MEMBEDAH LIMA PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF BERDASARKAN PERSPEKTIF JOHN W. CRESWELL
Muhammad Isnaeni (2308908) Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
A. PENDAHULUAN
Dalam buku Penelitian Kualitatif & Desain Riset (edisi ke-3, 2015) yang bersumber dari hasil pemikiran John W. Creswell menyajikan lima pendekatan dalam penelitian kualitatif yang dijelaskan secara komparatif untuk memberikan landasan teoritis dan aplikatif bagi siapa pun yang ingin melakukan penelitian kualitatif dengan memilih satu dari kelima pendekatan tersebut. Lima pendekatan tersebut di antaranya pendekatan naratif, fenomenologi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus. Berikut ini akan diuraikan ringkasan tentang kelima pendekatan itu baik dari aspek definisi, teori, dan karakteristiknya dalam upaya membedah dan menelaah pendekatan dalam penelitian kualitatif. Sehingga nantinya lima pendekatan tersebut dapat digunakan untuk menelaah fenomena yang ada.
B. PEMBAHASAN
Penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna dari sejumlah individua tau sekelompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusian. Penelitian ini melibatkan Upaya-upaya penting seperti mengajukan pertanyaan dan prosedur, mengumpulkan data yang spesifik, menganalisis data secara induktif (Khusus- Umum) dan menafsirkan makna data Creswell (2015: 4). Penelitian kualitatif mempunyai lima pendekatan yang dapat dipilih berdasarkan fenomena atau kondisi yang ada. Adapun lima pendekatan penelitian kualitatif menurut Creswell (2015: 94-155) sebagai berikut:
1. Studi Naratif
Sebagai suatu bentuk khas dari penelitian kualitatif, penelitian naratif biasanya berfokus pada studi satu orang atau individu tunggal dan bagaimana individu itu memberikan makna terhadap pengalamannya melalui cerita-cerita yang disampaikan, pengumpulan data dengan cara mengumpulkan cerita, pelaporan pengalaman individu, dan membahas arti pengalaman itu bagi individu. Studi naratif bisa didefinisikan sebagai studi yang berfokus pada narasi, cerita, atau deskripsi tentang serangkaian peristiwa terkait dengan pengalaman manusia. Studi ini bisa mencakup biografi (narasi tentang pengalaman orang lain), auto-etnografi atau autobiografi (pengalaman yang ditulis sendiri oleh subjek penelitian), sejarah kehidupan (rekaman sejarah utuh tentang kehidupan
seseorang), atau sejarah tutur (sejarah kehidupan yang diperoleh dari hasil ingatan peneliti).
Prosedur yang digunakan biasanya berupa restorying, yakni penceritaan kembali cerita tentang pengalaman individu, atau progresif-regresif, di mana peneliti memulai dengan suatu peristiwa penting dalam kehidupan sang partisipan. Pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Analisisnya berpijak pada kronologi peristiwa yang menekankan pada titik-balik atau ephiphanies dalam kehidupan partisipan. Karakteristik pendekatan studi naratif menurut Creswell sebagai berikut:
a. Pengalaman individu
Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud pengalaman pribadi dan pengalaman sosial.
b. Kronologi pengalaman.
Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan adalah salah satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif menganalisis suatu kronologi dan melaporkan pengalaman individu.
c. Pengumpulan cerita.
Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh individu kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam penelitian naratif adalah orang pertama langsung secara lisan yang mengatakan atau menceritakan.
Cerita biasanya memiliki awal, tengah dan akhir. Cerita secara umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat, plot dan adegan.
d. Restorying
Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan kembali dengan katakata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk menghubungkan dan mengurutkannya. Restorying adalah proses dimana peneliti mengumpulkan cerita, menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot dan adegan) dan kemudian menulis kembali cerita itu untuk menempatkannya dalam urutan kronologis.
e. Coding tema.
Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-tema atau kategori-kategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas sebuah cerita dan menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman pengalaman individu.
f. Konteks atau latar.
Peneliti mendeskripsikan secara terperinci latar atau konteks dimana pengalaman individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory cerita partisipan dan menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau konteks pengalaman partisipan. Latar atau setting dalam penelitian naratif boleh jadi teman-teman, keluarga, tempat kerja, rumah dan organisasi sosial atau sekolah.
g. Kolaborasi.
Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi dalam penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam memeriksa cerita yang dibukakan atau dikembangkan.
2. Fenomenologi
Studi fenomenologi merupakan studi yang berusaha mencari "esensi" makna dari suatu fenomena yang dialami oleh beberapa individu. Untuk menerapkan riset fenomenologis, peneliti bisa memilih antara fenomenologi hermeneutik (yang berfokus untuk "menafsirkan" teks-teks kehidupan dan pengalaman hidup) atau fenomenologi transendental (di mana peneliti berusaha meneliti suatu fenomena dengan mengesampingkan prasangka tentang fenomena tersebut). Prosedumya yang terkenal adalah epoche (pengurungan), yakni suatu proses di mana peneliti harus mengesampingkan seluruh pengalaman sebelumnya untuk memahami semaksimal mungkin pengalaman dari para partisipan. Analisisnya berpijak pada horizonalisasi, di mana peneliti berusaha memeriksa data dengan menyoroti pemyataan penting dari partisipan untuk menyediakan pemahaman dasar tentang fenomena tersebut.
a. Pengungkapan dasar filosofis.
