan tingkat keparahannya.

4. Pengobatan ADHD

Pengobatan ADHD bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan fungsionalitas individu. Pengobatan ADHD dapat dilakukan dengan kombinasi terapi perilaku dan obat-obatan.

Contoh Kasus ADHD

Rendi adalah seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang duduk di kelas 2 SD.

Rendi sering lalai di kelas, sulit untuk mengikuti instruksi, dan sering menyela pembicaraan guru. Rendi juga sering bergerak dan berlari-lari di kelas.

Ani adalah seorang wanita berusia 25 tahun yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan. Ani sering lupa tugas yang diberikan oleh atasan, sulit untuk fokus pada pekerjaan, dan sering berbicara berlebihan. Ani juga sering mengalami kesulitan untuk duduk diam saat rapat.

(13)

10

D. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD DALAM PERSPEKTIF DSM V

ADHD menurut DSM V adalah gangguan perkembangan neurologis yang ditunjukkan dengan adanya kurang perhatian, kekacauan sosial, dan/atau hiperaktivitas– impulsivitas. Kurang perhatian dan kekacauan sosial yang dimaksud meliputi ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas, tampak tidak mendengarkan, sering kehilangan barang-barang, pada tingkat yang tidak konsisten dengan level perkembangan. Sedangkan hiperaktivitas–impulsivitas yang dimaksud meliputi aktivitas yang berlebihan, gelisah, tidak dapat duduk tenang dalam waktu lama, mengganggu atau menyela kegiatan atau aktivitas orang lain, dan tidak dapat menunggu giliran (gejala yang berlebihan untuk level perkembangan) (American Psychiatric Association, 2013).

1. Gejalan ADHD Menurut DSM V

a. Meninggalkan tempat duduknya ketika diharapkan untuk tetap duduk (misalnya saat rapat atau ceramah)

b. Melontarkan jawaban dan melengkapi kalimat orang lain c. Mengganggu orang lain atau mengganggu aktivitas mereka d. Berjuang untuk tetap diam selama beraktivitas

e. Gelisah dan mengetuk tangan atau kaki f. Sering bepergian dan tidak bisa duduk diam g. Kesulitan menunggu giliran

h. Berbicara secara berlebihan i. Merasa gelisah

2. Jenis –jenis ADHD DSM V

Berikut 10 jenis gangguan kepribadian yang ada di DSM-5:

a. Antisocial Personality Disorder

Secara sederhana orang-orang dengan gangguan ini memiliki sikap yang tidakpeduli dengan lingkungan sosial yang ada. Mereka menolak aturan, norma sosial, serta hak orang lain. Mereka dengan gangguan ini memperlihatkan gejala sejak masih kanak-kanak, sulit berempati, dan tidak memiliki penyesalan atas beberapa hal yang telah dilakukan.

b. Schizotypal Personality Disorder

Mereka yang mengalami gangguan ini secara menonjol memperlihatkan keanehan dalam bicara, berperilaku, penampilan dan cara berpikir. Mereka bahkan percaya pada hal yang aneh atau pemikiran magis.Sebagian besar dari yang mengidap gangguan ini mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain.

c. Schizoid Personality Disorder

Gangguan kepribadian skizoid melibatkan gejala yang membuat penderia terlepas dari hubungan sosial. Orang-orang dengan kelainan ini

(14)

11

diarahkan menuju kehidupan batin mereka dan seringkali acuh tak acuh terhadap hubungan. Mereka umumnya menunjukkan kurangnya ekspresi emosional dan dapat terlihat dingin dan lebih banyak menyendiri.

d. Paranoid Personality Disorder

Gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan terhadap orang lain, bahkan keluarga, teman, dan pasangan romantis. Orang dengan gangguan ini menganggap niat orang lain sebagai jahat, bahkan tanpa bukti atau pembenaran.

e. Obsessive-Compulsive Personality Disorder

Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah gangguan yang membuat penderita begitu memperhatikan pola yang penuh dengan keteraturan, perfeksionisme, tidak fleksibel, dan kontrol mental dan interpersonal. Ini adalah kondisi yang berbeda dari obsesif kompulsif (OCD).

f. Narcissistic Personality Disorder

Gangguan kepribadian narsistik telah beberapa kali kita bahas. Mereka yang berpusat pada citra diri yang berlebihan, egois, serta empati yang buruk.

Orang dengan kondisi ini cenderung lebih tertarik pada diri mereka sendiri daripada dengan orang lain.

g. Histrionic Personality Disorder

Gangguan kepribadian Histrionik dikaitkan dengan pola emosionalitas ekstrem dan perilaku mencari perhatian. Orang dengan kondisi ini akan merasa tidak nyaman bila mereka tidak dijadikan pusat perhatian, mereka memiliki emosi yang berubah dengan cepat, dan mungkin terlibat dalam perilaku sosial yang tidak pantas yang dirancang secara sengaja untuk menarik perhatian orang lain.

h. Dependent Personality Disorder

Gangguan kepribadian dependen melibatkan pola kronis rasa takut perpisahan dan kebutuhan yang berlebihan untuk dijaga. Orang dengan gangguan ini akan sering terlibat dalam perilaku yang dirancang untuk menghasilkan tindakan melindungi orang lain.

