• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGENAL EFIKASI DIRI

N/A
N/A
Siam Purnomo

Academic year: 2024

Membagikan "MENGENAL EFIKASI DIRI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MENGENAL

EFIKASI DIRI

(2)

Mengenal

Efikasi Diri

Ibu dan Bapak Guru, dokumen ini merupakan dokumen pelengkap dari video “Mengenal Regulasi Diri 1: Fase Pemikiran Awal”.

Dokumen ini berisi materi tambahan

untuk memperkaya pemahaman Ibu dan Bapak Guru akan isi video, khususnya tentang istilah efikasi diri dalam sub proses Motivasi Diri di Fase Pemikiran Awal.

Setelah menyimak video tersebut, Ibu dan Bapak dapat menggunakan dokumen ini untuk:

Perlu diingat bahwa proses regulasi diri terbentuk dari penerapan kebiasaan yang konsisten. Maka, proses belajar Ibu dan Bapak harus tetap berlanjut, walaupun sudah mempelajari materi ini. Gunakan kembali referensi ini ketika Ibu dan Bapak melakukan refleksi mengenai regulasi diri. Selamat berefleksi!

Mendapatkan pengetahuan lanjutan mengenai pengertian efikasi diri.

Memahami faktor pembentuk efikasi diri.

Mengetahui strategi meningkatkan efikasi diri pemelajar.

(3)

Efikasi diri ialah keyakinan tentang seberapa tinggi peluang untuk sukses dalam mengerjakan suatu tugas. Untuk berhasil dalam mengerjakan suatu tugas, selain dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengerjakan tugas secara berhasil, seseorang juga harus memiliki keyakinan bahwa sukses akan berhasil diraih.

Pemelajar dengan efikasi diri tinggi dalam mata pelajaran yang diikuti, memperlihatkan perjuangan yang gigih untuk meraih sukses. Sebaliknya, pemelajar dengan efikasi diri rendah cenderung menghindari tugas-tugas akademik, persistensinya dalam berusaha rendah, ketika menghadapi kesulitan

mudah menyerah.

Pemelajar yang memandang sukses yang diraihnya disebabkan oleh faktor kemampuan dirinya dan usaha yang dikerahkan, sedang

kegagalan disebabkan karena kurang beruntung atau kurang usaha, merupakan ciri-ciri pemelajar dengan efikasi diri tinggi. Sebaliknya, pemelajar yang memandang sukses yang diraihnya disebabkan oleh faktor eksternal seperti keberuntungan dan kegagalan disebabkan karena kurangnya kemampuan, merupakan ciri-ciri pemelajar dengan efikasi diri rendah.

Dalam konteks pendidikan, efikasi diri terdiri ada dua aspek, yaitu

Dalam konteks modul pemelajar mandiri, efikasi diri yang dibahas ialah efikasi diri untuk regulasi diri.

Efikasi diri akademik, sebuah penilaian diri seseorang atas kemampuannya untuk sukses dalam mencapai tujuan-tujuan akademik

Efikasi diri untuk regulasi diri, sebuah penilaian diri seseorang akan kemampuan dirinya untuk mengatur pikiran,

perasaan (emosi) dan perilaku guna meraih sukses akademik

Mengenal Efikasi Diri

02

(4)

Menurut Bandura (1997),

efikasi diri

dibentuk oleh

empat sumber informasi, yaitu:

1. Pengalaman Berhasil

Saat seseorang melihat suatu kejadian yang dialami oleh orang lain (model), kemudian ia merasakannya sebagai kejadian yang dialami sendiri, maka hal ini akan dapat memengaruhi perkembangan efikasi dirinya. Model ialah seseorang yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari maupun di televisi dan media visual lainnya.

2. Pengalaman Keberhasilan Orang Lain

Dalam memilih model, orang cenderung memilih model yang ada kemiripannya dengan dirinya. Perilaku model akan meningkatkan efikasi diri apabila model sukses, dan menurunkan efikasi diri apabila model gagal.

Dalam kehidupan manusia, keberhasilan menyelesaikan suatu masalah akan meningkatkan efikasi diri, sebaliknya kegagalan akan menurunkan efikasi diri (terutama pada waktu efikasi diri belum terbentuk secara mantap dalam diri seseorang). Untuk terbentuknya efikasi diri, orang harus pernah mengalami tantangan yang berat, sehingga ia bisa menyelesaikannya dengan kegigihan dan kerja keras.

Perkembangan efikasi diri di samping ditentukan oleh keberhasilan dan kegagalan yang telah dilakukan juga ditentukan oleh kesalahan dalam menilai diri. Apabila dalam kehidupan sehari-hari yang selalu diingat adalah penampilan-penampilan yang kurang baik, maka kesimpulan tentang efikasi diri akan rendah. Sebaliknya, meskipun kegagalan sering dialami tapi secara terus menerus selalu berusaha meningkatkan prestasi maka efikasi diri akan meningkat.

(5)

04

Mengenal Efikasi Diri

Dalam suatu aktivitas yang melibatkan kekuatan dan stamina, orang akan mengartikan kelelahan dan rasa sakit yang dirasakan sebagai petunjuk tentang efikasi dirinya.