Studi fenomenologis dimulai dengan diskusi filosofi yang menyatukan penelitian. Ini penting untuk diingat karena begitu banyak variasi elemen-elemen filosofis dari fenomenologi.
b. Mengurung (bracketing) asumsi-asumsi.
Mengurung asumsi bertujuan ntuk melihat fenomena sebagaimana adanya, makanya di sini penting untuk menyatakan asumsi-asumsi peneliti mengenai fenomena yang tengah diamatinya. Kemudian, lupakan sejenak asumsi anda sebagai peneliti atau kemudian kurunglah asumsi tersebut agar tidak menghalangi pemahaman peneliti terhadap pengalaman para partisipan penelitian.
c. Focus pada satu fenomena utama.
Penelitian fenomenologi umumnya bersifat mikro. Artinya, peneliti hanya perlu focus pada fenomena utama yang menjadi objek penelitiannya meskipun saat di lapangan peneliti menemukan fenomena-fenomena lainnya yang mungkin saja saling terkait antara satu dengan lainnya, namun peneliti dituntut untuk tetap focus pada fenomena utamanya saja.
d. Menggarap sampel kecil.
Dalam penelitian kualitatif sebenarnya kita tidak mengenal istilah sampel melainkan informan penelitian. Dalam penelitian fenomenologi, jumlah informan dalam penelitian cenderung sedikit atau kecil.
3. Grounded Theory
Menurut Creswell grounded theory adalah adalah prosedur kualitatif sistematis, yang digunakan untuk menghasilkan sebuah teori yang menjelaskan, suatu proses, tindakan, atau suatu interaksi mengenai topik substantif pada level konsep yang luas. Studi grounded theory menekankan upaya peneliti dalam melakukan analisis abstrak terhadap suatu fenomena, dengan harapan bahwa analisis ini bisa menciptakan teori tertentu yang dapat menjelaskan fenomena tersebut secara spesifik. Grounded theory bisa dilakukan dengan berpijak pada pendekatan prosedur sistematis (yang memanfaatkan kausalitas, konsekuensi, coding selektif, dan sebagainya dari fenonema yang diteliti) atau prosedur konstruktivis (yang memanfaatkan pengumpulan data dengan cara memoing terhadap pandangan, keyakinan, nilai, atau ideologi dari para partisipan). Prosedur grounded theory umumnya berpijak pada coding terbuka atas kategori data, selanjutnya coding aksial di mana data disusun dalam suatu diagram logika, dan terakhir mengidentifikasi konsekuensi dari proses coding tersebut, agar bisa sepenuhnya mengembangkan suatu model teoretis tertentu. Terdapat 6 karakteristik grounded theory menurut Creswell sebagai berikut:
a) Pendekatan Proses (Process Approach)
Dalam penelitian Grounded Theory, proses merujuk pada urutan tindakan-tindakan dan interaksi antar manusia dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan sebuah topik, seperti pengalih bahasaan novel Animal Farm ke dalam bahasa Indonesia.
b) Penyampelan Teoretik
Dalam Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik, yaitu penyampelan
yang dilakukan "in order to discover categories and their properties, and to suggest their interrelationship into a theory".
c) Perbandingan Konstan Analisis Data
Perbandingan konstan ini merupakan prosedur analisis data induktif yang digunakan untuk memunculkan dan menghubungkan kategori-kategori dengan cara membandingkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, satu peristiwa dengan satu kategori, dan satu kategori dengan kategori lainnya.
d) Kategori Inti
Dari seluruh kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih satu kategori sebagai inti fenomena dalam rangka merumuskan teori. Setelah mengidentifikasi beberapa kategori (misalnya, 8 hingga 10—tergantung pada besarnya database), peneliti memilih satu kategori inti sebagai basis penulisan teori. Kategori tersebut harus merupakan sentral, dalam artian kategori-kategori utama lainnya dapat dihubungkan padanya serta kategori tersebut sering muncul dalam data, dengan pengertian bahwa dalam semua kasus terdapat indikator-indikator yang merujuk pada kategori inti tersebut.
e) Penyusunan Teori
Teori ini disusun oleh peneliti sewaktu mengidentifikasi kategori inti dan kategori- kategori proses yang menjelaskannya. Karena teori ini dilandaskan pada fenomena yang spesifik, teori ini tidak dapat diaplikasikan digeneralisasikan secara meluas pada fenomena lain.
f) Penulisan Memo
Memo merupakan catatan yang dibuat peneliti bagi dirinya sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah kategori, kususnya tentang hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang ditemukan.