i. Borderline Personality Disorder

Gangguan kepribadian Borderline dikaitkan dengan gejala termasuk ketidakstabilan emosional, hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens, citra diri yang tidak stabil, dan perilaku impulsif.

j. Avoidant Personality Disorder

Gangguan kepribadian avoidant melibatkan penghambatan sosial yang parah dan sensitivitas terhadap penolakan. Perasaan tidak aman seperti itu

(15)

12

menyebabkan masalah signifikan dengan kehidupan dan fungsi sehari-hari para penderita

3. Didiagnosa ADHD DSM V

Karena ADHD tidak dapat didiagnosis dengan pemindaian otak, tes darah, atau tes genetik, dokter Anda akan menanyakan gejala Anda untuk melakukan penilaian.

Selain itu, dokter Anda mungkin menggunakan skala penilaian perilaku untuk menilai gejala ADHD Anda . Kuesioner ini berisi pertanyaan tentang pengalaman, tantangan, dan perilaku Anda di tempat kerja, sekolah, dan rumah.

Mereka mungkin juga meminta untuk bertemu dengan orang tua, mantan guru, atau siapa pun yang mengenal Anda dengan baik ketika Anda masih kecil. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengajukan pertanyaan tentang riwayat masa kecil Anda dan perjuangan Anda melawan ADHD – bagian penting dari diagnosis karena ADHD adalah kelainan yang dimulai pada masa kanak-kanak.

4. Karakteristik anak ADHD DSM V

Untuk lebih jelasnya, DSM V merincikan karakteristik anak yang mengalami ADHD dengan kriteria diagnostik sebagai berikut:

1) Pola tetap kurang perhatian dan/atau hiperaktivitas – impulsivitas yang menggangu fungsi atau perkembangan seperti ditunjukkan pada poin a atau b.

a. Kurang perhatian: enam (atau lebih) dari gejala berikut telah menetap selama minimal 6 bulan pada derajat yang tidak konsisten dengan level perkembangan dan berpengaruh negatif secara langsung pada sosial dan akademik/aktivitas pekerjaan. Catatan: gejala-gejala tersebut tidak semata- mata merupakan manifestasi dari perilaku menentang, membangkang, permusuhan, atau kegagalan memahami tugas atau instruksi. Pada remaja dan orang dewasa (17 tahun ke atas), minimal lima gejala dibutuhkan.

1. Sering gagal memberikan perhatian pada bagian-bagian kecil atau membuat kesalahan ceroboh dalam pekerjaan sekolah, dalam pekerjaan, atau dalam aktivitas lain (seperti melupakan atau melalaikan hal-hal kecil, pekerjaan tidak akurat).

2. Sering kesulitan menahan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain (misalnya kesulitan tetap fokus selama kuliah, percakapan, atau membaca panjang).

3. Sering terlihat tidak mendengarkan ketika bercakap langsung (misal pikiran tampak di tempat lain, walaupun tidak ada gangguan yang jelas).

4. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan rumah, atau kewajiban ditempat kerja (misalnya memulai tugas namun cepat kehilangan fokus dan mudah keluar jalur).

5. Sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas (kesulitan mengatur rangkaian tugas, kesulitan menjaga barang-barang dan apayang dimiliki dengan tertib berantakan, pekerjaan berantakan;

(16)

13

memiliki manajemen waktu yang buruk gagal memenuhi tenggat waktu).

6. Sering menghindari, tidak suka, atau enggan berhubungan dengan tugas yang membutuhkan usaha mental(tugas sekolah atau pekerjaan rumah bagi remaja dan orang dewasa, menyiapkan laporan melengkapi formulir, meninjau naskah panjang).

7. Sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk tugas dan aktivitas (misalnya alat-alat sekolah, pensil, buku, dompet, kunci, tugas sekolah, kacamata, ponsel)

8. Sering mudah dialihkan oleh rangsanganyang tidak ada hubungannya (pada remaja atau orang dewasa, dapat berupa pemikiran yang tidak berhubungan).

9. Mudah lupa dalam aktivitas sehari-hari (misal melakukan pekerjaan rumah, menjalankan perintah bagi remaja atau orang dewasa, menelpon kembali, membayar tagihan, menepati janji

b. Hiperaktivitas dan impulsivitas enam (atau lebih) dari gejala berikut telah menetap minimal 6 bulan pada derajat yang tidak konsisten dengan level perkembangan dan berakibat negatif secara langsung pada sosial dan akademik/aktivitas pekerjaan. Catatan gejala tidak semata-mata merupakan manifestasi perilaku menentang, membangkang, permusuhan, atau kegagalan memahami tugas atau instruksi. Pada remaja atau orang dewasa (17 tahun ke atas), minimal lima gejala dibutuhkan.