4. Keadaan Fisik dan Suasana Hati

Demikian juga dengan suasana hati, perubahan suasana hati dapat

mempengaruhi keyakinan seseorang tentang efikasi dirinya. Pada waktu seseorang merasa sedih, maka penilaian terhadap diri cenderung rendah (tidak berarti). Orang cenderung membuat evaluasi diri positif pada

waktu suasana hati positif, dan evaluasi negatif pada waktu suasana hati negatif.

Mengalami keberhasilan pada waktu suasana hati positif akan

menimbulkan efikasi diri tinggi, sedangkan mengalami kegagalan pada waktu suasana hati negatif akan menimbulkan efikasi diri rendah.

Persuasi verbal merupakan informasi yang sengaja diberikan kepada orang yang ingin diubah efikasi dirinya, dengan cara memberikan dorongan semangat bahwa permasalahan yang dihadapi bisa diselesaikan.

3. Persuasi Verbal

Dorongan semangat yang diberikan kepada orang yang mempunyai potensi dan terbuka menerima informasi akan menggugah semangat orang bersangkutan untuk berusaha lebih gigih meningkatkan

efikasi dirinya.

Semakin percaya orang kepada kemampuan pemberi informasi maka akan semakin kuat keyakinan untuk dapat merubah efikasi.

Apabila penilaian diri lebih dipercaya daripada penilaian orang lain maka keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki sulit digoyahkan.

Informasi yang diberikan akan lebih efektif apabila informasi fokus pada keterampilan-keterampilan yang perlu dipelajari untuk meningkatkan efikasi diri.

(6)

Strategi-strategi Meningkatkan Efikasi Diri Pemelajar

Berdasarkan 4 sumber informasi efikasi diri, berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efikasi pada diri seseorang:

Strategi lainnya yang dapat diterapkan Guru untuk meningkatkan efikasi diri pemelajar:

Menantang diri untuk mencapai tujuan yang sedikit lebih sulit dan lebih menantang dari pengalaman berhasil sebelumnya.

Hal ini perlu dibersamai dengan penilaian diri yang objektif

berdasarkan usaha yang dilakukan, bukan pada baik-buruknya diri.

Mengambil jarak dengan model yang diamati, dengan meyakini bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan

orang lain begitupun dengan diri kita.

Menerima dorongan semangat yang diberikan oleh orang lain sebagai sumber daya untuk meningkatkan motivasi diri untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Berlatih mengelola suasana hati agar tidak mempengaruhi penilaian diri secara negatif.

a.

b.

c.

d.

Menentukan tingkat kesulitan tugas dengan pertimbangan kemampuan pemelajar.

Tindakan yang dilakukan pemelajar digunakan sebagai sumber pembelajaran, bukan sebagai sumber penilaian. Usaha yang ditunjukkan dinilai berdasarkan kemampuan dan standar pribadi pemelajar, bukan standar normatif pada saat pemberian umpan balik.

Fokus pada proses belajar, bukan hanya pada hasil belajar.

Reaksi terhadap kesalahan adalah hal biasa dan merupakan bagian dari proses belajar, bukan sebagai keyakinan atas kegagalan pemelajar.

Mendorong pemelajar untuk terus mencoba dan berusaha, dan belajar dari keberhasilan pemelajar yang lain.

Menstimulasi usaha-usaha untuk mencapai prestasi melalui strategi a.

b.

c.

d.

e.

(7)

Bloom, M. (2013). Self-regulated learning: Goal setting and self- monitoring. The Language Teacher, 37(4), 46-51.

Panadero, E., & Alonso Tapia, J. (2014). How do students self-regulate?:

review of Zimmerman”s cyclical model of self-regulated learning.

Anales de psicologia.

Penting

Untuk Diingat!

Keberhasilan menyelesaikan suatu tugas yang menantang tidak selamanya dapat

mengembangkan efikasi diri yang positif, karena perasaan berhasil berlebihan

adakalanya berdampak negatif.

Efikasi diri yang tinggi

setelah menyelesaikan suatu tugas dapat menimbulkan kepercayaan diri yang berlebihan sehingga menurunkan usaha dan berdampak negatif terhadap prestasi selanjutnya.

Referensi

06

Mengenal Efikasi Diri

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan usaha kecil kurang dapat berkembang ke arah usaha yang lebih besar, hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan dalam mengelola perusahaan, modal yang

Sofyan Assuri, Op.. usaha yan kurang strategis, kemampuan kewirausahaan yang terbatas dan sebagainya. Sedangkan faktor ekstern, misalnya persaingan usaha dan beberapa

Sudono (1999) menyatakan bahwa faktor yang terpenting untuk mendapatkan sukses dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternak harus dapat menggabungkan kemampuan tata

Penetapan prioritas pembangunan pendidikan didasarkan pada (a) keberpihakan Pemerintah terhadap anak-anak dari keluarga yang kurang beruntung karena faktor-faktor

Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.

Karena sukses atau kegagalan suatu organisasi pada hakikatnya disebabkan oleh hal-hal yang dilakukan atau gagal dilakukan oleh para karyawan perubahan terencana

Dalam pelaksanaan proses pendidikan tidak menutup kemungkinan jika terjadi sebuah kegagalan. Kegagalan yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh kurangnya kemampuan

Menjelaskan aspek kerja prestatif 1.2 Peluang usaha 1.2.1Memahami peluang usaha produk barang/ jasa 1.2.2Menentukan faktor- faktor keberhasilan dan kegagalan usaha 1.2.3 Menganalisis