4. Etnografi
Menurut Creswell etnografi adalah suatu desain kualitatif dimana seorang peneliti menggambarkan dan menginterpretasikan pola nilai, perilaku, kepercayaan, dan bahasa yang dipelajari dan dianut oleh suatu kelompok budaya. Etnografi berfokus pada keseluruhan kelompok. Seorang etnografer, dapat meneliti suatu pola yang diikuti satu kelompok misalnya oleh sejumlah lebih dari 20 orang. Studi etnografis berusaha meneliti suatu kelompok kebudayaan tertentu berdasarkan terutama pada pengamatan dan kehadiran peneliti di lapangan dalam waktu yang lama. Prosedumya sering kali berdasar pada pendekatan holistik untuk memotret kelompok kebudayaan tertentu yang analisisnya
memanfaatkan data emik (pandangan partisipan) dan data etis (pandangan peneliti) untuk tujuan praktis dan/atau advokatoris demi kepentingan kelompok kebudayaan itu sendiri.
Menurut Creswell penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Namun, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis. Pertama, etnografi realis merupakan pendekatan yang menggambarkan situasi budaya para partisipan secara obyektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view).
Ada tiga ciri khas etnografi realis yaitu peneliti sebagai peliput fakta hanya mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandang orang ketiga berdasarkan data yang diperolei melalui pengamatan atas partisipan dan pandangan-pandangan mereka, peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk informasi yang terukur dan bebas serta mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari para partisipan yang disusun dalam kategori-kategori standar penggambaran kultural, dan peneliti mengungkapkan pandangan para partisipan melalui kutipan-kutipan penuturan mereka yang diedit tanpa merubah makna tentang gambaran budaya yang diteliti pada bagian akhir laporan.
Kedua, studi kasus sebagai sebuah bentuk etnografi didefinisikan sebagai "an in- depth exploration of a bounded system (e.g. an activity, event, process, or individuals) based on extensive collection" (Creswell, 2008:476). Istilah "bounded" atau "terbatas"
dalam definisi ini berarti bahwa 'kasus' yang diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi waktu, tempat, dan batas-batas fisik tertentu. Artinya, hasil penelitian yang diperoleh hanya berlaku bagi objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada objek lain meskipun masih sejenis.
Ketiga, etnografi kritis merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk membantu dan memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang termarjinalisasi.
Etnografer kritis biasanya merupakan individu berpikiran politis yang melalui penelitiannya ingin memberikan bantuan melawan ketidakadilan dan penindasan. Ciri khas etnografi kritis adalah etnografer kritis mempelajari isu-isu sosial (kekuasaan, pemberdayaan, ketidakadilan, dominasi, represi, hegemony, dan penindasan), penelitian diarahkan urtuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang diteliti (dengan cara bekerjasama, berpartisipasi aktif, menegosiasikan laporan akhir dengan para partisipan, dan memberikan bantuan atau perhatian ketika memasuki dan meninggalkan lapangan penelitian).
5. Studi Kasus
Studi kasus merupakan salah satu jenis pendekatan kualitatif yang menelaah sebuah
"kasus" tertentu dalam konteks atau setting kehidupan nyata kontemporer. Peneliti studi kasus bisa memilih tipe penelitiannya berdasarkan tujuan, yakni studi kasus instrumental tunggal (yang berfokus pada satu isu atau persoalan tertentu), studi kasus kolektif (yang memanfaatkan beragam kasus untuk mengilustrasikan satu persoalan penting dari berbagai perspektif), studi kasus intrinsik (yang fokusnya adalah pada kasus itu sendiri, karena dianggap unik atau tidak-biasa). Prosedur utamanya melibatkan sampling purposeful (untuk memilih kasus yang dianggap penting), yang kemudian dilanjutkan dengan analisis holistik atas kasus tersebut melalui deskripsi detail atas pola-pola, konteks dan setting di mana kasus itu terjadi.
Selanjutnya Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau sebuah program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi: observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan. Konteks kasus dapat “mensituasikan” kasus di dalam settingnya yang terdiri dari setting fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan fokus di dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi (studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (studi kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif.
Creswell mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus yaitu : (1) mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi; (2) Kasus tersebut merupakan sebuah “sistem yang terikat” oleh waktu dan tempat; (3) Studi kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam pengumpulan datanya untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang respons dari suatu peristiwa dan (4) Menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan “menghabiskan waktu” dalam menggambarkan konteks atau setting untuk suatu kasus.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat lima pendekatan dalam penelitian kualitatif di antaranya pendekatan naratif, fenomenologi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus yang mempunyai tujuan, manfaat dan karakteristik masing-masing yang dapat dipilih oleh peneliti dalam perencanaan penelitian. Demikian pembahasan lima pendekatan penelitian kualitatif berdasaekan perspektif Jhon W. Creswell.