1. Sering gelisah dengan atau mengetukkan tangan atau kaki atau menggeliat ditempat duduk.

2. Sering meninggalkan tempat duduk pada situasi yang mengharapkan untuk tetap duduk (misal meninggalkan tempat dikelas, dikantor atau ditempat kerja, atau pada situasi lain yang membutuhkan tetap di tempat)

3. Sering berlari-lari atau memanjat pada situasi yang tidak tepat (catatan pada remaja atau orang dewasa, dapat berupa perasaan gelisah saja.) 4. Sering tidak dapat bermain atau ikut serta dalam aktivitas waktu luang

dengan tenang.

5. Sering siap pergi, bertindak seperti dijalankan oleh motor/mesin (misalnya tidak dapat atau tidak nyaman diam untuk waktu yang lama, seperti direstoran, pertemuan bisa jadi dialami orang lain sebagai gelisah atau kesulitan untuk tatap tenang).

6. Berbicara terlalu sering

7. Sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai diucapkan (misalnya menyelesaikan kalimat orang lain, tidak dapat menunggu giliran dalam percakapan).

8. Sering mengalami kesulitan menunggu giliran(seperti saat menunggu antrian)

(17)

14 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

ADHD, atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, adalah gangguan neurobiologis yang memengaruhi jutaan anak dan orang dewasa di seluruh dunia.

Melalui makalah ini, kita telah menjelajahi berbagai aspek yang terkait dengan ADHD, termasuk definisi, gejala, diagnosis, dan pengobatan. Kami telah memahami bahwa ADHD adalah gangguan kompleks yang melibatkan faktor-faktor genetik, neurobiologis, dan lingkungan. Kami telah menyoroti pentingnya diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup individu yang terkena dampaknya. Kami juga telah melihat bagaimana pendidikan dan kesadaran tentang ADHD dapat membantu mengurangi stigmatisasi dan meningkatkan pemahaman.

Makalah ini menekankan bahwa ADHD adalah masalah yang memerlukan perhatian serius dari masyarakat, profesional kesehatan, dan pendidik. Dengan pendekatan yang holistik, termasuk diagnosa yang akurat dan terapi yang sesuai, individu dengan ADHD dapat mengelola gejala mereka lebih efektif dan mencapai potensi mereka. Kesadaran masyarakat tentang gangguan ini juga sangat penting untuk menghilangkan stereotip dan stigma yang sering melekat pada ADHD.

Selain itu, untuk memahami faktor penyebab dan pengembangan perawatan yang lebih baik. Dengan kerja sama lintas disiplin, kita dapat membuat kemajuan lebih lanjut dalam memahami dan mengelola ADHD. Dalam masa depan, kita berharap bahwa anak-anak dan orang dewasa dengan ADHD akan memiliki akses lebih besar ke perawatan yang efektif dan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjalani hidup yang produktif dan bahagia. Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk mendukung mereka dalam perjalanan mereka untuk mengatasi ADHD.

B. SARAN

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Oleh karena itu kami secara terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

(18)

15

DAFTAR PUSTAKA Farnham,S-Diggory. 1994. The Learning-Disabled Child. London,

England:: Harvard University Press.

Dwijo, S. 2004. Gangguan Hiperkinetik pada Anak di DKI Jakarta (Penelitian Disertasi). Yogyakarta : UGM.

Suharmini, Tin. 2005. Penanganan Anak Hiperaktif, Jakarta: Dirjen Dikti, Depdiknas.

American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV- TR). Washington, DC: American Psychiatric Association, 2000.

Barkley, RA. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder: A Handbook for Diagnosis and Treatment.

3rd ed. New York: Guilford Press, 2000.

Hoza, B., Pelham, W. E., Jr., Waschbusch, D. A., & Kipp, H. M. "Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in Children." Annual Review of Clinical Psychology 10 (2014): 521-546.

Sonuga-Barke, E. J. S., Nigg, J. T., & Castellanos, F. X. "Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder."

Nature Reviews Neuroscience 10 (2009): 199-209.

Referensi

Dokumen terkait

memberikan treatment berupa terapi bermain terhadap anak dengan gangguan ADHD dan untuk mengetahui apakah terapi bermain mampu meningkatkan kemampuan konsentrasi anak yang

Teori Barkely tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Das, Cherbuin, Easteal, dan Anstey (2014) yang menjelaskan bahwa, ciri gangguan pemusatan perhatian pada anak

Model pendidikan inklusif berupaya memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak, semua anak memiliki akses yang sama ke sumber-sumber belajar yang tersedia

Adapun bagi anak dengan gangguan perilaku, PBS termasuk dalam level tertier yang bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku bermasalah serta mengganti

Berdasarkan asesmen yang dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan tes psikologi ditemukan bahwa subjek memiliki gangguan pemusatan perhatian-

Manajemen Kelas Inklusif; Strategi Pembelajaran Inklusif; Mengenal Anak dengan Autism; Penanganan Belajar Anak dengan Autism; Mendampingi Anak dengan Gangguan

Judul studi kasus Asuhan Kebidanan Pada Anak Prasekolah dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH, sehingga mengetahui faktor risiko dan penatalaksanaan anak

Informasi tentang tingkah laku anak di awal ini penting karena program yang akan dikembangkan bertitik tolak dari berbagai perilaku awal anak, termasuk di antaranya jenis kesulitan yang